Anda di halaman 1dari 32

Reproduksi dan Pertumbuhan Bakteri

MAKALAH
Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Kelompok Mata Kuliah Bakteriologi

Oleh : Kelompok 2

Kelas D3 - 1A

Adistiani Khairunnisa P17344119002


Gilang Pratama P17344119018
Wina Rahma Sarita P17344119044
Yuliyana Dewi P17344119045

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN BANDUNG
JURUSAN ANALIS KESEHATAN
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunianya
kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk yang sederhana.

Dalam kesempatan kali ini penulis menyampaikan hormat dan terima


kasih kepada dosen bakteriologi atas segala bimbingannya dalam proses belajar
serta kepada orang tua penulis yang telah memberikan semangat, dukungan, dan
doa kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan makalah ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari pembaca. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis
dan pembaca.

Cimahi, Januari 2020

Penulis

 
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................
DAFTAR ISI ..................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN ..............................................................................
1.1 Latar Belakang
1.2 Perumusan Masalah
1.3 Tujuan Penulisan
1.4 Manfaat Penulisan

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Reproduksi Bakteri

2.1.1 Waktu Generasi Bakteri

2.2 Pertumbuhan Bakteri

2.2.1 Siklus Hidup Bakteri

2.2.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan bakteri

BAB III PENUTUPAN


3.1 Kesimpulan

3.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bakteri merupakan organisme mikroskopik. Hal ini menyebabkan


organisme ini sangat sulit untuk dideteksi, terutama sebelum
ditemukannya mikroskop. Barulah setelah abad ke-19 ilmu tentang
mikroorganisme, terutama bakteri (bakteriologi), mulai berkembang.
Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan, berbagai hal tentang
bakteri telah berhasil ditelusuri. Akan tetapi, perkembangan tersebut
tidak terlepas dari peranan berbagai tokoh penting seperti Robert Hooke,
Antony van Leeuwenhoek, Ferdinand Cohn, dan Robert Koch. Istilah
bacterium diperkenalkan di kemudian hari oleh Ehrenberg pada tahun
1828, diambil dari kata Yunani βακτηριον (bakterion) yang memiliki arti
"batang-batang kecil". Pengetahuan tentang bakteri berkembang setelah
serangkaian percobaan yang dilakukan oleh Louis Pasteur, yang
melahirkan cabang ilmu mikrobiologi. Bakteriologi adalah cabang
mikrobiologi yang mempelajari biologi bakteri.
Robert Hooke (1635-1703), seorang ahli matematika dan sejarahwan
berkebangsaan Inggris, menulis sebuah buku yang berjudul Micrographia
pada tahun 1665 yang berisi hasil pengamatan yang dilakukan dengan
menggunakan mikroskop sederhana. Akan tetapi, Robert Hooke masih
belum dapat menumukan struktur bakteri. Dalam bukunya tersebut,
tergambar hasil penemuannya mengenai tubuh buah kapang. Walau
demikian, buku inilah yang menjadi sumber deskripsi awal dari
mikroorganisme.
Antony van Leeuwenhoek (1632—1723) hidup di era yang sama dengan
Robert Hooke di mana pengamatan dengan mikroskop masih sangat
sederhana. Terinspirasi dari kerja Robert Hooke, ia membuat mikroskop
rancangannya sendiri dengan sangat baik untuk mengamati makhluk
mikroskopik ini pada berbagai media alami pada tahun 1684. Antoni van
Leeuwenhoek berhasil menemukan bakteri untuk pertama kalinya di
dunia pada tahun 1676. Hasil temuannya dikirimkan ke Royal Society of
London yang kemudian dipublikasikan pada tahun 1684. Penemuan ini
segera mendapat banyak konfirmasi dari ilmuwan lainnya. Sejak saat
itulah, tidak hanya ilmu tentang bakteri tetapi juga mikroorganisme pada
umumnya pun mulai berkembang.
Ferdinand Cohn (1828-1898) merupakan seorang botanis berkebangsaan
Breslau (sekarang Polandia). Hasil penemuannya banyak berkisar tentang
bakteri yang resisten terhadap panas. Ketertarikannya pada kelompok
bakteri ini mengarahkannya pada penemuan kelompok bakteri penghasil
endospora yang resisten terhadap suhu tinggi. Ferdinand Cohn juga
berhasil menjelaskan siklus hidup bakteri Bacillus yang sekaligus
menjelaskan mengapa bakteri ini bersifat tahan panas. Selanjutnya, ia
juga membuat dasar klasifikasi bakteri sederhana dan mengembangkan
beberapa metode untuk mencegah kontaminasi pada kultur bakteri,
seperti penggunaan kapas sebagai penutup pada labu takar, erlenmeyer,
dan tabung reaksi. Metode ini kemudian digunakan oleh ilmuwan lain,
Robert Koch.
Bakteri merupakan kelompok mahluk hidup bersel tunggal yang
dimasukkan dalam golongan jasad renik atau mikrobia. Mengingat
tubuhnya yang mikrokopis itu, sehingga studi tentang bakteri mulai.
Tubuh bakteri yang terdiri atas sebuah sel saja ini, mempunyai bentuk
yang beraneka ragam. Ada yang berbentuk peluru atau bola, seperti
bintang, bengkok seperti koma, atau sekrup serta ada yang seperti spiral.
Bentuk tubuhnya merupakan salah satu sifat yang dijadikan dasar dalam
pengklasifikasian bakteri. Dalam kondisi tertentu, yang mekanismenya
belum dipahami benar, sel bakteri dengan salah satu bentuk seperti
disebut sebelumnya, dapat mengalami suatu perubahan bentuk. Bentuk
baru seperti variasi bentuknya yang normal, disebut bentuk involusi.
Ukuran tubuhnya hanya mencapai beberapa mikron, paling besar sekitar
100 mikron, sehingga hampir terlihat dengan mata bugil. Berhubungan
dengan tubuhnya yang amat kecil itu, maka dapat dipahami mengapa
struktur bakteri tidak mudah untuk ditentukan. Tubuh bakteri yang
berupa sel tunggal itu mempunyai dinding sel yang jelas. Dinding sel
tidak mengandung selulosa, tetapi tersusun atas hemi selulosa dan
senyawa semacam pektin yang mengandung N dan lebih mendekati
dinding sel hewan dari pada dinding sel tumbuhan umumnya.
Bakteri umumnya bergerak secara pasif. Namun ada beberapa bakteri
yang dalam keadaan tertentu dapat membentuk rambut-rambut plasma
yang memungkinkan dapat bergerak aktif dalam medium cair. Rmbut-
rambut itu lazimnya dinamakan bulu cambuk atau flag.
Bakteri merupakan makhluk hidup yang dapat berkembang biakdengan
mudah. Hal ini dapat tercermin dari keberadaannya di semua lingkungan
dalam jumlah yang sangat banyak. Bakteri dapat berkembang biak
dengan cara membelah diri. Proses pembelahan diri pada bakteri terjadi
secara biner melintang. Pembelahan biner melintang adalah pembelahan
yang diawali dengan terbentuknya dinding melintang yang memisahkan
satu sel bakteri menjadi dua sel anak. Dua sel bakteri ini mempunyai
bentuk dan ukuran sama (identik).
Bakteri  merupakan organisme mikroskopis yang sering kita temui
dalam kehidupan sehari hari. Di dalam tubuh kita terdapt ribuan bahkan
bisa sampai jutaan bakteri. Di dalam 1 liter susu terdapat 100 juta bakteri.
Bisa dibayangkan bagaimana cepatnya pertumbuhan dari
bakteri.Perkembangbiakan dengan cara membelah merupakan
perkembangbiakan bersifat aseksual. Hal ini disebabkan tidak terjadi
pertukaran gen antara satu individu dan individu lain dalam
menghasilkan sel anak.
1.2 Rumusan Masalah

