FAKULTAS HUKUM
ILMU HUKUM
2021/2022
RIFKA RIANI LOLEH (1011421154)
Dengan menyebut nama Allah SWT yang maha pengasih lagi maha penyayang. Kami
panjatkan puji syukur atas kehadiratnya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan
inayahnya kepada kami, sehinnga kami dapat menyeleskan makalah tentang materi muatan
konstitusi. Sungguh merupakan karunianya yang tidak terhingga bahwa di tengah tengah
kesibukkan penulis sebagai mahasiswa yang tidak luput dari berbagai tugas dan kegiatan
dapatmenyelesaikan makalah ini. Tak lupa pula kami ucapakan terimakasih kepada Nuvazria
Achir S.H.,M.H. selaku dosen pengampuh mata kuliah konstitusi.
Makalah ini kami susun dengan maksimal hingga dapat menjadi makalah pendidikan
tentang materi muatan konstitusi. Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuh bahwa
masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tatabahasannya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dri pembaca agar kami
dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi para para pembaca
sehingga dapat membantu pemahaman terdapat kedaulataan.
TIM PENULIS
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL………………………………………………………………………………………………………….
KATA PENGANTAR………………………………………………………………………………………………………..
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………………………………………….
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………………………………………………………
BAB II PEMBAHASAN……………………………………………………………………………………………………..
2.1 Pembukaan………………………………………………………………………………………………….
3.1 Kesimpulan…………………………………………………………………………………………………..
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
RUMUSAN MASALAH
TUJUAN PENULISAN
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pembukaan
Mengenai suatu konstitusi atau undang-undang dasar dapat dikatakan bahwa suatu
pembukaan berisi lebih dari pada alasan pembentukan saja. Oleh karena konstitusi sebagai
sumber pertama dari hukum tata Negara mendasari undang-undang biasa, bahkan mendasari
seluruh hidup ketatanegaraan dari suatu Negara, maka adalah layak apabila dalam pembukaan
suatu konstitusi termuat juga dasar dasar bagi berdirinya Negara yang bersangkutan. Mengingat
sifat konstitusi sebagai hukum dasar yang mendasari segala hukum yang berlaku didalam
Negara, maka layak pula, jika pembukaan suatu konstitusi juga memuat filsafat hukum yang
dimuat dalam Negara itu
B. Isi Konstitusi
A.A.K. Struycler, Undang-undang Dasar (Gronwert) sebagai konstitusi tertulis
merupakan sebuah dokumen formal yang berisi: 1). Hasil perjuangan politik bangsa di
waktulampau. 2). Tingkat-tingkat tertinggi perkembangan ketatanegaraan bangsa. 3).
Pandangantokoh-tokoh bangsa yang hendak diwujudkan baik waktu sekarang maupun untuk
masa yangakan datang. 4). Suatu keinginan dengan nuansa perkembangan kehidupan
ketatanegaraanbangsa sesuai kehendak yang dipimpin. Semua konstitusi selalu menjadikan
kekuasaansebagai pusat perhatian, karena kekuasaan itu sendiri pada intinya memang perlu
diatur dandibatasi sebagaimana mestinya. Constitutions,menurut Ivo D. Duchacek , adalah
“identify thesources, purposes, uses and restraints of public power” (mengidentifikasikan
sumber-sumber, tujuan-tujuan, penggunaan-penggunaan, dan pembatasan-pembatasan
kekuasaan umum). Pembatasan kekuasaan pada umumnya dianggap merupakan corak umum
materi konstitusi. Materi muatan konstitusi/Undang-undang Dasar dalam rangka untuk
membatasi kekuasaan dalam negara sekurang-kurangnya berisi
Dapat dipastikan bahwa materi muatan dalam konstitusi atau UUD yang satu dengan
yang lainnya tidak ada yang sama. Hal itu dikarenakan ada berbagai macam sebab perbedaan-
perbedaan antar berbagai UUD tersebut. Bagir Manan menjelaskan bahwa perbedaan
tersebutantara lain disebabkan oleh: perbedaan dasar filosofi dan ideologi; perbedaan landasan
teoridan konsep; latar belakang kultural; latar belakang sejarah; bentuk negara,
bentukpemerintahan dan sistem pemerintahan. Walaupun demikian, pada dasarnya konstitusi
yangada memuat hal-hal sebagai berikut:
Apabila kita bandingkan pendapat Steenbeek dengan pendapat Miriam Budiardjo, maka
pendapat Miriam lebih luas cakupannya, yakni menyangkut perubahan Undang- Undang Dasar.
Meskipun dalam setiap undang undang dasar dari berbagai negara terdapat perbedaan
mengenai materi konstitusi yang diaturnya, namun materi konstitusi yang bersifat pokok selalu
terdapat dalam setiap konstitusi, demikian pula dengan Undang Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945.
