Anda di halaman 1dari 6

Stratifikasi Sosial dalam Pergaulan Remaja di Era Globalisasi

Disusun oleh:
Fatimah Az Zahra
(2200020058)
Prodi Teknik Kimia
Fakultas Teknologi Industri
Pendahuluan

Dalam kehidupan kita tidak lepas dari stratifikasi sosial dan kesadaran kelas.
Stratifikasi merupakan tingkatan status yang hirarkis, dengan kata lain setiap
anggota masyarakat dapat berada dalam status berdasarkan perolehan, pencapaian,
dan pemberian dengan mengukur dimensi-dimensi yang dipandang sebagai sesuatu
yang berharga, seperti kehormatan, kekayaan, kekuasaan, dan pengetahuan. Pada
tingkatannya, stratifikasi menurut status sosial ada tiga bagian, yaitu: kelas atas
(mereka yang berasal dari kelompok kaya seperti konglomerat, kelompok
manajemen, dll), kelas menengah (biasanya diidentikkan dengan para profesional,
pemilik toko, dan usaha kecil), kelas bawah (adalah kelompok yang menerima
pendapatan atau penghasilan sebagai imbalan atas pekerjaan mereka jauh lebih
sedikit dari kebutuhan dasar mereka). Kelompok ini termasuk pekerja rumah tangga,
pemulung dan lain-lain. Di sini keinginan kelas bawah tidak terpenuhi karena alasan
ekonomi dan sosial). Globalisasi pada hakikatnya merupakan proses global atau
menyeluruh di mana semua orang tidak mengenal atau terikat oleh batas-batas
negara. Di era globalisasi seperti yang terjadi saat ini, stratifikasi menjadi lebih
umum. Kecanggihan teknologi juga mempengaruhi pengelompokan masyarakat,
terutama kaum muda atau remaja. Stratifikasi sosial telah menjadi bagian dari
kehidupan masyarakat terutama di era globalisasi di kalangan remaja. Stratifikasi
sosial anak muda terlihat jelas dalam pergaulan mereka. Remaja cenderung memiliki
tren tersendiri yang disebarkan melalui berbagai platform, seperti media sosial.
Media sosial berdampak besar pada stratifikasi sosial anak muda di era globalisasi.
Pembahasan
Di era globalisasi sekarang ini, para remaja biasanya berlomba-lomba
menunjukkan status sosialnya, terutama di media sosial. Dalam hal ini remaja tidak
membutuhkan harta yang banyak, status yang tinggi atau pendidikan yang baik.
Remaja hanya membutuhkan konten yang menarik minat netizen agar netizen
menjadi pengikut atau pelanggannya. Kaum muda dengan banyak pengikut atau
pelanggan di jejaring sosial "saling bertemu". Ini dapat dilihat atau dibagikan dalam
unggahan di media sosial mereka. Secara timbal balik, mereka saling mengikuti akun
jejaring sosial satu sama lain dalam kasus ini. Remaja saat ini juga sering
berkompetisi - lomba memamerkan barang mewah atau gaya hidup mewah antar
teman utuk diunggah di media sosial. Gaya hidup sebagai pemisah kelompok sosial
terbentuk atas dasar stratifikasi sosial. Kita melihat gaya hidup remaja terbentuk di
kelasnya masing-masing. Dalam interaksinya, lingkaran pertemanan anak muda di
era globalisasi cenderung menutup mereka, mereka mencari teman yang “sejajar”
atau “setara” dengan mereka, untuk membentuk kelompok pertemanan. Dan bagi
mereka yang berekonomi menengah ke bawah, tidak terlalu pandai atau tidak
berkuasa, mereka cenderung dihindari atau diasingkan. Dengan demikian, tidak
jarang mereka tidak memiliki teman atau berjuang untuk mempertahankan arus
sosial di sekitar mereka. Bahkan, banyak dari remaja kelas sosial menengah ke
bawah ini terkadang mencoba memaksakan diri untuk mengikuti arus sosial yang
ditampilkan di media sosialnya agar dikenal di lingkungan pertemanannya. Mereka
merasa bahwa mereka harus memenuhi semua persyaratan sosial untuk menjadi
"setara" dengan kelas atas. Gaya hidup remaja di era globalisasi mengarah pada
gaya hidup mewah, ingin menghambur-hamburkan uang dan menghabiskan waktu
hanya untuk bersenang-senang. Nampaknya ada perbedaan nilai-nilai anak muda