1. Apa saja macam-macam reproduksi yang dilakukan bakteri?


2. Bagaimana pertumbuhan pada bakteri?
3. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi dalam pertumbuhan
bakteri?

1.3 Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui macam-macam reproduksi bakteri


2. Untuk mengetahui pertumbuhan pada bakteri
3. Untuk mengetahu faktor-faktor yang mempengaruhi dalam
pertumbuhan bakteri

1.4 Manfaat Penulisan

Manfaat yang dapat diperoleh dari penulisan makalah ini adalah dapat
meningkatkan pengetahuan pembaca mengenai reproduksi dan
pertumbuhan pada bakteri, serta faktor-faktor yang mempengaruhi dalam
pertumbuhan bakteri.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Reproduksi Bakteri

Pada umumnya bakteri hanya mengenal satu macam pembiakan


saja,yaitu pembiakan secara aseksual atau vegetatif. Pembiakan ini
berlangsung cepat,jika faktor-faktor luar menguntungkan. Pelaksanaan
pembiakan yaitu dengan pembelahan diri atau divisio.
Secara lebih mendalam Reproduksi yang terjadi pada Bakteri terbagi
menjadi 2 macam yaitu ;
A. Reproduksi Aseksual
B. Reproduksi Seksual

Bakteri merupakan makhluk uniseluler. Bakteri, seperti makhluk


hidup lainnya, melakukan reproduksi untuk mempertahankan spesiesnya.
Kemampuan organisme bereproduksi merupakan satu karakter yang
membedakan makhluk hidup dengan makhluk tak-hidup. Dimana
keberlangsungan kehidupan didasarkan pada reproduksi.

Reproduksi Bakteri ialah perkembang-biakan bakteri.Bakteri


bereproduksi dengan dua cara, yaitu secara aseksual dan seksual.
Reproduksi secara aseksual dilakukan dengan pembelahan sel (biner
melintang), sedangkan reproduksi seksual dilakukan dengan cara
transformasi, transduksi, dan konjugasi.

Namun, proses pembiakan cara seksual berbeda dengan eukariota


lainnya. Sebab, dalam proses pembiakan tersebut tidak ada penyatuan inti
sel sebagaimana biasanya pada eukarion, yang terjadi hanya berupa
pertukaran materi genetika ( rekombinasi genetik).

A. Reproduksi Aseksual

Reproduksi aseksual disebut juga reproduksi vegetatif (tidak


kawin). Terjadi dengan 3 cara yaitu : Pembelahan Biner Melintang,
Pertumbuhan Tunas, dan Fragmentasi.

a) Pembelahan Biner Melintang

Proses ini paling umum dijumpai pada kebanyakan bakteri. Pembelahan


biner melintang adalah suatu proses reproduksi aseksual, setelah
permukaan dinding sel melintang, maka sebuah sel tunggal membelah
menjadi dua sel. Masing-masing sel baru disebut sel anak. Pada proses
pembelahan selnya, mengakibatkan terbentuknya dua organisme baru.

Pembelahan Biner dapat dibagi atas tiga fase, yaitu sebagai berikut.

1. Fase pertama, sitoplasma terbelah oleh sekat yang tumbuh tegak


lurus.
2. Fase kedua, tumbuhnya sekat akan diikuti oleh dindingmelintang.
3. Fase ketiga, terpisahnya kedua sel anak yangidentik.
Ada bakteri yang segera berpisah dan terlepas sama sekali. Sebaliknya,
ada pula bakteri yang tetap bergandengan setelah pembelahan, bakteri
demikian merupakan bentuk koloni.

Keterangan Gambar :

 Replikasi DNA danelongasi.


