Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang
Di kehidupan sehari-hari tentunya tidak akan terlepas dari interaksi

antar sesama manusia. Dalam interaksi ini (termasuk juga interaksi dalam
dunia kesehatan) ada norma-norma atau nilai moral yang berlaku yang
perlu di perhatikan. Seiring dengan perkembangan zaman, kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi semakin pesat. Dalam kondisi ini, ada ilmuilmu ataupun teknologi tertentu yang jika di lihat dari sudut normatif
bersifat tidak etis atau tidak sesuai, terutama di bidang kesehatan. Itulah
sebabnya kita harus mempelajari bioetika. Bioeteika merupakan studi
interdisipliner tentang masalah yang ditimbulkan di bidang biologi dan
kedokteran baik pada skala mikro maupun makro, dan dampaknya atas
masyarakat luas serta sistem nilainya kini dan masa mendatang (Bartens,
2009). Saat ini bioetika tidak hanya membicarakan segala hal yang
berkaitan dalam bidang medis saja (seperti abortus, rekayasa genetik dan
sebagainya) namun juga membahas masalah kesehatan, faktor budaya,
moralitas, hak pasien dan sebagainya.
Secara garis besar, sistem etika yang berlaku di dunia dibagi
menjadi 2 kelompok besar : sistem teleologis (terarah pada tujuan, dan
sistem deontologi (deon : apa yang harus dilakukan; kewajiban). Dalam
sistem

teleologis,

konsekuensinya.

baik

Karena

tidaknya
itu,

perbuatan

sistem-sistem

ini

diukur
disebut

berdasarkan
juga

sistem

konsekuensialistis. Sistem ini berorientasi pada tujuan perbuatan. Salah satu


aliran etika yang termasuk dalam sistem ini adalah Utilitarianisme. Dalam
Utilitarianisme, tujuan perbuatan moral adalah memaksimalkan kegunaan
atau kebahagiaan bagi sebanyak mungkin orang. Sementara itu, sistem
deontologi adalah sistem etika yang tidak mengukur baik tidaknya suatu
perbuatan berdasarkan hasilnya, melainkan semata-mata berdasarkan
maksud si pelaku dalam melakukan perbuatan tersebut. Sistem ini tidak
menyoroti tujuan yang dipilih bagi perbuatan atau keputusan seseorang,
melainkan semata-mata wajib tidaknya perbuatan dan keputusannnya.

1.2

Rumusan Masalah
1.2.1 Apa definisi Teori Utilitarian dan Deontologi ?
1.2.2 Apa saja prinsip-prinsip Teori Utilitarian dan Deontologi ?
1.2.3 Apa saja jenis-jenis Teori Utilitarian dan Deontologi ?

1.2.4 Apa keunggulan Teori Utilitarian dan Deontologi ?


1.2.5 Apa kekurang Teori Utilitarian dan Deontologi ?
1.2.6 Bagaimana contoh kasus Utilitarian dan Deontologi ?
1.2.7 Bagaimana contoh penerapan Utilitarian dan Deontologi
dalam dunia kesehatan?
1.2.8 Bagaimanakah hasil diskusi presentasi makalah ini ?

1.3

Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui definisi teori utilitarian dan deontologi.
1.3.2 Untuk mengetahui prinsip-prinsip teori utilitarian dan
deontologi.
1.3.3 Untuk mengetahui jenis-jenis teori utilitarian dan deontologi.
1.3.4 Untuk mengetahui keunggulan teori utilitarian dan
deontologi.
1.3.5 Untuk mengetahui kekurangan teori utilitarian dan
deontologi.
1.3.6 Untuk mengetahui contoh kasus utilitarian dan deontologi.
1.3.7 Untuk mengetahui contoh penerapan teori utilitarian dan
deontologi dalam dunia kesehatan.
1.3.8 Untuk mengetahui hasil diskusi presentasi makalah teori
utilitarian dan deontologi.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Teori Utilitarian


