Anda di halaman 1dari 13

HUKUM KONSTITUSI

UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO

FAKULTAS HUKUM

ILMU HUKUM

2021/2022
RIFKA RIANI LOLEH (1011421154)

SYAFIRA AMALIA HULUKATI (1011421007)

DEBY FATRIA NTOBUO (1011421003)

CUT NANGRIE SARI ABUTHALIB (1011421005)

NURHAYATI MANTO (1011421006)

ALIYA NOVIANTI AHMAD (1011421070)

APRILIA R TOMELO (1011421071)

MILADYA ASHAFA S. MANDANG (1011421072)

AMBARWATI MAMONTO (1011421074)

NUR RAHMAWATI MAHMUD (1011421057)

NUR FATIHAH (1011421153

MARSHANDA ADELIA A.MATONA (1011421155)

NADYA ASRIYANI SJAHRAIN (1011421156

DWI HASRIYANTI RUCHBAN (1011421161)

SAFITRI ALI (10114212530)

SRI RAHAYU NINGSI PONGOLINGO (1011421254)

PUTRI PURNAMASARI (1011421255)


KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang maha pengasih lagi maha penyayang. Kami
panjatkan puji syukur atas kehadiratnya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan
inayahnya kepada kami, sehinnga kami dapat menyeleskan makalah tentang materi muatan
konstitusi. Sungguh merupakan karunianya yang tidak terhingga bahwa di tengah tengah
kesibukkan penulis sebagai mahasiswa yang tidak luput dari berbagai tugas dan kegiatan
dapatmenyelesaikan makalah ini. Tak lupa pula kami ucapakan terimakasih kepada Nuvazria
Achir S.H.,M.H. selaku dosen pengampuh mata kuliah konstitusi.

Makalah ini kami susun dengan maksimal hingga dapat menjadi makalah pendidikan
tentang materi muatan konstitusi. Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuh bahwa
masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tatabahasannya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dri pembaca agar kami
dapat memperbaiki makalah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi para para pembaca
sehingga dapat membantu pemahaman terdapat kedaulataan.

GORONTALO 30 SEPTEMBER 2022

TIM PENULIS
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL………………………………………………………………………………………………………….

KATA PENGANTAR………………………………………………………………………………………………………..

DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………………………………………….

BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………………………………………………………

1.1 Latar belakang …………………………………………………………………………………………..


1.2 Rumusan masalah………………………………………………………………………………………
1.3 Tujuan penulisan………………………………………………………………………………………..

BAB II PEMBAHASAN……………………………………………………………………………………………………..

2.1 Pembukaan………………………………………………………………………………………………….

2.2 Isi konstitusi…………………………………………………………………………………………………

BAB III PENUTUP…………………………………………………………………………………………………………….

3.1 Kesimpulan…………………………………………………………………………………………………..

Daftar pustaka ………………………………………………………………………………………………………………


BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Pengertian dan materi muatan konstitusi senantiasa berkembang seiring dengan