 Dinding sel membran plasmamembelah.
 Septum terbentuk dan DNAterpisah.
 Sel terpisah menjadi 2 (pemisahan sel menjadi dua) dan setiap sel
mengulangiproses.

b) Pertumbuhan Tunas

Untuk metode pertumbuhan tunas, pada sel bakteri reproduksi dimulai


dengan tumbuh dan berkembangnya sebuah tonkolan kecil pada salah
satu ujung sel. Tunas ini mereplikasi genom, tumbuh membesar, menjadi
sel anakan, dan pada akhirnya memisahkan diri dari sel induknya untuk
menjadi bakteri baru.

Pembentukan tunas bermula dari pertumbuhan bagian sel ke arah  luar


yang terus membesar hingga menyamai sel induk, dan akhirnya
memisahkan diri menjadi selbaru.

c) Fragmentasi

Selama dalam kondisi lingkungan yang tidak menguntungkan, bakteri


umumnya akan melakukan reproduksi melalui metode fragmentasi.
Protoplasma bakteri mengalami kompartementalisasi membentuk
gonidia. Setelah kondisi lingkungan mulai menguntungkan, gonidia ini
kemudian menjadi bakteri baru dengan replikasi genom pada
setiapfragmennya.

Bakteri berfilamen (seperti Actinomycetes) melakukan reproduksi


dengan menghasilkan konidiospora (spora reproduktif) yang tumbuh
menjadi individu baru. Actinomycetes memproduksi spora pada bagian
ujung filamen sel.

B. Reproduksi Seksual

 Konjugasi

Konjugasi adalah pemindahan materi gen dan suatu sel bakteri ke sel
bakteri lain secara langsung melalui jembatan konjugasi. Mula-mula,
kedua sel bakteri berdekatan, kemudian membentuk tonjolan  atau 
struktur jembatan yang menghubungkan kedua sel tersebut.Transfer
kromosom maupun transfer plasmid akan terjadi melalui jembatan
konjugasi. Sel yang mengandung materi gen rekombinan kemudian
memisah dan terbentuklah dua sel bakteri dengan sifat baru (sifat
rekombinan). Contoh bakteri yang mampu berkonjugasi antara
lain Salmonella typhidan Pseudomonas sp. Transfer kromosom dapat
pula terjadi melalui pilus seks, seperti yang terjadi pada Escherichiacoli.

Konjugasi bakteri sering dianggap sebagai setara dengan reproduksi


bakteri generatif atau kawin karena melibatkan pertukaran materi
genetik. Selama konjugasi sel donor menyediakan unsur genetik
konjugatif atau mobilizable yang paling sering berupa plasmid atau
transposon. Kebanyakan plasmid konjugatif memiliki sistem yang
memastikan bahwa sel penerima sudah tidak mengandung unsur yang
sama. Informasi genetik yang ditransfer sering bermanfaat untuk

penerima. Manfaat mungkin termasuk resistensi antibiotik, toleransi


xenobiotik atau kemampuan untuk menggunakan metabolit baru.
Plasmid  menguntungkan tersebut dapat dianggap endosymbiontsbakteri.

Diketahui bahwa bakteri mampu berlekatan satu sama lain untuk


pertukaran gen dengan bantuan Fili. Sel yang memiliki fili disebut
bakteri jantan dan sel yang menerima perlekatan fili disebut bakteri
betina. Fili tersebut disintesis oleh suatu genyang terdapat pada plasmid
bakteri, yaituplasmid F (Fertilisasi). Mekanisme kerjanya yaitu: fililel
jantan bertemu dengan reseptornya di membran luar sangbetina.

Kemudian fili mengalami pemendekan (retraksi) atau depolimerisasi


sehingga kedua sel semakin mendekat dan akhirnya membran luar kedua
sel bersentuhan. Akibatnya, peptidoglikan dan membran sel kedua sel
melakukan penyatuan sementara pada daerah, sehingga menghasilkan
sebuah lubang untuk proses transfer DNA dari sel jantan (donor) ke sel
betina (resepien). Jadi transfer DNA terjadi melalui titik kontak, tidak
melalui fili. DNA dari sel jantan berpindah ke dalam sel betina secara
replikatif.Oleh karena itu, setelah proses konjugasi selesai, sel jantan
tidak kehilangan DNA. Setelah konjugasi selesai kedua sel berpisah
kembali dan jumlah sel tidak bertambah (setelah konjugasi tidak
dihasilkan anak sel). Oleh karena itu, proses konjugasi ini disebut juga
sebagai proses atau mekanisme seksual yang tidak reproduktif. Faktor-
faktor yang berpengaruh pada proses konjugasi antara lain; faktor F,
adanya fili donor dan adanya resepien.

 Tranduksi

Proses transfer gen bakteri melalui perantara virus dinamakan


transduksi. Virus yang menyerang bakteri disebut bakteriofage (fage).
Fenomena ini pertama ditemukan oleh Lederberg dan Zinder pada tahun
1952. Fage terdiri dari dua jenis yang memiliki siklus hidup berbeda,
yaitu fage virulen dan fage temperate. Kedua fase ini berkaitan dengan
cara virus mentransduksi bakteri.

Fage virulen adalah fage yang dengan segera lisis dan mematikan
inangnya. Sedangkan fage temperate hidup di dalam inangnya dalam
waktu tertentu tanpa mematikannya. Profage adalah fage yang DNAnya
terintegrasi (bergabung) dengan kromosom inang. Fage yang dapat
melakukan transduksi sehingga menyebabkan rekombinasi adalah fage
temperate. Hal tersebut dikarenakan fage temperate dapat membuat
bakteri tetap hidup sebagai bakteri lisogenik atau sebagai profage. Fage
virulen tidak dapat menjadi profage karena selalulisis.

