Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH ILMU NEGARA

TEORI KEDAULATAN NEGARA


DOSEN PENGAMPUH : ASWAR. S, SH.MH

DISUSUN OLEH
KELOMPOK I
 Edowardus Rahadan 25110122
 Editha Kotorok 25111322
 Krisela. E.Saway 25110722
 Yohanes Jhoni Ewata 25111022
 Venesia. M.Korwa 25111922
 Oktovianus. R. Papey 25112822
 Isma Amalia 25112522
 Wahyu Indra 25112122
 Erlina.D. Napitupulu 25113122
 Monika Elisabath Kemong 25110422

SEKOLAH TINGGI ILMU HUKUM MIMIKA


TIMIKA – PAPUA
Tahun Ajaran 2022/202
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena hanya dengan segala
rahmat-Nyalah akhirnya kami bisa menyusun makalah Ilmu Negara dengan judul Teori
Kedaulatan Negara

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada Bpk.Aswar. S, SH.MH, selaku dosen mata
kuliah Ilmu Negara yang telah memberikan tugas ini kepada kami sehingga kami mendapatkan
banyak tambahan pengetahuan khususnya dalam Ilmu Negara tentang Teori Kedaulatan
Negara . Kami selaku penyusun berharap semoga makalah yang telah kami susun ini bisa
memberikan banyak manfaat serta menambah pengetahuan.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih memiliki banyak kekurangan yang
membutuhkan perbaikan, sehingga kami sangat mengharapkan masukan serta kritikan dari para
pembaca

Timika. Desember 2022

Penulis

Editha Kotorok
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB.I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan dan Manfaat