perkembangan peradaban manusia dan organisasi kenegaraan. Dengan meneliti dan
mengkajikonstitusi, dapat diketahui prinsip-prinsip dasar kehidupan bersama dan
penyelenggaraannegara serta struktur organisasi suatu negara tertentu. Bahkan nilai-nilai
konstitusi dapatdikatakan mewakili tingkat peradaban suatu bangsa.
Mengenai suatu Konstitusi atau Undang-Undang Dasar ini dapat dikatakan, bahwasuatu
pembukaan berisi lebih dari pada alasan pembentukan saja. Oleh karena konstitusisebagai
sumber pertama dari Hukum Tata Negara, maka adalah layak apabila dalam pembukaan suatu
konstitusi termuat juga dasar-dasar bagi berdirinya Negara yang bersangkutan. Mengingat sifat
konstitusi sebagai hukum dasar yang mendasari segala hukumyang berlaku di dalam negara,
maka pembukaan suatu konstitusi juga memuat filsafat-hukumyang dianut dalam negara
itu.Pemikiran mendasar tentang jati diri bangsa, peranannya dalam memberikan
identitassystem ketatanegaraan dan system hukum,dikemukakan juga oleh Carl von Savigny
denganteorinya yang amat terkenal dengan Volkgeist yang dapat disamakan sebagai jiwa bangsa
dan atau jati diri nasional. Demikian pula di Prancis dengan”teori ‘rasiond’’etat’ (reason of state)
yang menentukan eksistensi suatu bangsa dan negara (the rise of souvereign, independent,and
nation state).
Perintah menegakkan hak asasi manusia dalam prinsip negara hukum modern
jugaditempatkan pada tempat yang utama, baik menurut konsepsi Rechtstaat oleh Julius Stahl,
Rule of Lawoleh A.V. Dicey,maupun yang dikembangkan oleh International Commision of Jurist.
J.G. Steenbeek maupun C.F.Strong pun menempatkan Jaminan Hak asasi manusiasebagai materi
muatan utama dari konstitusi. Hene van Maarseven dan Gerk van der Rang dalam sebuah studi
terhadap konstitusi-konstitusi di dunia dan dituangkan dalam buku dengan judul Write
Constitution antara lain mengatakan: 1) constitution as a means of forming the states on
practical and legal system.2) constitution a national document and as abirth certificate and as a
sign of adulthood and independence. Dari pemaparan pakar di atasdapat dipahami konstitusi
sebagai alat untuk membentuk sistem politik dan sistem hukumnegaranya sendiri dan sebagai
dokumen nasional.
Menurut Soepomo, UUDS 1950 adalah Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan
Republik Indonesia yang secara formil sebuah perubahan Konstitusi Sementara RIS. Perubahan
konstitusi RIS memungkinkan dilakukan guna melahirkan UUD yang baru mengingat perubahan
konstitusional ketatanegaraan akan berubah seiring dengan: “ Dengan tidak mengurangi yang
ditetapkan dalam pasal 51, ayat kedua, maka konstitusi ini hanyadapat diubah dengan undnag-
undnag federal dan menyimpang dari ketentuan-ketentuanhanya diperkenankan atas kuasa
undang-undnag federal, baik DPR maupun Senat tidak bolehbermufakat ataupun mengambil
keputusan tentang usul untuk itu, jika tidak sekurang-kurangnya dua pertiga dari jumlah anggota
siding menghadiri rapat.
Lahirnya UUDS 1950 adalah bukti historis kembalinya Indonesia kepada
negaraKesatuan. Hal tersebut tentunya tidaklah muncul dengan sendirinya. Keinginan terbesar
rakyat Indonesia merupakan “kata kunci” lahirnya negara kesatuan Republik Indonesia. Era
1950-1959 merupakan periode demokrasi konstitusional, meskipun dalam kurun waktu
itu,Indonesia hanya bersandar pada UUDS 1950. Konstitusi ini seekaligus menjadi starting
pointbagi upaya pembentukan sebuah negara modern Indonesia yang berbentuk kesatuan.
Sebagaimana halnya UUD 1945 dan Konstitusi RIS 1949, masa berlaku UUDS 1950pun
terbilang singkat. Sejak berlakunya UUDS 1950 pada 17Agustus 1950, maka melaluiDekrit
Presiden pada 5 Juli 1959, UUDS 1950 dinyatakan tidak efektif lagi dan beralih kembali pada
pemberlakuan UUD 1945. Kenyataan ini berimplikasi pada materi muatankonstitusi itu sendiri.
Berlakunya konstitusi UUDB1945 untuk kedua kalinya memiliki masaberlakuyang relative lebih
panjang dibandingkan UUD sebelumnya, termasuk UUD 1945periode proklamasi karena
terhitung sejak 5 Juli 1959 sampai dengan jatuhnya rezim Soeharto.
Secara historis perubahan UUD merupakan wacana penting bahkan menjadiperdebatan
yang intens pada saat awal kemerdekaan Indonesia, atau meminjam istilah George McTurnan
Kahin, Newlyborn of Indonesian State( “bayi baru” negara Indonesia). Sebagai wacana, hal
tersebut menunjukkan bahwa isu perubahan UUD 1945 merupakan sebuahkeniscayaan. Pesan
moralnya adalah UUD 1945 harus benar-benar dapat sesuai dengantingkat perubahan zaman
Indonesia. Hanya saja, Soekarno dalam janjinya terbukti tidak pernah sampai berhasil
melahirkan sebuah formulasi UUD 1945 yang baru dankomprehensif. Begitu pula pada masa
Soeharto, alih-alih melakukan perubahan UUD, jikamuncul niatan seputar itu dengan serta-
merta dianggap sebagai “makar”terhadap negara. Dalam sejarahnya, kedua rezim ini berhasil
melakukan sakralisasi UUD 1945 secara terlembaga. Hal ini dikuatkan dengan pandangan Bagir
Manan, sebagaimana dikutip SaldiIsra, bahwa UUD 1945 adalah biang terjaidnya KKN,
memasung semangat demokrasi danpenegakkan hukum, dan member peluang tumbuhnya
pemerintahan yang otoriter, antikritik,dan anti perbedaan pendapat.

RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana arti penting pembukaan dalam sebuah kosntitusi ?


2. Apa saja isi dari konstitusi ?

TUJUAN PENULISAN

1.Memenuhi tugas mata kuliah Konstitusi


2.Memaparkan isi/muatan dalam suatu konstitusI

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pembukaan

Mengenai suatu konstitusi atau undang-undang dasar dapat dikatakan bahwa suatu
pembukaan berisi lebih dari pada alasan pembentukan saja. Oleh karena konstitusi sebagai
sumber pertama dari hukum tata Negara mendasari undang-undang biasa, bahkan mendasari
seluruh hidup ketatanegaraan dari suatu Negara, maka adalah layak apabila dalam pembukaan
suatu konstitusi termuat juga dasar dasar bagi berdirinya Negara yang bersangkutan. Mengingat
sifat konstitusi sebagai hukum dasar yang mendasari segala hukum yang berlaku didalam
Negara, maka layak pula, jika pembukaan suatu konstitusi juga memuat filsafat hukum yang
dimuat dalam Negara itu

Liav Orgad, membagi pembukaan suatu konstitusi ke dalam terminology formal


dansubstansif. Menurut terminology formal, pembukaan merupakan suatu pengantar
untukmengenal konstitusi yang biasanya ditandai dengan kata ”pembukaan” atau alternative
lainnya. Klaasifikasi formal ini menyediakan sarana identifikasi posisi pembukaan yangringkas
dan teknis. Secara substansif, pembukaan berisi sejarah dibalik perumusan suatukonstitusi,
prinsip-prinsip dan nilai-nilai fundamental. Liav Orgard menambahkan bahwamateri muatan
pembukaan dapat diklasifikasikan ke dalam 5 kategori: Kedaulatan, Sejarah,Tujuan dan Cita
Bangsa, Identitas Nasional, Agama dan Ketuhanan.

Masdar Farid Mas’udi menyatakan bahwa Pembukaan, Preambule, atau Mukadimah


dalam setiap dokumen konstitusi selalu berisikan pernyataan yang singkat tapi sungguh padat.
Di dalamnya tertuang visi, misi, dan nilai-nilai dasar sebuah institusi atau organisasisebagai
wadah kebersamaan yang hendak dibangun dan dijalankan bersama. Sementara ituHans Kelsen
menyatakan bahwa pembukaan adalah bagian tradisional konstitusi yangmerupakan pengantar
hikmat berisi ide-ide politik, moral, dan keagamaan yang hendak dikemukakan oleh konstitusi
tersebut. Pembukaan ini lebih mengandung karakter ideologisdaripada karakter hukum.
Augustinus Simanjuntak menyatakan dengan lugas bahwaPembukaan UUD 1945 adalah bagian
terpenting dari UUD 1945 yang disepakati oleh MPR1999 untuk tidak diubah sama sekali, karena
pembukaan merupakan bagian penting yangtertuang Pancasila di dalamnya yang merupakan
norma fundamental negara. Dalam Alinea I,bangsa Indonesia menyatakan:(1) anti terhadap
penjajahan, dan(2) menjunjung tinggi hak asasi manusia (HAM).