Pada waktu DNA fage dikemas di dalam pembungkusnya untuk


membentuk bakteri-bakteri fage baru, DNA fage tersebut dapat 
membawa sebagian dari DNA bakteri yang telah menjadi inangnya.
Selanjutnya, bila fage menginfeksi bakteri lainnya, maka fage akan
memasukkan DNA-nya yang mengandung sebagian dari DNA bakteri
inang sebelumnya. Dengan demikian, fage tidak hanya memasukkan
DNA-nya sendiri ke dalam sel bakteri yang diinfeksinya, tetapi juga
memasukkan DNA dari bakteri lain yang ikut terbawa pada DNA fage.
Jadi, secara alami fage memindahkan DNA dari satu sel bakteri ke 
bakterilainnya.

Ada dua macam transduksi yaitu transduksi umum dan transduksi


khusus. Pada transduksi umum, fage dapat membawa bagian kromosom
manapun dari bakteri, sedangkan pada transduksi khusus hanya bagian
tertentu saja yang dapat dibawa oleh fage :

1. Transduksi umum
Tipe transduksi ini terjadi bila suatu fage tenang memindahkan gen
yang manapun dari kromosom bakteri atau plasmid. Dalam transduksi
umum, pada saat fage memulai siklus litik enzim-enzim virus
menghidrolisis kromosom bakteri menjadi banyak potongan kecil DNA.
Transduksi telah dipertunjukan pada spesies bakteri. Proses ini
merupakan suatu alat yang ampuh untuk mengembangkan galur-galur
bakteri baru, memetakan kromosom bakeri, dan untuk banyak percobaan
genetic lainnya.

Fage transduksi dimulai dengan adanya sel inang yang diinjeksi fage.
Partikel-partikel fage yang baru terbentuk di dalam sel inang dan
kromosom inang hancur. Salah satu partikel fage yang terbentuk
membawa fragmen DNA bakteri secara random dan disimpan di dalam
kepala fage tersebut. Hal tersebut terjadi karena enzim endonuklease
yang berperan dalam pengemasan DNA fage tanpa sengaja mengemas
DNAinang.
Ketika sel inang mengalami lisis, partikel transduksi dilepaskan bersama-
sama dengan fage normal. Partikel transduksi tidak dapat mereplikasi
diri, tetapi dapat mempengaruhi sel lain jika menginjeksi sel inang baru.
Kromosom sel inang dapat mengalami rekombinasi dengan DNA yang
dibawa partikel transduksi. Rekombinasi terjadi karena adanya allel sifat
yang sama baik dari DNA inang maupun DNA yang dibawa oleh fage.
Bakteri yang dapat mengalami transduksi umum contohnya Salmonell
thypimurium.
2. Transduksi khusus

Transduksi khusus biasanya terjadi pada daerah spesifik pada


kromosom inang yang terintegrasi langsung dengan genom fage. Hanya
gen bakteri yang dekat dengan titik penempelan saja yang bisa
terintegrasi dengan genom fage. Hal ini terjadi pada fage
temperatetertentu. Fage transduksi khusus ini terbentuk karena adanya
kesalahan saat rekombinasi eksisi dari profage. Karena DNA profage
terikat dengan DNA inang, maka proses replikasi dikendalikan oleh
inang. Kebanyakan DNA fage diekspresikan pada saat fage berada
dalam fase profage.
Pada induksi profage, genom fage terpisah dari DNA inang. Proses ini
disebut eksisi. Eksisi akan membentuk fage, prosesnya mirip dengan
pembentukan plasmid. Pada eksisi yang biasa terjadi, yang akan lepas
dari DNA inang hanyalah DNA fage itu sendiri. Tetapi pada beberapa
fenomena, fage yang terbentuk yang membawa gen-gen inang yang
berada di sebelahnya. Contohnya adalah profage ʎ yang terintegrasi
diantara gen gal dan bio pada kromosom E. coli dapat membawa gen
gal dan bio bersama DNA fage saat proses eksisi. Setelah fage
terpisah dari DNA inang, fage bereplikasi hingga sel induk lisis. Fage
yang membawa gen inang merupaka fage defektif yang dapat
mengakibatkan rekombinasi pada sel yang dijadikan inangbaru.

 Transformasi
Transformasi diperkenalkan oleh Frederick Griffith pada tahun 1982,
berdasarkan penelitian bahwa suatu bakteri dapat melepaskan fragmen
DNA-nya ke dalam suatu medium yang kemudian akan masuk ke dalam
sel bakteri yang lain dalam kultur tersebut. yang menemukan bahwa ada

dua tipe bakteri dari jenis Streptococcus pneumoniae, yang tidak


berbahaya dapat ditransformasi menjadi sel-sel penyebab pneumonia
dengan cara mengambil DNA dari medium yang mengandung sel-sel
strain patogenik yang mati. Transformasi ini terjadi ketika sel
nonpatogenik hidup mengambil potongan DNA yang kebetulan
mengandung alel untuk patogenisitas (gen untuk suatu lapisan sel yang
melindungi bakteri dari sistem imun inang) alel asing tersebut kemudian
dimasukkan ke dalam kromosom bakteri menggantikan alel aslinya untuk
kondisi tanpa pelapis. Proses ini merupakan rekombinasi genetik –
perputaran segmen DNA dengan cara pindah silang (crossing over). Sel
yang ditransformasi ini sekarang memiliki satu kromosom yang
mengandung DNA, yang berasal dari dua sel yang berbeda. Tipepatogen
yang memiliki kapsul polisakarida disebut smooth dan tipe non-patogen
tanpa kapsul yang disebut tipe rought.
Griffith kemudian membunuh sel patogen (Smooth, S) dengan
memanaskannya dan menyuntikkan suspensi sel S pada tikus, dan tikus
tetap hidup. Hal ini menunjukkan bahwa sisa-sisa sel S yang telah mati
tidak virulen. Kemudian, Griffith mencoba mencampurkan sel S yang
telah mati pada suspensi sel non-patogen (rough, R) dan menyuntikkan
campuran tersebut pada tikus uji. Ternyata tikus tersebut mati.

