Puji syukur Alhamdulillah penulis ucapkan kehadirat ALLAH SWT, yang telah melimpahkan
rahmat dan karunian-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Makalah tentang “sejarah
konstitusi di Indonesia “untuk memenuhi tugas mata kuliah etika profesi dan tangun jawab
profesi hukum .dapat terselesaikan dengan baik.
Penulis menyadari Makalah ini masih banyak kekurangan dan kelemahanya, baik dalam hal
pengetikan maupun dalam keseluruhan isinya.Hal ini disebabkan karena keterbatasan
pengetahuan.Oleh sebab itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran untuk
menyempurnakan Makalah ini.Semoga Makalah ini dapat memberikan manfaat bagi penulis
maupun bagi pembaca.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………………..
BAB II PEMBAHASAN……………………………………………………………….
3.1 Kesimpulan………………………………………………………………………
3
BAB 1
PENDAHULUAN
1. PENDAHULUAN
Sejarah kehidupan berbangsa dan bernegara pada Republik Indonesia dimulai pada tahun 1945.
Pada tahun itulah berdirinya Negara Republik Indonesia sebagai suatu kumpulan besar manusia,
yang sehat jiwanya dan berkobar-kobar hatinya, menimbulkan suatu kesadaran batin yang
dinamakan bangsa.
Persatuan Indonesia merupakan ide besar yang merupakan cita-cita hukum dan cita-cita
moral bangsa Indonesia. Persatuan Indonesia telah menjiwai proses penetapan bentuk negara.
Bentuk negara yang telah dipilih harus memungkinkan terwujud dan terjaminnya Persatuan
Indonesia. Berdirinya Negara ini tidak hanya ditandai oleh Proklamasi dan keinginan untuk bersatu
bersama, akan tetapi hal yang lebih penting adalah adanya UUD 1945 yang merumuskan berbagai
masalah kenegaraan. Atas dasar UUD 1945 berbagai struktur dan unsur Negara mulai adaWalaupun
secara jelas pada masa itu belum ada lembaga-lembaga yang diamanatkan oleh UUD. Akan tetapi
hal ini dapat diatasi dengan adanya Aturan Tambahan dan Aturan Peralihan dalam UUD 1945
Setelah UUD 1945 berlangsung selama 4 tahun diganti dengan Konstitusi RIS pada tahun
1949, kemudian diganti lagi dengan UUDS 1950. Pada masa UUDS 1950 terselenggara pemilihan
umum pada tahun 1955 untuk memenuhi amanat masyarakat dalam Undang-Undang Dasar. Hasil
pemilihan umum tersebut melahirkan Dewan Perwakilan Rakyat sebagai suatu lembaga perwakilan
rakyat, dan terbentuk Konstituante yang bertugas membuat UUD. Setelah bersidang selama
beberapa tahun Konstituante dibubarkan oleh Presiden Sukarno secara sepihak. Setelah itu
dimulailah periode kembali ke UUD 1945 ditandai dengan Dekrit Presiden tahun 1959.
Setelah tahun 1998 maka dimulai zaman reformasi dan zaman ini diakibatkan oleh berbagai
krisis yaitu:
1. Krisis ekonomi.
Pada saat itu terjadi perubahan Konstitusi yang sangat dinantikan oleh masyarakat
Indonesia. Berkembanglah setelah itu wacana mengenai masyarakat madani atau dikenal sebagi
civil society. Menurut Alexis de Tocqueville memandang civil society sebagai wilayah otonom dan
memiliki dimensi politik dalam dirinya sendiri yang dipergunakan untuk menahan intervensi
negara. Menurut Al Mawardi ada beberapa syarat untuk mencapai keseimbangan dalam segi politik
negara yang ideal menurut Islam:
Pada tahun 1999 terjadi Perubahan I UUD 1945 yang mengatur tentang pembatasan jabatan
presiden dan pada tahun 2000 terjadi Perubahan II UUD 1945 yang mengatur HAM11. Perubahan
I dan II terjadi beberapa perubahan yang mendasar dalam UUD 1945. Pada Perubahan
UndangUndang Dasar 1945 sampai tahun 2000 terdapat beberapa reduksi kekuasaan lembaga
eksekutif seperti dalam pembatasan kekuasaan Presiden. Dalam banyak hal, Presiden tidak lagi
memegang kekuasaan legislatif dan Presiden harus memperhatikan pendapat Dewan Perwakilan
Rakyat ataupun Mahkamah Agung jika berkaitan dengan hukum12. Sampai dengan Perubahan II
belum ada kritik yang tajam terhadap Perubahan yang terjadi terhadap UndangUndang Dasar 1945
dari mayoritas Ahli Hukum Tata Negara dan Para Politisi Partai Politik.