B. Isi Konstitusi
A.A.K. Struycler, Undang-undang Dasar (Gronwert) sebagai konstitusi tertulis
merupakan sebuah dokumen formal yang berisi: 1). Hasil perjuangan politik bangsa di
waktulampau. 2). Tingkat-tingkat tertinggi perkembangan ketatanegaraan bangsa. 3).
Pandangantokoh-tokoh bangsa yang hendak diwujudkan baik waktu sekarang maupun untuk
masa yangakan datang. 4). Suatu keinginan dengan nuansa perkembangan kehidupan
ketatanegaraanbangsa sesuai kehendak yang dipimpin. Semua konstitusi selalu menjadikan
kekuasaansebagai pusat perhatian, karena kekuasaan itu sendiri pada intinya memang perlu
diatur dandibatasi sebagaimana mestinya. Constitutions,menurut Ivo D. Duchacek , adalah
“identify thesources, purposes, uses and restraints of public power” (mengidentifikasikan
sumber-sumber, tujuan-tujuan, penggunaan-penggunaan, dan pembatasan-pembatasan
kekuasaan umum). Pembatasan kekuasaan pada umumnya dianggap merupakan corak umum
materi konstitusi. Materi muatan konstitusi/Undang-undang Dasar dalam rangka untuk
membatasi kekuasaan dalam negara sekurang-kurangnya berisi

:1). Jaminan adanya perlindungan Hak Asasi Manusia.

2). Susunan kekuasaan suatu negara yang mendasar.

3). Pembagian dan pembatasan tugas-tugas ketatanegaraan yang juga mendasar.

Dapat dipastikan bahwa materi muatan dalam konstitusi atau UUD yang satu dengan
yang lainnya tidak ada yang sama. Hal itu dikarenakan ada berbagai macam sebab perbedaan-
perbedaan antar berbagai UUD tersebut. Bagir Manan menjelaskan bahwa perbedaan
tersebutantara lain disebabkan oleh: perbedaan dasar filosofi dan ideologi; perbedaan landasan
teoridan konsep; latar belakang kultural; latar belakang sejarah; bentuk negara,
bentukpemerintahan dan sistem pemerintahan. Walaupun demikian, pada dasarnya konstitusi
yangada memuat hal-hal sebagai berikut:

1) Bentuk negara, bentuk pemerintahan, dan sistem pemrintahan.


2) Alat-alat perlengkapan negara, yang sekurang-kurangnya seperti ajaran
Montesquieu yaitu adanya kekuasaan eksekutif, legislatif dan yudikatif
3) Cara mengisi alat perlengkapan negara dengan pejabat negara yang pada
umumnyamelalui mekanisme pemilu (election).
4) Hubungan antar-alat perlengkapan negara.
5) Kekuasaan dan pembatasan kekuasaan alat-alat perlengkapan negara.
6) Hubungan antara alat perlengkapan negara/pejabat alat perlengkapan negara
denganrakyat.
7) Kewarganegaraan dan hak-hak kewarganegaraan.
8) Cara pembaruan UUD.
9) Aturan peralihan.
10) Lain-lain, yang meliputi Komisi Pemilihan Umum, Komisi Kepegawaian, dan
sebagainya.
Semua unsur-unsur materi muatan di atas, di dapati dalam UUD 1945, kontitusi
darinegara Indonesia, walaupun sebelum diadakannya perubahan-perubahan ada kekurangan
dalam materi muatannnya. Perubahan UUD 1945 membawa implikasi terhadap jenis peraturan
perundangan-undangan serta materi muatannya. Adanya perubahan UUD 1945tentu
menghendaki adanya perubahan sistem peraturan perundang-undangan, serta penyesuaian
materi muatan berbagai peraturan perundang-undangan yang telah ada dan berlaku. Pada
umumnya suatu konstitusi itu mempunyai materi muatan yang menurut J.G Steenbeek berisi :

a. Adanya jaminan terhadap hak asasi manusia dan warga negaranya


b. Ditetapkannya susunan ketatanegaraan suatu negara yang bersifat fundamental
c. Adanya pembagian dan pembatasan tugas ketatanegaraan yang juga
bersifatfundamental

Dan menurut C.F Strong yaitu berisi :

a. Kekuasaan pemrintah (dalam arti luas)


b. Hak-hak yang diperintah
c. Hubungan antara pemerintah dan yang diperintah (menyangkut yang
didalamnyamasalah hak asasi manusia).

