Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Manusia sebagai mahkluk sosial (homososius) memerlukan suatu tempat tinggal
untuk melakukan interaksi dengan sesamanya dan juga sebagai tempat mengembangkan ide
dan kreativitasnya. Manusia yang membentuk suatu perkumpulan, yang mana didalamnya
terjadi suatu interaksi antar sesama anggotanya disebut dengan masyarakat. Kemudian secara
alamiah jika masyarakat itu hidup rukun dan tentram sesuai dengan hukum akal (law of
reason) maka akan terbentuklah suatu negara (Jean Jacques Rousseau). Keberadaan UUD
1945 yang selama ini disakralkan, dan tidak boleh diubah kini telah mengalami beberapa
perubahan. Tuntutan perubahan terhadap UUD 1945 itu pada hakekatnya merupakan tuntutan
bagi adanya penataan ulang terhadap kehidupan berbangsa dan bernegara. Atau dengan kata
lain sebagai upaya memulai kontrak sosial baru antara warga negara dengan negara menuju
apa yang dicita-citakan bersama yang dituangkan dalam sebuah peraturan dasar (konstitusi).
Perubahan konstitusi ini menginginkan pula adanya perubahan sistem dan kondisi negara
yang otoritarian menuju kearah sistem yang demokratis dengan relasi lembaga negara yang
seimbang. Dengan demikian perubahan konstititusi menjadi suatu agenda yang tidak bisa
diabaikan. Hal ini menjadi suatu keharusan dan amat menentukan bagi jalannya
demokratisasi suatu bangsa kedepannya. Sebab wajah negara yang demokratis dan pluralistis,
sesuai dengan nilai keadilan sosial, kesejahteraan rakyat dan kemanusiaan tidak lepas dari
perubahan konstitusi yang ada. Tulisan ini mencoba untuk memaparkan tentang pengertian
negara dan konstitusi serta bagaimana penerapan konstitusi dalam kehidupan negara
Indonesia.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian dari negara ?
2. Bagaimanakah konstitusi di Indonesia ?
3. Apa pengertian dan sifat-sifat dari hukum dasar tertulis (UUD) ?
4. Apa pengertian dan sifat-sifat dari hukum dasar tidak tertulis (Convensi) ?
5. Apa pengertian dari konstitusi ?
6. Bagaimana sistem pemerintahan negara menurut UUD 1945 hasil amandemen 2002 ?
7. Mengapa negara indonesia adalah negara hukum ?

1
1.3 Tujuan
1. Pembaca dapat menjelaskan tentang pengertian dari negara.
2. Setelah membaca makalah, pembaca diharapkan dapat menjelaskan konstitusi yang
ada di Indonesia.
3. Pembaca dapat menjelaskan pengertian dari hukum dasar tertulis (UUD) serta sifat-
sifatnya.
4. Pembaca dapat menjelaskan pengertian serta sifat-sifat dari hukum dasar tidak tertulis
(Convensi).
5. Pembaca dapat menjelaskan pengertian dari konstitusi.
6. Setelah membaca makalah, pembaca diharapkan dapat menjelaskan sistem
pemerintahan negara menurut UUD 1945 hasil amandemen 2002.
7. Pembaca dapat menjelaskan alasan negara indonesia disebut sebagai negara hukum.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN NEGARA


Secara historis pengertian negara senantiasa berkembang sesuai dengan kondisi
masyarakat pada saat itu. Pada zaman Yunani kuno para ahli filsafat negara merumuskan
pengertian negara secara beragam. Aristoteles yang hidup pada tahun 384 322 SM,
merumuskan negara dalam bukunya Politica, yang disebutnya sebagai negara polis, yang
pada saat itu masih dalam suatu wilayah yang kecil. Dalam pengertian itu negara disebut
sebagai negara hukum, yang di dalamnya terdapat sejumlah warga negara yang ikut dalam
permusyawaratan (ecclesia). Oleh karena itu menurut Aristoteles keadilan merupakan syarat
mutlak bagi terselenggaranya negara yang baik demi terwujudnya cita cita seluruh
warganya.
Pengertian lain tentang negara dikembangkan oleh Agustinus, yang merupakan tokoh
Katolik. Ia membagi negara dalam dua pengertian yaitu Civitas Dei yang artinya negara
Tuhan dan Civitas Terrena atau Civitas Diaboli yang artinya negara duniawi. Civitas Terrena
ini ditolak oleh Agustinus, sedangkan yang dianggap baik adalah negara Tuhan atau Civitas
Dei. Negara Tuhan bukanlah negara dari dunia ini, melainkan jiwanya yang dimiliki oleh
sebagian atau beberapa orang di dunia ini untuk mencapainya. Adapun yang melaksanakan
negara adalah Gereja yang mewakili negara Tuhan. Meskipun demikian bukan berarti apa
yang di luar Gereja itu terasing sama sekali dari Civitas Dei (Kusnardi, 1995).
Berbeda dengan konsep pengertian negara menurut kedua tokoh pemikir negara
tersebut, Nicollo Machiavelli (1469-1527), yang merumuskan Negara sebagai Negara
kekuasaan, dalam bukunya Il Principle yang dahulu merupakan buku referensi pada raja.
Machiavelli memandang negara dari sudut kenyataan bahwa dalam suatu negara harus ada
suatu kekuasaan yang dimiliki oleh seorang pemimpin negara atau raja. Raja sebagai
pemegang kekuasaan negara tidak mungkin hanya mengandalkan kekuasaan hanya pada
suatu moralitas atau kesusilaan. Kekacauan timbul dalam suatu negara karena lemahnya
kekuasaan negara. Bahkan yang lebih terkenal lagi ajaran Machiavelli tentang tujuan yang
dapat menghalalkan segala cara. Akibat ajaran ini muncullah berbagai praktek pelaksanaan
kekuasaan negara yang otoriter, yang jauh dari nilai nilai moral.
Teori Negara menurut Machiavelli tersebut mendapat tantangan dan reaksi yang kuat
dari filsuf lain seperti Thomas Hobbes (1588-1679), John Locke (1632-1704) dan Rousseau
(1712-1778). Mereka mengartikan Negara sebagai suatu badan atau organisasi hasil dari
3
perjanjian masyarakat secara bersama. Menurut mereka, manusia sejak dilahirkan telah
membawa hak-hak asasinya seperti hak untuk hidup, hak milik serta hak kemerdekaan.
Dalam keadaan alamiah sebelum terbentuknya negara, hak hak tersebut belum ada yang
menjamin perlindungannya, sehingga dalam status naturalis, yaitu sebelum terbentuknya
negara, hak hak itu akan dapat dilanggar. Konsekuensinya dalam kehidupan alamiah
tersebut terjadilah pembenturan kepentingan berkaitan dengan hak hak masyarakat tersebut.
dalam keadaan naturalis sebelum terbentuknya negara, menurut Hobbes akan terjadi homo
homini lupus, yaitu manusia menjadi serigala bagi manusia lain dan akan timbul suatu perang
semesta yang disebut sebagai belum omnium contre omnes dan hukum yang berlaku adalah
hukum rimba.
Berikut ini konsep pengertian negara modern yang dikemukakan oleh para tokoh
antara lain : Roger H. Soltau, mengemukakan bahwa Negara adalah sebagai alat agency atau
wewenang / authorityyang mengatur atau mengendalikan persoalan-persoalan besama atas
nama masyarakat (Soltau, 1961). Sementara itu menurut Harold J. Lasky bahwa Negara
merupakan suatu masyarakat yang diintegrasikan karena mempunyai wewenang yang bersifat
memaksa dan yang secara sah lebih agung dari pada individu atau kelompok, yang
merupakan bagian dari masyarakat itu. Masyarakat adalah suatu kelompok manusia yang
hidup dan bekerjasama untuk tercapainya suatu tujuan bersama. Masyarakat merupakan suatu
negara manakala cara hidup yang harus ditaati baik oleh individu maupun kelompok
kelompok, ditentukan suatu wewenang yang bersifat memaksa dan mengikat (Lasky, 1947:
8-9). Max Weber mengemukakan pemikirannya bahwa negara adalah suatu masyarakat yang
mempunyai monopoli dalam penggunaan kekerasan fisik secara sah dalam suatu wilayah
(Weber, 1958: 78). Mc. Iver menjelaskan bahwa Negara adalah asosiasi yang
menyelenggarakan penertiban di dalam suatu masyarakat dalam suatu wilayah dengan
berdasarkan sistem hukum yang diselenggarakan oleh suatu pemerintah demi maksud
tersebut diberi kekuasaan memaksa (Iver, 1955:22). Sementara itu Miriam Budiardjo Guru
Besar Ilmu Politik Indonesia mengemukakan, bahwa Negara adalah suatu daerah teritorial
yang rakyatnya diperintah (governed) oleh sejumlah pejabat dan berhasil menuntut dari
warga Negaranya ketaatan pada perundang-undangannya melalui penguasaan (kontrol)
monopolitis dari kekuasaan yang sah (Budiardjo, 1985: 40-41).