sekarang dibandingkan dengan generasi muda sebelumnya. Perbedaan-perbedaan
tersebut tampak pada remaja masa kini yang dihadapkan pada gaya hidup yang
menggunakan barang-barang dari kehidupan sehari-hari yang biasanya bersifat
hedonis. Hedonisme adalah pandangan hidup yang menganggap bahwa kesenangan
dan kenikmatan materi adalah tujuan utama hidup. Dapat dikatakan bahwa perilaku
hedonistik lebih mementingkan kesenangan dan mengabaikan orang-orang
disekitarnya. Hedonisme biasanya bersifat konsumtif karena uang dihabiskan untuk
membeli barang hanya untuk bersenang-senang tanpa memahami atau cenderung
mengabaikan kebutuhan. Selama masa remajanya, mereka biasanya tahu bahwa
penampilan itu penting untuk kesuksesan mereka di semua bidang kehidupan,
karena remaja selalu menyesuaikan diri dengan preferensi teman sebayanya. Status
sosial orang tua mempengaruhi perilaku dan pengalaman anak. Gaya hidup remaja
dalam pergaulan sehari-hari dipengaruhi oleh status sosial orang tuanya. Keluarga
yang kaya mampu memenuhi kebutuhan materi anak-anaknya dan keinginan orang
tuanya dapat terpenuhi. Di sisi lain, anak-anak yang lahir dari keluarga miskin yang
kebutuhannya tidak signifikan, tidak terpuaskan meski hanya terpuaskan secara
marjinal. Tahap remaja merupakan bagian yang sangat penting dalam
perkembangan individu, yang diawali dengan pematangan organ fisik (seksual)
untuk dapat bereproduksi. Apalagi pada masa ini remaja cenderung memperhatikan
peniruan, mempraktekkan setiap rangsangan, karena pada masa ini kaum muda
belum memiliki pegangan hidup yang kokoh, dimana keadaan kepribadian para
remaja akan mengalami pembentukan jati dirinya sendiri. Proses tersebut biasanya
diawali dengan proses imitasi dimana remaja biasanya meniru sesuatu atau orang
lain dalam tingkah lakunya karena rasa ingin tahu dan keinginan untuk
bereksperimen yang cukup tinggi. Pada masa remaja terjadi proses pembentukan
dan perkembangan kepribadian. Oleh karena itu, kontrol dan pengawasan orang tua
sangat diperlukan bagi para remaja pada masa ini agar mereka tidak melakukan hal-
hal yang tidak diinginkan.
Kesimpulan
Kecanggihan teknologi era globalisasi ini menciptakan kalangan di para
pemuda pemudi. Ini adalah stratifikasi sosial gaya baru. Tidak semuanya benar-
benar negatif, tetapi kelas sosial tipe ini sangat sensitif terhadap hal-hal negatif
seperti pamer dan pilih-pilih teman. Oleh karena itu, kepercayaan diri anak muda
sangat diperlukan untuk memahami berbagai hal dengan bijak, terutama dalam hal
pergaulan mereka. Oleh sebab itulah, orang tua juga perlu meningkatkan kontrol
mereka terhadap anak-anak mereka. Para orang tua harus menanamkan nilai-nilai
moral yang bermanfaat bagi mereka. Misalnya menanamkan sikap hidup hemat,
mengarahkannya pada kelompok masyarakat yang baik, dan mendorong
kemandirian mereka sehingga mereka tidak ketergantungan terhadap segala
kemudahan yang ada terutama di era globalisasi seperti sekarang.
Daftar Pustaka
Sugiharti, Rahma. 2010. Membaca Gaya Hidup Dan Kapitalisme.
Yogyakarta: Graha Ilmu.
A.B.Susanto. 2001. Potret-Potret Gaya Hidup Metropolitan. Jakarta: PT. Kompas
Media Nusantara
Usman, I. (2013). Kepribadian, komunikasi, kelompok teman sebaya, iklim sekolah
dan perilaku bullying. Humanitas (Fakultas Psikologi Universitas Ahmad Dahlan),
10(1), 49–60. https://doi.org/10.26555/ humanitas.v10i1.328.
Skripsi
Rizqie F. Pamungkas. (2011). Hubungan Antara Tingkat Sosial ekonomi keluarga dan
Motivasi Belajar dengan Hasil Belajar Siswa Program Keahlian Administrasi
Perkantoran di SMK Muhammadiyah 2 Yogyakarta. Skripsi. UNY: Yogyakarta

Internet
https://syarifahchairulnisya30.wordpres s.com/2013/11/24
https;www.google.co.id/amp/s/ahmadra jafi.wordpress.com/2011/01/31/pola-
hidup-konsumtif/amp

Anda mungkin juga menyukai