Anda di halaman 1dari 22

1.

Pengertian Konstitusi dan Hukum Dasar


2. Arti Penting Konstitusi dalam Kehidupan Bernegara
3. Dasar Negara dan Konstitusi di Indonesia
4. Amandemen
Diskripsi Materi
 Hampir semua negara di dunia, memiliki konstitusi baik
tertulis maupun tidak tertulis.
 Negara-negara yang tidak memiliki konstitusi tertulis
diantaranya adalah Inggris dan Kanada.
 Meskipun tidak memiliki konstitusi tertulis, bukan
berarti negara tersebut tidak memiliki aturan.
 Untuk mengatur dan merumuskan tujuan bernegara
masyarakatnya, mereka mendasarkan pada Piagam yang
memuat norma-norma yang bernilai dan
berkedudukan sebagai norma konstitusi : Magna
Charta Libertatum ( 1215 ), The Bill of Right ( 1689 ), dll.
Pengertian Konstitusi

 Konstitusi diartikan sebagai nama bagi ketentuan-


ketentuan yang menyebut hak-hak dan kekuasaan
dari orang-orang tertentu, keluarga-keluarga tertentu
yang berkuasa atau suatu badan-badan tertentu.
Misalnya, pada masa pemerintahan kerajaan absolut,
konstitusi diartikan sebagai kekuasaan perorangan
yang tak terbatas dari sang raja.
 Pengertian konstitusi menurut tafsiran modern sejak
lahirnya dokumen konstitusi pertama di dunia yang
dikenal dengan nama Virginia Bill of Rights (1776)
Pengertian Konstitusi
 Konstitusi dipandang sebagai perwujudan perjanjian
masyarakat (kontrak sosial), artinya konstitusi
merupakan hasil kesepakatan masyarakat untuk
membina negara dan pemerintahan yang mengatur
mereka.
 Konstitusi dipandang sebagai piagam yang menjamin
hak-hak asasi manusia dan warga negara sekaligus
penentuan batas-batas hak dan kewajiban warga
negara dan alat-alat pemerintahannya.
 Konstitusi dipandang sebagai forma regimenis, yaitu
kerangka bangunan pemerintahan.
( Soverin Lohman)
Pengertian Konstitusi
 Istilah Konstitusi berasal dari kata Constitution ( Inggris ),
Constitutie ( Belanda ), Consituer ( Perancis ), yang
berarti membentuk, menyusun, menyatakan.
 Maksud pemakaian istilah Konstitusi, adalah pembentukan
suatu negara,
 Dalam praktek kenegaraan, pengertian Konstitusi
mempunyai arti lebih luas dari Undang-Undang Dasar /
Hukum Dasar.
 Padahal di samping Undang-Undang Dasar masih terdapat
Konstitusi tidak tertulis yang tidak tercantum dalam
Undang-Undang Dasar suatu negara yang disebut dengan
Konvensi Ketatanegaraan.
Sifat-sifat Konvensi:

 Merupakan kebiasaan yang muncul berulang kali dan


terpelihara dalam praktek penyelenggaraan negara.
 Tidak bertentangan dengan Undang-Undang Dasar
dan berjalan sejajar.
 Dapat diterima oleh seluruh rakyat.
 Sebagai pelengkap dari Undang-Undang Dasar.
Konstitusi bagi suatu negara adalah keseluruhan
sistem aturan yang menetapkan dan mengatur tata
kehidupan kenegaraan melalui sistem
pemerintahan negara dan hubungan secara timbal
balik antara pemerintah, negara dan orang seorang
yang berada dibawah pemerintahannya.
Arti Penting Konstitusi dalam Kehidupan Bernegara
Merupakan konsekuensi logis dari kenyataan, bahwa tanpa
konstitusi negara tidak mngkin terbentuk, sehingga
konstitusi menempati posisi yang sangat penting dalam
kehidupan ketatanegaraan suatu negara, memuat tentang:
 Ketentuan-2 tentang susunan organisasi negara dan
pemerintahan,
 Ketentuan-2 tentang rakyat negara,
 Beberapa ketentuan yang berkaitan dengan identitas
negara, bahasa, lambang dan bendera,
 Adanya jaminan terhadap HAM dan hak serta kewajiban
warga negara,
 Ditetapkannya susunan ketatanegaraan suatu negara,
pembagian dan pembatasan kekuasaan atau tugas
ketatanegaraan yang bersifat fundamental.
Sifat dan Fungsi Undang-Undang Dasar (UUD)
 Karena sifatnya tertulis, maka rumusannya jelas
merupakan hukum positif yang mengikat pemerintah
sebagai penyelenggara negara maupun bagi setiap warga
negara.
 UUD bersifat singkat dan supel, memuat aturan pokok
yang setiap kali harus dikembangkan sesuai perkembangan
zaman dan memuat HAM.
 Memuat norma-norma, aturan-aturan serta ketentuan
yang harus dilaksanakan.
 UUD 1945, merupakan hukum positif paling tinggi
sehingga menjadi alat kontrol bagi peraturan yang lebih
rendah dalam herarkhi tertib hukum di Indonesia.
Konstitusi di Indonesia
 Undang-Undang Dasar/Konstitusi Negara Republik
Indonesia disahkan dan ditetapkan PPKI, 18 Agustus
1945, sehari setelah kemerdekaan.
 Pada saat disahkan dan ditetapkannya UUD 1945, ia
hanya bernama Oendang-Oendang Dasar, demikian
juga pada saat diundangkan dalam berita republik
Indonesia tahun II Nomor 7, 15 Pebruari 1946.
 Digunakannya tahun 1945 dibelakang Undang-
Undang Dasar, adalah setelah Dekrit Presiden, 5 Juli
1959.
Periode Perkembangan Ketatanegaraan RI