Menurut Miriam Budiarjo, setiap Undang-Undang Dasar memuat ketentuan-ketentuan


mengenai :

1. negara, misalnya pembagian kekuasaan antara badan legislatif, eksekutif dan


yudikatif
2. . Hak-hak asasi manusia
3. . Prosedur mengubah Undang-Undang Dasar
Adakalanya memuat larangan untuk mengubah sifat tertentu dari Undang-Undang
Dasar.

Apabila kita bandingkan pendapat Steenbeek dengan pendapat Miriam Budiardjo, maka
pendapat Miriam lebih luas cakupannya, yakni menyangkut perubahan Undang- Undang Dasar.

Meskipun dalam setiap undang undang dasar dari berbagai negara terdapat perbedaan
mengenai materi konstitusi yang diaturnya, namun materi konstitusi yang bersifat pokok selalu
terdapat dalam setiap konstitusi, demikian pula dengan Undang Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945.

Di dunia ini konstitusi tertulis ada yang panjang seperti Konstitusi India yang memut 394
pasal, dan ada yang pendek seperti kontitusi Indonesia yang memuat 37 pasal dan konstitusi
Spanyol yang memuat 26 pasal. Baik konstitusi yang panjang maupun yang pendek kedua isi
utama konstitusi adalah:

a. Tentang wewenang dan cara bekerjanya lembaga lembaga negara (sistem


pemerintahan negara)
b. Tentang perlindungan terhadp hak hak asasi manusia (hubungan antara pemerintah
dan warga negara) tetap tercakup.

Dari berbagai pendapat tentang materi muatan konstitusi ternyata jaminan atas hak hak
asasi manusia (HAM) merupakan salah satu unsur penting di dalanya. Pentingnya hak hak asasi
manusia sebagai materi muatan konstitusi dapat dilihat dari perjalanan sejarah materi muatan
deklarasi deklarasi universal hak hak asasi manusia seperti di ungkapkan Anotonio Cassesse
bahwa di Inggris Magna Charta (piagam besar) tahun 1215 dan Bill of Rights tahun Bagi deklarasi
deklarasi ini manusia baru pantas dinamakan manusia apabila ia telah memenuhi persyaratan
persyaratan ini : merdeka, sama, menikmati hak miliknya tanpa diganggu, tidak di tindas suatu
pemerintahan yang tirani dan mampu menyatakan pendapat dengan bebas, yang sama halnya
dengan yang lain dan hanya tunduk kepada hukum. Untuk menilai manusia dan masyarakat,
satu satunya ukuran penilai ialah penghormatan terhadap hak hak asasi manusia. Mukadimah
Deklarasi Perancis menyatakan kebodohan, kealpaan, atau kebencian terhadap hak hak asasi
manusia merupakan satu satunya penyebab yang menimbulkan kemalangan publik dan
kebobrokan pemerinth.

Hukum lah yang harus menentukan batas batas kebebasan orang seorang dalam
menghadapi yang lain. Hukum maha berkuasa, dan tidak dapat dikritik, selama ia merupakan
pernyataan dari kehendak umum. Satu satunya pembatasan terhadap kemungkinan
penyalahgunaan kekuasaan politik adalah hukum. Kenyataan bahwa semua putusan bukan di
ambil oleh kekuasaan eksekutif, tetpi juga oleh badan legilatif, dianggap merupakan penjagaan
terhadap kesewenang wenangan. Teks teks itu memperoleh nilainya sebgai pedoman tindakan
dari kenyataan bahwa ia menjadi hukum konstitusi di bnayak negra modern, yaitu perangkat
norma yang secara legal mengikat dan diperkuat kembali dengan sanksi sanksi di bawah
perundang undangan negara negara itu.

Perihal perlindungan hak asasi manusia, Scott Davidson memaparkan kepedulian


internasional terhadap hak hak asasi manusia mrupakan gejala yang relatif baru. Meskipun
dapat menunjuk pada sejumlah traktat atau perjanjian internasional yang mempengaruhi isu
kemanusiaan sebelum Perang Dunia II,baru setelah dimasukkan ke dalam Piagam PBB pada
tahun 1945.

