Anda di halaman 1dari 33

MAKALAH

Gangguan Pencernaan
Gastritis,Gastroenteritis,Kolelitiasis,Kolesistitis,Pankreatitis

Dosen Pembimbing :

dr. Rovika Trioclarise,

MKM

Disusun Oleh Kelompok 13


Anggota :

Merdi (P3.73.34.1.22.118)
Rany Julia Saputri (P3.73.34.1.22.126)

POLTEKKES KEMENKES JAKARTA III


D-III Teknologi Labotorium Medis
2023
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb
Alhamdullillah puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT karena berkat rahmat dan
hidayahnya kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul ”Gangguan Pencernaan
Gastritis,Gastreonteritis,Kolelitiasis,Kolesistitis,Pankreatitis”.
Kami juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada dr. Rovika
Trioclarise, MKM selaku dosen mata kuliah Patofisiologi Teori Politeknik Kesehatan Kemenkes
Jakarta III yang sudah memberikan kepercayaan kepada kami untuk menyelesaikan tugas ini.

Adapun tugas dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah
Patofisiologi. Selain itu, makalah ini bertujuan untuk menambah wawasan tentang gangguan
pencernaan bagi para pembaca dan juga penulis.
Kami menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan
saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Bekasi, 29 Januari 2023

Tim Penyusun

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................................1
DAFTAR ISI....................................................................................................................................2
BAB I...............................................................................................................................................3
1.1 Latar Belakang..................................................................................................................3
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................................3
1.3 Tujuan...............................................................................................................................3
BAB II..............................................................................................................................................4
PEMBAHASAN..............................................................................................................................4
2.1 Pengertian Gangguan Pencernaan....................................................................................4
2.2 Penggolongan Gangguan Pencernaan...............................................................................4
BAB III..........................................................................................................................................29
PENUTUP.....................................................................................................................................29
3.1 Simpulan.........................................................................................................................29
3.2 Saran................................................................................................................................29

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................30

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Sistem pencernaan manusia terdiri atas saluran dan kelenjar pencernaan. Saluran
pencernaan merupakan saluran yang dilalui bahan makanan. Ada banyak sekali penyakit
yang dapat menyerang saluran pencernaan, baik dari sumber biologi seperti makanan yang
mengandung virus atau bakteri atau mikroorganisme lain, sumber kimia seperti kelebihan
dosis obat, maupun akibat mekanik seperti suhu dan lingkungan.
Pencernaan sangatlah penting untuk manusia, karena kinerja sistem pencernaan akan
menentukan gizi yang terserap dan pembuangan sisa yang tidak diperlukan tubuh. Sistem
pencernaan juga akan membentuk asam amino esensial rantai pendek (SCFA) yang berguna
dalam proses kekebalan tubuh (imunitas).
Memiliki pencernaan yang sehat akan memperkuat sistem imun tubuh yang melindungi
tubuh dari berbagai penyakit, menghancurkan dan menghilangkan mikroorganisme asing
(bakteri, parasit, jamur, virus, tumor) yang masuk ke dalam tubuh. Namun demikian,
kesadaran akan kesehatan pencernaan pada masyarakat saat ini dirasakan masih rendah. Hal
ini dapat terlihat dari pola makan masyarakat sehari-hari yang dapat memicu terjadinya
gangguan sistem pencernaan. Begitu pun pada pekerja, masih terdapat pekerja yang
mengalami masalah gangguan pencernaan.

1.2. Rumusan Masalah


1. Apakah pengertian gangguan pencernaan?
2. Jelaskan penggolongan dari gangguan pencernaan!
3. Apakah penyebab terjadinya gangguan pencernaan?
4. Apakah pengobatan dari penyakit gangguan pencernaan?

1.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian gangguan pencernaan.
2. Untuk mengetahui penggolongan gangguan pencernaan.
3. Untuk mengetahui penyebab terjadinya gangguan pencernaan.
4. Untuk mengetahui pengobatan pada penyakit gangguan pencernaan.

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Gangguan Pencernaan


Gangguan pencernaan adalah istilah yang menggambarkan rasa tidak nyaman atau nyeri
di perut bagian atas. Kondisi ini bukanlah sebuah penyakit, melainkan kumpulan dari sederet
gejala. Kondisi yang juga disebut disebut indigestion ini sangat luas. Mulai dari sakit perut,
perut kembung, perasaan begah padahal belum makan, hingga sering buang gas. Gangguan
pencernaan juga dapat menjadi gejala dari penyakit saluran cerna lain. Contohnya, GERD,
maag, penyakit celiac, hingga kanker usus.
Gangguan Pencernaan juga merupakan kondisi dimana lambatnya pergerakan makanan
dalam saluran cerna seseorang, jika pergerakan makanan dalam saluran cerna menjadi
lambat maka akan mengakibatkan kerusakan otot lambung dan usus besar. Kerusakan
tersebut terjadi karena lambung dan usus sudah tidak bisa berfungsi secara normal .

2.2. Penggolongan Gangguan Pencernaan


Gangguan pencernaan adalah kumpulan gangguan saluran cerna seperti rasa tidak enak,
nyeri ulu hati, heartburn, mual, muntah, kembung, sendawa, cepat kenyang, diare,
konstipasi, nafsu makan berkurang. Selain itu timbul keluhan nyeri perut, flatus, irritable
bowel syndrome, dispepsia, dan ulkus peptikum (Desdiani, 2004).
Adapun macam-macam dari penyakit gangguan pencernaan,yaitu:
1. Gastritis
a. Definisi
Gastritis atau yang sering kita kenal ada sakit maag adalah peradangan yang
terjadi pada lapisan dinding lambung dalam kantung nasi. Kondisi ini ditandai dengan
adanya nyeri di bagian ulu hati. Jika dibiarkan secara terus menerus, gastritsi dapat
menimbulkan komplikasi serius, seperti tukak lambung.
Gastritis terbagi menjadi dua jenis, yaitu gastitris kronis dan akut. Gastritis akut
terjadi ketika radang di lapisan lambung berlangsung secara kondisi tiba-tiba, hal ini
menyebabkan nyeri pada ulu hati yang hebat dengan sifat sementara. Namun, jika
tidak ditangani secara segera, gastritis akut bisa berlanjut menjadi kronis.
Pada gastritis kronis, peradangan di lapisan lambung terjadi secara perlahan
dengan waktu cukup lama. Nyeri yang diakibatkan lebih ringan dibandingkan dengan
gastritis akut, tetapi muncul lebih sering dan terjadi dengan waktu yang lebih lama.

b. Epidemiologi
Epidemiologi gastritis diduga cukup tinggi. Diperkirakan sekitar 50% populasi
dunia terinfeksi Helicobacter pylori. Data mengenai epidemiologi gastritis di Indonesia

4
masih belum begitu lengkap, namun dilaporkan bahwa tren prevalensinya semakin
menurun.
Global : Sekitar 50% populasi dunia terinfeksi dengan Helicobacter pylori, di
mana data epidemiologi menunjukkan prevalensi yang tertinggi berada di Asia dan
negara- negara yang sedang berkembang lainnya. Dengan demikian, hampir setengah
populasi dunia menderita gastritis kronis. Di negara-negara berkembang, sekitar 30%-
50% infeksi Helicobacter pylori ini terjadi pada ada anak-anak, dan mencapai 60%
pada orang-orang usia lanjut. Pada autoimun gastritis, penderita wanita diperkirakan
lebih banyak daripada pria dengan perbandingan 3:1.
Indonesia : Data epidemiologi gastritis di Indonesia masih belum begitu jelas.
Namun, sebuah penelitian di RS Cikini yang melibatkan 2093 pasien menunjukkan
bahwa tren prevalensi Helicobacter pylori semakin menurun. Pada 1998, prevalensi
infeksi Helicobacter pylori adalah 12.8%, sedangkan pada tahun 2005, prevalensi ini
menurun drastis menjadi 2.9%.Di Jakarta, dilaporkan bahwa infeksi Helicobacter
pylori yang terbanyak ditemukan di Jakarta barat, dimana tidak didapatkan perbedaan
bermakna pada prevalensi di antara kelompok usia, konsumsi alkohol, dan perokok.

c. Etiologi
Gastritis terjadi karena peradangan di daerah dinding lambung. Dinding lambung
terbagi dari jaringan yang mengandung kelenjar untuk menghasilkan enzim
pencernaan dan asam lambung. Selain itu, untuk melindungi lapisan mukosa lambung
dari kerusakan akibat enzim pencernaan dan asam lambung dinding lambung juga bisa
menghasilkan lendir (mukus) yang tebal. Rusaknya mukus pelindung ini bisa
menyebabkan peradangan pada mukosa lambung. Rusaknya mucus pelindung
disebabkan oleh beberapa hal berikut ini : (dr. Marianti, 2018).
1. Infeksi bakteri, ini adalah suatu penyebab gastritis yang cukup sering terjadi,
terutama di daerah dengan kebersihan lingkungan yang kurang baik. Bakteri yang
dapat menyebabkan infeksi pada lambung dan menimbulkan gastritis, cukup
banyak jenisnya. Namun, yang paling sering adalah bakteri Helicobacter pylori.
Selain dipengaruhi factor kebersihan lingkungan, infeksi bakteri ini juga
dipengaruhi oleh pola hidup dan pola makan.
2. Pertambahan usia, lapisan mukosa lambung dapat mengalami penipisan dan
melemah seiring bertambahnya usia.
3. Mengonsumsi minuman alkohol secara berlebihan. Minuman yang beralkohol dapat
mengikis lapisan mukosa lambung, terutama jika seseorang sangat sering
mengonsumsinya. Pengikisan lapisan mukosa oleh alkohol dapat menyebabkan
iritasi dan peradangan pada dinding lambung, sehingga mengakibatkan terjadinya
gastritis, terutama gastritis akut.
4. Mengonsumsi obat anti nyeri yang berlebihan. Obat pereda nyeri yang dikonsumsi
terlalu sering dapat menghambat proses regenerasi lapisan mukosa lambung, yang