Teori Tentang Terbentuknya Negara


Banyak dijumpai teori tentang terbentuknya sebuah negara. Diantara teori-teori tersebut
yaitu:
4
1. Teori Kontrak Sosial (Social Contract)
Teori kontrak sosial atau teori perjanjian masyarakat beranggapan bahwa negara
dibentuk berdasarkan perjanjian-perjanjian masyarakat dalam tradisi sosial
masyarakat. Teori ini meletakkan negara untuk tidak berpotensi menjadi negara tirani,
karena keberlangsungannya bersandar pada kontrak-kontrak sosial antara warga
negara dengan lemabag negara. Penganut mazhab pemikiran ini antara lain Thomas
Hobbes, John Locke dan J.J Rousseau.
a. Thomas Hobbes (1588-1679)
Menurut Hobbes kehidupan manusia terpisah dalam dua zama, yakni keadaan
selama belum ada negara, atau keadaan alamiah (status naturalis, state of nature)
dan keadaan setelah ada negara. Bagi Hobbes kedaan alamiah sama sekali bukan
keadaan yang aman dan sejahtera, tetapi sebaliknya keadaan alamiah merupakan
suatu keadaan sosial yang kacau, tanpa hukum, tanpa pemerintah dan tanpa ikatan-
ikatan sosial antar individu-individu didalamnya. Karenanya menurut Hobbes,
dibutuhkan kontrak atau perjanjian bersama individu-individu yang tadinya hidup
dalam keadaan ilmiah berjanji akan menyerahkan semua hak-hak kodrat yang
dimilikinya kepada seseorang atau sebuah badan yang disebut negara.
b. John Locke (1632-1704)
Berbeda dengan Hobbes yang melihat keadaan alamiah sebagai suatu keadaan
yang kacau, John Locke melihatnya sebagai suatu keadaan yang damai, penuh
komitmen baik, saling menolong antara individu-individu didalam sebuah
kelompok masyarakat. Sekalipun keadaan alamiah dalam pandangan Locke
merupakan sesuatu yang ideal, ia berpendapat keadaan ideal tersebut memiliki
potensial terjadinya kekacauan lantaran tidak adanya organisasi dan pimpinan yang
dapat mengatur kehidupan mereka. Di sini, unsur pimpinan atau negara menjadi
sangat penting demi menghindari konflik di antara warga negara bersandar pada
alasan ilmiah negara mutlak didirikan.
c. Jean Jacques Rousseau (1712-1778)
Berbeda dengan Hobbes dan Locke, menurut Rousseau keberadaan suatu
negara bersandar pada perjanjian warga negara untuk mengikatkan diri dengan
suatu pemerintah yang dilakukan melalui organisasi politik. Menurutnya,
pemerintah tidak memiliki dasar kontraktual, melainkan hanya organisasi politiklah
yang dibentuk melalui kontrak. Pemerintah sebagai pimpinan organisasi negara
dibentuk dan ditentukan oleh yang berdaulat dan merupakan wakil-wakil dari
5
warga negara. Yang berdaulat adalah rakyat seluruhnya melalui kemauan
umumnya. Pemerintah tidak lebih dari lebih dari sebuah komisi atau pekerja yang
melaksanakan mandat bersama tersebut.
Melalui pandangannya ini, Rousseau dikenal sebagai peletak dasar bentuk
negara yang kedaulatannya berada ditangan rakyat melalui perwakilan organisasi
politik mereka. Dengan kata lain, ia juga sekaligus dikenal sebagai penggagas
paham negara demokrasi yang bersumberkan pada kedaulatan rakyat, yakni rakyat
berdaulat dan penguasa-penguasa negara hanyalah merupakan wakil-wakil rakyat
pelaksana mandat bersama.
2. Teori Ketuhanan (Teokrasi)
Teori ketuhanan dikenal juga dengan istilah doktrin teokratis. Teori ini ditemukan
baik di Timur maupun di belahan dunia Barat. Doktrin ketuhanan ini memperoleh
bentuknya yang sempurna dalam tulisan-tulisan para sarjana Eropa Abad Pertengahan
yang menggunakan teori ini untuk membenarkan kekuasan mutlak para raja.
Doktrin ini memiliki pandangan bahwa hak memerintah yang dimiliki para raja
berasal dari Tuhan. Mereka mendapat mandat Tuhan untuk bertakhta sebagai
penguasa. Para raja mengklaim sebagai wakil tuhan didunia yang
mempertanggungjawabkan kekuasaannya hanya pada Tuhan, bukan kepada manusia.
Praktik kekuasaan model ini ditentang oleh kalangan monarchomach (penentang
raja). Menurut mereka, raja tiran dapat diturunkan dari mahkotanya, bahkan dapat
dibunuh. Mereka beranggapan bahwa sumber kekuasaan adalah rakyat.
3. Teori Kekuatan
Secara sederhana teori ini dapat diartikan bahwa negara terbentuk karena adanya
dominasi negara kuat melalui penjajahan. Menurut teori ini, kekuatan menjadi
pembenaran (raison detre) dari terbentuknya sebuah negara. Melalui proses
penaklukan dan pendudukan oleh suatu kelompok (etnis) atas kelompok tertentu
dimulailah proses pembentukan suatu negara. Dengan kata lain, terbentuknya suatu
negara karena pertarungan kekuatan di mana sang pemenang memiliki kekuatan untuk
membentuk sebuah negara.
Teori ini berawal dari kajian antropologis atas pertikaian yang terjadi di kalangan
suku-suku primitif, dimana si pemenang pertikaian menjadi penentu utama kehidupan
suku yang dikalahkan. Bentuk penaklukan yang paling nyata di masa modern adalah
penaklukan dalam bentuk penjajahan bangsa Barat atas bangsa-bangsa Timur. Setelah
masa penjajahan berakhir di awal abad ke 20, dijumpai banyak negara-negara baru
6
yang kemerdekaannya banyak ditentukan oleh penguasa kolonial. Negara malaysia
dan Brunei Darussalam bisa dikategorikan dalam jenis ini.

Tujuan Negara
Sebagai sebuah organisasi kekuasaan dari kumpulan orang-orang yang mendiaminya,
negara harus memiliki tujuan yang disepakati bersama. Tujuan sebuah negara dapat
bermacam-macam, antara lain :
a. Bertujuan untuk memperluas kekuasaan.
b. Bertujuan menyelenggarakan ketertiban hukum.
c. Bertujuan untuk mencapai kesejahteraan umum.
Dalam tradisi Barat, pemikiran tentang terbentuknya sebuah negara memiliki tujuan
tertentu sesuai model negara tersebut. Dalam konsep dan ajaran Plato, tujuan adanya negara
adalah untuk memajukan kesusilaan manusia, sebagai perseorangan (individu) dan sebagai
makhluk sosial. Berbeda dengan Plato, menurut ajaran dan konsep teokratis Thomas Aquinas
dan Agustinus, tujuan negara adalah untuk mencapai penghidupan dan kehidupan aman dan
tenteram dengan taat kepada dan dibawah pimpinan Tuhan. Pemimpin negara menjalankan
kekuasaannya hanya berdasarkan kekuasaan Tuhan yang diberikan kepadanya.
Dalam Islam, seperti yang dikemukakan oleh Ibnu Arabi, tujuan negara adalah agara
manusia bisa menjalankan kehidupannya dengan baik, jauh dari sengketa dan menjaga
intervensi pihak-pihak asing. Paradigma ini didasarkan pada konsep sosiohistoris bahwa
manusia diciptakan oleh Allah SWT dengan watak dan kecenderungan berkumpul dan
bermasyarakat, yang membawa konsekuensi antara individu-individu satu sama lain saling
membutuhkan bantuan. Adapun menurut Ibnu Khaldun, tujuan negara adalah untuk
mengusahakan kemaslahatan agama dan dunia yang bermuara pada kepentingan akhirat.
Dalam konteks negara Indonesia, tujuan negara adalah untuk memajukan
kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban
dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial sebagaimana
tertuang dalam Pembukaan dan Penjelasan UUD 1945. Dengan demikian dapat bahwa
indonesia merupakan suatu negara yang bertujuan untuk mewujudkan kesejahteraan umum,
membentuk suatu masyarakat adil dan makmur.