BAB.II. PEMBAHASAN

A. Makna Kemanusiaan yang adil dan beradad


B. Alasan pentingnya keberadaan sila kedu
C. Pokok pikiran tentan
D. Unsur – unsur Hakekat
E. Kepribadian Sosial

BAB. III. PENUTUP

A. Kesimpulan
B. Saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB II

LATAR BELAKANG

A. Teori Negara dan Kedaulatan Negara.


Negara merupakan subjek hukum yang terpenting dibanding dengan subjek-subjek
hukum internasional lainnya. Pasal 1 konvensi Montevideo 27 December 1933 mengenai
hak dan kewajiban Negara menyebutkan bahwa Negara sebagai subjek dalam hukum
internasional harus memiliki empat unsur yaitu : penduduk yang tetap, wilayah tertentu,
pemerintahan yang berdaulat dan kapasitas untuk berhubungan dengan Negara lain
(Jawahir thontowi,2006 : 105). Negara merupakan subjek Hukum Internasional yang
terpenting (par Excellence) di banding dengan subjek-subjek hukum internasional
lainnya, sebagai subjek hukum internasional Negara memiliki hak dan kewajiban
menurut hukum internasional. Menurut R. Kranenburg Negara adalah organisasi
kekuasaan yang diciptakan oleh kelompok manusia yang disebut bangsa sedangkan
menurut Logeman Negara adalah organisasi kekuasaan yang menyatukan kelompok
manusia yang disebut bangsa. (Mochtar Kusumaatmadja, 1981: 89). Hendry C Black
mendefinisikan Negara sebagai sekumpulan orang yang secara permanen menempati
suatu wilayah yang tetap diikat oleh ketentuan-ketentuan hokum yang melalui
pemerintahannya mampu menjalankan kedaulatannya yang merdeka dan mengawasi
masyarakatnya dan harta bendanya dalam wilayah perbatasannya, mampu mengadakan
perang dan damai serta mampu mengadakan hubungan internasional dengan masyarakat
internasional lainnya (Huala Adolf,1991:1-2).
Seperti pengertian yang diberikan Logeman bahwa Negara adalah organisasi
kekuasaan. Organisasi diartikan sekumpulan orang yang dalam mencapai tujuan bersama
mengadakan kerjasama dan pembagian kerja di bawah satu pemimpin. Kekuasaan
diartikan kemampuan untuk memaksakan kehendak sehingga Negara diartikan sebagai
sekumpulan orang yang dalam mencapai tujuan bersama mengadakan kerjasama dan
pembagian kerja di bawah satu pemimpin yang mempunyai kemampuan untuk
memaksakan kehendaknya.
Selain itu menurut Hans Kelsen Negara adalah komunitas yang diciptakan oleh
suatu tatanan hukum nasional yang membentuk komunitas ini. Oleh sebab itu, dari sudut
pandang hukum persoalan Negara tampak sebagai persoalan tatanan hukum nasional
maka kita harus menerima bahwa komunitas yang disebut Negara adalah tatanan
hukumnya, Hukum Perancis dapat dibedakan dari hukum Swiss atau Meksiko tanpa
bantuan dari hipotesis bahwa Negara Perancis, Swiss, dan Meksiko merupakan realitas
sosial yang keberadaannya berdiri sendiri-sendiri. Negara sebagai komunitas dalam
hubungannya dengan hukum bukanlah suatu realitas alami atau suatu realitas sosial yang
serupa dengan realitas alami seperti manusia dalam hubungannya dengan hukum. Jika
ada suatu realitas sosial yang berhubungan dengan fenomena yang disebut Negara
dan oleh sebab itu suatu konsep sosiologis yang dibedakan dari konsep hukum
mengenai Negara maka prioritas jatuh pada konsep hukum bukan kepada konsep
sosiologi ( hans kelsen 2010-2063 ).
Pengertian Negara sebagai subjek hukum internasional adalah organisasi
kekuasaan yang berdaulat, menguasai wilayah tertentu, penduduk tertentu dan kehidupan
didasarkan pada sistem hukum tertentu (Sugeng Istanto 1994: 20-21). Dalam pengertian
mengenai Negara tersebut walaupun memiliki banyak pendapat dan perbedaan dalam
memberikan pengertian tentang Negara tetapi baik menurut para ahli dan konvensi
Montevideo tetap memiliki persamaan bahwa suatu Negara akan berdaulat jika memiliki
kriteria-kriteria yang di terima oleh masyarakat internasional. Suatu Negara dapat saja
lahir dan hidup tetapi itu belum berarti bahwa Negara tersebut mempunyai kedaulatan,
kedaulatan ialah kekusaan tertinggi yang dimiliki oleh suatu Negara untuk secara bebas
melakukan berbagai kegiatan sesuai kepentingannya asal saja kegiatan tersebut tidak
bertentangan dengan hukum internasional. Sesuai konsep hukum internasional kedaulatan
memiliki tiga aspek utama yaitu:
1. Aspek ekstern kedaulatan adalah hak bagi setiap Negara untuk secara bebas
menentukan hubungannya dengan berbagai Negara atau kelompok-kelompok lain
tampa tekanan atau pengawasan dari Negara lain.
2. Aspek intern kedaulatan ialah hak atau wewenang eksklusif suatu Negara untuk
menentukan bentuk lembaga-lembaganya, cara kerja lembaga-lembaganya tersebut
dan hak untuk membuat undang-undang yang diinginkannya serta tindakan-tindakan
untuk mematuhi.
3. Aspek territorial kedaulatan berarti kekuasaan penuh dan eksklusif yang dimiliki oleh
Negara atas individu-individu dan benda-benda yang terdapat di wilayah tersebut
(Boer Mauna,2005:24)

Rumusan Masalah:
1. Apa yang dimaksud dengan kedaulatan?
2. Bagaimana prinsip dan aspek kedaulatan suatu negara?
3. Apa yang dimaksud dengan kedaulatan rakyat?
4. Bagaimana konsep kedaulatan rakyat dalam UUD 1945?
5. Bagaimana konsep kedaulatan rakyat dalam Pancasila
BAB III
PEMBAHASAN