5
berujung pada cedera dan pelemahan dinding lambung, sehingga lebih mudah
mengalami peradangan. Beberapa obat pereda nyeri yang dapat memicu gastritis
jika dikonsumsi terlalu sering adalah aspirin, ibuprofen, dan naproxen.
5. Autoimun. Penyakit autoimun juga bisa memicu terjadinya gastritis. Gangguan
pada sistem imun yang menyerang dinding lambung dapat mengakibatkan gastritis.
Menurut Novita dan Tania, 2018, umumnya gastritis disebabkan oleh :
a. Terlalu berlebihanmengonsumsi obatan anti nyeri seperti obat anti
radang non-steroid atau aspirin.
b. Mengonsumsi alkohol yang berlebihan.
c. Infeksi dari bakteri Helicobacter pylori.
d. Adanya penyakit autoimun.
e. Cairan empedu yang sampai ke lambung.
f. Menggunakan kokain secara sembarangan.
g. Mudah mengalami stres.
Gastritis adalah suatu penyakit dimana terdapat peradangan atau infeksi pada
mukosa lambung yang disebabkan oleh bakteri Helicobacter pylori, pengonsumsian
obat NSAID yang berlebihan, penyakit autoimun, mengonsumsi alkohal yang
berlebihan, pertambahan usia, stres, dan penyalahgunaan kokain.

d. Jenis
Ada berbagai jenis gastritis berdasarkan penyebabnya. Berikut jenis-jenis gastritis
yang perlu diwaspadai:
1. Gastritis Kronis
Gastritis kronis terjadi ketika lapisan perut meradang berulang kali dalam
jangka waktu yang lama. Ketika kondisi ini terjadi, lapisan perut kehilangan sel
dan fungsi pelindung sehingga lapisan perut terkikis secara perlahan dalam jangka
waktu lama. Gejala umum gastritis kronis meliputi nyeri perut bagian atas,
kembung, muntah, kehilangan nafsu makan, dan gangguan pencernaan. Meskipun
iritasi lambung sering terjadi, tidak semuanya mengacu pada gejala gastritis
kronis.
2. Gastritis Akut
Penyebab paling umum gastritis akut adalah terlalu sering menggunakan obat-
obatan non-steroidal anti-inflamasi (NSAID) seperti ibuprofen, sodium naproxen,
dan diklofenak. Penyebab lain gastritis akut berupa penyalahgunaan alkohol,
kortikosteroid, kemoterapi, infark miokard, dan stres.
Gastritis akut dapat didiagnosis berdasarkan gejalanya, yakni melalui sampel
jaringan atau endoskopi. Jika dilihat melalui mikroskop, jaringan lambung yang
terkena gastritis akut tampak merah, meradang, dan mengandung pembuluh darah
berlebihan (hiperemia). Dalam kasus ringan, pengidapnya mungkin mengalami
iritasi perut dan gangguan pencernaan.

6
3. Gastritis Atrofi
Gastritis atrofi atau biasa dikenal sebagai gastritis tipe A atau B, adalah subtipe
dari gastritis kronis. Perbedaan antara atrofi dan bentuk gastritis lainnya adalah
kematian kelenjar lambung dan penggantiannya dengan usus dan jaringan fibrosa.
Perut diharuskan mengeluarkan bahan kimia seperti asam klorida, pepsin, dan
faktor intrinsik untuk mencerna makanan. Pada pengidap gastritis atrofi, fungsi
lambung terganggu karena sel-sel yang diperlukan telah mati. Gastritis atrofi
menyebabkan komplikasi kesehatan serius seperti defisiensi zat besi. Pilihan
pengobatan yang dapat dilakukan seperti konsumsi antibiotik, antasida, suplemen
zat besi atau suplemen B12.
4. Gastritis Antral
Gastritis antral adalah bentuk peradangan lambung yang lebih jarang daripada
gastritis akut atau kronis. Jenis gastritis antral tergolong unik karena terjadi di
bagian bawah perut (antrum). Lansia lebih berisiko mengidap gastritis jenis ini.
Gastritis antral dapat disebabkan oleh virus, bakteri, cedera lambung, atau obat-
obatan. Gejala umum untuk jenis gastritis ini adalah gangguan pencernaan. Selain
itu, peradangan di perut dapat menyebabkan beberapa pengidapnya merasakan
sensasi terbakar di perut. Gastritis antral dapat diobati dengan antasida atau
antibiotik jika terdapat infeksi bakteri.
5. Gastritis Autoimun
Gastritis autoimun terjadi ketika sistem kekebalan tubuh secara keliru
mengidentifikasi sel lambung sebagai benda asing. Kondisi ini memengaruhi
produksi asam lambung dan menyerap Vitamin B12 yang mengakibatkan anemia.
Gejala utama gastritis autoimun adalah mual, muntah, perasaan kenyang di perut
bagian atas, dan sakit perut. Gastritis autoimun juga dapat menyebabkan
komplikasi yang lebih serius seperti defisiensi folat, besi, dan vitamin B12.
6. Gastritis Erosif
Gastritis erosif menyebabkan timbulnya borok dan perdarahan di lapisan perut.
Dalam kasus yang parah, gastritis erosif menyebabkan ketidaknyamanan ekstrem
setiap kali mengonsumsi makanan. Gejalanya berupa muntah darah dan feses
berwarna hitam. Jenis gastritis ini paling sering disebabkan karena konsumsi obat-
obatan seperti steroid, NSAID, atau obat antiinflamasi. Penyakit ini juga dapat
muncul karena kerusakan pada lapisan perut akibat penyakit Crohn, infeksi dari
bakteri E. coli, dan alergi makanan.
7. Gastritis Alkohol
Gastritis alkohol adalah gastritis yang disebabkan karena konsumsi alkohol
dalam jumlah berlebihan. Alkohol membatasi kemampuan lambung untuk
menghasilkan asam sehingga memicu terjadinya peradangan. Gejalanya berupa
rasa sakit di daerah perut bagian atas, kehilangan nafsu makan, muntah, atau
kembung.

7
e. Patofisiologi
Gastritis akut merupakan penyakit yang sering ditemukan, biasanya bersifat jinak
dan merupakan respons mukosa lambung terhadap berbagai iritan lokal. Patofisiologi
terjadinya gastritis dan tukak peptik ialah bila terdapat ketidakseimbangan faktor
penyerang (ofensif) dan faktor pertahanan (defensif) pada mukosa gastroduodenal,
yakni peningkatan faktor ofensif dan atau penurunan kapasitas defensif mukosa.
Faktor ofensif tersebut meliputi asam lambung, pepsin, asam empedu, enzim
pankreas, infeksi Helicobacter pylori yang bersifat gram-negatif, OAINS, alkohol dan
radikal bebas. Sedangkan sistem pertahanan atau faktor defensif mukosa
gastroduodenal terdiri dari tiga lapis yakni elemen preepitelial, epitelial, dan
subepitelial.
Elemen preepitelial sebagai lapis pertahanan pertama adalah berupa lapisan mucus
bicarbonate yang merupakan penghalang fisikokimiawi terhadap berbagai bahan kimia
termasuk ion hidrogen. Lapis pertahanan kedua adalah sel epitel itu sendiri. Aktifitas
pertahanannya meliputi produksi mukus, bikarbonat, transportasi ion untuk
mempertahankan pH, dan membuat ikatan antar sel.
Lapisan pertahanan ketiga adalah aliran darah dan leukosit. Komponen terpenting
lapis pertahanan ini ialah mikrosirkulasi subepitelial yang adekuat.
Endotoksin bakteri setelah menelan makanan terkontaminasi, kafein, alkohol dan
aspirin merupakan agen pencetus yang lazim. Infeksi H. pylori lebih sering dianggap
sebagai penyebab gastritis akut. Organisme tersebut melekat pada epitel lambung dan
menghancurkan lapisan mukosa pelindung, meninggalkan daerah epitel yang gundul.
Obat lain juga terlibat, misalnya OAINS (indomestasin, ibuprofen, naproksen),
sulfonamid, steroid, dan digitalis. Asam empedu, enzim pankreas, dan etanol juga
diketahui mengganggu sawar mukosa lambung. Apabila alkohol diminum bersama
dengan aspirin, efeknya akan lebih merusak dibandingkan dengan efek masing-masing
agen tersebut bila diminum secara terpisah.

f. Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan darah digunakan untuk memeriksa apakah terdapat H. Pylori dalam
darah. Hasil tes yang positif menunjukkan bahwa pasien pernah kontak dengan
bakteri pada suatu waktu dalam hidupnya tapi itu tidak menunjukkan bahwa pasien
tersebut terkena infeksi. Tes darah dapat juga dilakukan untuk memeriksa anemia
yang terjadi akibat perdarahan lambung karena gastritis.
2) Uji napas urea. Suatu metode diagnostik berdasarkan prinsip bahwa urea diubah
oleh urease H. Pylori dalam lambung menjadi amoniak dan karbondioksida (CO2).
CO2 cepat diabsorbsi melalui dinding lambung dan dapat terdeteksi dalam udara
ekspirasi.
3) Pemeriksaan feses. Tes ini memeriksa apakah terdapat bakteri H. Pylori dalam feses
atau tidak. Hasil yang positif dapat mengindikasikan adanya infeksi. Pemeriksaan
juga dilakukan terdapat adanya darah dalam feses. Hal ini menunjukkan adanya
pendarahan dalam lambung.
4) Endoskopi saluran cerna bagian atas. Dengan tes ini dapat terlihat adanya
ketidaknormalan pada saluran cerna bagian atas yang mungkin tidak terlihat oleh
sinar-x. tes ini dilakukan dengan memasukkan sebuah selang kecil yang fleksibel
8
(endoskop) melalui mulut dan masuk ke dalam esofagus, lambung, dan bagian atas