2.1.1 Definisi Teori Utilitarian
Utilitarian berasal dari Bahasa latin yaitu Utilis artinya bermanfaat.
Kadang-kadang disebut juga sebagai teori kebahagiaan terbesar (the
greatest happiness theory). Utilitarianisme merupakan sebuah faham yang
memperjuangkan prinsip utility. Prinsip utility (usefulness/kemanfaatan)
secara umum adalah sebuah tindakan dianggap benar jika menghasilkan
lebih banyak kebahagiaan daripada tindakan lain, dan tindakan dianggap
salah jika tidak demikian. Menurut teori ini suatu perbuatan adalah baik
jika membawa manfaat, tapi manfaat itu harus menyangkut bukan saja
satu atau dua orang, melainkan masyarakat sebagai keseluruhan
(sebanyak-banyaknya). Sebaliknya, membedakan perbuatan mana yang
jahat atau buruk adalah hal yang tak bermanfaat, tak berfaedah, dan
merugikan. Karena itu, baik buruknya perilaku dan perbuatan ditetapkan
dari segi berguna, berfaedah, dan menguntungkan atau tidak. Dari prinsip
ini, tersusunlah teori tujuan perbuatan. Disebut juga sebagai teori
konsekuensialisme, kualitas moral ditentukan oleh konsekuensi atau
akibat yang dibawakannya.
Teori Utilitarian Dikembangkan oleh Jeremy Bentham (1748-1832)
dengan melihat permasalahan pada kebijaksanaan publik saat itu. Pada
masa Bentham, dunia feodal telah lenyap. Namun masyarakat terbagi
menjadi 3 lapisan : kelas atas, kelas menengah dan kelas buruh, dan
Revolusi Industri baru dimulai. Aliran Utilitarianisme merupakan tradisi
pemikiran moral yang berasal dari Inggris.
Menurut Bentham, utilitarianisme dimaksudkan sebagai dasar etismoral untuk memperbaharui hukum Inggris, khususnya hukum pidana.
Dengan demikian, Bentham hendak mewujudkan suatu teori hukum yang
kongkret, bukan yang abstrak. Ia berpendapat bahwa tujuan utama hukum
adalah untuk memajukan kepentingan para warga Negara dan bukan
memaksakan perintah-perintah Tuhan atau melindungi apa yang disebut
hak-hak kodrati. Oleh karena itu, Bentham beranggapan bahwa klasifikasi
kejahatan dalam hukum Inggris sudah ketinggalan zaman dan karenanya

harus diganti dengan yang lebih up to date. Melalui buku tersebut,


Bentham menawarkan suatu klasifikasi kejahatan yang didasarkan atas
berat tidaknya pelanggaran dan yang terakhir ini diukur berdasarkan
kesusahan dan penderitaan yang diakibatkannya terhadap para korban
dan masyarakat.
2.1.2 Prinsip Teori Utilitarian
Secara sederhana dapat dikatakan bahwa terdapat tiga prinsip
etika utilitarian (Keraf, 1998:94) yaitu :

Manfaat, Suatu tindakan adalah baik dan benar secara moral


apabila tindakan tersebut memberikan manfaat.

Manfaat terbesar, Diantara tindakan yang sama-sama memberikan


manfaat, tindakan yang memberikan manfaat terbesar adalah yang
paling baik.

Bagi sebanyak mungkin orang, Diantara tindakan yang sama-sama


memiliki manfaat besar, tindakan yang paling baik adalah yang
mempunyai manfaat bagi orang banyak.

2.1.3 Jenis Teori Utilitarian

Utilitarisme Perbuatan (Act Utililitarianism)


-

Kita harus memperhitungkan, kemudian memutuskan, akibatakibat yang dimungkinkan dari setiap tindakan aktual ataupun

yang direncanakan.
Kaidah dasarnya : "Bertindaklah sedemikian rupa sehingga
setiap tindakanmu itu menghasilkan akibat-akibat baik yang
lebih besar di dunia daripada akibat buruknya".

