KELOMPOK 3
1. C.131.18.0215 MIRZA INKASARI L.
2. C.131.18.0216 WAHYU FEBRIYANTO.
3. C.131.18.0218 THORINIO IKHLASH A.
4. C.131.18.0220 IDFI RIFABRIASWATI S.
5. C.131.18.0223 MUH SOLEH.
6. C.131.18.0224 IBA PRASETIAWAN.
7. C.131.18.0225 FAHRUL MAULANA.
8. C.131.18.0226 AZIS SUGIYATOMO
9. C.131.18.0227 YAZID SUSILO A.
10. C.131.18.0228 MOH HANIF P.
11. C.131.18.0229 DIMAS A.P.
12. C.131.18.0230 ANANTA B.W.
2019
NEGARA DAN KONSTITUSI
A. PENGERTIAN NEGARA.
Thomas Hobbes yaitu akan terjadi homo homini lupus, yaitu manusia
menjadi serigala bagi manusia lain, dan akan timbul suatu perang semesta
yang disebut sebagai sebelum omnium contre omnes dan hukum berlaku
adalah hukum rimba.
Negara Indonesia.
B. KONSTITUSIONALISME.
Istilah “The Rule of law” harus dibedakan denagan istilah “The Rule by
Law”. Dalam istilah terakhir ini kedudukan hukum (law) besifat
instrumentalis atau hanya sebagai alat, sedangkan kepemimpinan tetap berada
ditangan orang atau manusia yaitu “The Rule of Man by Law”. Dalam
pengertian yang demekian, hukum dapat dipandang dalam satu kesatuan
sistem yang puncaknya terdapat pengertian mengenai hukum dasar yang
disebut konstitusi baik dalam arti naskah yang tetulis maupun yang tidak
tetulis. Dalam pengetian ini dikenal dengan consititutional state yang
merupakan slah satu ciri penting negara demokrasi moden.
Kesepakatan ketiga : adalah berkenan dengan (a) bangunan organ
negara dan prosedur-prosedur yang mengatur kekuasaan, (b) hubungan-
hubungan anatar organ negara itu satu sama lain, serta (c) hukum antar organ-
organ negara itu dengan warna negara. Dengan adanya kesepakatan tersebut,
maka isi konstitusi dapat dirumuskan karena dapat benar-benar
mencerminkan keinginan bersama , berkenaan dengaan institusi kenagaraan
dari institusi kenegaraan dari mekanisme ketatanegaraan yang hendak
dikembangkan dalam kerangka kehidupan negara konstitusi (consititutional
state).
C. KONSTITUSIONALISME INDONESIA.
1. Pengantar.
Dalam reformasi hukum banyak yang melontarkan ide untuk
melakukan amandemen terhadap UUD 1945 (untuk penyempurnaan).
Amandemen lebih merupakan perlengkapan dan rincian yang dijadikan
lampiran otentik bagi UUD tesebut. Dengan sendirinya amandemen
dilakukan dengan melakukan berbagai perubahan pasal-pasal maupun
memberikan tambahan-tambahan.
Ide tentang amandemen terhadap UUD 1945 didasarkan pada suatu
kenyataan sejarah selama masa orde lama dan orde baru, bahwa penerapan
tehadap pasal-pasal UUD memiliki sifat multi interpretable atau dengan
kata lain berwayuh, sehingga mengakibatkan adanya sentralisasi
kekuasaan teutama kepada presiden.
Suatu hal yang sangat mendasar bagi pentingnya amandemen UUD
1945 adalah tidak adanya sistem kekuasaan dengan checks and balances
terutama terhadap kekuasaan kekuasaan eksekutif. Oleh karena itu bagi
bangsa Indonesia proses reformasi terhadap UUD 1945 yatiu merupakan
suatu keharusan, karena hal itu akan mengantarkan bangsa Indonesia ke
arah tahapan baru melakukan penataan terhadap ketatanegaraan.
Amandemen terhadap UUD 1945 dilakukan semenjak tahun 1999,
dimana amandemen pertama dilakukan dengan memberikan tambahan dan
perubahan terhadap pasal 9 UUD 1945. Kemudian amandemen kedua
dilakukan pada tahun 2000, amandemen ke tiga dilakukan pada tahun
2001, dan amandemen terakhir pada tahun 2002 dan disahkan pada 10
Agustus 2002.
Hasil amandemen 2002 dirumuskan dengan melibatkan sebanyak-
banyaknya partipasi rakyat dalam mengambil keputusan politik, sehingga
diharapkan struktur kelembagaan negara yang lebih demokratis ini akan
meningkatkan kesejahteraan rakyat.
4. Konstitusi.
1. Lebih luas dari Undang Undang Dasar, karena pengertian UUD hanya
meluputi konstitusi tertulis saja. Selain itu masih terdpat konstitusi
tidak tertulis yang tidak tercakup dalam UUD.
2. Sama dengan Undang Undang Dasar. Terbukti dengan istilah
Konstitusi Indonesia Serikat bagi UUD RIS.
b. Sistem Konstitusional
Sistem ini memberi penegasan bahwa cara pengendalian
pemerintahan dibatasi oleh ketentuan ketentuan konstitusi juga
ketentuan hukum lain yang merupakan produk konstitusional,
ketetetapan MPR, UU dan sebagainya. Dengan demikian sistemini
memperkuat dan menegaskan lagi sisitem negara hukum seperti
penjelasan di atas.