A. Definisi Kedaulatan
Kedaulatan berasal dari Bahasa Inggris, yaitu “sovereignty”, dalam Bahasa Perancis
disebut “souverainete”, dan dalam bahasa Itali disebut ”sovranus”, yang asal katanya berasal dari
Bahasa Latin ”superanus”, yang berarti yang tertinggi atau teratas (supreme). Kedaulatan 3
(sovereignty) juga dapat dipakai sebagai sinonim untuk istilah kemerdekaan (independent).
Kedaulatan merupakan kekuasaan tertinggi untuk menentukan hukum suatu negara. Konsep
kedaulatan berarti kekuasaan pemerintahan yang tertinggi dalam suatu negara yang ditujukan
untuk kepentingan warga negaranya. Kedaulatan mempunyai pengertian negatif dan positif.
Kedaulatan dalam arti negatif berarti bahwa Negara tidak tunduk pada ketentuan-ketentuan
hukum internasional yang mempunyai status yang lebih tinggi atau kekuasaan apapun dan dari
manapun tanpa persetujuan negara yang bersangkutan. Kedaulatan dalam pengertian positif
berarti kedaulatan memberikan titulernya kepada Negara pemimpin tertinggi atas Negaranya, hal
ini yang dinamakan wewenang penuh dari suatu Negara. Berdasarkan ada atau tidaknya
hubungan dengan negara lain, kedaulatan mempunyai dua pengertian, yaitu kedaulatan ke dalam
dan ke luar. Kedaulatan ke dalam adalah kedaulatan suatu negara untuk mengatur segala
kepentingan rakyatnya tanpa campur tangan negara lain. Dalam Pembukaan UUD NRI Tahun
1945, kedaulatan tersebut tampak pada tujuan negara, yaitu untuk melindungi segenap bangsa
Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, serta memajukan kesejahteraan umum dan
mencerdaskan kehidupan bangsa. Sedangkan kedaulatan keluar adalah kedaulatan suatu negara
untuk mengadakan hubungan atau kerjasama dengan negara-negara lain demi kepentingan
bangsa dan Negara. Hubungan dan kerjasama ini tentu saja untuk kepentingan bersama. Hal ini
juga menandakan bahwa bahwa negara Indonesia mempunyai kedudukan yang sederajat dengan
negara lain.