Utilitarisme Aturan (Rule Utilitarianism)


-

Kita harus mengira-ngira, lalu memutuskan, hasil-hasil dari

peraturan dan hukum-hukum.


Kaidah dasarnya : "Bertindaklah selalu sesuai dengan kaidahkaidah yang penerapannya menghasilkan akibat baik yang lebih
besar di dunia ini daripada akibat buruknya

2.1.4 Keunggulan Teori Utilitarian


Etika utilitarianisme tidak memaksakan sesuatu yang asing. Etika
ini dilakukan secara rasional dalam mengambil keputusan dalam hidup,
khususnya dalam hal moral. Menurut keraf (1998:96) terdapat tiga nilai
positif etika utilitarian yaitu rasionalitas, otonom dan universal.

Rasionalitas
Prinsip moral yang diajukan oleh etika utilitarian tidak didasarkan
pada aturan-aturan kaku yang mungkin tidak kita pahami.

Otonom
Etika utilitarian sangat menghargai

kebebasan setiap perilaku

moral untuk berpikir dan bertindak dengan hanya memperhatikan


kriteria objektif dan rasional.

Universal
Mengutamakan manfaat atau akibat baik dari suatu tindakan bagi
banyak orang yang melakukan suatu tindakan. Dasar pemikirannya
adalah bahwa kepentingan setiap orang sama bobotnya. Artinya
yang baik bagi diri sendiri, juga baik bagi orang lain.

2.1.5 Kekurangan Teori Utilitarian

Teori ini terlalu mengedepankan manfaat, sedangkan manfaat


merupakan konsep yang begitu luas sehingga dalam kenyataan

praktis akan menimbulkan kesulitan yang tidak sedikit.


Etika utilitarisme tidak pernah menganggap serius nilai suatu
tindakan pada dirinya sendiri dan hanya memperhatikan nilai suatu

tindakan sejauh berkaitan dengan akibatnya.


Etika utilitarisme tidak pernah menganggap serius kemauan baik

seseorang.
Variabel yang dinilai tidak semuanya dapat dikualifikasi.
Seandainya ketiga kriteria dari etika utilitarisme

saling

bertentangan, maka akan ada kesulitan dalam menentukan

prioritas diantara ketiganya.


Etika utilitarisme membenarkan hak kelompok minoritas tertentu
dikorbankan demi kepentingan mayoritas.
5

2.2 Teori Deontologi


2.2.1 Definisi Teori Deontologi
Deontologi adalah sebuah istilah yang berasal dari kata
Yunani deon yang berarti kewajiban dan logos berarti ilmu atau teori.
Jadi, secara harfia istilah ini semacam teori tentang kewajiban.
Secara umum deontik menunjuk pada apa saja yang bertalian
dengan konsep keniscayaan (keharusan) atau dengan kewajiban
(tugas). Dalam suatu perbuatan pasti ada konsekuensinya, dalam hal
ini konsekuensi perbuatan tidak boleh menjadi pertimbangan.
Perbuatan menjadi baik bukan dilihat dari hasilnya melainkan karena
perbuatan

tersebut

wajib

dilakukan.

Deontologi

menekankan

perbuatan tidak dihalalkan karena tujuannya. Tujuan yang baik tidak


menjadi perbuatan itu juga baik. Di sini kita tidak boleh melakukan
suatu perbuatan jahat agar sesuatu yang dihasilkan itu baik.
Dalam teori deontology yang menjadi dasar baik buruknya
perbuatan adalah kewajiban. Suatu perbuatan akan baik jika didasari
atas pelaksanaan kewajiban, jadi selama melakukan kewajiban
berarti sudah melakukan kebaikan.

2.2.2 Prinsip Teori Deontologi


Pada teori deontologi, ada tiga prisnip yang harus dipenuhi,
yaitu :
- Supaya tindakan punya nilai moral, tindakan ini harus dijalankan
berdasarkan

kewajiban.