Ternyata, perubahan pada sel R bukan hanya sifat virulensi. Griffith


mengisolasi bakteri R dari bangkai tikus, dan ternyata bakteri R yang
awalnya memiliki morfologi koloni yang kasar, menjadi bakteri dengan
morfologi koloni halus, salah satu ciri bakteri S.pneumoniae patogen.

Kemudian, dari percobaannya, Griffith menyimpulkan bahwa ada materi


sisa dari bakteri S mati yang diambil dan diekspresikan dalam bakteri  
R    hingga    bakteri    R    berubah    menjadi    virulen (patogen).
Fenomena yang ditemukan oleh Griffith inilah yang disebut sebagai
Transformasi DNA.
Transformasi adalah ekspresi materi genetik asing yang masuk melalui
dinding sel. Pada dasarnya dinding sel berfungsi melindungi sel dari
masuknya benda-benda asing termasuk DNA, tapi dalam kondisi
tertentu, dinding sel ini bisa memiliki semacam celah atau lubang yang
bisa dimasuki DNA. Sebetulnya ada lebih dari 1% spesies bakteri mampu
melakukan transformasi secara alami, dimana mereka memproduksi
protein-protein tertentu yang dapat membawa DNA menyeberangi
dinding sel. Sedangkan di laboratorium, bakteri diubah menjadi
kompeten (istilah untuk bakteri yang siap bertransformasi), misalnya
dengan mendinginkannya pada larutan yang mengandung kation divalen
seperti Ca2+ untuk membuat dinding sel menjadi permeable dan dapat
dilalui oleh DNA plasmid.

Dengan melakukan teknik ‘heat-shock‘ — mendinginkan, memanaskan


dan mendinginkan kembali– bakteri, maka DNA dapat masuk ke dalam
sel. Teknik ini ditemukan oleh trio peneliti Stanley Cohen, Annie Chang,
Leslie Hsu pada tahun 1972. Transformasi alami biasanya melibatkan
DNA rantai lurus (linear) sedangkan transformasi artifisial melibatkan
DNA rantai melingkar (plasmid) (Muladno, 2002). Sel-sel yang telah
mengalami transformasi disebut sebagai transforman. Beberapa contoh
bakteri yang melakukan proses ini misalnya Diplococcus pneumonia,
Bacillus, Pseudomonas, Strepotococcus, dan Nesisseria. Diduga
transformasi ini merupakan cara bakteri menularkan sifatnya ke bakteri
lain. Misalnya bakteri patogen yang semula tidak kebal antibiotik dapat
berubah menjadi kebal antibiotik karenatransformasi.
Proses transformasi berlangsung dalam beberapa tahap yaitu tahap
pertama dimana molekul DNA rantai ganda berikatan pada reseptor yang
terdapat dipermukaan sel. Perikatan ini bersifat reversible. Selanjutnya
tahap kedua adalah pengambilan DNA donor yang bersifat irreversible.
Pada saat ini DNA donor menjadi resisten terhadap enzim DNAase di
dalam medium. Kemudian tahap ketiga yakni konversi molekul DNA
donor yang berupa rantai ganda menjadi molekul rantai tunggal melalui
degradasi nukleotida terhadap salah satu rantai. Lanjut ke tahap keempat,
integrasi (insersi kovalen) seluruh atau sebagian unting tunggal DNA
donor tersebut kedalam kromosom resipien. Terakhir tahap kelima yaitu
segregasi dan ekspresi fenotipik gen donor yang telah terintegrasi.

2.1.1 Waktu Generasi Bakteri

Waktu generasi adalah banyaknya waktu yang dibutuhkan bagi sel


untuk membelah diri untuk populasi menjadi dua kali lipat. Semua
spesies tidak mempunyai waktu generasi yang sama. Escherichia
coli  mempunyai waktu generasi 15-20 menit.

Waktu generasi tergantung pada: cukup tidaknya nutrisi, pH, intensitas


cahaya, oksigen, air, genetiknya, dan faktor pertumbuhan sel lainnya.
Oleh karena itu jika nutrisi, dan faktor pertumbuhan lain berada dalam
kondisi yang optimum bagi suatu sel bakteri untuk membelah selnya,
maka dalam waktu tertentu akan dipeoleh populasi bakteri yang cukup
banyak.

Waktu generasi pada berbagai bakteri


2.2 PERTUMBUHAN BAKTERI

Pertumbuhan merupakan proses bertambahnya ukuran atau


subtansi atau masa zat suatu organisme, misalnya kita makhluk makro ini
dikatakan tumbuh ketika bertambah tinggi, bertambah besar atau
bertambah berat. Pada organisme bersel satu pertumbuhan lebih diartikan
sebagai pertumbuhan koloni, yaitu pertambahan jumlah koloni, ukuran
koloniyangsemakinbesar.atau  subtansi  atau  massa  mikroba  dalam 
koloni  tersebut  semakin  banyak, pertumbuhan pada mikroba diartikan
sebagai pertambahan jumlah sel mikroba itu sendiri. Istilah pertumbuhan
bakteri lebih mengacu kepada pertambahan jumlah sel bukan mengacu
kepada perkembangan individu organisme sel. Bakteri memiliki
kemampuan untuk menggandakan diri secara eksponensial dikarenakan
sistem reproduksinya adalah pembelahan biner  melintang, dimana tiap
sel membelah diri menjadi duasel.
     Pertumbuhan merupakan suatu proses kehidupan yang irreversible
artinya tidak dapat dibalik kejadiannya.Pertumbuhan didefinisikan
sebagai pertambahan kuantitas konstituen seluler dan struktur organisme
yang dapat dinyatakan dengan ukuran, diikuti pertambahan jumlah,
pertambahan ukuran sel, pertambahan berat atau massa dan parameter
lain. Sebagai hasil pertambahan ukuran dan pembelahan sel atau
pertambahan jumlah sel maka terjadi pertumbuhan populasi mikroba
(Sofa, 2008). 