b. Prinsip dan Aspek Kedaulatan Negara


Negara dikatakan berdaulat atau sovereign karena kedaulatan merupakan suatu sifat
atau ciri hakiki oleh suatu negara. Prinsip kedaulatan negara menetapkan bahwa suatu
negara memiliki kekuasaan atas suatu wilayah atau teritorial dan hak-hak yang kemudian
timbul dari penggunaan kekuasaan teritorial. Prinsip kedaulatan negara menegaskan
bahwa dilarang melakukan campur tangan terhadap keberadaan negara lain. Apabila
suatu negara dikatakan berdaulat, hal ini dimaksudkan bahwa negara tersebut mempunyai
kekuasaan tertinggi. Walaupun demikian, kekuasaan tertinggi ini mempunyai batasan.
Ruang keberlakuan kekuasaan tertinggi ini dibatasi oleh batas wilayah tersebut, yang
berarti bahwa kekuasaan terbatas pada batas wilayah negara yang memiliki kekuasaan itu
dan kekuasaan akan berakhir ketika kekuasaan suatu negara lain dimulai. Dalam hukum
internasional, kedaulatan negara (state sovereignty) dan kesederajatan (equality) antar
negara merupakan konsep yang diakui dan menjadi dasar bekerjanya sistem hukum
internasional. Kedaulatan dan kesederajatan negara merupakan dasar pesona dan atribut
yang melekat pada negara merdeka sebagai subjek hukum internasional. Berdasarkan
konsep hukum internasional, kedaulatan memiliki tiga aspek utama yaitu:
1. Aspek ekstern kedaulatan adalah hak bagi setiap Negara untuk secara bebas
menentukan hubungannya dengan berbagai negara atau kelompok-kelompok lain
tanpa tekanan atau pengawasan dari negara lain.
2. Aspek intern kedaulatan yaitu hak atau wewenang eksklusif suatu negara untuk
menentukan bentuk lembaga, cara kerja lembaga, dan hak untuk membuat
undang-undang yang diinginkannya, serta tindakan-tindakan untuk mematuhi.
3. Aspek teritorial kedaulatan berarti kekuasaan penuh dan eksklusif yang dimiliki
oleh suatu Negara atas individu-individu dan benda-benda yang terdapat di
wilayah tersebut.
4. Dalam mengimplementasikan politik bebas-aktif, suatu negara harus
memperhatikan prinsip kedaulatan negara. Pada dasarnya, setiap negara yang
berdaulat memiliki hak-hak dasar (basic rights) dan kewajiban dasar (basic duties)
sebagaimana yang terdapat pada Draft Declaration on the Rights and Duties of
States tahun 1949. Hak dasar yang dimiliki oleh suatu Negara berupa kekuasaan
seperti:
1. Kedaulatan dan persamaan negara (independence and equality of states);
2. Yurisdiksi teritorial (territorial jurisdiction); dan
3. Mempertahankan diri (self-defence) atau mengembangkan diri (self-
preservation). Kewajiban dasar yang dimiliki oleh suatu Negara antara lain:
1. Tidak menyatakan perang (not resorting to war);
2. Tidak menyulut kerusuhan sipil di suatu negara (civil strife);
3. Menaati hak asasi orang;
4. Menyelesaikan sengketa secara damai;
5. Melaksanakan kewajiban dengan itikad baik (good faith); dan
6. Non-intervensi dalam persoalan dengan negara lain.
Prinsip kedaulatan negara merupakan prinsip penting dalam Piagam PBB, seperti terdapat
dalam Pasal 2 ayat (1) yang berbunyi, “The organization is based on the principle of the
sovereign equality of all its members”. Prinsip-prinsip yang terdapat dalam Piagam PBB ini
dipertegas lagi dalam Resolusi Majelis Umum No. 2625 Tahun 1970 (General Assembly
Declaration on Principles of International Law concerning Friendly Relations and Cooperation
among States in accordance with the Charter of the United Nations) yang menyatakan bahwa
setiap Negara menimati persamaan kedaulatan dan setiap Negara mempunyai hak dan kewajiban
yang sama sebagai anggota masyarakat tanpa membedakan sistem ekonomi, sosial, dan politik.
c. Kedaulatan Rakyat
Kedaulatan rakyat merupakan kedaulatan yang menggambarkan suatu sistem kekuasaan
dalam sebuah negara yang menghendaki kekuasaan tertinggi dipegang oleh rakyat.
Kedaulatan rakyat merupakan cara untuk memecahkan masalah berdasarkan sistem
tertentu yang memenuhi kehendak umum yang tidak hanya ditunjukkan kepada hal
terkait penyelenggaraan kekuasaan pemerintah dan peradilan, tetapi juga kekuasaan
dalam pembentukan peraturan. Kedaulatan rakyat yang diberlakukan di Indonesia adalah
kedaulatan rakyat yang berdasarkan Pancasila, yakni konsepsi kedaulatan yang sesuai
dengan budaya dan peradaban bangsa Indonesia. Sedangkan kedaulatan rakyat dalam
rumusan konseptual barat, merupakan kedaulatan rakyat yang bersumber dari faham
individualisme dan kolektivisme yang berlaku pada bangsa Eropa. Hal tersebut tentu
berbeda dan tidak dapat begitu saja disama-ratakan. Kedaulatan rakyat di Indonesia
berarti bahwa sekalipun kekuasaan tertinggi ada pada rakyat, bukan berarti rakyat berhak
turut andil dalam pemerintahan peradilan dan bahkan pembentukan peraturan, melainkan
kedaulatan rakyat yang dimaksud ialah menghendaki agar setiap tindakan pemerintah