9
usus kecil. Tenggorokan akan lebih dulu dianestesi sebelum endoskop dimasukkan
untuk memastikan pasien merasa nyaman menjalani tes ini. Jika ada jaringan dalam
saluran cerna yang terlihat mencurigakan, dokter akan mengambil sedikit sampel
(biopsy) dari jaringan tersebut. Sampel itu kemudian dibawa ke laboratorium untuk
diperiksa. Tes ini memakan waktu 20 hingga 30 menit. Pasien biasanya tidak
langsung disuruh pulang ketika selesai melakukan tes ini, tetapi harus menunggu
sampai efek dari anestesi menghilang kurang lebih satu atau dua jam. Hampir tidak
ada resiko akibat tes ini. Komplikasi yang sering terjadi adalah rasa tidak nyaman
pada tenggorokan akibat menelan endoskop.
5) Rontgen saluran cerna bagian atas. Tes ini akan melihat adanya tanda-tanda
gastritis atau penyakit pencernaan lainnya. Biasanya akan diminta menelan cairan
barium terlebih dahulu sebelum dirontgen. Cairan ini akan melapisi saluran cerna
dan akan terlihat lebih jelas ketika dirontgen.
6) Analisis lambung. Tes ini untuk mengetahui sekresi asam dan merupakan teknik
penting untuk menegakkan diagnosis penyakit lambung. Suatu tabung nasogastri
dimasukkan ke dalam lambung dan dilakukan aspirasi isi lambung puasa untuk
dianalisis. Analisis basal mengukur BAO (Basal Acid Output) tanpa perangsangan.
Uji ini bermanfaat untuk menegakkan diagnosis sindrom Zolinger-Elison (suatu
tumor pankreas yang menyekresi gastrin dalam jumlah besar yang selanjutnya akan
menyebabkan asiditas nyata).
7) Analisis stimulasi. Dapat dilakukan dengan mengukur pengeluaran asam maksimal
(MAO, maximum acid output) setelah pemberian obat yang merangsang sekresi
asam seperti histamine atau pentagastrin. Tes ini untuk mengetahui terjadinya
aklorhidria atau tidak.

g. Klinis ( Gejala)
Manifestasi klinik gastritis terbagi menjadi yaitu gastritis akut dan gastritis kronik :
1. Gastritis akut
Sindrom dispepsia berupa nyeri epigastrium, mual, kembung, muntah,
merupakan salah satu keluhan yang sering muncul. Ditemukan pula perdarahan
saluran cerna berupa hematemesis dan melena, kemudian disusul dengan tanda-
tanda anemia pasca perdarahan. Biasanya, jika dilakukan anamnesis lebih dalam,
terdapat riwayat penggunaan obat-obatan atau bahan kimia tertentu.
2. Gastritis kronik
Bagi sebagian orang gastritis kronis tidak menyebabkan gejala apapun
(Jackson, 2006). Hanya sebagian kecil mengeluh nyeri ulu hati, anoreksia, nausea
dan pada pemeriksaan fisik tidak dijumpai kelainan. Gastritis kronis yang
berkembang secara bertahap biasanya menimbulkan gejala seperti sakit yang
tumpul atau ringan (dull pain) pada perut bagian atas dan terasa penuh atau
kehilangan selera setelah makan beberapa gigitan.

10
h. Terapi
Pengobatan untuk gangguan pencernaan ini akan tergantung dari penyebab yang
mendasarinya. Jika seseorang mengalami gastritis akibat penggunaan obat anti
inflamasi nonsteroid (NSAID) atau obat lain, menghindari obat tersebut mungkin cukup
untuk meredakan gejala. Jika pengidap gastritis merasa bahwa obat yang diresepkan
dokter menyebabkan gastritis, bicarakan dengan dokter sebelum menghentikan atau
mengubah dosisnya.
Sementara itu, jika gastritis disebabkan oleh infeksi bakteri, dokter biasanya akan
meresepkan antibiotik untuk mengatasinya. Selain antibiotik, beberapa jenis obat lain
juga dapat digunakan untuk mengobati gastritis:
 Obat penghambat tingkat histamin pada tubuh.
 Obat penghambat produksi asam lambung.

2. Gastroenteritis
a. Definisi
Gastroenteritis adalah suatu keadaan dimana terdapat inflamasi pada bagian
mukosa dari saluran gastrointestinal ditandai dengan diare dan muntah (How, C.,
2010). Menurut Dennis, dkk (2016) diare adalah buang air besar dengan frekuensi
yang meningkat dari biasanya atau lebih dari tiga kali sehari dengan konsistensi feses
yang lebih lembek atau cair (kandungan air pada feses lebih banyak dari biasanya
yaitu lebih dari 200 gram atau 200ml/24jam). Gastroenteritis akut adalah diare
dengan onset mendadak dengan frekuensi lebih dari 3 kali dalam sehari disertai
dengan muntah dan berlangsung kurang dari 14 hari.
Gastroenteritis akut juga didefinisikan sebagai suatu kumpulan dari gejala
infeksi saluran pencernaan yang dapat disebabkan oleh beberapa organisme seperti
bakteri, virus, dan parasit. Beberapa organisme tersebut biasanya menginfeksi saluran
pencernaan manusia melalui makanan dan minuman yang telah tercemar oleh
organisme tersebut (food borne disease) (Mendri, 2017).

b. Epidemiologi
Epidemiologi gastroenteritis merupakan penyakit yang sangat umum ditemukan
di belahan dunia manapun, termasuk di negara maju. Sebanyak 350 juta kasus di
Amerika Serikat dilaporkan. Sedangkan berdasarkan data Riskesdas 2018, di
Indonesia prevalensi diare adalah 6,8%.
Global : Gastroenteritis adalah salah satu penyebab utama penyakit secara global.
Di seluruh dunia, penyakit ini melibatkan lebih dari 3 hingga 5 miliar anak setiap
tahun. Di Amerika Serikat, ada lebih dari 350 juta kasus gastroenteritis akut setiap
tahun, dan di antaranya, sejumlah 48 juta kasus akibat bakteri pada makanan. Penyakit
ini menyumbang 1,5 juta kunjungan ke dokter perawatan primer setiap tahun dan
sekitar 200.000 rawat inap anak di bawah usia 5 tahun.

11
c. Etiologi
Penyakit gastroenteritis dapat disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu :
1. Faktor Infeksi
a. Virus
Sejak tahun 1940-an, virus sudah dicurigai sebagai penyebab penting dari
gastroenteritis. Tetapi peranannya belum jelas sampai Kapikian et al. (1972)
mengidentifikasi adanya virus (Norwalk virus) pada feses sebagai penyebab
gastroenteritis. Satu tahun kemudian, Bishop et al., mengobservasi keberadaan
rotavirus pada mukosa usus anak dengan gastroenteritis, dan pada tahun 1975,
astrovirus dan adenovirus diidentifikasi pada feses anak yang mengalami diare
akut. Sejak saat itu, jumlah virus yang dihubungkan dengan gastroenteritis akut
semakin meningkat (Wilhelmi et al., 2003).
Beberapa virus yang sering menyebabkan gastroenteritis adalah:
- Rotavirus
- Enterik adenovirus
- Astrovirus
- Human calcivirus
b. Bakteri
Infeksi bakteri menyebabkan 10%-20% kasus gastroenteritis. Bakteri yang
paling sering menjadi penyebab gastroenteritis adalah Salmonella
species,Campylobacterspecies, Shigella species and Yersina species (chow et al.,
2010).
Beberapa bakteri yang dapat menyebabkan gastroenteritis adalah :
- Salmonella
- Campylobacter
- E. coli
c. Parasite dan protozoa
Giardia lamblia adalah infeksi protozoa yang paling sering menyebabkan
gastroenteritis. Protozoa yang lain mencakup Cryptosporidium dan Entamoeba
hystolitica.
2. Faktor makanan
a. Malabsorbsi
- Malabsorbsi karbohidrat
- Malabsorbsi lemak : terutama Long Chain Triglyceride
- Malabsorbsi protein : asam amino, B laktoglobulin
- Malabsorbsi vitamin dan mineral
b. Keracunan makanan
Makanan yang beracun (mengandung toksin bakteri) merupakan salah satu
penyebab terjadinya diare. Ketika enterotoksin terdapat pada makanan yang
dimakan, masa inkubasi sekitar satu sampai enam jam. Ada dua bakteri yang

12
sering menyebabkan keracunan makanan yang disebabkan adanya toksin yaitu
Staphylococcus dan Bacillus cereus.

d. Patofisiologi
Patofisiologi gastroenteritis yang paling banyak adalah melalui infeksi rotavirus.
Zat enterotoksin yang dikeluarkan virus ini akan menyebabkan terjadinya lisis sel
enterosit traktus gastrointestinal.
Transmisi penyakit ini umumnya adalah melalui rute fekal-oral dari makanan dan
minuman yang terkontaminasi agen kausal penyakit. Rotavirus yang masuk ke dalam
mulut akan menginfeksi lapisan mukosa usus kecil, bereplikasi, kemudian virions akan
dilepaskan ke dalam lumen usus, dan melanjutkan replikasi pada area lebih distal dari
usus kecil. Masa inkubasi rotavirus adalah sekitar dua hari.