2.2.1 Siklus hidup Bakteri


Siklus hidup bakteri terdiri dari 4 fase, yaitu fase lag, fase
eksponensial atau log, fase stasioner dan fase kematian.

Eksponensial kematia
Lag Stasioner
(log) n

1. Fase Lag 1. Fase Lag (Lag Phase)


Pada fase ini, bakteri tidak mengalami pertumbuhan. Namun, mereka
melakukan adaptasi dengan lingkungan baru mereka dan
bermetabolisme, dengan cara, menghasilkan vitamin dan asam amino
yang dibutuhkan untuk pembelahan. Selanjutnya, bakteri ,e,ulai proses
penyalinan DNA mereka, dan jika lingkungan baru mereka memiliki
pasokan nutrisi yang sesuai dan banyak, fase lag dapat terjadi dengan
singkat. Kemudian bakteri akan melanjutkan ke fase berikutnya dalam
siklus hidup mereka.

2. Fase Eksponensial atau log (Logr or Exponential Phase)


Selama fase log atau eksponensial, bakteri berkembang biak
dengan sangat cepat, bahkan secara eksponensial. Waktu yang
dibutuhkan kultur untuk menggandakan diri disebut “Generation
Time”, dan apabila berada pada kondisi terbaik, bakteri dapat
menggandakan dirinya dalam waktu sekitar 15 menit. Ada juga bakteri
lain yang membutuhkan waktu berhari-hari.
Dalam bakteri, salinan DNA melayang ke sisi berlawanan dari
membran. Ujung dari bakteri kemudian tertarik untuk berpisah, yang
menciptakan dua “sel anak”, yang identik dan siap memulai kehidupan
baru. Proses ini disebut pembelahan biner (binarry Fusion)
3. Fase Stasioner (Stationary Phase)
Selama fase stasioner, pertumbuhan bakteri sedikit datar. Karena
banyaknya zat sisa dan semakin menyempitnya ruang hidup. Bakteri
tidak dapat mempertahankan wilayah yang terbentuk pada fase
sebelumnya. Jika bakteri mampu bergerak menuju kultur yang lain, maka
pertumbuhannya dapat dilanjutkan.
4. Fase Kematian (Death Phase)
Pada fase ini, bakteri akan kehilangan semua kemampuan untuk
mereproduksi, yang seolah-olah menjadi “lonceng kematian” mereka.
Seperti pada fase log atau eksponensial, kematian bakteri dapat terjadi
secepat pertumbuhan mereka.

2.2.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Bakteri
             Faktor-faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap
pertumbuhan dan reproduksi bakteri adalah suhu, kelembapan, dan
cahaya. Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan
mikroorganisme dapat dibedakan menjadi dua yaitu faktor
fisik (Abiotik) dan faktor kimia (Biotik). Dimana faktor fisik
ini meliputi : suhu,kandungan air, kelembaban,cahaya, tekanan
osmotik.. Sedangkan faktor kimia meliputi : Karbon,Oksigen
dan faktor-faktor pertumbuhan organik temasuk nutrisi yang
terdapat dalam media pertumbuhan.
Aktifitas mikroba dipengaruhi oleh faktor-faktor
lingkungannya. Perubahan lingkungan dapat mengakibatkan
perubahan sifat morfologi dan fisiologis mikroba. Beberapa
kelompok mikroba sangat resisten terhadap perubahan faktor
lingkungan. Mikroba tersebut dapat cepat menyesuaikan diri
dengan kondisi baru tersebut. Faktor lingkigan meliputi
faktor-faktor abiotik dan biotik.

a. Faktor Abiotik

2. Suhu pertumbuhan mikroba

Pertumbuhan mikroba memerlukan kisaran suhu tertentu. Kisaran


suhu pertumbuhan dibagi menjadi suhu minimum, suhu optimum, dan
suhu maksimum. Suhu minimum adalah sushu terendah tetapi mikroba
masih dapat hidup. Suhu optimum adalah suhu paling baik
untupertumbuhan mikroba. Suhu maksimum adalah suhutertinggi untuk
kehidupan mikroba. Berdasarkan kisaran suhu pertumbuhannya, mikroba
dapat dikelompokkan menjadi mikroba psikrofil (kriofil), mesofil,
termofil. Psikrofil adalah kelompo mikroba yang dapat tumbuh pada
suhu 0-300C dengan suhu optimum sekitar 150C. Mesofil adalah
kelomopok mikrba pada umumnya. Mempunyai suhu minimum 150C,
suhu otimum 25-370C dan suhu maksimum 45-550C.MIroba yang tahan
hidup pada suhu tinggi dikelompokkan dalam termofil. Mikroba ini
mempunyai mempunyai membran sel yang mengandung lipida jenuh,
sehingga titik didihnya tinggi. Kelompok ini mempunyai sushu minimum
400C, optimum pada suhu 55-600C dan maksimum untuk
pertumbuhannya 750C.
Untuk mikroba yang tidak tumbuh dibawah suhu 300C dan
mempunyai suhu optimum pada 600C, dikelompokkan kedalam
mikroba termofil obligat. Untuk mikroba termofil yang dapat tumbuh
dibawah suhu 300C, dimasukkan kelompok mikroba termofil fakultatif.
Bakteri yang hidup didalam tanah dan air umumnya bersifat mesofil,
tetapi ada juga yang dapat hidup diatas 500C (termotoleran).