harus berdasarkan kemauan rakyat (demokrasi). Oleh karena itu, menurut ketatanegaraan
Undang-Undang Dasar 1945, kedaulatan rakyet diserahkan kepada Majelis
Permusyawaratan Rakyat (MPR), dimana MPR adalah lembaga tertinggi negara karena
lembaga tersebut dikatakan sebagai miniatur (penjelmaan kecil) dari seluruh rakyat
Indonesia.
DKonsep Kedaulatan Rakyat dalam UUD 1945 Negara Indonesia adalah penganut teori
kedaulatan rakyat dan kedaulatan hukum sehingga jelas bahwa Indonesia menganut
paham demokrasi. Rumusan kedaulatan di tangan rakyat menunjukkan bahwa kedudukan
rakyatlah yang tertinggi dan paling sentral. Rakyat adalah sebagai asal mula kekuasaan
negara dan sebagai tujuan kekuasaan negara.
E. Konsep-konsep Kedaulatan Negara Republik Indonesia sebagaimana diatur dalam UUD
1945, yaitU:
1.Negara Indonesia ialah negara kesatuan yang berbentuk Republik {Pasal 1 ayat(1)}
2.Kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar
{Pasal 1 ayat (2)}
3. Negara Indonesia adalah negara hukum {Pasal 1 ayat (3)}
4. Majelis Permusyawaratan Rakyat berwenang mengubah dan nmenetapkan UUD.
MPR melantik Presiden dan/atau Wakil Presiden. MPR hanya dapat memberhentika
Presiden dan/atau wakil presiden dalam masa jabatannya menurut UUD (Pasal 3)
5.Presiden tidak dapat membekukan dan/atau membubarkan Dewan Perwakilan Rakyat
6.Presiden dibantu oleh menteri-menteri negara. Menteri-menteri itu diangkat dan
diberhentikan oleh presiden. Setiap menteri membidangi urusan tertentu dalam pemeritahan.
Pembentukan, pengubahan, dan pembubaran kementerian negara diatur dalam undang-undang
(Pasal 17) Negara Indonesia memiliki tujuan untuk menegakkan hukum dan menjamin
kebebasan kepada warga negaranya. Kebebasan disini adalah kebebasaan dalam batas undang-
undang, karena undang-undang sendiri merupakan penjelmaan dari kemauan atau kehendak
rakyat. Jadi, rakyatlah yang mewakili kekuasaan tertinggi atau berdaulat dalam negara. Indonesia
sendiri merupakan negara yang menganut paham demokrasi. Paham tersebut tergambar jelas
secara konstitusional dan fundamental dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, alenia IV
yang antara lain menegaskan salah satu dasar negara yang berbunyi: ”Kerakyatan yang dipimpin
oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan” dan dalam Pasal 1 ayat (2)
Batang Tubuh Undang-Undang Dasar 1945 menegaskan bahwa: “Kedaulatan adalah di tangan
rakyat”. Berdasarkan dua dasar konstitusional dan fundamental tersebut, dapat disimpulkan
bahwa Indonesia merupakan negara demokrasi yang tidak dapat dibantah. Hal itu menjelaskan
bahwa 8 konsepsi dasar tentang kedaulatan rakyat di dalam UUD 1945 adalah kedaulatan rakyat
yang pluralis dikarenakan dalam negara Indonesia tidak hanya melibatkan dua entitas belaka
yaitu penguasa (negara) dengan yang dikuasai (rakyat), tetapi erdapat berbagai kekuatan sosial
dan politik yang secara terbuka memperjuangkan kepentingannya di dalam sidang-sidang
BPUPKI sehingga menghasilkan sejumlah keputusan yang dihasilkan baik melalui pemungutan
suara, kompromi, maupun aklamasi. Kata ”kerakyatan” dan “kedaulatan di tangan rakyat” itulah
yang menunjukkan asas demokrasi, artinya kekuasaan sepenuhnya ada pada rakyat. Sekalipun
kedaulatan rakyat berarti kekuasaan tertinggi ada pada rakyat, bukan berarti setiap rakyat berhak
turut andil dalam pemerintahan, peradilan, dan bahkan pembentukan peraturan, melainkan
kedaulatan rakyat menghendaki agar setiap tindakan pemerintah harus berdasarkan kemauan
rakyat. Maka dari itu, kedaulatan rakyat Indonesia tidak dilakukan melainkan diserahkan kepada
Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR), dimana menurut ketatanegaraan Undang-Undang
Dasar 1945, MPR merupakan lembaga tertinggi negara, karena lembaga tersebut dikatakan
sebagai miniatur (penjelmaan kecil) dari seluruh rakyat Indonesia. e. Konsep Kedaulatan Rakyat
dalam Pancasila Kedaulatan rakyat dalam Pancasila lahir dari budaya bangsa Indonesia dan
esensi dasar dari pembentukan nilai-nilai demokrasi kultural bangsa Indonesia. Kultur dan
budaya bangsa Indonesia lahir dari suku-suku bangsa Indonesia yang bermukim sejak lama,
suku-suku bangsa inilah yang membentuk nilai-nilai Pancasila. Suku bangsa dan golongan inilah
yang memiliki nilai-nilai budaya yang berbeda, yang terus bergesekan, bersinergi sehingga dapat
membentuk nilai-nilai persatuan Indonesia. Kedaulatan rakyat berdasarkan Pancasila,
mengandung dua asas, yakni asas kerakyatan dan asas musyawarah. Asas kerakyatan adalah asas
kesadaran akan cinta 9 kepada rakyat, berjiwa kerakyatan, menghayati kesadaran senasib, dan
seperjuangan dan citacita bersama. Sedangkan asas musyawarah untuk mufakat adalah asas yang
memperhatikan aspirasi atau kehendak seluruh rakyat Indonesia, baik melalui forum
permusyawaratan maupun aspirasi murni dari rakyat.