e. Jenis
1. Gastroenteritis viral
Pada orang dewasa yang sehat, infeksi virus pada saluran pencernaan sering
menjadi penyebab untuk episode ringan gastroenteritis. Infeksi virus ini termasuk
virus Norwalk, rotavirus, adenovirus dan agen lainnya.Virus ini yang sangat
menular dan biasanya menyebar dari satu orang ke orang lain pada tangan kotor
atau melalui kontak dengan orang yang terinfeksi, seperti berbagi makanan atau alat
makan.Gastroenteritis viral sering menyebar dengan sangat mudah di dalam
lembaga dan situasi lain di mana orang tinggal dalam jarak dekat, seperti penjara,
rumah jompo, kapal pesiar, sekolah, asrama perguruan tinggi dan berkemah. Virus
ini juga dapat menyebar ketika seseorang menyentuh tinja orang yang terinfeksi
atau menyentuh permukaan yang terkontaminasi dengan tinja yang
terinfeksi.Dalam beberapa situasi, agen yang menyebabkan gastroenteritis virus
juga dapat ditemukan di dalam minuman atau makanan, terutama dalam air minum
atau keran yang telah terkontaminasi oleh limbah. Makanan yang tidak memenuhi
prosedur sanitasi yang tepat juga dapat menyebarkan gastroenteritis viral dalam
makanan yang disajikan di restoran dan kafetaria.
2. Gastroenteritis bakteri
Salmonella, shigella, Campylobacter jejuni, E. coli dan jenis lain dari bakteri
dapat menyebabkan gastroenteritis. Mereka dapat menyebar melalui bersentuhan
dengan orang yang terinfeksi, minuman atau mengonsumsi makanan yang
terinfeksi. Dalam beberapa kasus, penyakit ini disebabkan oleh toksin yang
dihasilkan oleh bakteri yang tumbuh pada makanan yang telah disiapkan atau
disimpan dengan tidak benar. Jika seseorang mengonsumsi makanan penuh kuman
ini, gejala gastroenteritis dipicu baik oleh bakteri sendiri atau produk toksin yang
dihasilkan bakteri itu. Gejala toksin biasanya dimulai dalam beberapa jam. Gejala
dari bakteri dapat terjadi dalam beberapa hari. Setiap tahun jutaan orang
mengalami gastroenteritis melalui makan
13
makanan yang tercemar, sementara jutaan lainnya menderita serangan
gastroenteritis virus ringan. Pada orang dewasa sehat, kedua bentuk gastroenteritis
cenderung ringan dan singkat, dan banyak episode atau keadaan yang tidak pernah
dilaporkan ke dokter. Namun, pada orang tua dan orang-orang sistem kekebalan
tubuh lemah, penyakit ini kadang-kadang dapat menghasilkan dehidrasi
dan komplikasi gastroenteritis berbahaya lainnya. Bahkan pada orang dewasa yang
kuat, beberapa jenis bakteri yang agresif terkadang menyebabkan bentuk yang lebih
serius dari keracunan makanan. Ini bisa menyebabkan demam tinggi dan gejala
gastrointestinal yang parah, seperti diare berdarah dan berlendir.

f. Klinis ( Gejala)
Manifestasi klinis penyakit gastroenteritis bervariasi. Berdasarkan salah satu hasil
penelitian yang dilakukan pada orang dewasa, mual(93%), muntah(81%) atau
diare(89%), dan nyeri abdomen(76%) adalah gejala yang paling sering dilaporkan oleh
kebanyakan pasien. Tanda-tanda dehidrasi sedang sampai berat, seperti membran
mukosa yang kering, penurunan turgor kulit, atau perubahan status mental, terdapat
pada
<10 % pada hasil pemeriksaan. Gejala pernafasan, yang mencakup radang
tenggorokan, batuk, dan rinorea, dilaporkan sekitar 10% (Bresee et al., 2012).
Beberapa gejala klinis yang sering ditemui adalah :
1. Diare
Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair atau
setengah cair(setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak dari biasanya
lebih dari 200 gram atau 200 ml dalam 24 jam.
Pada kasus gastroenteritis diare secara umum terjadi karena adanya
peningkatan sekresi air dan elektrolit.
2. Mual dan muntah
Muntah diartikan sebagai adanya pengeluaran paksa dari isi lambung
melalui mulut. Pusat muntah mengontrol dan mengintegrasikan terjadinya
muntah. Lokasinya terletak pada formasio retikularis lateral medulla oblongata
yang berdekatan dengan pusat-pusat lain yang meregulasi pernafasan,
vasomotor, dan fungsi otonom lain. Pusat-pusat ini juga memiliki peranan
dalam terjadinya muntah. Stimuli emetic dapat ditransmisikan langsung ke
pusat muntah ataupun melalui chemoreceptor trigger zone (chow et al., 2010).
Muntah dikoordinasi oleh batang otak dan dipengaruhi oleh respon dari
usus, faring, dan dinding torakoabdominal. Mekanisme yang mendasari mual
itu sendiri belum sepenuhnya diketahui, tetapi diduga terdapat peranan korteks
serebri karena mual itu sendiri membutuhkan keadaan persepsi sadar (Hasler,
2012).
Mekanisme pasti muntah yang disebabkan oleh gastroenteritis belum
sepenuhnya diketahui. Tetapi diperkirakan terjadi karena adanya peningkatan
14
stimulus perifer dari saluran cerna melalui nervus vagus atau melalui serotonin
yang menstimulasi reseptor 5HT3 pada usus. Pada gastroenteritis akut iritasi
usus dapat merusak mukosa saluran cerna dan mengakibatkan pelepasan
serotonin dari sel-sel chromaffin yang selanjutnya akan ditransmisikan
langsung ke pusat muntah atau melalui chemoreseptor trigger zone. Pusat
muntah selanjutnya akan mengirimkan impuls ke otot-otot abdomen, diafragma
dan nervus viseral lambung dan esofagus untuk mencetuskan muntah (chow et
al, 2010).
3. Nyeri perut
Banyak penderita yang mengeluhkan sakit perut. Rasa sakit perut banyak
jenisnya. Hal yang perlu ditanyakan adalah apakah nyeri perut yang timbul ada
hubungannnya dengan makanan, apakah timbulnya terus menerus, adakah
penjalaran ke tempat lain, bagaimana sifat nyerinya dan lain-lain. Lokasi dan
kualitas nyeri perut dari berbagai organ akan berbeda, misalnya pada lambung
dan duodenum akan timbul nyeri yang berhubungan dengan makanan dan
berpusat pada garis tengah epigastrium atau pada usus halus akan timbul nyeri
di sekitar umbilikus yang mungkin sapat menjalar ke punggung bagian tengah
bila rangsangannya sampai berat. Bila pada usus besar maka nyeri yang timbul
disebabkan kelainan pada kolon jarang bertempat di perut bawah. Kelainan
pada rektum biasanya akan terasa nyeri sampai daerah sakral.
4. Demam
Demam adalah peninggian suhu tubuh dari variasi suhu normal sehari-hari
yang berhubungan dengan peningkatan titik patokan suhu ( set point ) di
hipotalamus (Dinarello dan Porat, 2012).
Temperatur tubuh dikontrol oleh hipotalamus. Neuron-neuron baik di
preoptik anterior hipotalamus dan posterior hipotalamus menerima dua jenis
sinyal, satu dari saraf perifer yang mengirim informasi dari reseptor
hangat/dingin di kulit dan yang lain dari temperatur darah. Kedua sinyal ini
diintegrasikan oleh thermoregulatory center di hipotalamus yang
mempertahankan temperatur normal. Pada lingkungan dengan subuh netral,
metabolic rate manusia menghasilkan panas yang lebih banyak dari kebutuhan
kita untuk mempertahankan suhu inti yaitu dalam batas 36,5-37,5ºC (Dinarello
dan Porat, 2012).
Pusat pengaturan suhu terletak di bagian anterior hipotalamus. Ketika
vascular bed yang mengelilingi hipotalamus terekspos pirogen eksogen tertentu
(bakteri) atau pirogen endogen (IL-1, IL-6, TNF), zat metabolik asam
arakidonat dilepaskan dari sel-sel endotel jaringan pembuluh darah ini. Zat
metabolik ini, seperti prostaglandin E2, melewati blood brain barrier dan
menyebar ke daerah termoregulator hipotalamus, mencetuskan serangkaian
peristiwa yang meningkatkan set point hipotalamus. Dengan adanya set point
yang lebih tinggi,
15
hipotalamus mengirim sinyal simpatis ke pembuluh darah perifer, menyebabkan
vasokonstriksi dan menurunkan pembuangan panas dari kulit.

g. Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan tinja
Pemeriksaan tinja yang dilakukan adalah pemeriksaan makroskopik dan
mikroskopik, biakan kuman, tes resistensi terhadap berbagai antibiotika, pH dan
kadar gula, jika diduga ada intoleransi laktosa.
2. Pemeriksaan darah
Pemeriksaan darah yang dilakukan mencakup pemeriksaan darah lengkap,
pemeriksaan elektrolit, pH dan cadangan alkali, pemeriksaan kadar ureum.

h. Pengobatan
Tujuan utama dari pengobatan pada gastroenteritis adalah untuk mencegah
terjadinya dehidrasi dengan mengonsumsi banyak air. Perawatan di rumah sakit untuk
diberikan cairan melalui infus jika kasus dehidrasi yang dialami cukup parah. Oralit
bisa diberikan untuk membantu rehidrasi. Obat ini mengandung elektrolit dan mineral
yang diperlukan oleh tubuh.
Obat-obatan antibiotik tidak akan memiliki pengaruh terhadap virus yang sudah
menginfeksi. Jangan memberikan obat anti inflamasi pada anak-anak atau remaja yang
sakit akibat infeksi virus.
Atasi gastroenteritis dengan:
- Upayakan untuk meminum lebih banyak cairan. Jika kesulitan minum air, gunakan
sedotan. Hindari mengonsumsi jus buah-buahan karena minuman ini justru bisa
meningkatkan gejala diare yang dialami.
- Mengonsumsi makanan dalam jumlah sedikit dan mudah dicerna, seperti pisang,
bubur, dan ikan. Hal ini bertujuan memberikan waktu pemulihan bagi perut untuk
berhenti makan jika mual mulai terasa kembali.
- Menggunakan lebih banyak waktu untuk beristirahat.
- Anak-anak dan orang dewasa bisa mengonsumsi minuman berenergi untuk
menggantikan elektrolit dalam tubuh. Untuk bayi dan anak-anak disarankan
mengonsumsi oralit. Es krim, minuman bersoda, dan permen bisa memperparah
diare pada anak-anak.
- Berikan cairan pada bayi yang sakit 15-20 menit setelah muntah atau diare, hal ini
dilakukan agar perut sang bayi bisa beristirahat sejenak. ASI bisa diberikan pada
bayi jika dia masih mengonsumsi ASI. Selain ASI, cairan oralit atau susu formula
juga bisa diberikan, jika bayi sudah bisa minum dari botol.