Unsur Unsur Negara


Berdasarkan pengertian yang dikemukakan oleh berbagai filsuf serta para sarjana
tentang negara, maka dapat disimpulkan bahwa semua Negara memiliki unsur-unsur yang
7
mutlak harus ada. Unsur-unsur Negara meliputi : Wilayah atau daerah teritorial yang sah,
Rakyat yaitu suatu bangsa sebagai pendukung pokok negara dan tidak terbatas hanya pada
salah satu etnis saja, serta Pemerintahan yang sah diakui dan berdaulat.
Untuk lebih jelas memahami unsur-unsur pokok dalam negara ini, berikut akan dijelaskan
masing-masing unsur tersebut.
a. Rakyat
Rakyat dalam pengertian keberadaan suatu negara adalah sekumpulan manusia
yang dipersatukan oleh rasa persamaan dan bersama-sama mendiami suatu wilayah
tertentu. Tidak bisa dibayangkan jika ada suatu negara tanpa rakyat. Hal ini
mengingat rakyat atau warga negara adalah substratum personel dari negara.
b. Wilayah
Wilayah adalah unsur negara yang harus terpenuhi karena tidak mungkin ada
negara tanpa ada batas-batas teritorial yang jelas. Secara umum, wilayah dalam
sebuah negara biasanya mencakup daratan, perairan (samudra, laut dan sungai), dan
udara. Dalam konsep negara modern masing-masing batas wilayah tersebut diatur
dalam perjanjian dna perundang-undangan internasional.
c. Pemerintah
Pemerintah adalah alat kelengkapan negara yang bertugas memimpin organisasi
negara untuk mencapai tujuan bersama didirikannya sebuah negara. Pemerintah,
melalui aparat dan alat-alat negara, yang menetapkan hukum, melaksanakan
ketertiban dan keamanan, mengadakan perdamaian dan lainnya dalam rangka
mewujudkan kepentingan negaranya yang beragam. Untuk mewujudkan cita-cita
bersama tersebut dijumpai bentuk-bentuk negara dan pemerintahan. Pada umumnya,
nama sebuah negara identik dengan model pemerintahan yang dijalankannya
misalnya, negara demokrasi dengan pemerintahan sistem parlementer atau
presidensial. Ketiga unsur ini dilengkapi dengan unsur negara lainnya, konstitusi.
d. Pengakuan negara lain
Unsur pengakuan oleh negara lain hanya bersifat menerangkan tentang adanya
negara. Hal ini hanya bersifat deklaratif, bukan kosntitutif sehingga tidak bersifat
mutlak. Ada dua macam pengakuan suatu negara, yakni pengakuan de facto dan
pengakuan de jure. Pengakuan de facto ialah pengakuan atas fakta adanya negara.
Pengakuan ini didasarkan adanya fakta bahwa suatu masyarakat politik telah
memenuhi tiga unsur utama negara (wilayah, rakyat dan pemerintah yang berdaulat).
Adapun pengakuan de jure merupakan pengakuan akan sahnya suatu negara atas
8
dasar pertimbangan yuridis menurut hukum. Dengan memperoleh pengakuan de jure,
maka suatu negara mendapat hak-haknya di samping kewajiban sebagai anggota
keluarga bangsa sedunia. Hak dan kewajiban dimaksud adalah hak dan kewajiban
untuk bertindak dan diberlakukan sebagai suatu negara yang berdaulat penuh di antara
negara-negara lain.

Bentuk-Bentuk Negara
Negara memiliki bentuk yang berbeda-beda. Secara umum, dalam konsep dan teori
modern, negara terbagi menjadi ke dalam dua bentuk : negara kesatuan (unitarian-isme) dan
negara serikat (federasi).
1. Negara Kesatuan
Negara kesatuan adalah bentuk suatu negara yang merdeka dan berdaulat, dengan
satu pemerintah pusat yang berkuasa dan mengatur seluruh daerah. Namun dalam
pelaksanaannya, negara kesatuan ini terbagi kedalam dua macam sistem
pemerintahan: sentral dan otonomi.
a. Negara kesatuan dengan sistem sentralisasi adalah sistem pemerintahan yang
langsung dipimpin oleh pemerintah pusat, sementara pemerintah daerah
dibawahnya melaksanakan kebijakan pemerintah pusat. Model pemerintahan Orde
Baru di bawah pemerintahan Presiden Soeharto adalah salah satu contoh sistem
pemerintahan model ini.
b. Negara kesatuan dengan sistem desentralisasi adalah kepala daerah diberikan
kesempatan dan kewenangan untuk mengurus urusan pemerintah di wilayahnya
sendiri. Sistem ini dikenal dengan istilah otonomi daerah atau swatantra. Sistem
pemerintahan negara Malaysia dan pemerintahan pasca Orde Baru di Indonesia
dengan sistem otonomi khusus dapat dimasukkan ke model ini.
2. Negara Serikat
Negara serikat atau federasi merupakan bentuk negara gabungan yang terdiri dari
beberapa negara bagian dari sebuah negara serikat. Pada mulanya negara-negara
bagian tersebut merupakan negara yang merdeka, berdaulat dan berdiri sendiri.
Setelah menggabukan diri dengan negara serikat, dengan sendirinya negara tersebut
melepaskan bagian dari kekuasaannya dan menyerahkannya kepada negara serikat.
Disamping dua bentuk ini, dari sisi pelaksana dan mekanisme pemilihannya, bentuk
negara dapat digolongkan ke dalam tiga kelompok: monarki, oligarki dan demokrasi.
a. Monarki
9
Pemerintahan monarki adalah model pemerintahan yang dikepalai oleh raja
atau ratu. Dalam praktiknya, monarki memiliki dua jenis: Monarki absolut dan
Monarki Konstitusional. Monarki absolut adalah model pemerintahan dengan
kekuasaan tertinggi di tangan satu orang raja atau ratu. Termasuk dalam kategori
ini adalah Arab Saudi. Adapun, monarki konstitusional adalah bentuk
pemerintahan yang kekuasaan kepala pemerintahannya (perdana menteri) dibatasi
oleh ketentuan-ketentuan konstitusi negara. Praktik monarki konstitusional ini
adalah yang paling banyak dipraktikkan di beberapa negara, seperti Malaysia,
Thailand, Jepang dan Inggris. Dalam model monarki konstitusional ini, kedudukan
raja hanya sebatas simbol negara.
b. Oligarki
Model pemerintahan oligarki adalah pemerintahan yang dijalankan oleh
beberapa orang yang berkuasa dari golongan atau kelompok tertentu.
c. Demokrasi
Pemerintahan model demokrasi adalah bentuk pemerintahan yang bersandar
pada kedaulatan rakyat atau mendasarkan kekuasaannya pada pilihan dan kehendak
rakyat melalui mekanisme pemilihan umum (pemilu).