PENUTUP
a. Kesimpulan
Kedaulatan dari berbagai bahasa dapat diartikan sebagai wewenang tertinggi dari suatu
kesatuan politik. Kedaulatan dalam suatu negara diartikan sebagai kekuasaan tertinggi dalam
negara yang tidak berasal dari kekuasaan lainnya. Aspek utama kedaulatan berdasarkan hukum
internasional antara lain aspek ekstern, aspek intern kedaulatan, dan aspek teritorial kedaulatan.
Dalam hukum internasional, kedaulatan negara (state sovereignty) dan kesederajatan (equality)
antar negara merupakan konsep yang diakui dan menjadi dasar bekerjanya sistem hukum
internasional. Kedaulatan dan kesederajatan negara merupakan dasar pesona dan atribut yang
melekat pada Negara merdeka sebagai subjek hukum internasional. Kedaulatan rakyat
merupakan kedaulatan yang menggambarkan suatu sistem kekuasaan dalam sebuah negara yang
menghendaki kekuasaan tertinggi dipegang oleh rakyat. Rumusan kedaulatan di tangan rakyat
menunjukkan bahwa kedudukan rakyatlah yang tertinggi dan paling sentral. Rakyat adalah
sebagai asal mula kekuasaan negara dan sebagai tujuan kekuasaan negara. Prinsip-Prinsip
Kedaulatan Negara Republik Indonesia sebagaimana diatur dalam UUD 1945, antara lain
Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, alenia IV yang berbunyi: ”Kerakyatan yang dipimpin
oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan” dan dalam Pasal 1 ayat (2)
Batang Tubuh Undang-Undang Dasar 1945 menegaskan bahwa: “Kedaulatan 10 adalah di
tangan rakyat”. Kedaulatan rakyat yang diberlakukan di Indonesia adalah kedaulatan rakyat yang
berdasarkan Pancasila, yakni konsepsi kedaulatan yang sesuai dengan budaya dan peradaban
bangsa Indonesia. Kedaulatan rakyat dalam Pancasila lahir dari budaya bangsa Indonesia dan
esensi dasar dari pembentukan nilai-nilai demokrasi kultural bangsa Indonesia. Kedaulatan
rakyat berdasarkan Pancasila, mengandung dua asas, yakni asas kerakyatan dan asas
musyawarah. b. Saran Kedaulatan diharapkan dapat meningkatkan semangat nasionalisme
masyrakat dalam menjalani kehidupan berbangsa dan bernegara. Setiap masyarakat diharapkan
dapat mengetahui serta memaknai prinsip dan konsep kedaulatan itu sendiri. Selain itu, setiap
warga negara diharapkan dapat mengimplementasikan nilai-nilai yang terkandung dalam UUD
1945 dan Pancasila dalam kehidupan sehari-hari guna mempertahankan kedaulatan tanah air.
Penulis mengharapkan dengan adanya makalah ini, dapat menjadi wacana yang membuka pola
pikir pembaca dan memberi saran yang sifatnya tersirat maupun tersurat.