Nilai

moral

dari

tindakan

tidak

tergantung pada tercapainya tujuan dari tindakan tersebut


melainkan tergantung pada kemauan baik yang mendorong

seseorang utnuk melakukan tindakan itu. Berarti kalaupun


-

tujuan tidak tercapai, tindakan itu sudah dinilai baik


Nilai moral dari tindakan tidak tergantung pada tercapainya
tujuan

melainkan

tergantung

pada

kemauan

baik

yang

mendorong seseorang untuk melakukan tindakan tersebut.


-

kalaupun tujuan tidak tercapai, tindakan itu sudah dinilai baik.


Sebagai konsekuensi dari kedua prinsip ini, kewajiban adalah
hal yang niscaya dari tindakan yang dilakukan berdasarkan
sikap hormat pada hukum moral universal.

2.2.3 Keunggulan Teori Deontologi


- Deontologi menempatkan yang hak menjadi prioritas atas yang
baik, tapi tidak menganngap yang baik dan yang hak itu
-

berbeda tingkatannya, melainkan keduanya komplementer.


Keadilan bukan masalah kebajikan atau kebaikan, melainkan
masalah kewajiban.

2.3.4 Kekurangan Teori Deontologi


-

Dalam kehidupan sehari-hari ketika menghadapi situasi yang


dilematis, etika deontology tidak memadai untuk menjawab
pertanyaan bagaimana kita harus bertindak dalam situasi
konkret yang dilematis. Ketika ada dua atau lebih kewajiban
yang saling bertentangan, ketika harus memilih salah satu
sambil melanggar yang lain, etika deontolgi tidak banyak
membantu karena hanya mengatakan: bertindaklah sesuai

kewajibanmu.
Pada penganut etika deontologi sesungguhnya tidak bisa
mengelakkan pentingnya akibat suatu tindakan supaya bisa
memperlihatkan pentingnya nilai suatu tindakan moral itu
sendiri.

2.3 Contoh Kasus Utilitarian dan Deontologi


- Kasus : Pada suatu kondisi di suatu tempat ada seekor kucing

rabies yang suka menggigit dan mencakar setiap orang


yang lewat di dekatnya. 7 dari 10 orang warga
berpendapat agar kucing tersebut dibunuh, sedangkan 3
orang sisanya tidak setuju kucing tersebut di bunuh.

Menurut Teori Utilitarian


Kucing tersebut harus di bunuh, karena sesuai voting itu
adalah pilihan yang lebih baik dan memberikan manfaat bagi
banyak orang. Agar tidak ada lagi korban gigitan dan cakaran
dari kucing tersebut.

Menurut Teori Deontologi


Kucing tersebut tidak boleh di bunuh. Jumlah voting
bukanlah ukuran yang menentukan kebaikan tetapi prinsiplah
yang menentukan yaitu prinsip bahwa pembunuhan adalah
perbuatan buruk.

2.4 Contoh Penerapan Teori Utilitarian dan Deontologi dalam Dunia


Kesehatan
- UTILITARIAN
Suatu kondisi, ada pasien seorang vegetarian dirawat di
rumah sakit dengan panyakit anemia akut. Sebagai Ahli Gizi,
harus memberikan diet tinggi protein yaitu makanan yang
-

mengandung tinggi Fe, yang terdapat pada daging merah.


DEONTOLOGI
Seorang dokter wajib memberi tahu kepada pasien
tentang penyakit yang di deritanya meskipun itu dapat melukai
hati pasien tersebut.

2.5 Hasil Diskusi Presentasi Makalah


Setelah dilakukannya presentasi atau pemaparan makalah
tentang teori utilitarian dan deontologi, terdapat dua pertanyaan
menarik dalam diskusi tersebut. Adapun pemaparan dalam sesi
tanya jawab adalah sebagai berikut:
- Penanya
: Nuritdz

Pertanyaan

: Dalam penerapannya di kehidupan sehari


hari di dunia gizi, teori manakah yang lebih

Jawaban

disetujui untuk diterapkan?