Negara Indonesia
Meskipun ditinjau berdasarkan unsur-unsur yang membentuk negara, hampir semua
negara memiliki kesamaan, namun ditinjau dari segi tumbuh dan terbentuknya negara serta
susunan negara, setiap negara di dunia ini memiliki spesifikasi serta ciri khas masing-masing.
Negara Inggris tumbuh dan berkembang berdasarkan ciri khas bangsa serta wilayah bangsa
Inggris. Mereka tumbuh dan berkembang dengan dilatarbelakangi oleh megahnya kekuasaan
kerajaan, sehingga negara Inggris tumbuh dan berkembang senantiasa terkait dengan
eksistensi kerajaan. Negara Amerika tumbuh dan berkemabng dari penduduk imigran yang
bertualang menjelajahi benua, meskipun bangsa yang dimaksud adalah bangsa Inggris, yang
kemudian disusul oleh berbagai etnis di dunia seperti dari Cina dan bangsa Asia lainnya,
Perancis, Spanyol, Amerika Latin, dan lain sebagainya. Oleh karena itu negara Amerika
terbentuk melalui integrasi antar etnis di dunia. Demikian pula negara-negara lain di dunia
tumbuh dan berkembang dengan ciri khas dan sejarahnya masing-masing.
Demikian pula bangsa dan negara Indonesia tumbuh dan berkembang dengan dilatar
belakangi oleh kekuasaan dan penindasan bangsa asing seperti penjajahan Belanda serta
Jepang. Oleh karena itu bangsa Indonesia tumbuh dan berkembang dilatarbelakangi oleh
10
adanya kesatuan nasib, yaitu bersama-sama dalam penderitaan dibawah penjajahan bangsa
asing serta berjuang merebut kemerdekaan. Selain itu yang sangat khas bagi bangsa
Indonesia adalah unsur-unsur etnis yang membentuk bangsa itu sangat beraneka ragam, baik
latar belakang budaya seperti bahasa, adat kebiasaan serta nilai-nilai yang dimilikinya. Oleh
karena itu terbentuknya bangsa dan negara Indonesia melalui suatu proses yang cukup
panjang. Sejak masa sebelum bangsa asing menjajah Indonesia, seperti masa kejayaan
kerajaan Kutai, Sriwijaya, Majapahit dan kerajaan-kerajaan lainnya. Kemudian datanglah
bangsa asing ke Indonesia maka bangsa Indonesia saat itu bertekad untuk membentuk suatu
persekutuan hidup yang disebut bangsa, sebagai unsur pokok negara melalui Sumpah Pemuda
28 Oktober 1928. Isi sumpah itu merupakan suatu tekad untuk mewujudkan unsur-unsur
negara yaitu satu nusa (wilayah) negara, satu bangsa (rakyat) dan satu bahasa, sebagai bahasa
pengikat dan komunikasi antar warga negara dan dengan sendirinya setelah kemerdekaan
kemudian dibentuklah suatu pemerintahan negara.
Prinsip-prinsip Negara Indonesia dapat dikaji melalui makna yang terkandung di dalam
Pembukaan UUD 1945 Alinea I, menjelaskan tentang latar belakang terbentuknya negara dan
bangsa Indonesia, yaitu tentang kemerdekaan adalah hak kodrat segala bangsa di dunia, dan
penjajahan itu tidak sesuai dengan peri kemanusiaan dan peri keadilan oleh karena itu harus
dihapuskan. Alinea ke II menjelaskan tentang perjalanan perjuangan bangsa Indonesia dalam
memperjuangkan kemerdekaan. Alinea III menjelaskan tentang kedudukan kodrat manusia
Indonesia sebagai bangsa yang religius yang kemudian pernyataan kemerdekaan. Adapun
alinie IV, menjelaskan tentang terbentuknya bangsa dan negara Indonesia, yaitu adanya
rakyat Indonesia, pemerintahan negara Indonesia yang disusun berdasarkan Undang-Undang
Dasar negara, Wilayah negara serta dasar filosofis negara yaitu Pancasila (Notonagoro,
1975).

2.2 KONSTITUSIONALISME
Setiap negara modern dewasa ini senantiasa memerlukan suatu sistem pengaturan
yang dijabarkan dalam suatu konstitusi. Oleh karena itu konstitusionalisme mengacu kepada
pengertian sistem institusionalisasi secara efektif dan teratur terhadap suatu pelaksanaan
pemerintahan. Dengan lain perkataan untuk menciptakan suatu tertib pemerintahan
diperlukan pengaturan sedemikian rupa, sehingga dinamika kekuasaan dalam proses
pemerintahan dapat dibatasi dan dikendalikan (Hamilton, 1931: 255). Gagasan mengatur dan
membatasi kekuasaan ini secara alamiah muncul karena adanya kebutuhan untuk merespon
perkembangan peran relatif kekuasaan umum dalam suatu kehidupan umat manusia.
11
Ketika negara-negara bangsa (nation states) mendapatkan bentuknya yang sangat
kuat, sentralistik dan sangat berkuasa selama abad ke-16 dan ke-17 berbagai teori politik
berkembang untuk memberikan penjelasan mengenai perkembangan sistem yang kuat
tersebut.
Basis pokok konstitusionalisme adalah kesepakatan umum atau persetujuan
(consensus) diantara mayoritas rakyat mengenai bangunan yang diidealkan berkaitan dengan
negara. Organisasi negara itu diperlukan oleh warga masyarakat politik agar kepentingan
mereka bersama dapat dilindungi atau dipromosikan melalui pembentukan dan penggunaan
mekanisme yang disebut negara (Andrews, 1968: 9). Oleh karena itu kata kuncinya adalah
konsensus general agreement. Jika kesepakatan itu runtuh, maka runtuh pula legitimasi
kekuasaan negara yang bersangkutan dan pada gilirannya dapat terjadi civil war atau perang
sipil, atau dapat pula suatu revolusi. Dalam sejarah perkembangan negara di dunia peristiwa
tersebut terjadi di Perancis tahun 1789, di Amerika tahun 1776, di Rusia tahun 1917, bahkan
di Indonesia terjadi pada tahun 1945, 1965 dan 1998.
Konsensus yang menjamin tegaknya konstitusionalisme di zaman modern dewasa ini
pada umumnya dipahami berdasarkan pada tiga elemen kesepakatan atau konsensus, sebagai
berikut :
1. Kesepakatan tentang tujuan atau cita-cita bersama(the general goals of society or general
acceptance of the same philosophy og government).
2. Kesepakatan tentang the rule of lawsebagai landasan pemerintah atau penyelenggaraan
negara (the basis of government).
3. Kesepakatan tentang bentuk institusi-institusi dan prosedur ketatanegaraan(the form of
institusions and procedures). (Andrews 1968: 12).
Kesepakatan pertama, yaitu berkenaan dengan cita-cita bersama yang sangat
menentukan tegaknya konstitusionalisme dan konstitusi dalam suatu Negara. Karena cita-cita
bersama itulah yang pada puncak abstraksinya paling mungkin mencerminkan bahkan
melahirkan kesamaan-kesamaan kepentingan diantara sesama warga masyarakat yang dalam
kenyataannya harus hidup di tengah-tengah pluralisme atau kemajemukan. Oleh karena itu,
pada suatu masyarakat untuk menjamin kebersamaan dalam kerangka kehidupan bernegara,
diperlukan perumusan tentang tujuan-tujuan atau cita-cita bersama yang biasa juga disebut
sebagai falsafah kenegaraan atau staatsidee (cita negara) yang berfungsi sebagai
philosofhiscegronslaag dan comon platforms, diantara sesama warga masyarakat dalam
konteks kehidupan bernegara.