DAFTAR PUSTAKA
 Iman Santoso M, Kedaulatan dan Yurisdiksi Negara dalam Sudut Pandang 1`Kedaulatan
Rakyat sebagai Perwujudan Demokrasi Indonesia, Adalah Buletin Hukum & Keadilan,
Volume 1, Nomor 8e, 2017. Isharyanto, Kedaulatan Rakyat dan Sistem Perwakilan
Menurut UUD 1945, Penerbit WR, Yogyakarta, 2016. Sigit Riyanto, Kedaulatan Negara
dalam Kerangka Hukum Internasional Kontemporer, Yustisia, Edisi 84, 2012. Nike K
Rumokoy, Kedaulatan dan Kekuasaan dalam UUD 1945 dalam Pembentukan Hukum di
Indonesia, Jurnal Hukum Unsrat, Volume 23, Nomor 9, 2017. Jana Maftei, Sovereignty
in International Law, Acta Universitatis Danubius, Volume 11, Nomor 1, 2015. Khairus
Fahmi. Prinsip Kedaulatan Rakyat dalam Penentuan Sistem Pemilihan Umum Anggota
Legislatif, Jurnal Konstitusi, Volume 7, Nomor 3, 2010. Anton Priyatno, Kedaulatan
Rakyat dan Politik Hukum, Masyarakat Kebudayaan dan Politik, Th XII, Nomor 2,
1999. Sodikin. Gagasan Kedaulatan Lingkungan dalam Konstitusi dan Implementasinya
dalam Pelestarian Lingkungan Hidup, Masalah-Masalah Hukum, Jilid 48, Nomor 3,
2019. Darmini Roza dan Laurensius Arliman S Peran Pemerintah Daerah Di Dalam
Melindungi Hak Anak Di Indonesia, Masalah-Masalah Hukum, Volume 47, Nomor 1,
2018. Laurensius Arliman S, Komnas HAM dan Perlindungan Anak Pelaku Tindak
Pidana, Deepublish, Yogyakarta, 2015. Laurensius Arliman S, Penguatan Perlindungan
Anak Dari Tindakan Human Trafficking Di Daerah Perbatasan Indonesia, Jurnal Selat,
Volume 4, Nomor 1, 2016. Laurensius Arliman S, Problematika Dan Solusi Pemenuhan
Perlindungan Hak Anak Sebagai Tersangka Tindak Pidana Di Satlantas Polresta
Pariaman, Justicia Islamica, Volume 13, Nomor 2, 2016. Laurensius Arliman S,
Pelaksanaan Perlindungan Anak Yang Tereksploitasi Secara Ekonomi Oleh Pemerintah
Kota Padang, Veritas et Justitia, Volume 2, Nomor 1, 2016. 12 Laurensius Arliman S,
Kedudukan Ketetapan MPR Dalam Hierarki Peraturan PerundangUndangan Di
Indonesia, Lex Jurnalica, Volume 13, Nomor 3, 2016. Laurensius Arliman S, Komnas
Perempuan Sebagai State Auxialiary Bodies Dalam Penegakan Ham Perempuan
Indonesia, Justicia Islamica, Volume 14, Nomor 2, 2017. Laurensius Arliman S, Peranan
Pers Untuk Mewujudkan Perlindungan Anak Berkelanjutan Di Indonesia, Jurnal Ilmu
Hukum Tambun Bungai, Volume 2, Nomor 2, 2017. Laurensius Arliman S,
Mewujudkan Penegakan Hukum Yang Baik Untuk Mewujudkan Indonesia Sebagai
Negara Hukum, Jurnal Hukum Doctrinal, Volume 2, Nomor 2, 2017. Laurensius
Arliman S, Participation Non-Governmental Organization In Protecting Child Rights In
The Area Of Social Conflict, The 1st Ushuluddin and Islamic Thought International
Conference (Usicon), Volume 1, 2017. Laurensius Arliman S, Partisipasi Masyarakat
Dalam Pembentukan PerundangUndangan Untuk Mewujudkan Negara Kesejahteraan
Indonesia, Jurnal Politik Pemerintahan Dharma Praja, Volume 10, Nomor 1, 2017,