Di dunia ini konstitusi tertulis ada yang panjang seperti Konstitusi India yang memut 394
pasal, dan ada yang pendek seperti kontitusi Indonesia yang memuat 37 pasal dan konstitusi
Spanyol yang memuat 26 pasal. Baik konstitusi yang panjang maupun yang pendek kedua isi
utama konstitusi adalah:
Dari berbagai pendapat tentang materi muatan konstitusi ternyata jaminan atas hak hak
asasi manusia (HAM) merupakan salah satu unsur penting di dalanya. Pentingnya hak hak asasi
manusia sebagai materi muatan konstitusi dapat dilihat dari perjalanan sejarah materi muatan
deklarasi deklarasi universal hak hak asasi manusia seperti di ungkapkan Anotonio Cassesse
bahwa di Inggris Magna Charta (piagam besar) tahun 1215 dan Bill of Rights tahun Bagi deklarasi
deklarasi ini manusia baru pantas dinamakan manusia apabila ia telah memenuhi persyaratan
persyaratan ini : merdeka, sama, menikmati hak miliknya tanpa diganggu, tidak di tindas suatu
pemerintahan yang tirani dan mampu menyatakan pendapat dengan bebas, yang sama halnya
dengan yang lain dan hanya tunduk kepada hukum. Untuk menilai manusia dan masyarakat,
satu satunya ukuran penilai ialah penghormatan terhadap hak hak asasi manusia. Mukadimah
Deklarasi Perancis menyatakan kebodohan, kealpaan, atau kebencian terhadap hak hak asasi
manusia merupakan satu satunya penyebab yang menimbulkan kemalangan publik dan
kebobrokan pemerinth.
Hukum lah yang harus menentukan batas batas kebebasan orang seorang dalam
menghadapi yang lain. Hukum maha berkuasa, dan tidak dapat dikritik, selama ia merupakan
pernyataan dari kehendak umum. Satu satunya pembatasan terhadap kemungkinan
penyalahgunaan kekuasaan politik adalah hukum. Kenyataan bahwa semua putusan bukan di
ambil oleh kekuasaan eksekutif, tetpi juga oleh badan legilatif, dianggap merupakan penjagaan
terhadap kesewenang wenangan. Teks teks itu memperoleh nilainya sebgai pedoman tindakan
dari kenyataan bahwa ia menjadi hukum konstitusi di bnayak negra modern, yaitu perangkat
norma yang secara legal mengikat dan diperkuat kembali dengan sanksi sanksi di bawah
perundang undangan negara negara itu.
Dewasa ini, kaitan antara perlindungan terhadap hak asasi manusia di tingkat nasional
dan tingkat internasional, kalaupun tidak simbiotis, sangat erat. Semua instrumen internasional
mewajibkan sistem konstitusional domestik setiap negara yang memberikan kompensasi yang
memadai kepada orang orang yang hak haknya dilanggar. Mekanisme internasional untuk
menjamin hak asasi manusia baru akan melakukan perannya apabila sistem perlindungan di
dalam negara itu sendiri goyah atau, pada kasus yang ekstrem malahan tidak ada. Dengan
demikian, mekanisme internasional sedikit banyak berfungsi memperkuat perlindungan
domestik terhadap hak asasi manusia dan menyediakan pengganti jika sistem domestik gagal
atau ternyata tidak memadai.
Pasca kejatuhan Soeharto (Mei 1998), salah satu yang menjadi amanat reformasi adalah
perubahan UUD 1945. UUD 1945 dipandang telah menciptakan dirinya multitafsir.Penafsiran
sepihak atas UUD 1945 telah dirasakan memberikan ilkim negative bagi arahpembangunan
Indonesia. Penguasa kerap menjadikan UUD 1945 sebagai “tameng” untuk mempertahankan
kekuasaan mereka.
Demikian penegasan Thomas Paine, tokoh radikal abad ke- 18 yang karya-karyanya
banyak mengilhami revolusi Prancis dan Amerika.. menurut Steenbeeek,sebagaimana dikutip
oleh Sri Soemantri, UUD berisi tiga pokok materi muatan, yakni pertama, adanya jaminan
terhadap hak-hak asasi manusia dan warganegara; kedua,ditetapkannya susunan
ketatanegaraan suatu negara yang bersifat fundamental; dan ketiga,adanya pembagian dan
pembatasan tugas ketatanegaraan yang juga bersifat fundamental
Oleh karena UUD 1945 tidak ditemukan sebuah pengaturan yang tegas,
akibatnyamuncul berbagai interpretasi terhadap kualitas muatan dan jaminan UUD 1945 atas
HAM. Akan tetapi, satu hal yang patut mendapat apresiasi positif adalah bahwa para pendiri
bangsaIndonesia telah berhasil memformulasikan sebuah tatanan kehidupan nasional berikut
atas jaminan HAM, jauh sebelum masyarakat Internasional merumuskan Deklarasi
UniversalHak-hak Asasi Manusia (DUHAM) PBB, 10 Desember 1948).