12
Bagi bangsa Indonesia dasar filosofis yang dimaksud adalah dasar filsafat negara
Pancasila. Lima prinsip dasar yang merupakan dasar filosofis bangsa Indonesia tersebut
adalah : (1) Ketuhanan Yang Maha Esa, (2) Kemanusiaan yang adil dan beradab, (3)
Persatuan Indonesia, (4) Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan / perwakilan, dan (5) Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Kelima
prinsip dasar filsafat negara tersebut merupakan dasar filosofis-ideologis untuk mewujudkan
cita-cita ideal dalam bernegara yaitu : (1) melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah
darah Indonesia, (2) meningkatkan (memajukan) kesejahteraan umum, (3) mencerdaskan
kehidupan bangsa, dan (4) ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi, dan keadilan sosial.
Kesepakatan kedua, adalah kesepakatan bahwa basis pemerintahan didasarkan atas
aturan hukum dan konstitusi. Kesepakatan kedua ini juga sangat prinsipal, karena dalam
setiap negara harus ada keyakinan bersama bahwa dalam segala hal dalam penyelenggaraan
negara harus didasarkan atas rule of law. Bahkan di Amerika dikenal istilah The Rule of law,
and not rule of man untuk menggambarkan pengertian bahwa hukumlah yang sesungguhnya
memerintah atau memimpin dalam suatu negara, bukan manusia.
Istilah The Rule Of Law harus dibedakan dengan istilah The Rule by Law. Dalam
istilah terakhir ini,kedudukan hukum (law) digambarkan hanya bersifat instrumentalis atau
hanya sebagai alat, sedangkan kepemimpinan tetap berada ditangan orang atau manusia yaitu
The rule of Man by Law. Dalam pengertian yang demikian, hukum dapat dipandang
sebagai suatu kesatuan sistem yang puncaknya terdapat pengertian mengenai hukum dasar
yang disebut konstitusi, baik dalam arti naskah yang tertulismaupun tidak tertulis. Dari
pengertian ini kita kenal istilah constitutional state yang merupakan salah satu ciri penting
negara demokrasi modern. Oleh karena itu kesepakatan tentang sistem aturan sangat penting
sehingga konstitusi sendiri dapat dijadikan pegangan tertinggi dalam memutuskan segala
sesuatu yang harus didasarkan atas hukum. Tanpa ada konsensus semacam itu, konstitusi
tidak berguna,karena ia sekedar berfungsi sebagai kertas dokumen yang mati, hanya bernilai
semantik dan tidak berfungsi atau tidak dapat difungsikan sebagaimana mestinya.

Kesepakatan ketiga adalah berkenaan dengan (a) bangunan organ negara dan
prosedur prosedur yang mengatur kekuasaan, (b) hubungan hubungan antar organ negara
itu satu sama lain serta (c) hubungan antara organ organ negara itu dengan warga
negara.Dengan adanya kesepakatan tersebut, maka isi konstitusi dapat dengan mudah
dirumuskan karena benar-benar mencerminkan keinginan bersama. Berkenaan dengan

13
institusi kenegaraan dan mekanisme ketatanegaraan yang hendak dikembangkan dalam
kerangka kehidupan negara berkonstitusi (constitusional state). Kesepakatan itulah yang
dirumuskan dalam dokumen konstitusi yang diharapkan dijadikan pegangan bersama untuk
kurun waktu yang cukup lama. Para perancang dan perumus konstitusi tidak seharusnya
membayangkan bahwa konstitusi akan diubah dalam waktu dekat. Konstitusi tidak sama
dengan undang undang yang dapat lebih mudah diubah. Karena itulah mekanisme
perubahan Undang Undang Dasar memang sudah seharusnya tidak diubah semudah
mengubah undang undang. Meskipun demikian seharusnya konstitusi tidak disakralkan dari
kemungkinan perubahan seperti yang terjadi tatkala Orde Baru.
Keseluruhan kesepakatan itu pada intinya menyangkut prinsip pengaturan dan
pembatasan kekuasaan. Atas dasar pengertian tersebut maka sebenarnya prinsip
konstitusionalisme modern adalah menyangkut prinsip pembatasan kekuasaan atau yang
lazim disebut sebagai prinsip limited government. Dalam pengertian inilah maka
konstitusionalisme mengatur dua hubungan yang saling berkaitan satu sama lain, yaitu :
Pertama, hubungan antara pemerintahan dengan warga negara dan Kedua, hubungan antara
lembaga pemerintahan yang satu dengan lainnya.

2.3 KONSTITUSI INDONESIA


2.3.1 PENGANTAR
Dalam proses reformasi hukum dewasa ini berbagai kajian ilmiah tentang UUD 1945,
banyak yang melontarkan ide untuk melakukan amandemen terhadap UUD 1945. Memang
amandemen tidak dimaksudkan untuk mengganti sama sekali UUD 1945, akan tetapi
merupakan prosedur penyempurnaan terhadap UUD 1945 tanpa harus langsung mengubah
UUD nya itu sendiri, amandemen lebih merupakan perlengkapan dan rincian yang dijadikan
lampiran otentik bagi UUD tersebut ( Mahmud, 1999 :64). Dengan sendirinya amandemen
dilakukan dengan melakukan berbagai perubahan pada pasal pasal maupun memberikan
tambahan tambahan .
Ide tentang amandemen terhadap UUD 1945 tersebut didasarkan pada suatu
kenyataan sejarah selama masa orde lama dan orde baru, bahwa penerapan terhadap pasal
pasal UUD memiliki sifat Multiinterpretable atau dengan kata lain berwayuh arti, sehingga
mengakibatkan adanya sentralisasi kekuasaan terutama pada presiden. Karena latar belakang
politik inilah maka masa orde baru berupaya untuk melestarikan UUD 1945 bahkan UUD
1945 seakan akan bersifat keramat yang tidak dapat diganggu gugat.

14
Suatu hal yang sangat mendasar bagi pentingnya amandemen UUD 1945 adalah tidak
adanya sistem kekuasaan dengan checks and balances terutama terhadap kekuasaan
eksekutif. Oleh karena itu bagi bangsa indonesia proses reformasi terhadap UUD 1945 adalah
merupakan suatu keharusan, kareana hal itu akan mengantarkan bangsa indonesia ke arah
tahapan baru melakukan penataan terhadap ketatanegaraan.
Amandemen terhadap UUD 1945 dilakukan oleh bangsa indonesia sejak tahun 1999,
dimana amandemen pertama dilakukan dengan memberikan tambahan dan perubahan
terhadap pasal 9 UUD 1945. Kemudian amandemen kedua dilakukan pada tahun 2000,
amandemen ketiga dilakukan pada tahun 2001, dan amandemen terakhir dilakukan pada
tahun 2002 dan disahkan pada tanggal 10 agustus 2002.
Demikianlah bangsa indonesia memasuki suatu babakan baru dalam kehidupan
ketatanegaraan yang diharapkan membawa kearah perbaikan tingkat kehidupan rakyat. UUD
1945 hasil amandemen 2002 dirumuskan dengan melibatkan sebanyak banyaknya
partisipasi rakyat dalam mengambil keputusan politik, sehingga diharapkan struktur
kelembagaan negara yang lebih demokratis ini akan meningkatkan kesejahteraan rakyat.

2.3.2 HUKUM DASAR TERTULIS (UNDANG-UNDANG DASAR)


Sebagaimana disebutkan diatas bahwa pengertian hukum dasar meliputi dua macam
yaitu: hukum dasar tertulis (Undang Undang Dasar ) dan hukum tidak tertulis (convensi).
Oleh karena itu sifatnya yang tertulis. Maka Undang Undang Dasar itu dirumuskan tertulis
dan tidak mudah berubah. Secara umum menurut E.C.S Wade dalam bukunya Constitutional
Law. Undang Undang Dasar menurut sifat dan fungsinya adalah suatu naskah yang
memaparkan kerangka dan tugas tugas pokok dari badan badan pemerintahan suatu
negara dan menentukan pokok pokok cara kerja badan badan tersebut.
Jadi pada prinsipnya mekanisme dan dasar bagi setiap sistem pemerintahan diatur
dalam Undang Undang Dasar. Bagi mereka yang memandang negara dari sudut kekuasaan
dan menganggapnya sebagai suatu organisasi kekuasaan. Maka Undang Undang Dasar
dapat dipandang sebagai lembaga dan sekumpulan asas yang menetapkan bagaimana
kekuasaan tersebut dibagi antara Badan Legislatif, Eksekutif dan Badan Yudikatif.
Undang Undang Dasar menentukan cara cara bagaimana pusat-pusat kekuasaan ini
bekerja sama dan menyesuaikan diri satu sama lain. Undang Undang Dasar merekam
hubungan hubungan kekuasaan dalam satu negara. (Budiardjo, 1981:95.96).
Dalam pejelasan undang-undang dasar 1945 disebutkan bahwa undang-undang dasar
1945 bersifat singkat dan supel. Undang-undang dasar 1945 1945 hanya memiliki 37 pasal,
15
adapun pasal-pasal lain hanya memuat aturan peralihan dan peraturan tambahan. Hal ini
mengandung makna bahwa:
a) Telah cukup jikalau undang-undang dasar hanya memuat aturan-aturan pokok, hanya
memuat gari-garis besar intruksi kepada pemerintah pusat dan lain-lain penyelenggarakan
negara untuk menyelenggarakan negara, untuk menyelenggarakan kehidupan negara dan
kesejahteraan sosial.
b) Sifatnya yang supel (elastic) dimaksudkan bahwa kita senantiasa harus ingat bahwa
masyarakat itu harus terus berkembang dinamis. Negara indonesia akan terus tumbauh
berkembang seiring dengan perubahan zaman. Berhubung dengan itu janganlah terlalu
tergesa-gesa memberkan kristalisasi. Memberikan bentuk kepada pikiran-pikiran yang
masih berubah. Memang sifat aturan yang tertulis itu bersifat mengikat. Oleh karena itu
makin supel sifatnya aturan itu makin baik. Jadi kita harus menjaga supaya sistem dalam
undang-undang dasr itu jangan ketinggalan zaman.