Dewasa ini, kaitan antara perlindungan terhadap hak asasi manusia di tingkat nasional
dan tingkat internasional, kalaupun tidak simbiotis, sangat erat. Semua instrumen internasional
mewajibkan sistem konstitusional domestik setiap negara yang memberikan kompensasi yang
memadai kepada orang orang yang hak haknya dilanggar. Mekanisme internasional untuk
menjamin hak asasi manusia baru akan melakukan perannya apabila sistem perlindungan di
dalam negara itu sendiri goyah atau, pada kasus yang ekstrem malahan tidak ada. Dengan
demikian, mekanisme internasional sedikit banyak berfungsi memperkuat perlindungan
domestik terhadap hak asasi manusia dan menyediakan pengganti jika sistem domestik gagal
atau ternyata tidak memadai.
Pasca kejatuhan Soeharto (Mei 1998), salah satu yang menjadi amanat reformasi adalah
perubahan UUD 1945. UUD 1945 dipandang telah menciptakan dirinya multitafsir.Penafsiran
sepihak atas UUD 1945 telah dirasakan memberikan ilkim negative bagi arahpembangunan
Indonesia. Penguasa kerap menjadikan UUD 1945 sebagai “tameng” untuk mempertahankan
kekuasaan mereka.

A constitution is not the act of a government but of a people constituting a


government,without a constitution is the property of the nation and not of those who exercise
the governmet

Demikian penegasan Thomas Paine, tokoh radikal abad ke- 18 yang karya-karyanya
banyak mengilhami revolusi Prancis dan Amerika.. menurut Steenbeeek,sebagaimana dikutip
oleh Sri Soemantri, UUD berisi tiga pokok materi muatan, yakni pertama, adanya jaminan
terhadap hak-hak asasi manusia dan warganegara; kedua,ditetapkannya susunan
ketatanegaraan suatu negara yang bersifat fundamental; dan ketiga,adanya pembagian dan
pembatasan tugas ketatanegaraan yang juga bersifat fundamental

Oleh karena UUD 1945 tidak ditemukan sebuah pengaturan yang tegas,
akibatnyamuncul berbagai interpretasi terhadap kualitas muatan dan jaminan UUD 1945 atas
HAM. Akan tetapi, satu hal yang patut mendapat apresiasi positif adalah bahwa para pendiri
bangsaIndonesia telah berhasil memformulasikan sebuah tatanan kehidupan nasional berikut
atas jaminan HAM, jauh sebelum masyarakat Internasional merumuskan Deklarasi
UniversalHak-hak Asasi Manusia (DUHAM) PBB, 10 Desember 1948).

Penekanan dan Jaminan Konstitusi RIS atas HAM, secara historis dipengaruhi oleh
Universsal Declaration of Human Rights (DUHAM) yang dirumuskan oleh PBB pada tanggal 10
Desember 1948. Meskipun tidak ditemukan kata Hak Asasi Manusia dalamKonstitusi RIS, namun
ada tiga kalimat yang dipergunakan, yakni setiap/segala/sekalian orang/siapa pun/tiada seorang
pun, setiap warga negara, dan berbagai kata yang menunjukan adanya kewajiban asasi manusia
dan negara. Menurut Soepomo, setidaknya terdapat 3perbedaan mendasar antara Konstitusi
RIS denganUUDS 1950 dalam penegasannya tentangHAM. Pertama, hak dasar mengenai
kebebasan agama, keinsyafan batin dan pikiransebagaimana yang tertuang dalam pasal 18
UUDS 1950. Kedua dalam pasal 21 UUDS 1950 diatur mengenai hak berdemonstrasi dan hak
mogok yangseblumnya tidak tertuang diKonstitusi RIS. Ketiga, mengatur mengenai dasar
perekonomian yang melarang organisasi-organisasi yang bersifat monopoli partikelir yang
merugikan ekonomi nasional.Todung Mulya Lubis dengan tegas mengatakan bahwa kembalinya
berlaku UUD.1945 itu berarti bawa jaminan konstitusi atas HAM menjadi tidak sempurna dan
tegas. Sisifleksibelitas UUD1945 mengakibatkan fleksibel pula arah penegakkan HAM di
Indonesia. Akibatnya muatan HAM di dalam UUD 1945 mwnurut Mahfud MD, Sangat
bergantung darikonfigurasi politik tertentu. Jika konfigurasi politik demokratis, maka HAM
memperoleh tempat dan implementasi yang relative proposional, tetapi jika konfigurasi politik
sedang bekerja di bawah paying otoritarian, maka HAM pun akan mendapat perlakuan yang
buruk