https://doi.org/10.33701/jppdp.v10i1.379. Laurensius Arliman S, Peran Komisi
Perlindungan Anak Indonesia Untuk Mewujudkan Perlindungan Anak, Jurnal
Respublica Volume 17, Nomor 2, 2018. Laurensius Arliman S, Menjerat Pelaku
Penyuruh Pengrusakan Barang Milik Orang Lain Dengan Mempertimbangkan Asas
Fungsi Sosial, Jurnal Gagasan Hukum, Volume 1, Nomor 1, 2019. Laurensius Arliman
S, Ilmu Perundang-Undangan Yang Baik Untuk Negara Indonesia, Deepublish,
Yogyakarta, 2019. Laurensius Arliman S, Isdal Veri, Gustiwarni, Elfitrayenti, Ade
Sakurawati, Yasri, Pengaruh Karakteristik Individu, Perlindungan Hak Perempuan
Terhadap Kualitas Pelayanan Komnas Perempuan Dengan Kompetensi Sumber Daya
Manusia Sebagai Variabel Mediasi, Jurnal Menara Ekonomi: Penelitian dan Kajian
Ilmiah Bidang Ekonomi, Volume 6, Nomor 2, 2020. Laurensius Arliman S, Pendidikan
Kewarganegaraan, Deepublish, Yogyakarta, 2020. Laurensius Arliman S, Makna
Keuangan Negara Dalam Pasal Pasal 23 E Undang-Undang Dasar 1945, Jurnal Lex
Librum, Volume 6, Nomor 2 Juni 2020, http://dx.doi.org/10.46839/lljih.v6i2.151.
Laurensius Arliman S, Kedudukan Lembaga Negara Independen Di Indonesia Untuk
Mencapai Tujuan Negara Hukum, Kertha Semaya Journal Ilmu Hukum, Volume 8,
Nomor 7, 2020. 13 Laurensius Arliman S, Pelaksanaan Assesment Oleh Polres
Kepulauan Mentawai Sebagai Bentuk Pelaksanaan Rehabilitasi Bagi Pecandu Dan
Korban Penyalahgunaan Narkotika, Jurnal Muhakkamah, Volume 5, Nomor 1, 2020.
Laurensius Arliman S, Aswandi Aswandi, Firgi Nurdiansyah, Laxmy Defilah, Nova Sari
Yudistia, Ni Putu Eka, Viona Putri, Zakia Zakia, Ernita Arief, Prinsip, Mekanisme Dan
Bentuk Pelayanan Informasi Kepada Publik Oleh Direktorat Jenderal Pajak, Volume 17,
No Nomor, 2020. Larensius Arliman S, Koordinasi PT. Pegadaian (Persero) Dengan
Direktorat Reserse Narkoba Polda Sumbar Dalam Penimbangan Barang Bukti
Penyalahgunaan Narkotika, UIR Law Review, Volume 4, Nomor 2, 2020,
https://doi.org/10.25299/uirlrev.2020.vol4(1).3779. Laurensius Arliman S, Tantangan
Pendidikan Kewarganegaraan Pada Revolusi 4.0, Ensiklopedia Sosial Review, Volume
2, Nomor 3, 2020. Muhammad Afif dan Laurensius Arliman S, Protection Of Children's
Rights Of The Islamic And Constitutional Law Perspective Of The Republic Of
Indonesia, Proceeding: Internasional Conference On Humanity, Law And Sharia
(Ichlash), Volume 1, Nomor 2, 2020. Otong Rosadi dan Laurensius Arliman S, Urgensi
Pengaturan Badan Pembinaan Idelogi Pancasila Berdasarkan Undang-Undang Sebagai
State Auxiliary Bodies yang Merawat Pancasila dalam Perspektif Hak Asasi Manusia,
Prosiding Konferensi Nasional Hak Asasi Manusia, Kebudayaan dan Tujuan
Pembangunan Berkelanjutan Indonesia pada Masa Pandemi Covid-19: Tantangan untuk
Keilmuan Hukum dan Sosial Volume 1, Universitas Pancasila, Jakarta, 2020. 1

Anda mungkin juga menyukai