16
3. Kolelitiasis
a. Definisi
Kolelitiasis (batu empedu) adalah adanya batu (kaskuli) dalam kandung empedu
berupa batu kolesterol akibat gangguan hati yang mengekresikan kolesterol.
Kolelitiasis/koledokolitiasis merupakan adanya batu di kandung empedu, atau pada
saluran kandung empedu yang pada umumnya komposisi utamanya adalah kolesterol.

b. Epidemiologi
Epidemiologi kolelitiasis atau batu empedu di negara maju sekitar 10‒15% dari
populasi dewasa, dengan prevalensi jenis kolelitiasis kolesterol. Sedangkan di negara
Asia epidemiologi kolelitiasis berkisar 3‒10%.
Global : Kasus kolelitiasis cukup banyak ditemukan di negara maju, yaitu sekitar
10‒15% dari populasi dewasa. Kolelitiasis ditemukan pada 6% pria dan 9% wanita.
Batu empedu kolesterol adalah jenis yang paling sering ditemukan, yaitu 90‒95%.
Sedangkan di negara-negara di Afrika, kasus kolelitiasis bukanlah kasus yang khas.

c. Etiologi
Penyebab kolelitiasis kolesterol terutama berasal dari sekresi kolesterol yang
berlebih oleh sel hepar, disertai hipomotilitas atau gangguan pengosongan kantung
empedu. Kolelitiasis pigmen hitam disebabkan produksi bilirubin yang berlebih akibat
pemecahan heme yang tinggi, seperti pada penderita hemolitik kronis atau sirosis
hepatis. Sedangkan kolelitiasis pigmen coklat disebabkan oleh kolonisasi bakteri
akibat sumbatan pada duktus empedu, seperti striktur bilier.

d. Patofisiologi
Pembentukan batu empedu dibagi menjadi tiga tahap:
(1) pembentukan empedu yang supersaturasi,
(2) nukleasi atau pembentukan inti batu,
(3) berkembang karena bertambahnya pengendapan.
Kelarutan kolesterol merupakan masalah yang terpenting dalam pembentukan
semua batu, kecuali batu pigmen. Supersaturasi empedu dengan kolesterol terjadi bila
perbandingan asam empedu dan fosfolipid (terutama lesitin) dengan kolesterol turun di
bawah harga tertentu. Secara normal kolesterol tidak larut dalam media yang
mengandung air. Empedu dipertahankan dalam bentuk cair oleh pembentukan koloid
yang mempunyai inti sentral kolesterol, dikelilingi oleh mantel yang hidrofilik dari
garam empedu dan lesitin. Jadi sekresi kolesterol yang berlebihan, atau kadar asam
empedu rendah, atau terjadi sekresi lesitin, merupakan keadaan yang litogenik.
Pembentukan batu dimulai hanya bila terdapat suatu nidus atau inti pengendapan
kolesterol. Pada tingkat supersaturasi kolesterol, kristal kolesterol keluar dari larutan
membentuk suatu nidus, dan membentuk suatu pengendapan. Pada tingkat saturasi
yang

17
lebih rendah, mungkin bakteri, fragmen parasit, epitel sel yang lepas, atau partikel debris
yang lain diperlukan untuk dipakai sebagai benih pengkristalan.

c. Jenis
Batu empedu dapat dibagi menjadi tiga jenis, yaitu batu empedu kolesterol, batu
empedu pigmen, dan batu empedu campuran. Berikut penjelasannya.
 Batu Empedu Kolesterol
Seperti namanya, batu empedu kolesterol terbentuk dari kolesterol. Batu empedu
ini biasanya berwarna kuning atau hijau.
 Batu empedu pigmen/bilirubin
Batu jenis ini terbentuk dari kalsium bilirubinat yang terlalu banyak dalam empedu.
Batu empedu yang satu ini biasanya berwarna gelap, seperti hitam atau cokelat.
 Batu empedu campuran
Ini adalah jenis batu empedu yang paling banyak dijumpai –bahkan mencapai 80
persen. Batu jenis ini merupakan campuran antara kolesterol dan bilirubin.

f. Klinis ( Gejala)
a) Asimtomatik Batu yang terdapat dalam kandung empedu sering tidak memberikan
gejala (asimtomatik). Dapat memberikan gejala nyeri akut akibat kolesistitis, nyeri
bilier, nyeri abdomen kronik berulang ataupun dispepsia, mual (Suindra, 2007).
Studi perjalanan penyakit sampai 50 % dari semua pasien dengan batu kandung
empedu, tanpa mempertimbangkan jenisnya, adalah asimtomatik. Kurang dari 25 %
dari pasien yang benar-benar mempunyai batu empedu asimtomatik akan
merasakan gejalanya yang membutuhkan intervensi setelah periode wakti 5 tahun.
Tidak ada data yang merekomendasikan kolesistektomi rutin dalam semua pasien
dengan batu empedu asimtomatik.
b) Simtomatik ,Keluhan utamanya berupa nyeri di daerah epigastrium, kuadran kanan
atas. Rasa nyeri lainnya adalah kolik bilier yang berlangsung lebih dari 15 menit,
dan kadang baru menghilang beberapa jam kemudian. Kolik biliaris, nyeri
pascaprandial kuadran kanan atas, biasanya dipresipitasi oleh makanan berlemak,
terjadi 30-60 menit setelah makan, berakhir setelah beberapa jam dan kemudian
pulih, disebabkan oleh batu empedu, dirujuk sebagai kolik biliaris. Mual dan
muntah sering kali berkaitan dengan serangan kolik biliaris.
c) Komplikasi Kolesistitis akut merupakan komplikasi penyakit batu empedu yang
paling umum dan sering meyebabkan kedaruratan abdomen, khususnya diantara
wanita usia pertengahan dan manula. Peradangan akut dari kandung empedu,
berkaitan dengan obstruksi duktus sistikus atau dalam infundibulum. Gambaran
tipikal dari kolesistitis akut adalah nyeri perut kanan atas yang tajam dan konstan,
baik berupa serangan akut ataupun didahului sebelumnya oleh rasa tidak nyaman di
daerah epigastrium post prandial. Nyeri ini bertambah saat inspirasi atau dengan

18
pergerakan dan dapat menjalar kepunggung atau ke ujung skapula. Keluhan ini
dapat disertai mual, muntah dan penurunan nafsu makan, yang dapat berlangsung
berhari- hari. Pada pemeriksaan dapat dijumpai tanda toksemia, nyeri tekan pada
kanan atas abdomen dan tanda klasik ”Murphy sign” (pasien berhenti bernafas
sewaktu perut kanan atas ditekan). Masa yang dapat dipalpasi ditemukan hanya
dalam 20% kasus. Kebanyakan pasien akhirnya akan mengalami kolesistektomi
terbuka atau laparoskopik.

Penderita batu empedu sering mempunyai gejala-gejala kolestitis akut atau


kronik. Bentuk akut ditandai dengan nyeri hebat mendadak pada abdomen bagian
atas, terutama ditengah epigastrium. Lalu nyeri menjalar ke punggung dan bahu
kanan (Murphy sign). Pasien dapat berkeringat banyak dan berguling ke kanan-kiri
saat tidur. Nausea dan muntah sering terjadi. Nyeri dapat berlangsung selama
berjam-jam atau dapat kembali terulang (Doherty, 2010).
Gejala-gejala kolesistitis kronik mirip dengan fase akut, tetapi beratnya nyeri dan
tanda-tanda fisik kurang nyata. Seringkali terdapat riwayat dispepsia, intoleransi
lemak, nyeri ulu hati atau flatulen yang berlangsung lama. Setelah terbentuk, batu
empedu dapat berdiam dengan tenang dalam kandung empedu dan tidak
menimbulkan masalah, atau dapat menimbulkan komplikasi. Komplikasi yang
paling sering adalah infeksi kandung empedu (kolesistitis) dan obstruksi pada
duktus sistikus atau duktus koledokus. Obstruksi ini dapat bersifat sementara,
intermitten dan permanent. Kadang-kadang batu dapat menembus dinding kandung
empedu dan menyebabkan peradangan hebat, sering menimbulkan peritonitis, atau
menyebakan ruptur dinding kandung empedu.

g. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium
Batu kandung empedu yang asimptomatik biasanya tidak menunjukkan kelainan
pada pemeriksaan laboratorium. Apabila terjadi peradangan akut, dapat terjadi
leukositosis. Apabila terjadi sindroma mirizzi, akan ditemukan kenaikan ringan
bilirubin serum akibat penekanan duktus koledokus oleh batu. Kadar bilirubin serum
yang tinggi mungkin disebabkan oleh batu di dalam duktus koledokus. Kadar serum
alkali fosfatase dan mungkin juga amilase serum biasanya meningkat sedang setiap
kali terjadi serangan akut.
2. Pemeriksaan radiologi
1) Foto Polos Abdomen
Foto polos abdomen biasanya tidak memberikan gambaran yang khas karena
hanya sekitar 10-15% batu kandung empedu yang bersifat radiopak. Kadang-
kadang empedu yang mengandung cairan empedu berkadar kalsium tinggi dapat
dilihat dengan foto polos. Pada peradangan akut dengan kandung empedu yang
membesar
19
atau hidrops, kandung empedu kadang terlihat sebagai massa jaringan lunak di
kuadran kanan atas yang menekan gambaran udara dalam usus besar, di fleksura
hepatika.
2) Ultrasonografi (USG)
Ultrasonografi mempunyai kadar spesifisitas dan sensitifitas yang tinggi untuk
mendeteksi batu kandung empedu dan pelebaran saluran empedu intra-hepatik.
Dengan USG juga dapat dilihat dinding kandung empedu yang menebal karena
fibrosis atau udem yang diakibatkan oleh peradangan maupun sebab lain. Batu
yang terdapat pada duktus koledokus distal kadang sulit dideteksi karena terhalang
oleh udara di dalam usus. Dengan USG punktum maksimum rasa nyeri pada batu
kandung empedu yang ganggren lebih jelas daripada dengan palpasi biasa.
3) Kolesistografi
Untuk penderita tertentu, kolesistografi dengan kontras cukup baik karena relatif
murah, sederhana, dan cukup akurat untuk melihat batu radiolusen sehingga dapat
dihitung jumlah dan ukuran batu. Kolesistografi oral akan gagal pada keadaan
ileus paralitik, muntah, kadar bilirubin serum di atas 2 mg/dl, obstruksi pylorus
dan hepatitis, karena pada keadaan-keadaan tersebut kontras tidak dapat mencapai
hati. Pemeriksaan kolesistografi oral lebih bermakna pada penilaian fungsi
kandung empedu.