Menurut Padmowahyono, seluruh kegiatan negara harus dikelompokkan menjadi dua


macam yaitu:
1) Penyelenggaraan kehidupan negara
2) Penyelenggaraan kesejahteraan sosial
Berdasarkan pengertian pengertian tersebut diatas, maka sifat Undang Undang
Dasar 1945 adalah sebagai berikut:
1) Oleh karena sifatnya tertulis maka rumusannya jelas, merupakan suatu hukum positif
yang mengikat pemerintah sebagai penyelenggara negara, maupun mengikat bagi setiap
warga negara.
2) Sebagaimana tersebut dalam penjelasan Undang Undang Dasar 1945 bahwa UUD 1945
bersifat singkat dan supel, menurut aturan aturan yaitu memuat aturan aturan pokok
yang setiap kali harus dikembangkan sesuai dengan perkembangan zaman serta memuat
hak hak asasi manusia.
3) Memuat norma norma aturan aturan serta ketentuan ketentuan yang dapat dan harus
dilaksanakan secara konstitutional.
4) Undang undang dasar 1945 dalam tertib hukum indonesia merupakan peraturan hukum
positif yang tertinggi, disamping itu sebagai alat kontrol terhadap norma norma hukum
positif yang lebih rendah dalam hierarki tertib hukum Indonesia.

16
2.3.3 HUKUM DASAR YANG TIDAK TERTULIS (CONVENSI)
Convensi adalah hukum dasar yang tidak tertulis, yaitu aturan aturan dasar yang
timbul dan terpelihara dalam praktek penyelenggaraan negara meskipun sifatnya tidak
tertulis. Convensi ini mempunyai sifat sifat sebagai berikut:
a) Merupakan kebiasaan yang berulang kali dan terpelihara dalam praktek penyelenggaraan
negara.
b) Tidak bertentangan dengan Undang Undang Dasar dan berjalan sejajar.
c) Diterima oleh seluruh rakyat
d) Bersifat sebagai pelengkap, sehingga memungkinkan sebagai aturan aturan dasar dan
tidak terdapat dalam Undang Undang Dasar.
Contoh contoh Convensi antara lain sebagai berikut:
1) Pengambilan keputusan berdasarkan musyawarah mufakat. Menurut pasal 37 aat (1) dan
(4) Undang Undang Dasar 1945, segala keputusan MPR diambil berdasarkan suara
terbanyak. Akan tetapi sistem ini dirasa kurang jiwa kekeluargaan sebagai keperibadian
bangsa, karena itu dalam praktek praktek penyelenggara negar selalu diusahakan untuk
mengambil keputusan berdasarkan musyawarah untuk mufakat, dan ternyata hampir
selalu berhasil. Pungutan suara baru ditempuh. Jikalau usaha musyawarah untuk mufakat
sudah tidak dapat dilaksanakan. Hal yang demikian ini merupakan perwujudan dari cita
cita yang terkandung dalam pokok pikiran kerakyatan dan permusyawaratan/perwakilan.
2) Praktek praktek penyelenggara negara yang sudah menjadi hukum dasar tidak tertulis
antara lain:
a) Pidato kenegaraan republik indonesia setiap tanggal 16 Agustus di dalamsidang
Dewan Perwakilan Rakyat.
b) Pidato Presiden yang diucapkan bagi keterangan pemerintan tentang Rancangan
Anggaran Pendapatan dari Belanja Negara pada minggu pertama pada minggu bulan
Januari setiap tahunnya.
Ketiga hal tersebut dalam batinnya secra tidak langsung adalah merupakan realisasi
dari undang undang dasar (merupakan pelengkap). Namun perlu digaris bawahi bilaman
convensi ingin dijadikan menjadi rumusan yang bersifat tertulis, maka yang berwenang
adalah MPR, dan rumusannya bukanlah merupakan suatu hukum dasar melainkan tertuang
dalam ketetapan MPR.
Jadi konvensi bila mana dikehendaki untuk menjadi suatu aturan dasar yang tertulis,
tidak secara otomatis setingkat dengan UUD, melainkan suatu ketetapan MPR.

17
2.3.4 KONSTITUSI
Disamping pengertian Undang Undang Dasar, dipergunakan juga istilah lain yaitu
Konstitusi, intilah berasal dari bahas inggris Constitution atau dari bahasa Belanda
Constitutie. Terjemahan dari istilah tersebut adalah Undang Undang Dasar, dan hal ini
memang sesuai dengan kebiasaan orang Belanda dan Jerman, yang dalam percakapan sehari-
hari memakai kata Grondwet (Grond=dasar, wet=undang-undang) yang keduanya
menunjukkan naskah tertulis.
Namun pengertian konstitusi dalam praktek ketatanegaraan umumnya dapat
mempunyai arti:
1) Lebih luas dari pada Undang Undang Dasar.
2) Sama dengan pengertian Undang Undang Dasar.
Kata konstitusi dapat mempunyai arti lebih luas dari pada pengertian Undang-Undang
Dasar, karena pengertian Undang Undang Dasar hanya meliputi konstitusi tertulis saja, dan
selain itu masih terdapat konstitusi tidak tertulis yang tidak tercakup dalam Undang Undang
Dasar.
Dalam praktek ketatanegaraan negara Republik Indonesia pengertian konstitusi adalah
sama dengan pengertian Undang Undang Dasar. Hal ini terbukti dengan disebutnya istilah
Konstitusi Republik Indonesia Serikat bagi Undang Undang Dasar Republik Indonesia
Serikat. (Totopandoyo,1981:26.26)