setelah Perubahan III maka terjadi perubahan mendasar terhadap UUD 1945. Secara garis
besar dapat disimpulkan Perubahan III UndangUndang Dasar 1945 meliputi:
1. Adanya Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden Langsung. Hal ini berakibat besar
terhadap tugas Majelis Permusyawaratan Rakyat.
Setelah Perubahan III Undang-Undang Dasar 1945 berlaku maka banyak kekurangan-kekurangan
yang ada dalam Undang-Undang Dasar. Proses Perubahan Undang-Undang Dasar 1945 menjadi
salah satu sebab banyaknya kekurangan yang terjadi, Karena ada beberapa hal yang belum diatur
dengan jelas, sehingga menimbulkan masalah secara tekhnis hukum. Hal ini dikritisi sebagian besar
oleh praktisi hukum terutama Hukum Tata Negara.
Ketika sedang memasuki Proses Perubahan IV perubahan yang kurang dicoba diperbaiki.
Perubahan IV menjadi suatu keharusan yang mau tidak mau harus ada, karena dengan adanya
Pemilihan Presiden Langsung, maka Presiden langsung bertanggung jawab kepada pemilihnya.
Dan tidak ada lagi tugas membuat GBHN yang dilakukan oleh MPR. Perubahan III dan IV UUD
1945 telah mengubah status dan peran MPR. Majelis Permusyawaratan Rakyat berubah dari
lembaga pemegang kedaulatan rakyat yang disebutkan secara eksplist dalam UUD 1945 menjadi
lembaga negara.
b. RUMUSAN MASALAH
1. SEJARAH KONSTITUSI
Pada asasnya kami membuat tulisan ini, untuk menjadikan tulisan ini
PEMBAHASAN
1. SEJARAH KONSTITUSI
Konstitusi merupakan suatu fundamen atau arah dari suatu roda kenegaraan yang
akan dijalankan, dengan tujuna untuk membatasi kekuasaan dalam negara, karena
dalam suatu negara terdapat banyak pusat-pusat kekuasaan. Oleh karena itu para
Istilah konstitusi telah lama dikenal, yaitu sejak zaman Yunani Kuno.
Athena sebagai instrumen demokrasi yang paripurna. Dapat diduga pula bahwa
Moh. Kusnardi dan Harmaily Ibrahim mengucapkan, bahwa sejak zaman Yunani
Purba istilah konstitusi telah diketahui, hanya konstitusi itu masih diartikan
materiil karena konstitusi itu belum diletakkan dalam suatu naskah yang tertulis.