h. Pengobatan
1. Obat Asam Empedu
2. Suntikan MTBE
3. Terapi Extracorporeal Shock Wave Lithotrips (ESWL)
4. Endoscopic Retrograde Cholangio-Pancreatography (ERCP)
5. Operasi

4. Kolesistitis
a. Definisi
Kolesistitis didefinisikan sebagai peradangan kandung empedu yang paling
seringterjadi karena adanya obstruksi duktus kistik dari kolelitiasis. Kolesistitis
merupakan inflamasi atau radang pada kandung empedu. Perlu diketahui bahwa
kandung empedu adalah organ kecil berbentuk buah pir di sisi kanan perut, di bawah
hati. Organ ini berfungsi untuk menampung cairan pencernaan yang dilepaskan ke
usus kecil (empedu).

b. Epidemiologi
Kolesistitis merupakan 3-10% dari kasus nyeri perut di seluruh dunia.Kolesistitis
menyebabkan sekitar 651.829 kunjungan gawat darurat dan 389.180 rawat inap di AS

20
pada 2012.Angka kematian AS 2012 adalah 0,7 per 100.000 orang.Frekuensi kolesistitis
paling tinggi pada orang berusia 50-69 tahun.

c. Etiologi
Lebih dari 90% waktu kolesistitis akut berasal dari penyumbatan saluran kistik oleh
batu empedu. . Batu empedu adalah penyebab paling umum dari peradangan kandung
empedu tetapi juga bisa terjadi karena penyumbatan dari tumor atau jaringan parut
pada saluran empedu. Kadang-kadang, kolesistitis akut terjadi akibat vaskulitis atau
kemoterapi, atau selama pemulihan dari trauma besar atau luka bakar. Faktor risiko
batu empedu termasuk jenis kelamin wanita, bertambah usia, kontrasepsi oral,
kehamilan, riwayat keluarga batu empedu, obesitas, diabetes, penyakit hati, atau
penurunan berat badan yang cepat.
a) Infeksi bakteri
Organisme ini termasuk gram positif dan gram negatif, aerob dan anaerob.
Contohnya Eschericia coli, Klebsiella sp, Clostridium sp dan Streptoccocus
sp.
b) Pemasangan jangka panjang IV
Banyaknya elektrolit dalam cairan intra vena menyebabkan terbentuknya batu
empedu.
c) Koleklitiasis (batu empedu)
Koleklitiasis (batu empedu) akan menghambat duktus sistikus yang menyebabkan
distensi kandung empedu dan gangguan aliran darah dan limfeserta aliran cairan
empedu. Getah empedu yang tetap berada dalam kandung empedu menyebabkan
otolisis (penghancuran sel yang dilakukan oleh enzim dari sel itu sendiri yang
berujung pada kematian sel) serta edema dan pembuluh darah dalam kandung
empedu akan terkompresi sehingga suplai vaskulernya terganggu. Hal ini
menyebabkan peradangan.
d) Obesitas
Kolesterol yang merupakan unsur normal pembentuk empedu bersifat tidak larut
dalam air. Kelarutannya bergantung pada asam-asam empedu dan lesitin
(fosfolipid) dalam empedu. Kolesterol yang tinggi melebihi solubilisasi empedu dan
sintesis asam empedu yang menurun menyebabkan supersaturasi getah empedu. Hal
ini menyebabkan kolesterol tidak lagi tidak terdispersise sehingga terjadi
pengumpalan kristal kolesterol monohidrat padat.
e) Luka bakar
Respon umum pada luka bakar ≥20% adalah penurunan aktivitas gastrointestinal.
Hal ini disebabkan oleh kombinasi efek respon hipovolemik dan neurologi serta
respon endokrin terhadap luka.
f) Sirosis hepar
Pembengkakan hepar menyebabkan terjepitnya saluran empedu yang berada dalam
hepar (intrahepatic).
21
g) Jenis kelamin
Perempuan lebih rentan menderita kolesistitis (yang disebabkan oleh batu
kolesterol). Insiden pembentukan batu empedu yang meningkat pada para pengguna
pil kontrasepsi, ekstrogen, dan klofibrat (obat penurun kadar lemak dalam darah)
yang diketahui meningkatkan saturasi kolesterol bilier.

d. Jenis
Kolesistitis dibagi menjadi kolesistitis akut dan kolesistitis kronik. Pembagian ini
juga berhubungan dengan gejala yang timbul pada kolesistitis akut dan kronik.
a) Kolesistitis kronis
Bagian dari kolesistitis yang terjadi biasanya terhubung dengan kandung
empedu. Biasanya serangan pada kolesistitis kronis lebih ringan dibandingkan
kolesistitis akut. Penyakit ini dapat berupa ulkus peptikum dan esofagitis
peptikum. Penyakit ini memiliki risiko untuk salah dikenali sebagai penyakit
iskemia miokard yang terjadi pada jantung apabila letak rasa nyeri tinggi.
b) Kolesistitis tanpa batu akut
Penyakit ini bersifat jarang terjadi pada anak-anak, dan biasanya disebabkan oleh
infeksi. Infeksi yang terjadi disebabkan oleh bakteri. Bakteri yang umumnya
menyerang adalah Streptococcus kelompok A dan B, serta bakteri-bakteri Gram
negatif, seperti Salmonella dan Leptospira interrogans. Infeksi parasit lainnya seperti
oleh cacing askaris atau Giardia lamblia juga ditemukan.

e. Patofisiologi
Patofisiologi kolesistitis sering berhubungan dengan batu empedu atau kolelitiasis.
Batu akan menyebabkan obstruksi pada duktus sistikus yang menghalangi
pengosongan cairan empedu. Akibatnya, terjadi peningkatan tekanan intralumen dan
iritasi pada dinding empedu. Dinding empedu akan mengalami distensi dan edema,
diikuti oleh stasis vena serta trombosis arteri sistikus. Selain itu, batu empedu di dalam
kandung empedu juga menimbulkan trauma mekanik yang akan menstimulasi
pengeluaran prostaglandin (PGI2 dan PGE2) dan menginisiasi proses inflamasi.Pada
beberapa kasus, kolesistitis dapat diikuti dengan infeksi sekunder yang dapat
menyebabkan gangren dan perforasi kandung empedu. Infeksi paling sering
disebabkan oleh invasi bakteri gram negatif gastrointestinal seperti Escherichia
coli dan Klebsiella spp. Fundus merupakan bagian terjauh yang disuplai oleh arteri
sistikus, sehingga paling sering mengalami iskemia dan nekrosis. Kolesistitis yang
tidak disebabkan oleh batu empedu dapat juga terjadi. Hal ini disebabkan oleh
hipokinetik dari pengosongan kandung empedu, sehingga terjadi stasis dari cairan
empedu dan menginisiasi respon inflamasi lokal pada dinding kandung empedu.
Iskemia juga dapat menjadi penyebab kolesistitis tanpa batu empedu mengingat arteri
sistikus yang menyuplai kandung empedu merupakan arteri terminal sehingga kondisi

22
yang menyebabkan penurunan perfusi arteri sistikus dapat menginduksi iskemia dan
nekrosis dari kandung empedu. Pasien dapat memiliki penyakit dasar seperti infark
miokard, sepsis, atau syok hipovolemik.
f. Klinis ( Gejala)
Kebanyakan orang dengan batu empedu tidak memiliki gejala.Namun, ketika batu
empedu untuk sementara bersarang di saluran kistik, mereka mengalami kolik bilier.
Kolik bilier adalah nyeri perut di kuadran kanan atas atau daerah epigastrium. Ini
bersifat episodik, terjadi setelah makan makanan berlemak atau berlemak, dan
menyebabkan mual dan / atau muntah.Orang yang menderita kolesistitis paling umum
memiliki gejala kolik bilier sebelum mengalami kolesistitis. Rasa sakit menjadi lebih
parah dan konstan pada kolesistitis. Mual sering terjadi dan muntah terjadi pada 75%
penderita kolesistitis.Selain nyeri perut, nyeri bahu kanan juga bisa terjadi.Kolesistitis
kronik merupakan inflamasi pada kandung empedu yang timbul secara perlahan-lahan
dan sangat erat hubugannya dengan litiasis dan gejala yang ditimbulkan sangat
minimal dan tidak menonjol.Gejala klinis dari penyakit ini adalah rasa nyeri pada
daerah kanan atas suatu epigastrium dan rasa sakit bertambah parah saat menarik
napas panjang. Gejala seperti mual, muntah,demam lazim ditemui bagian kanan atas
daerah perut akan mengeras dan ada tekanan,serta kulit dan mata menjadi kuning dan
berkeringat .

g. Pemeriksaan Penunjang
Jika diperiksa dengan ultrasonografi, maka akan terlihat kantung empedu membesar
dan dindingnya menebal. Jika diperiksa dengan uji biokimia, maka aktivitas
enzim alkali fosfatase dan kadar bilirubin akan meningkat. Tes darah untuk memeriksa
adanya tanda-tanda radang, infeksi, atau masalah lain di dalam kantong empedu.USG,
foto Rontgen, MRI, atau CT scan guna memeriksa ada atau tidaknya gangguan pada
kantong empedu atau sumbatan saluran empedu.
h. Pengobatan
1) Berpuasa atau diet rendah lemak agar beban kerja kantong empedu berkurang.
2) Pemberian cairan melalui infus untuk menghindari dehidrasi.
3) Penggunaan obat-obatan, seperti obat pedera rasa sakit serta antibiotik
untuk menangani infeksi.
4) X-Ray selama kolesistektomi laparoskopi(Operasi)
Bagi kebanyakan orang dengan kolesistitis akut, pengobatan pilihan adalah
pengangkatan kantung empedu, kolesistektomi laparoskopi. Kolesistektomi
laparoskopi dilakukan dengan menggunakan beberapa sayatan kecil yang terletak di
berbagai titik di perut. Beberapa penelitian telah menunjukkan keunggulan
kolesistektomi laparoskopi bila dibandingkan dengan kolesistektomi terbuka
(menggunakan sayatan besar di perut kanan atas di bawah tulang rusuk). Orang yang
menjalani operasi laparoskopi melaporkan lebih sedikit nyeri insisional pasca operasi

23
serta memiliki komplikasi jangka panjang yang lebih sedikit dan lebih sedikit cacat
setelah operasi.Selain itu, operasi laparoskopi dikaitkan dengan tingkat infeksi
situs bedah yang lebih rendah.
Selama hari-hari sebelum operasi laparoskopi, penelitian menunjukkan bahwa
hasil lebih baik setelah pengangkatan kandung empedu lebih dini, lebih disukai dalam
minggu pertama. Kolesistektomi laparoskopi dini (dalam waktu 7 hari mengunjungi
dokter dengan gejala) dibandingkan dengan pengobatan yang tertunda (lebih dari 6
minggu) dapat mengakibatkan masa rawat inap yang lebih pendek dan penurunan
risiko memerlukan prosedur darurat. Tidak ada perbedaan dalam hal hasil negatif
termasuk cedera saluran empedu atau konversi menjadi kolesistektomi terbuka.Untuk
kolesistektomi dini, alasan paling umum untuk konversi ke operasi terbuka adalah
peradangan yang menyembunyikan segitiga Calot. Untuk operasi yang tertunda, alasan
paling umum adalah adhesi fibrotik.