: Jika dilihat dalam penggunaan kedua teori
tersebut dalam kehidupan sehari hari, tentu
dikembalikan lagi disesuaikan berdasarkan
situasi dan kondisi yang ada. Ada kalanya
suatu kegiatan lebih mengarah terhadap teori
utilitarian yang lebih mementingkan azas
manfaat, namun ada kalanya juga suatu
kegiatan lebih condong mengarah kepada
teori deontologi yang sangat mengutamakan
kewajiban. Namun perlu diketahui bahwa teori
utilitarian lebih bersifat fleksibel sedangkan
teori deontology bersifat tetap atau tidak dapat

Penanya
Pertanyaan

di ganggu gugat.
: Rano
: Bagaimana jika di suatu daerah hanya ada
seorang ahli gizi. Namun ada pasien yang
sangat membutuhkan tindakan medis yang
bukan di bidang kompetensi seorang ahli gizi.

Jawaban

Maka apa yang harus dilakukan?


: Dalam hal ini tentu kita tidak boleh gegabah
dalam bertindak. Kita harus melihat dari
tingkat

kondisinya

memungkinkan

seperti

untuk

apa.

segera

Apakah
dilakukan

pertolongan pertama. Jika keadaan sangat


urgent dan Apabila seorang ahli gizi itu
mampu

melakukan

pertolongan

pertama

terhadap pasien tersebut maka kita bisa


mengantuk

paham

mengutamakan

teori

manfaat,

utilitarian

yaitu

kita

harus

mengambil tindakan sesegera mungkin untuk


menolong pasien tersebut. Tentunya, dengan
9

persetujuan

pasien

atau

keluarga

sebelumnya. Namun jika tidak terlalu urgent,


kita dapat mengacu pada teori deontology,
tindakan tersebut bukan kompetensi seorang
ahli gizi, maka itu bukanlah sebuah kewajiban
ada baiknya kita segera melakukan tindakan
untuk merujuk pasien tersebut ke tempat
bantuan kesehatan yang memiliki tenaga
medis yang lebih memadai. Contohnya adalah
dengan

merujuk

dan

membawa

pasien

tersebut ke puskesmas atau rumah sakit


terdekat.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Teori Utilitarian adalah teori yang mengutamakan manfaat,
terutama memberikan manfaat sebanyak-banyaknya bagi masyarakat
luas. Dalam penggunaannya di kehidupan sehari-hari teori utilitarian
bersifat

fleksibel. Sedangkan

teori

Deontologi

adalah

teori

yang

mengutamakan kewajiban. Suatu perbuatan akan baik jika didasari atas


pelaksanaan kewajiban, jadi selama melakukan kewajiban berarti sudah
melakukan kebaikan. Dalam penggunaanya di kehidupan sehari-hari, teori
deontologi bersifat tetap. Kedua teori etika ini, baik utilitarian maupun
deontologi sama-sama memiliki keunggulan dan kelemahan masingmasing. Hanya saja penggunaannya di masa sekarang dapat disesuaikan
dengan kondisi yang ada.
10

DAFTAR PUSTAKA
Bagus, Lorens. 2005. Kamus Filsafat. (Jakarta: Gramedia).
Burhanuddin. 2000. Pengantar Filsafat. (Jakarta: Bumi Aksara).
Kattsoff, Lovis, O. 2004. Pengantar Filsafat. (Yogyakarta: Tiara Wacana
Yogya).
Magnis Suseno, Franz. 1987. Etika Dasar. (Yogyakarta: Kanisius).
West, Henry. R. Encyclopedia Britannica: Utilitarianism. Avalaible on
<http://www.utilitarianism.com/utilitarianism.html>. Diakses 5 Maret
2016.

11

Anda mungkin juga menyukai