2.3.5 SISTEM PEMERINTAHAN NEGARA MENURUT UUD 1945 HASIL


AMANDEMEN 2002
Sistem pemerintahan negara indonesia sebelum dilakukan amandemen dejelaskan
secara terinci dansistematis dalam penjelasan Undang Undang Dasar 1945. Sistem
pemerintahan negara Indonesia dibagi atas tujuh yang secra sistematis merupakan
pengejawantahan kedaulatan rakyat oleh kerena itu sistem pemerintahan negara ini dikenal
dengan tujuh kunci pokok sistem pemerintahan negara yang dirinci sebagai berikut.
Walaupun tujuh kunci pokok sistem pemerintahan megara menurut penjelasan tidak lagi
merupakan dasar yuridis. Namun tujuh kunci tersebut mengalami perubahan oleh karena itu
sebagai studi komparatif, sistem pemerintahan negara menurut UUD 1945 adalah
amandemen, dijelaskan sebagai berikut:
a) Indonesia ialah Negara Yang Berdasarkan Atas Hukum (Rechtstaat)
Negara Indonesia berdasarkan atas hukum (Rechsstaat) tidak berdasarkan atas
kekuasaan belaka (Machtsstaat) hal ini mengandung arti bahwa negara, termasuk didalamnya
18
Pemerintah dan lembaga lembaga negara lainnya dalam melaksanakan tindakan tindakan
apapun harus dilandasi oleh peraturan hukum dan harus dapat dipertanggungjawabkan secara
hukum. Tekanan pada hukum (recht) disini dihadapkan pada kekuasaan (macth). Prinsip dari
sistem ini disamping akan tampak dalam rumusannya dalam pasal pasalnya, juga akan
sejalan dan merupakan pelaksanaan dari pokok pokok pikiran yang terkandung dalam
pembukaan UUD 1945 yang diwujudkan oleh cita cita hukum (rechtsidee) yang menjiwai
UUD 1945 dalam hukum dasar yang tidak tertulis.
Sesuai dengan semangat dan ketegasan Pembukaan UUD 1945, jelaskan bahwa
negara hukum yang dimaksud berarti negara bukan hanya sebagai polisi lalu lintas atau
penjaga malamsaja,yang menjaga jangan sampai terjadi pelanggaran danmenindak pada
pelanggarhukum. Pengertian negara hukum baik dala arti formal yang melindungi seluruh
warga dan seluruh tumpah darah, juga dalam pengertian megara hukum material yaitu negara
harus bertanggung jawab terhadap kesejahteraan dan kesejahteraan dan kecerdasan seluruh
warga.
Dengan landasan dan semangat negara hukum dalam arti material itu, setiap tindakan
negara hruslah mempertimbangkan dan kepentingan atau landasan, ialah kegunaannya
(doelmatigheid) dan landasan hukumnya (rechmatigheid). Dalam segala hal harus senantiasa
diusahakan agar setiap tindakan negara (pemerintah) itu selalu memenuhi dua kepentingan
atau landasan tersebut.adalah suatu seni tersendiri untuk mengambil keputusan yang tepat
apabila ada pertentangan kepentigan atau salah satu kepentingan tidak terpenuhi, sehingga
harus dilakukansecara bijaksana yang dengan sendirinay harus senantiasa berlandasan asas
peraturan hukum yang berlaku.

b) Sistem Konstitusional
Pemerintahan berdasarkan pada sistem konstitusi (hukum dasar), tidak bersifat absolut
(kekuasaan yang tidak terbatas). Sistem ini memberikan penegasan bahwa cara pengendalian
pemerintah dibatasi oleh kententuan ketntuan konstitusi, yang dengan sendirinya juga oleh
ketentuan ketentuan hukum lain merupakan produk konstitusional, Ketetapan MPR,
Undang Undang dan sebagainya. Dengan demikian sistem ini memperkuat dan menegaskan
lagi sistem negara hukum seperti dikemukakan diatas.
Dengan landasan kedua sistem negara hukum dan sistem konstitusional diciptakan
sistem mekanisme hubungan dan hukum antar lembaga negara, yang sekiranya dapat
menjamin terlaksananya sistem itu sendiri dan dengan sendirinya juga dapat memperlancar
pelaksana pencapaian cita cita nasional.
19
c) Ketentuan Negara yang Tertinggi di Tangan Rakyat.
Sistem kekuasaan tertinggi sebelumnya dilakukan amandemen dinyatakan dalam
penjelasan Undang Undang Dasar 1945 sebagai berikut: Kedaulatan rakyat dipegang
oleh suatu badan, bernama MPR, sebagai penjelmaan seluruh rakyat Indonesia
(vertretungorgatan des willens des statsvolkes). Majelis ini menetapka Undang Undang
Dasar dan menetapkan Garis Garis Besar Haluan Negara. Majelis ini mengangkat Kepala
Negara (Presiden) dan Wakil Kepala Negara (Wakil Presiden). Majelis inilah yang
memegang kekuasaan negara yang tertinggi, sedangkan presiden harus menjalankan haluan
negara menurut garis garis besar yang telah ditetapkan oleh Majelis. Presiden yang
diangkatoleh majelis tunduk dan bertanggung jawab kepada Majelis. Presiden yang diangkat
oleh Majelis tunduk dan bertanggung jawab kepada Majelis (Madataris) dari Majelis.
Presiden wajib menjalankan putusan putusan Majelis, dan tidak neben akan tetapi
untergeordner kepada Majelis.
Namun menurut UUD 1945 hasil amandemen 2002 kekuasaan tertinggi ditangan
rakyat, dan dilaksanakan menurut UUD (pasal 1 ayat 2). Hal ini berarti terjadi reformasi
kekuasaan tertinggi dalam negara secara kelembagaan tinggi negara, walauipun esensinya
tetap rakyat yang memilih kekuasaan MPR menurut UUD 1945 hasil amandemen 2002,
hanya memiliki kekuasaan melakukan perubahan UUD, melantik Presiden dan Wakil
Presiden, serta memberhentikan Presiden dan Wakil Presiden sesuai masa jabatan, atau
jikalau melanggar suatu konstitusi. Oleh karena itu sekarang presiden bersifat neben bukan
untergeordnet, karena presiden dipilih langsung oleh rakyat, UUD 1945 hasil amandemen
2002, pasal 6A ayat (1).
d) Presiden ialah Penyelenggara Pemerintah Negara yang Tertinggi di Samping MPR
dan DPR
Kekuasaan Presiden menurut UUD 1945 sebelum dilakukan amandemen, dinyatakan
dalam penjelasan Undang Undang Dasar 1945, sebagai berikut:
Dibawah Majelis Permusyawaratan Rakyat, Presiden ialah penyelenggara
pemerintah negara yang teringgi. Dalam menjalankan pemerintahan negara, kekuasaan dan
tanggung jawab adalah ditangan presiden (concentration of power responsibility upon the
president).
Berdasarkan UUD 1945 hasil amandemen 2002, presiden merupakan penyelenggara
tertinggi disamping MPR dan DPR, karena Presiden dipilih langsung oleh rakyat UUD 1945
pasal 6A ayat (1). Jadi menurut UUD 194 ini tidak lagi merupakan mandataris MPR,
melainkan dipilih langsung oleh rakyat.
20
e) Presiden Tidak Bertanggungjawab Kepada DPR
Sistem ini menurut UUD 1945 sebelum amandemen dijelaskan dengan Penjelasan
UUD 1945, namun dalam UUD 1945 hasil amandemen 2002 juga memiliki isi yang sama,
sebagai berikut:
Disamping Persiden adalah Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Presiden harus
mendapat persetujuan DPR untuk membentuk Undang Undang (Gezetsgebung) pasal 5 ayat
(1) dan untuk menetapkan anggaran pendapatan dan belanja negara (staatsbergrooting)
sesuai dengan pasal 23. Oleh karena itu Presiden harus bekerja sama dengan Dewan, akan
tetapi Presiden tidak bertanggung jawab kepada Dewan, artinya kedudukan Presiden tidak
tergantung Dewan.
f) Menteri Negara ialah Pembantu Presiden, Menteri Negara tidak Bertanggung
Jawab Kepada Dewan Perwakilan Rakyat
Sistem ini dijelaskan dalam UUD 1945 hasil amandemen 2002 maupun dalam
penjelasan UUD 1945, sebagai berikut:
Presiden dalam melaksanakan tugas pemerintahannya dibantu oleh menteri menteri
negara (Pasal 17 ayat (1) UUD 1945 Hasil Amandemen), presiden mengangkat dan
meberhentikan menteri menteri negara (Pasal 17 ayat (1) UUD 1945 Hasil Amandemen
2002). Menteri Menteri Negara itu tidak bertanggung jawab kepada Dewan Perwakilan
Rakyat.
g) Kekuasaan Kepala Negara Tidak Tak Terbatas
Sistem ini dinyatakan secara tidak eksplisit dalam UUD 1945 hasil amandemen 2002
dan masih sesuai dengan penjelasan UUD 1945 dijelaskan sebagai berikut:
Menurut UUD 1945 Hasil Amandemen 2002, Presiden dan Wakil Presiden dipilih
oleh rakyat secara langsung (UUD 1945 hasil Amandemen 2002 pasal 6A ayat (1). Dengan
demikian dalam sistem kekuasaan kelembagaan negar Preesiden tidak lagi merupakan
mandatris MPR bahkan sejajar dengan DPR dan MPR. Hanya jikalau presiden melanggar
Undang Undang maupun Undang Undang Dasar, maka MPRdapat melakukan
Impeachment.
Meskipun Kepala Negara tidak bertanggung jawab kepada Dewan Perwakilan Rakyat,
ia bukan Diktator, artinya kekuasan tidak tak terbatas. Diatas telah ditegaskan bahwa ia
bukan mandataris permusyawaratan rakyat, namun demikian ia tidak dapat membubarkan
DPR dan MPR kecuali ia harus memperhatikan sungguh sungguh suara Dewan Perwakilan
Rakyat.