Hal ini dapat dibuktikan pada paham Aristoteles yang membedakan istilah
politea dan nomoi. Politeia diartikan sebagai konstitusi, sedangkan nomoi adalah
bahwa politeia mengandung kekuasaan yang lebih tinggi dari pada nomoi,
merupakan suatu kumpulan dari peraturan serta adat kebiasaans saja. Kemudian
arti sebagai sekumpulan ketentuan serta peraturan yang dibuat oleh para kaisar
para Kaisar Roma, telah menjelma dalam bentuk L’Etat General di Perancis,
bahkan kegandrungan orang Romawi akan ordo et unitas telah memberi inspirasi
modern
(monarkomaken), yaitu ajaran yang membenci atau tidak senang terhdap eksisis
theokrasi pada waktu itu. Usaha untuk mencegah agar Raja tidak berbuat
membatasi kekuasaan Raja. Perjanjian antara rakyat dan raja dalam kedudukan
sama tinggi dan sama rendah menghasilkan suatu naskah yang disebut Leges
Fundamental. Di dalamnya diatur dan ditetapkan hak dan kewajiban masing-
masing pihak. Dalam perkembangan sejarah sejak saat itu, maka setiap kali
diadakan perjanjian antara rakyat dan raja dibuatkan atau dituangkan dalam
naskah, yang di dalamnya terdapat hak dan kewajiban yang berkaitan dengan
Pada giliran berikutnya, masa Perang Dunia I Tahun 1914 telah banyak
baru dengan konstitusi yang berasaskan demokrasi dan nasionalisme. Upaya itu
Italia, dan pemberontakan Nazi di Jerman, sampai pada akhirnya meletus Perang
Dunia II
parah bila dibandingkan pada masa Perang Dunia I. Sebab kemenangan dari
bangsa-bangsa yang berserikat terhadap kekuatan tirani saat itu. Berarti Perang
Dari segi bahasa istilah konstitusi berasal dari kata constituer (Perancis) yang
menyusun suatu negara. Demikian pula dalam bahasa Inggris kata constitute
yang bernama “Negara” Suatu sendi atau pokok peraturan dari negara ini
tentunya harus kuat dan tidak akan mudah runtuh, agar bangunan negara tetap
berdiri. Secara umum dapat dikatakan bahwa istilah konstitusi pada umumnya
berwenang, dan ada yang tidak tertulis yang berupa kebiasaan dalam praktek
penyelenggaraan negara
Dasar, lazim pula dipergunakan istilah konstitusi. Demikian juga halnya dengan
Soekarno dan Drs. Moh. Hatta sebagai wakil ketua dengan 19 orang anggota yang
terdiri dari 11 orang wakil dari Jawa, 3 orang dari Sumatra dan masing-masing 1
wakil dari Kalimantan, Maluku, dan Sunda Kecil. Badan tersebut (BPUPKI)
ditetapkan berdasarkan Maklumat Gunseikan Nomor 23 bersamaan dengan ulang
Latar belakang terbentuknya konstitusi (UUD 1945) bermula dari janji Jepang
tersebut antara lain berisi “sejak dari dahulu, sebelum pecahnya peperangan Asia
Timur Raya, Dai Nippon sudah mulai berusaha membebaskan bangsa Indonesia
bangsa Indonesia dengan giat dan tulus ikhlas di semua bidang, sehingga
diharapkan kelak bangsa Indonesia siap untuk berdiri sendiri sebagai bangsa Asia
Timur Raya. Namun janji hanyalah janji, penjajah tetaplah penjajah yang selalu
ingin lebih lama menindas dan menguras kekayaan bangsa Indonesia. Setelah
Jepang dipukul mundur tentara sekutu, Jepang tak lagi ingat akan janjinya.
Setelah menyerah tanpa syarat kepada sekutu, rakyat Indonesia lebih bebas dan
leluasa untuk berbuat dan tidak bergantung pada Jepang sampai saat
resmi nampaknya tidak bisa ditawar-tawar lagi, dan segera harus dirumuskan.
tanggal 18 Agustus 1945 atau sehari setelah ikrar kemerdekaan, Panitia Persiapan
Kemerdekaan Indonesia (PPKI) mengadakan sidangnya yang pertama kali dan
seluruhnya diambil dari RUU yang disusun oleh Panitia Perancang UUD tanggal
16 Juni 1945;
Presiden dan wakil ketua Drs. Muhammad Hatta sebagai wakil Presiden;
amandemen merupakan sebuah istilah dari satu proses perubahan secara resmi
menganai dokumen ataupun catatan resmi, dan yang paling utama adalah untuk
menghapus catatan yang salah, istilah amandemen ini sering di gunakkan pada