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Dari berbagai pendapat tentang materi muatan konstitusi ternyata jaminan atas hak hak
asasi manusia (HAM) merupakan salah satu unsur penting di dalanya. Pentingnya hak hak asasi
manusia sebagai materi muatan konstitusi dapat dilihat dari perjalanan sejarah materi muatan
deklarasi deklarasi universal hak hak asasi manusia seperti di ungkapkan Anotonio Cassesse
bahwa di Inggris Magna Charta (piagam besar) tahun 1215 dan Bill of Rights tahun Bagi deklarasi
deklarasi ini manusia baru pantas dinamakan manusia apabila ia telah memenuhi persyaratan
persyaratan ini : merdeka, sama, menikmati hak miliknya tanpa diganggu, tidak di tindas suatu
pemerintahan yang tirani dan mampu menyatakan pendapat dengan bebas, yang sama halnya
dengan yang lain dan hanya tunduk kepada hukum. Untuk menilai manusia dan masyarakat,
satu satunya ukuran penilai ialah penghormatan terhadap hak hak asasi manusia. Mukadimah
Deklarasi Perancis menyatakan kebodohan, kealpaan, atau kebencian terhadap hak hak asasi
manusia merupakan satu satunya penyebab yang menimbulkan kemalangan publik dan
kebobrokan pemerinth.

Nilai-nilai yang terdapat pada ideologi Pancasila berkedudukan sebagai Nilai Luhur(NL),
sementara nilai-nilai lainnya yang terdapat pada Pembukaan berkedudukan sebagaiNilai Dasar
(ND). Kedua derajat nilai ini bersifat universal dan lestari, tetapipemahamannya bersifat
eksklusif Indonesia.Nilai-nilai (NL dan ND) itu selanjutnya diwujudkan dan dijabarkan dalam
bentukpasal-pasal/ayat-ayat pada Batang Tubuh UUD 1945. Penafsiran dan/atau perubahan
Batang Tubuh UUD 1945 (sebagaimana ternyata telah dirubah untuk yang Pertama (1999)
danKedua (2000) oleh MPR) tidak boleh menyimpang dari semangat NL dan ND yang termuatdi
dalam Pembukaan UUD 1945. Tegasnya, perubahan (dalam Batang Tubuh) itu dapatdilakukan
sejauh masih dalam kerangka penjabaran/pewujudan nilai-nilai (NL dan ND) yangterdapat pada
Pembukaan UUD 1945
DAFTAR PUSTAKA

1.Asshidiqie, Jimly. Gagasan Negara Hukum

2. Asshidiqie, Jimly. Konstitusi & Konstitusionalisme Indonesia. 2010. Sinar Grafika

3. Assidiqie, Jimly. Pengantar Hukum Tata Negara Indonesia Jilid II. 2006

4. Assidiqie, Jimly. Pengantar Hukum Tata Negara Indonesia Jilid I. 2006

5. Asshidiqie, Jimly, Prinsip- Prinsip Negara Hukum, Dalam “Beberapa Aspek

6. Azhary, Muhammad Tahir. 2004. Negara Hukum. Prenada Media. Jakarta,

7.Budiyono dan Rudy. Konstitusi dan HAM. Justice Publicer Fakultas HukumUniversitas Lampung. Bandar
Lampung. 2014.

8.ejournal.mahkamah konstitusi.go.id

9. Hamidi, Jazim dkk. 2012.Teori Hukum Tata Negara. Salemba Humanika. Jakarta.

10.http://download.portalgaruda.org/article.php?article=250365&val=6694&title=NE GARA%20HUKUM
%20INDONESIA%20KEBALIKAN%20NACHTWACHTERSTAAT

11.http://pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/6b86a099f4f2f7e5b595001781c40d4f.pdf

Anda mungkin juga menyukai