21
2.3.6 NEGARA INDONESIA ADALAH NEGARA HUKUM
Menurut penjelasan UUD 1945, negara Indonesia adalah negara Hukum, negara
hukum yang berdasarkan Pancasila dan bukan berdasarkan asas kekuasaan. Sifat negara
hukum hanya dapat ditujukkan jikalau alat alat perlengkapnya bertindak menurut dan
terikat pada aturan aturan yang ditentukan lebih dahulu oleh alat alat perlengkapan yang
dikuasai untuk mengadakan aturan aturan lain.
Ciri ciri suatu negara Hukum adalah:
a) Pengakuan dan perlindungan hak hak asasi yang mengandung persamaan dalam bidang
politik, hukum, sosial, ekonomi dan budaya.
b) Peradilan yang bebas dari suatu pengaruh kekuasaan atau kekuatan lain dan tidak
memihak.
c) Jaminan kepastian hukum, yaitu jaminan bahwa ketentuan hukumnya dapat dipahami
dapat dilaksanakan dan aman dalam melaksanakannya.
Pancasila sebagai dasar negara yang mencerminkan jiwa bangsa Indonesia harus
menjiwai semua peraturan hukum dan pelaksanaannya, ketentuan ini menunjukkan bahwa
dinegara Indonesia dijamin adanya perlindungan hak hak asasi manusia berdasarkan
ketentuan hukum, bukan kemauan seseorang yang menjadi dasar kekuasaaan.menjadi suatu
kewajiban bagi setiap penyelenggaraan negara untuk menegakkan keadilan dan kebenaran
berdasarkan Pancasila yang selanjutnya melakukan pedoman peraturan peraturan
pelaksanaan. Disamping itu sifat hukum yang berdasarkan Pancasila, hukum mempunyai
fungsi pengayoman agar cita cita luhur bangsa Indonesia tercapai dan terpelihara.
Namun demikian untuk menegakkan hukum demi keadilan dan kebenaran perlu
adanya badan badan kehakiman yang kokoh kuat yang tidak mudah dipengaruhi oleh
lembaga lembaga lainnya. Pemimpin eksekutif (Presiden) wajib bekerja sama dengan badan
badan kehakiman untuk menjamin penyelenggaraan pemerintahan yang bersih dan sehat.
Dalam era reformasi dewasa ini bangsa Indonesia benar benar akan mengembalikan
peranan hukum, aparat penegak hukum beserta seluruh sistem peraturan perundang
undangan akan dikembalikan pada dasar dasar negara hukum berdasarkan Pancasila dan
UUD 1945 hasil amandemen 2002 yang mengemban amanat demokrasi dan perlindungan
hak hak asasi manusia.
Adapun pembagian hukum di Indonesia sesuai dengan tujuan negara hukum yang
mengabdi pada kepentingan nasional terutama rakyat, melalui penyusunan materi hukum
yang bersumberkan pada Pancasila sebagai sumber filosofinya dan UUD 1945 sebagai dasar
konstitusinya, serta aspirasi rakyat sebagai sumber materialnya.
22
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Menurut Miriam Budiardjo Guru Besar Ilmu Politik Indonesia mengemukakan bahwa
Negara adalah suatu daerah teritorial yang rakyatnya diperintah (governed) oleh sejumlah
pejabat dan berhasil menuntut dari warga Negaranya ketaatan pada perundang-undangannya
melalui penguasaan (kontrol) monopolitis dari kekuasaan yang sah. Dalam proses reformasi
hukum dewasa ini berbagai kajian ilmiah tentang UUD 1945, banyak yang melontarkan ide
untuk melakukan amandemen terhadap UUD 1945. Memang amandemen tidak dimaksudkan
untuk mengganti sama sekali UUD 1945, akan tetapi merupakan prosedur penyempurnaan
terhadap UUD 1945. Amandemen dilakukan dengan melakukan berbagai perubahan pada
pasal pasal maupun memberikan tambahan tambahan. Pada tahun 1999 dilakukan
amandemen UUD 1945 yang pertama, amandemen ke dua tahun 2000, amandemen ke tiga
tahun 2001 dan amandemen ke empat tahun 2002. UUD 1945 hasil amandemen 2002
dirumuskan dengan melibatkan sebanyak banyaknya partisipasi rakyat dalam mengambil
keputusan politik, sehingga diharapkan struktur kelembagaan negara yang lebih demokratis
ini akan meningkatkan kesejahteraan rakyat. Hukum dasar tertulis yaitu Undang Undang
Dasar. oleh karena itu sifatnya yang tertulis, maka Undang Undang Dasar itu dirumuskan
tertulis dan tidak mudah berubah. Undang-Undang Dasar bersifat singkat dan supel, memuat
norma-norma aturan-aturan serta ketentuan-ketentuan yang dapat dan harus dilaksanakan
secara konstitutionalm serta Undang-Undang Dasar 1945 dalam tertib hukum indonesia
merupakan peraturan hukum positif yang tertinggi.
Convensi adalah hukum dasar yang tidak tertulis, yaitu aturan-aturan dasar yang
timbul dan terpelihara dalam praktek penyelenggaraan negara meskipun sifatnya tidak
tertulis. Convensi ini mempunyai sifat sifat yaitu merupakan kebiasaan yang berulang kali
dan terpelihara dalam praktek penyelenggaraan negara, tidak bertentangan dengan Undang
Undang Dasar dan berjalan sejajar, diterima oleh seluruh rakyat dan bersifat sebagai
pelengkap. Menurut Totopandoyo dalam praktek ketatanegaraan negara Republik Indonesia
pengertian konstitusi adalah sama dengan pengertian Undang Undang Dasar. Hal ini
terbukti dengan disebutnya istilah Konstitusi Republik Indonesia Serikat bagi Undang
Undang Dasar Republik Indonesia Serikat. Sistem pemerintahan negara menurut UUD 1945
setelah amandemen tahun 2012 dijelaskan sebagai berikut: Indonesia ialah negara yang
berdasarkan atas hukum (Rechtstaat), sistem konstitusional, ketentuan negara yang tertinggi
23
di tangan rakyat, presiden ialah penyelenggara pemerintah negara yang tertinggi di samping
MPR dan DPR, presiden tidak bertanggungjawab kepada DPR, menteri negara ialah
pembantu presiden, menteri negara tidak bertanggung Jawab kepada Dewan Perwakilan
Rakyat, kekuasaan kepala negara tidak atau tak-terbatas. Menurut penjelasan UUD 1945,
negara Indonesia adalah negara Hukum, negara hukum yang berdasarkan Pancasila dan
bukan berdasarkan asas kekuasaan. Ciri ciri suatu negara hukum adalah adanya pengakuan
dan perlindungan hak hak asasi yang mengandung persamaan dalam bidang politik, hukum,
sosial, ekonomi dan budaya, mewujudkan peradilan yang bebas dari suatu pengaruh
kekuasaan atau kekuatan lain dan tidak memihak dan jaminan kepastian hukum, yaitu
jaminan bahwa ketentuan hukumnya dapat dipahami dapat dilaksanakan dan aman dalam
melaksanakannya.

24
DAFTAR PUSTAKA

Kaelan dan Achmad Zubaidi. 2012. Pendidikan Kewarganegaraan untuk Perguruan Tinggi.
Yogyakarta: Paradigma

Hidayat, Komarudin dan Azyumardi Azra. 2003. Pancasila, Demokrasi, HAM, dan
Masyarakat Madani. Jakarta: Prenada Media Group

25

Anda mungkin juga menyukai