a. Suhu tinggi
Apabila mikroba dihadapkan pada suhu tinggi diatas suhu maksimum
akan memberikan beberapa macam reaksi.
1. Titik kematian termal, adalah suhu yang dapat mematikan
spesies mikroba dalam waktu 10 menit pada kondisi tertentu
2. Waktu kemaian termal, adalah waktu yang diperlukan untuk
membunuh suatu spesies mikroba pada suatu suhu yang tetap
Fakto-faktor yang mempengaruhi titik kematian termal ialah
waktu, suhu, kelembapan,spora,umur mikroba,Ph,dan
komposisi medium.
b. Suhu rendah
Apabila mikroba dihadapkan pada suhu rendah dapat
menyebabkan ganguan metabolisme.yaitu seperti :
1. Coold shock, adalah penrunan suhu yang tiba-tiba mematikan
bakteri, terutama pada bakteri muda atau pada fase logaritmik
2. Pembekuan (freezing), adalah rusaknya sel dengan adanya
kristal es didalam air intraseluler
3. Lyofilisasi, adalah proses pendinginan dibawah titik beku
dalam keadaan vakum secara bertingkat. Proses ini dapat
digunakan untuk mengawetkan mikroba karena air proto
plasma langsung diuapkan tanpa melalui fase cair (sublimasi).

3. Kandungan air (pengeringan )


Setiap mikroba memerlukan kandungan air bebas tertentu
untuk hidupnya, biasanya diukur dengan parameter aw (water actifity)
atau kelembaban relatif. Mikroba umumnya dapat tumbuh pada aw
0,998-0,6. Bakteri umumnya memerlukan aw 0,90- 0,999. Mikroba yang
osmotoleran dapat hidup pada aw terendah (0,6), misalnya khamir
saccharommyces rouxxii.
Aspergillus glaucus dan jamur benang lain dapat tumbuh pada
aw 0,8. Bakteri umumnya memerlukan aw atau kelembaban tinggi lebih
dari 0,98, tetapi bakteri halofil hanya memerlukan aw 0,75. Mikroba
yang tahan kekeringan adalah yang dapat membentuk spora konidia
atau dapat membentuk kista.

4.     Kelembaban
            Pada umumnya bakteri memerlukan kelembaban yang
cukup tinggi, kira-kira 85%. Pengurangan kadar air dari
protoplasma menyebabkan kegiatan metabolisme terhenti,
misalnya pada proses pembekuan dan pengeringan

5.   Cahaya
            Cahaya sangat berpengaruh pada proses pertumbuhan
bakteri. Umumnya cahaya merusak sel mikroorganisme yang
tidak berklorofil. Sinar ultraviolet dapat menyebabkan terjadinya
ionisasi komponen sel yang berakibat menghambat pertumbuhan
atau menyebabkan kematian. Pengaruh cahaya terhadap bakteri
dapat digunakan sebagai dasar sterilisasi atau pengawetan bahan
makanan.
Jika keadaan lingkungan tidak menguntungkan seperti suhu
tinggi, kekeringan atau zat-zat kimia tertentu, beberapa spesies
dari Bacillus yang aerob dan beberapa spesies dari Clostridium
yang anaerob dapat mempertahankan diri dengan spora. Spora
tersebut bakteri atau pada salah satu ujungnya.
dibentuk dalam sel yang disebut endospora. Endospora dibentuk
oleh penggumpalan protoplasma yang sedikit sekali mengandung
air.

6. Tekanan Osmosis
Tekanan osmosis sebenarnya sangat erat hubunganya dengan
kandungan air. Apabila mikroba diletakkan pada larutan
hipertonis, maka selnya akan mengalami plasmolisis, yaitu
terkelupasnya membran sitoplasma dari dinding sel akibat
mengkertutnya sitoplasma.
Apabila diletakkan pada larutan hipotonis, maka sel mikroba
akan mengalami plasmoptisa, yaitu pecahnya sel karena cairan
masuk kedalam sel, sel membengkak dan akhirnya pecah.
Berdasarkan tekanan osmose yang diperlukan dapat
dikelompokkan menjadi:
a. . Mikroba osmofil, adalah mikroba yang dapat tumbuh pada
kadar gula tinggi,
b. Mikroba Halofil, adalah mikroba yan dapat tumbuh pada
kadar garam halogen yang tinggi,
c. Mikroba Halodurik, adalah kelompok mikroba yang dapat
tahan (tidak mati) tetpai tidak dapat tumbuh pada kadar garam
tinggi, kadar garamnya dapat mencapai 30 %.

Contoh mikroba osmofil adalah beberapa jenis khamir.


Bakteri yangtahan terhadap ladar garam tinggi umumnya
mempunyai kandungan kcl yang tinggi dalam selnya.selain itu
bakteri ini memerlukan konsentrasi Kalium yang tinggi untuk
stabilitas ribossomnya.

b. Faktor Biotik
1. Interaksi dalam satu populasi mikroba
Interaksi antar jasad dalam satu populasi yang sama ada
dua macam, yaitu interaksi positif maupun negatif. Interaksi positif
menyebabkan meningkatnya kecepatan pertumbuhan sebagai efek
sampingnya. Meningkatnya kepadatan populasi, secara teoritis
meningkatkan kecepatan pertumbuhan. Interaksi positif disebut juga
kooperasi. Sebagai contoh adalah pertumbuhan satu sel mikroba
menjadi koloni atau pertumbuhan pada fase lag (fase adaptasi).
Interaksi negatif menyebabkan turunnya kecepatan pertumbuhan
dengan meningkatnya kepadatan populasi. Misalnya populasi mikroba
yang di tumbuhkan dalam substrat terbatas, atau adanya produk
metabolik yang meracun. Interaksi negatif disebut juga kompetisi.
Sebagai contoh jamur fusarium dan vercillium pada tanah sawah, dapat
menghasilkan asam lemak dan H2S yang bersifat meracun.