5. Pankreatitis
a. Definisi
Pankreatitis adalah peradangan kelenjar pancreas atau radang pancreas yang
disertai manifestasi local dan sistemik dan kebanyakan bukan disebabkan oleh infeksi
bakteri/virus namun akibat autodigesti oleh enzim pancreas yang keluar dari saluran
pankreas.
Pankreatitis (inflamasi pankreas) merupakan penyakit yang serius pada pankreas
dengan intensitas yang dapat berkisar mulai dari kelainan yang relatif ringan dan
sembuh sendiri hingga penyakit yang berjalan dengan cepat dan fatal yang tidak
bereaksi terhadap berbagai pengobatan.
Pankreatitis adalah kondisi inflamasi yang menimbulkan nyeri dimana enzim
pankreas diaktifasi secara prematur mengakibatkan autodigestif dari pankreas.
Pankreatitis akut adalah inflamasi pankreas yang biasanya terjadi akibat
alkoholisme dan penyakit saluran empedu seperti kolelitiasis dan kolesistisis.

b. Epidimiologi
Secara global, pada 2015 sekitar 8,9 juta kasus pankreatitis terjadi. Ini
menghasilkan 132.700 kematian, naik dari 83.000 kematian pada tahun 1990.
Pankreatitis akut terjadi pada sekitar 30 per 100.000 orang per tahun. Kasus baru
pankreatitis kronis berkembang pada sekitar 8 per 100.000 orang per tahun dan saat
ini mempengaruhi sekitar 50 per 100.000 orang di Amerika Serikat.Ini lebih sering
terjadi pada pria daripada wanita.Seringkali pankreatitis kronis dimulai antara usia 30
dan 40 tahun sementara itu jarang terjadi pada anak-anak.Pankreatitis akut pertama
kali dijelaskan pada otopsi pada tahun 1882 sedangkan pankreatitis kronis pertama
kali dijelaskan pada tahun 1946.

24
c. Etiologi
a. Alkohol
Alkohol menembah kosentrasi protein dalam cairan pancreas dan mengakibatkan
endapan yang merupakan inti untuk terjadinya kalsifikasi yang selanjutnya
menyebabkan tekanan intraduktal lebih tinggi.
b. Batu Empedu
Pada sepertiga sampai dua pertiga pasien, pankreatitis disertai dengan adanya
batu empedu yang diduga menyebabkan trauma sewaktu pasae batu, atau
menyebabkan sumbatan.
c. Obat-obatan
Sejumlah obat-obatan telah terlibat dalam berkembangnya pankreatitis akut
tetapi tidak satu pun yang terbukti menyebabkan penyakit ini.
d. Infeksi
Infeksi virus telah dapat dihubungkan dengan pankreatitis akut khususnya
gondongan dan infeksi sackie, peningkatan sepintas amylase serum bukanlah
merupakan hal yang luar biasa.
e. Trauma
Trauma kecelakaan merupakan penyebab mekanik yang penting bagi
pankreatitis (terutama truma tumpul abdomen). Trauma besar juga merupakan
sebab yang bermakna bagi peradangan akut dan pankreatitis yang timbul setelah
tindakan pada lambung dan saluran empedu dalam persentase kecil kasus. Biasanya
cedera tidak terlihat pada waktu pembedahan dan mungkin akibat truma tumpul
atau tajam.

d. Jenis
a. Pankreatitis akut
Radang akut terjadi setelah simtoma iskemia dan gangguan sirkulasi mikro pada
pankreas. Meskipun injeksi etanol menginduksi iskemia pada pankreas di dalam
percobaan laborat, hanya 10% pecandu alkohol menderita radang akut
pankreas. Sekresi enzim fosfolipase A2 selama masa akut akan menimbulkan
kerusakan pada sel sentroasinar di dalam pankreas, memantik lintasan nekrosis dan
meningkatkan kadar plasma amilase dan lipase.
b. Pankreatitis kronis
Radang kronis pada pankreas ditandai dengan atrofi grandular, perubahan
duktular dan fibrosis yang ekstensif.
Terapi dengan Vitamin C diketahui dapat meringankan stres oksidatif dan
kerusakan sel pada pankreas, dengan meningkatkan aktivitas superoksida
dismutase dan menurunkan aktivitas malondialdehid. Pada beberapa kasus juga
terjadi penurunan asam hialuronat dan laminin.

25
e. Patofisiologi
Proses perjalanan penyakit
Pankreatitis akut dapat terjadi setelah pembedahan pancreas atau pada bagian
didekat pancreas atau setelah pelaksanaan instrumentasi pada duktus pankreatikus.
Mortalitas pada pankreatitis akut cukup tinggi akibat terjadinya syok, anoksia,
hipotensi atau gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit. Serangan pankreatitis
akut dapat diikuti dengan kesembuhan total, dapat timbul kembali tanpa kerusakan
permanent atau dapat berlanjut menjadi pankreatitis kronis.
Pankreatitis akut mempunyai keparahan yang berkisar dari kelainan yang relative
ringan dan sembuh dengan sendirinya hingga penyakit yang dengan cepat menjadi
fatal serta tidak responsive terhadap berbagai terapi. Edema dan inflamasi yang
terbatas pada pancreas merupakan kejadian utama pankreatits yang dibentuk yang
lebih ringan dinamakan pankreatitis interstisialis atau edematous. Meskipun bentuk ini
dianggap sebagai bentuk pankreatitis yang lebih ringan, namun pasien berada dalam
keadaan sakit yang akut dan beresiko mengalami syok, gangguan keseimbangan cairan
serta elektrolit dan sepsis.
Pankreatitis hemoragik akut merupakan bentuk pankreatitis interstisialis akut
yang lebih lanjut. Digesti enzimatik kelenjar pancreas tersebut lebih menyebar luas dan
total. Jaringan pancreas menjadi nekrotik, dan kerusakannya meluas sampai pada
system vaskulatur sehingga darah mengalir masuk kedalam subtansi pancreas dan
jaringan retroperitoneal.

f. Klinis
a) Rasa Nyeri abdomen yang hebat merupakan gejala utama pancreatitis.
Nyeri abdomen biasanya konstan dari ringan sampai hebat, menetap
menyebabkan ketidakberdayaan, yang disertai nyeri pada punggung, terjadi akibat
iritasi dan edema pada pankreas yang mengalami inflamasi tersebut sehingga timbul
rangsangan pada ujung-ujung saraf. Peningkatan tekanan pada kapsul pankreas dan
obstruksi duktus pankreatikus juga turut menimbulkan rasa sakit. Rasa sakit yang
terjadi pada bagian setelah makan atau setelah mengkonsumsi minuman keras; rasa
sakit ini dapat bersifat menyebar dan sulit ditentukan lokasinya.
b) Pasien tampak berada dalam keadaan sakit berat defens muskuler teraba pada
abdomen. Perut yang kaku atau mirip papan dapat terjadi dan merupakan tanda
yang fatal. Namun demikian abdomen dapat tetap lunak jika tidak terjadi
peritonitis.
c) Bising usus biasanya menurun sampai hilang.
d) Kekakuan otot.
e) Ekimosis (memar) didaerah pinggang dan disekitar umbilikus merupakan tanda
yang menunjukkan adanya pankreatitis haemoragik yang berat.
f) Mual dan muntah umumnya dijumpai pada pankreatitis akut.

26
Muntahan biasanya berasal dari isi lambung tetapi juga dapat mengandung getah
empedu. Gejala panas, ikterus, konfusidan agitasi dapat terjadi.
g) Hipotensi yang terjadi bersifat khas dan mencerminkan keadaan hipovolemia
h) Syok
1. Hipovolemia karena eksudasi darah dan protein kedalam ruang retroperineum
(retroperineal burn);
2. Peningkatan pembentukan dan pelepasan peptide kinin yang menyebabkan
vasodilatasidan peningkatan permeabilitas vaskular;
3. Syok yang disebabkan oleh kehilangan sejumlah besar cairan yang kaya protein,
karena cairan ini mengalir kedalam jaringan dan rongga peritoneum.
i) Nodus eritomatosus dikulit akibat nekrosis lemak subkutis.
j) Pasien dapat mengalami takikardia, sianosis dan kulit yang dingin serta basah
disamping gejala hipotensi.
k) Gejala infiltrasi paru yang difus, dispnoe, tachipnoe dan hasil pemeriksaan gas
darah abnormal.
l) Depresi miokard, hipokalsemia, hiperglikemia dan koagulopati intravaskuler
diseminata dapat pula terjadi pada pankreatitis akut.