Penekanan dan Jaminan Konstitusi RIS atas HAM, secara historis dipengaruhi oleh
Universsal Declaration of Human Rights (DUHAM) yang dirumuskan oleh PBB pada tanggal 10
Desember 1948. Meskipun tidak ditemukan kata Hak Asasi Manusia dalamKonstitusi RIS, namun
ada tiga kalimat yang dipergunakan, yakni setiap/segala/sekalian orang/siapa pun/tiada seorang
pun, setiap warga negara, dan berbagai kata yang menunjukan adanya kewajiban asasi manusia
dan negara. Menurut Soepomo, setidaknya terdapat 3perbedaan mendasar antara Konstitusi
RIS denganUUDS 1950 dalam penegasannya tentangHAM. Pertama, hak dasar mengenai
kebebasan agama, keinsyafan batin dan pikiransebagaimana yang tertuang dalam pasal 18
UUDS 1950. Kedua dalam pasal 21 UUDS 1950 diatur mengenai hak berdemonstrasi dan hak
mogok yangseblumnya tidak tertuang diKonstitusi RIS. Ketiga, mengatur mengenai dasar
perekonomian yang melarang organisasi-organisasi yang bersifat monopoli partikelir yang
merugikan ekonomi nasional.Todung Mulya Lubis dengan tegas mengatakan bahwa kembalinya
berlaku UUD.1945 itu berarti bawa jaminan konstitusi atas HAM menjadi tidak sempurna dan
tegas. Sisifleksibelitas UUD1945 mengakibatkan fleksibel pula arah penegakkan HAM di
Indonesia. Akibatnya muatan HAM di dalam UUD 1945 mwnurut Mahfud MD, Sangat
bergantung darikonfigurasi politik tertentu. Jika konfigurasi politik demokratis, maka HAM
memperoleh tempat dan implementasi yang relative proposional, tetapi jika konfigurasi politik
sedang bekerja di bawah paying otoritarian, maka HAM pun akan mendapat perlakuan yang
buruk
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Dari berbagai pendapat tentang materi muatan konstitusi ternyata jaminan atas hak hak
asasi manusia (HAM) merupakan salah satu unsur penting di dalanya. Pentingnya hak hak asasi
manusia sebagai materi muatan konstitusi dapat dilihat dari perjalanan sejarah materi muatan
deklarasi deklarasi universal hak hak asasi manusia seperti di ungkapkan Anotonio Cassesse
bahwa di Inggris Magna Charta (piagam besar) tahun 1215 dan Bill of Rights tahun Bagi deklarasi
deklarasi ini manusia baru pantas dinamakan manusia apabila ia telah memenuhi persyaratan
persyaratan ini : merdeka, sama, menikmati hak miliknya tanpa diganggu, tidak di tindas suatu
pemerintahan yang tirani dan mampu menyatakan pendapat dengan bebas, yang sama halnya
dengan yang lain dan hanya tunduk kepada hukum. Untuk menilai manusia dan masyarakat,
satu satunya ukuran penilai ialah penghormatan terhadap hak hak asasi manusia. Mukadimah
Deklarasi Perancis menyatakan kebodohan, kealpaan, atau kebencian terhadap hak hak asasi
manusia merupakan satu satunya penyebab yang menimbulkan kemalangan publik dan
kebobrokan pemerinth.
Nilai-nilai yang terdapat pada ideologi Pancasila berkedudukan sebagai Nilai Luhur(NL),
sementara nilai-nilai lainnya yang terdapat pada Pembukaan berkedudukan sebagaiNilai Dasar
(ND). Kedua derajat nilai ini bersifat universal dan lestari, tetapipemahamannya bersifat
eksklusif Indonesia.Nilai-nilai (NL dan ND) itu selanjutnya diwujudkan dan dijabarkan dalam
bentukpasal-pasal/ayat-ayat pada Batang Tubuh UUD 1945. Penafsiran dan/atau perubahan
Batang Tubuh UUD 1945 (sebagaimana ternyata telah dirubah untuk yang Pertama (1999)
danKedua (2000) oleh MPR) tidak boleh menyimpang dari semangat NL dan ND yang termuatdi
dalam Pembukaan UUD 1945. Tegasnya, perubahan (dalam Batang Tubuh) itu dapatdilakukan
sejauh masih dalam kerangka penjabaran/pewujudan nilai-nilai (NL dan ND) yangterdapat pada
Pembukaan UUD 1945
DAFTAR PUSTAKA
3. Assidiqie, Jimly. Pengantar Hukum Tata Negara Indonesia Jilid II. 2006
7.Budiyono dan Rudy. Konstitusi dan HAM. Justice Publicer Fakultas HukumUniversitas Lampung. Bandar
Lampung. 2014.
8.ejournal.mahkamah konstitusi.go.id
9. Hamidi, Jazim dkk. 2012.Teori Hukum Tata Negara. Salemba Humanika. Jakarta.
10.http://download.portalgaruda.org/article.php?article=250365&val=6694&title=NE GARA%20HUKUM
%20INDONESIA%20KEBALIKAN%20NACHTWACHTERSTAAT
11.http://pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/6b86a099f4f2f7e5b595001781c40d4f.pdf