2. Interaksi antar berbagai macam populasi mikroba


Apabila dua populasi yang berbeda berasosiasi, maka akan timbul
berbagai macam interkasi. Interaksi tersebut menimbulkan pengaruh
positif, negatif, ataupun tidak ada pengaruh antar populasi mikroba
yang satu dengan yang lain. Nama masing-masing interkasi adalah
sebagai berikut:
a) Netralisme

Netralisme adalah hubungan antara dua populasi yang tidak


saling mempengaruhi. Hal ini dapat terjadi pada kepadatan populasi yang
sangat rendah atau secara fisik dipisahkan dalam mikro habibat, serta
populasi yang keluar dari habitat alamiahnya. Sebagai contoh interaksi
antara mikroba allocthonous (nonindigenous) dengan mikroba
(indigenous), dan antar mikroba nonindigenous di atmosfer yang
kepadatan populasinya sangat rendah. Netralisme juga terjadi pada
keadaan mikroba tidak aktif, misal dalam keadaan kering beku, atau fase
istirahat (spora, kista).
b) Komensalisme

Hubungan komensalisme antara dua populasi terjadi apabila satu


populasi diuntungkan tetapi populasi lain tidak terpengaruh. Contohnya
adalah Bakteri Flavobacterium brevis dapat menghasilkan ekskresi sistein.
Sistein dapat digunakan oleh Legionella pneumophila.
c) Sinergisme
Suatu bentuk asosiasi yang menyebabkan terjadinya suatu
kemampuan untuk dapat melakukan perubahan kimia tertentu di dalam
substrat. Apabila asosiasi melibatkan dua populasi atau lebih dalam
keperluan nutrisi bersama, maka disebut sintropisme. Sintropisme sangat
penting dalam peruraian bahan organik tanah, atau proses pembersihan air
secara alami.
d) Mutualisme (Simbiosis)

Mutualisme adalah asosiasi antara dua populasi mikroba yang keduanya


saling tergantung dan sama-sama mendapat keuntungan. Mutualisme sering
disebut juga simbiosis. Simbiosis bersifat sangat spesifik (khusus) dan salah
satu populasi anggota simbiosis tidak dapat digantikan tempatnya oleh
spesies lain yang mirip.
Contohnya adalah Bakteri Rhizobium sp, yang hidup pada bintil akar
tanaman kacang-kacangan. Contoh lain adalah Lichenes (Lichens), yang
merupakan simbiosis antara algae sianobakteria dengan fungi. Algae
(phycobiont) sebagai produsen yang dapat menggunakan energi cahaya
untuk menghasilkan senyawa organik. Senyawa organik dapat digunakan
oleh fungi (mycobiont), dan fungi memberikan bentuk perlindungan
(selubung) dan transport nutrient/mineral serta membentuk faktor tumbuh
untuk algae

BAB III
SIMPULAN DAN SARAN

3.1 Simpulan
Bakteri merupakan kelompok mahluk hidup bersel tunggal yang
dimasukkan dalam golongan jasad renik atau mikrobia. Mengingat
tubuhnya yang mikrokopis itu, sehingga studi tentang bakteri mulai.
Tubuh bakteri yang terdiri atas sebuah sel saja ini, mempunyai bentuk
yang beraneka ragam. Ada yang berbentuk peluru atau bola, seperti
bintang, bengkok seperti koma, atau sekrup serta ada yang seperti spiral.
Bentuk tubuhnya merupakan salah satu sifat yang dijadikan dasar dalam
pengklasifikasian bakteri.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan mikroba terdiri dari
Faktor abiotik yang terdiri dari (Suhu, Kandungan air, Tekanan osmosis
serta Ion-ion dan listrik) dan Faktor biotik yang terdiri dari ( Interaksi
dalam satu populasi mikroba, Interaksi diantara berbagai macam populasi
mikroba, yang mencakup “ Netralisme, Komensalisme, Sinerginisme,
Mutualisme”)
3.2 Saran
Dalam sistem klasifikasi pada bakteri masih cenderung rumit, karena
didasarkan pada berbagai macam hal, dan juga dalam mengklasifikasikan
kadang masih menemui kesulitan membandingkan bakteri yang termasuk
pada tumbuhan atau hewan. Maka perlu diadakan penelitian yang lebih
mendalam lagi pada sistem klasifikasinya
Saran yang dapat saya ajukan dalam makalah ini gunakanlah makalah ini
sebagai sumber bacaan untuk menambah wawasan/pemahaman dan bisa
menjadi bahan pelajaran bagi mahasiswa mengenai Reproduksi bakteri
dan Pertumbuhan Bakteri.

DAFTAR PUSTAKA

1. Marselina, Ayu(2017). Pertumbuhan dan Reproduksi Bakteri.


http://amarsselina21.blogspot.com/2017/06/pertumbuhan-dan-
reproduksi-bakteri.html. Diakses pada tanggal 29 Januari 2020.
2. Muftakin,Iftahal.(2015). Reproduksi dan Pertumbuhan Bakteri.
http://iftahal-muttaqin.blogspot.com/2015/04/reproduksi-dan-
pertumbuhan-bakteri.html. Diakses pada tanggal 29 Januari 2020.
3. Rusi,Carolina.(2017). Makalah mikrobiologi dasar pertumbuhan
dan reproduksi bakteri.
http://carolinolin04.blogspot.com/2017/07/makalah-mikrobiologi-
dasar-pertumbuhan.html. Diakses pada tanggal 29 Januari 2020.
4. Setiawan, samhis.(2019). Reproduksi sel bakteri.
https://www.gurupendidikan.co.id/reproduksi-bakteri/. Diakses
pada tanggal 29 Januari 2020.
5. Gazali,Imam.(2015).Faktor-faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan bakteri.
http://imampeternakanunhas.blogspot.com/2013/12/faktor-faktor-
yang-mempengaruhi.html. Diakses pada tanggal 29 Januari 2020.

Anda mungkin juga menyukai