g. Pemeriksaan Penunjang
1) Scan-CT : menentukan luasnya edema dan nekrosis
2) Ultrasound abdomen: dapat digunakan untuk mengidentifikasi inflamasi
pankreas, abses, pseudositis, karsinoma dan obstruksi traktus bilier.
3) Endoskopi : penggambaran duktus pankreas berguna untuk diagnosa fistula,
penyakit obstruksi bilier dan striktur/anomali duktus pankreas. Catatan :
prosedur ini dikontra indikasikan pada fase akut.
4) Aspirasi jarum penunjuk CT : dilakukan untuk menentukan adanya infeksi.
5) Foto abdomen : dapat menunjukkan dilatasi lubang usus besar berbatasan
dengan pankreas atau faktor pencetus intra abdomen yang lain, adanya udara
bebas intra peritoneal disebabkan oleh perforasi atau pembekuan abses,
kalsifikasi pankreas.
6) Amilase serum : meningkat karena obstruksi aliran normal enzim pankreas
(kadar normal tidak menyingkirkan penyakit).
7) Amilase urine : meningkat dalam 2-3 hari setelah serangan.
8) Lipase serum : biasanya meningkat bersama amilase, tetapi tetap tinggi lebih lama.
9) Bilirubin serum : terjadi pengikatan umum (mungkin disebabkan oleh penyakit
hati alkoholik atau penekanan duktus koledokus).
10) Albumin dan protein serum dapat meningkat (meningkatkan permeabilitas
kapiler dan transudasi cairan kearea ekstrasel).
11) Kalsium serum : hipokalsemi dapat terlihat dalam 2-3 hari setelah timbul
penyakit (biasanya menunjukkan nekrosis lemak dan dapat disertai nekrosis
pankreas).
27
12) Kalium : hipokalemia dapat terjadi karena kehilangan dari gaster; hiperkalemia
dapat terjadi sekunder terhadap nekrosis jaringan, asidosis, insufisiensi ginjal.
13) Trigliserida : kadar dapat melebihi 1700 mg/dl dan mungkin agen penyebab
pankreatitis akut.
14) LDH/AST (SGOT) : mungkin meningkat lebih dari 15x normal karena
gangguan bilier dalam hati.
15) Darah lengkap : SDM 10.000-25.000 terjadi pada 80% pasien. Hb mungkin
menurun karena perdarahan. Ht biasanya meningkat (hemokonsentrasi)
sehubungan dengan muntah atau dari efusi cairan kedalam pankreas atau area
retroperitoneal.
16) Glukosa serum : meningkat sementara umum terjadi khususnya selama serangan
awal atau akut. Hiperglikemi lanjut menunjukkan adanya kerusakan sel beta dan
nekrosis pankreas dan tanda aprognosis buruk. Urine analisa; amilase,
mioglobin, hematuria dan proteinuria mungkin ada (kerusakan glomerolus).
17) Feses : peningkatan kandungan lemak (seatoreal) menunjukkan gagal
pencernaan lemak dan protein.

h. Pengobatan
 Pasien Pankreatitis Akut
Pasien pankreatitis akut harus menjalani rawat inap di rumah sakit agar
kondisinya bisa terpantau. Sebelum memberikan penanganan, dokter akan
menyarankan pasien untuk berpuasa, guna memberikan waktu pemulihan bagi
pankreas. Jika peradangan pada pankreas sudah mereda, pasien bisa mulai
mengonsumsi makanan lunak. Konsistensi makanan akan ditingkatkan secara
bertahap, sampai pasien bisa mengonsumsi makanan padat seperti biasa. Selain itu,
dokter juga akan memberikan penanganan berupa:
- Infus, untuk memberikan asupan nutrisi dan cairan.
- Obat anti nyeri, untuk meredakan nyeri.
- Oksigen, untuk menjaga kadar oksigen dalam tubuh.
- Antibiotik, jika pankreas dan organ di sekitarnya terinfeksi.
Setelah kondisi pasien stabil, dokter akan melakukan penanganan untuk
mengatasi penyebab pankreatitis akut. Bila pankreatitis akut disebabkan oleh batu
empedu, dokter akan mengangkat batu empedu melalui prosedur endoscopic
retrogade cholangiopancreatography (ERCP) atau dengan operasi koleksistetomi.
Pada pankreatitis akut yang disebabkan oleh kecanduan alkohol, dokter akan
menyarankan pasien untuk mengikuti program rehabilitasi untuk mengatasi
kecanduan alkohol.
Pasien pankreatitis akut ringan yang dirawat di rumah sakit biasanya akan
sembuh dan bisa pulang ke rumah dalam waktu beberapa hari. Namun, pada

28
pankreatitis akut yang berat, waktu perawatannya akan lebih lama, dan bahkan
kadang pasien perlu dirawat secara intensif di ruang ICU.
 Pasien Pankreatitis Kronis
Tujuan pengobatan pankreatitis kronis adalah untuk meredakan nyeri, mengatasi
penyebabnya, dan menangani gangguan akibat penurunan fungsi kelenjar
ini.Meskipun kerusakan pankreas tidak dapat disembuhkan, namun pengobatan
dapat mengurangi keluhan yang dialami oleh penderita dan mengatasi gangguan
yang disebabkan oleh tidak berfungsinya pankreas.Beberapa metode pengobatan
pankreatitis kronis adalah:
1. Perubahan gaya hidup
2. Dokter akan meminta pasien untuk berhenti mengonsumsi minuman
beralkohol dan berhenti merokok melalui konseling atau terapi.
3. Pemberian obat-obatan
Jenis obat yang diberikan meliputi:
a) Obat pereda nyeri, mulai dari paracetamol, antiinflamasi nonsteroid,
hingga obat golongan opiod, seperti codein atau tramadol.
b) Tambahan obat untuk membantu mengurangi
nyeri, seperti amitriptilin dan gabapentin.
c) Suplemen pengganti enzim pankreas.
d) Obat golongan steroid, pada pasien pankreatitis kronis yang disebabkan
oleh penyakit autoimun.
e) Insulin, bila pankreatitis kronis menyebabkan pasien diabetes.
4. Perubahan pola makan
Pankreatitis kronis akan mempengaruhi kemampuan tubuh untuk
mencerna makanan, sehingga pasien akan disarankan untuk banyak
mengonsumsi kacang-kacangan, sayuran, buah-buahan, susu rendah lemak,
makanan tinggi protein dan kaya antioksidan, serta menghindari makanan
tinggi lemak dan gula.Pengaturan diet atau pola makan ini akan dilakukan
oleh dokter spesialis gizi dengan mempertimbangkan kondisi pasien.
5. Operasi
Kebanyakan pasien pankreatitis kronis tidak perlu menjalani operasi.
Namun, bila nyeri perut semakin berat dan tidak membaik dengan
pemberian obat-obatan, operasi dapat dilakukan untuk menyingkirkan
bagian pankreas yang rusak, membuka sumbatan yang ada di saluran
pankreas, atau mengalirkan cairan dari kista.

29
BAB III
PENUTUP

3.1. Simpulan
Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan maka dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut:
1. Gangguan pada pencernaan adalah terhalangnya fungsi pencernaan atau kegagalan
perut dalam mencerna makanan.
2. Macam-macam dari penyakit gangguan pencernaan yaitu : gastritis, gastroentitis,
kolelitiasis, kolesistitis, dan pankreatitis.Untuk penyebab gangguan pencernaan ada
berbagai macam diantaranya yaitu: Makan tidak teratur atau makan terlambat, Makan
dengan makanan yang bersifat asam, Minum dengan minuman yang bersifat asam
sebelum makan, misalnya: soft drink, kopi, atau jus asam, Makan makanan yang tidak
sehat, Seperti makanan tinggi lemak dan gorengan serta makanan pedas, Stress karena
terlalu sibuk dengan pekerjaan sehingga memacu asam lambung, Makan tergesa-gesa,
sehingga makanan tidak dikunyah dengan baik dan air ludah yang mempunyai pH
bersifat basa tidak cukup banyak ikut bersama makanan, dan sering merokok.
3. Adapun langkah-langkah pengobatan gangguan pencernaan yang dapat dilakukan yaitu
: Perhatikan pola makan, makan dengan kombinasi yang tepat, konsumsi makanan
yang mengandung enzim, istirahat sejenak setelah makan, lakukan gerakan yoga,
konsumsi teh yang dikombinasikan dengan rempah.

3.2. Saran
1. Bagi masyarakat yang sering mengalami gangguan pencernaan untuk lebih
memperhatikan pola makan dan makanan yang dikonsumsinya.
2. Bagi masyarakat yang telah terkena gangguan pencernaan, perlu mendapat pengobatan
yang tepat dan pemeriksaan penunjang untuk memastikan diagnosanya. Bila perlu
dilakukan rujukan ke ahlinya dan dilakukan pemeriksaan lanjutan terhadap pekerja
yang berisiko terkena gangguan pencernaan yaitu pekerja yang berusia >40 tahun dan
telah bekerja dengan system kerja gilir selama lebih dari 5 tahun.

30
DAFTAR PUSTAKA

https://www.sehatq.com/penyakit/gangguan-pencernaan
https://www.academia.edu/36151977/MAKALAH_GASTRITIS_doc
https://herminahospitals.com/id/articles/mengenal-apa-itu-gastritis-maag.html
http://eprints.umpo.ac.id/5388/3/BAB%202.pdf
https://www.halodoc.com/artikel/7-jenis-gastritis-yang-perlu-diwaspadai
http://perpustakaan.poltekkes-
malang.ac.id/assets/file/kti/P17210186018/5._BAB_II_TINJAUAN_TEORI_.pdf
http://perpustakaan.poltekkes-malang.ac.id/assets/file/kti/P17210174075/BAB_2.pdf
https://www.halodoc.com/kesehatan/gastritis
http://repository.poltekkes-denpasar.ac.id/7776/3/BAB%20II%20Tinjauan%20Pustaka.pdf
https://www.alomedika.com/penyakit/gastroentero-hepatologi/gastroenteritis/epidemologi
https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_penelitian_1_dir/11a08ac9fee42c758eba7bb6eb00a3e5.pd
f
https://www.slideshare.net/gooda3/laporan-kolelitiasis
https://www.klikdokter.com/penyakit/masalah-pencernaan/batu-empedu
https://www.alodokter.com/kolesistitis
https://id.wikipedia.org/wiki/Kolesistitis
https://id.wikipedia.org/wiki/Pankreatitis
https://en.wikipedia.org/wiki/Pancreatitis
https://www.academia.edu/11899051/Pankreatitis
https://www.alodokter.com/pankreatitis-akut
https://www.alodokter.com/pankreatitis-kronis

31

Anda mungkin juga menyukai