Periode I
 Berlakunya UUD 1945 (antara 18-08-1945 s.d. 27-12-
1949)
 Berlakunya Konstitusi RIS (antara 28-12-1949 s.d.
17-08-1950)
 Berlakunya UUD-S (antara 18-08-1950 s.d. 05-07-1959)

Periode II
 Periode Orde Lama (05-07-1959 s.d. 11-03-1966)
 Periode Orde Baru (11-03-1966 s.d. 21-05-1998)
 Periode Orde Reformasi (21-05-1998 s.d. sekarang)
Periode berlakunya UUD 1945 (18-08-1945 s.d. 27-12-1949)

 Pemerintahan yang didasarkan UUD 1945 belum


dilaksanakan dengan baik.
 Situasi pancaroba untuk mempertahankan kemerdekaan,
karena penjajahan ingin kembali berkuasa.
 Bentuk negara: kesatuan.
 Bentuk pemerintahan: republik.
 Sistem pemerintahan: kabinet presidensial.
 Masih diberlakunya aturan pealihan pasal IV “sebelum
MPR, DPR dan DPA dibentuk menurtut UUD ini, segala
kekuasaan dijalankan oleh Presiden dengan bantuan
sebuah komite.
Periode berlakunya Konstitusi RIS (28-12-1949 s.d. 17-08-1950)

 Seluruh wilayah RI tunduk pada Konstitusi RIS,


kecuali Sumatera, Jawa, dan Bali.
 Belanda ingin menjajah kembali RI dengan memecah
belah dan mensponsori berdirinya RIS.
 Bentuk negara: federasi/serikat.
 Bentuk pemerintahan: republik.
 Sistem pemerintahan: kabinet parlementer.
 RIS bubar atas desakan yang datang daerah-daerah
yang merasa tidak puas dengan terbentuknya negara
federasi hasil KMB.
Periode berlakunya UUD-S (18-08-1950 s.d. 05-07-1959)
 Bentuk negara: kesatuan.
 Bentuk pemerintahan: republik.
 Sistem pemerintahan: kabinet parlementer.
 Pemilu I tahun 1955: DPR dan konstituante.
 Akibat yang terjadi:
- pemerintah tidak stabil,
- kekacauan di bidang keamanan dan ekonomi,
- situasi politik tegang (konstituante macet), sehingga
membahayakan keselamatan, keutuhan dan
persatuan bangsa, sehingga mendorong lahirnya Dekrit
Presiden 05-07-1959.
Periode Orde Lama (05-07-1959 s.d. 11-03-1966)

 Terjadi penyimpangan-penyimpangan.
 UUD 1945 tidak dilaksanakan secara murni dan
konsekuen.
 Lembaga-lembaga negara tidak berfungsi sesuai UUD
1945.
 Pengangkatan presiden seumur hidup, pembubaran
DPR oleh presiden.
 Situasi ekonomi, politik, keamanan tak terkendali 
G 30 S/PKI.
Periode Orde Baru (11-03-1966 s.d. 21-05-1998)

 Berusaha melaksanakan Pancasila dan UUD 1945


secara murni dan konsekuen.
 MPR, DPR, Presiden mengambil langkah-langkah
konstitusional untuk melaksanakan jalannya
pemerintahan.
 Letjen Soeharto menerima supersemar dari presiden
Soekarno untuk memulihkan keamanan dan
ketertiban masyarakat.
 Tritura (pembubaran PKI, penyusunan kabinet bersih
dari oknum-oknum PKI, turunkan harga).
 Pembentukan Bappenas (Keppres No 80/1967):
menyusun program repelita.
Periode Orde Reformasi (21-05-1998 s.d. sekarang)
 Wujud keinginan rakyat untuk mengadakan reformasi
total.
 Diadakan peninjauan dan penyempurnaan di segala bidang
kehidupan dituangkan dalam Tap-Tap MPR RI.
 Penyimpangan-penyimpangan pemerintah orde baru:
1. Kebijakan pemerintah terpusat, otoriter, tidak adil,
sistem pemerintahan absolut, budaya kkn, krisis
multi dimensi.
2. Belum terwujud otonomi daerah.
3. Pembangunan terpusat dan tidak merata.
4. Dominasi peran permerintah dalam kehidupan politik:
pemilu tidak luber, PNS, TNI/Polri, pers tidak netral.
Amandeman
 Makna menurut Kamus Bahasa Indonesia:
Usul perubahan mengenai rancangan undang-undang, penambahan
pada bagian yang sudah ada, perubahan di dalam dokumen yang
dilakukan dengan maksud mengganti, menambah atau mengurangi.

 Sedangkan amandeman UUD 1945:


- membuat/menciptakan pasal baru,
- mengubah, mengganti suatu pasal tertentu tidak
dengan pasal baru,
- mencabut, menyatakan suatu pasal tidak berlaku,
tanpa mengganti dengan pasal baru,
- menyempurnakan, menambah suatu diktum baru pada
diktum dari suatu pasal,
- memberi interprestasi baru pada suatu pasal.
 Batasan amandeman:
1. Tidak mengubah pembukaan UUD 1945.
2. Tidak mengubah pasal-pasal sebagai tiang
penyangga 4 pokok pikiran.
3. tidak mengubah sistem pemerintahan.
STRUKTUR KETATANEGARAAN
SEBELUM PERUBAHAN UUD 1945

MPR

UUD 1945

DPR PRESIDEN BPK DPA MA


STRUKTUR KETATANEGARAAN
SETELAH PERUBAHAN UUD 1945

UUD 1945

MPR PRESIDEN KEK. KEHAKIMAN


BPK DPD DPR WK. PRESIDEDEN MK MA KY
Studi Kasus

Anda mungkin juga menyukai