Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH KAPITA SELEKTA KIMIA KLINIK

PEMERIKSAAN HbA1c

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK IX

Khaerunnisa Amir PO.71.4.203.19.1.050


Muhammad Irsal Qadri PO.71.4.203.19.1.056
Nurul Annisa Yunus PO.71.4.203.19.1.065

SARJANA TERAPAN TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN MAKASSAR
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah
memberikan limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah Kapita Selekta Kimia Klinik ini tepat pada waktunya.
Melalui makalah ini kami akan membahas mengenai “Pemeriksaan HbA1c”.
Dalam penulisan ini tentu saja kami banyak mengalami kesulitan, sehingga
kami banyak memperoleh dukungan dan bantuan dari beberapa pihak. Karena
itu kami mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak-pihak yang
membantu dalam penyusunan makalah.
Sebagai penyusun, kami menyadari sepenuhnya masih banyak kekurangan
dalam pembuatan makalah ini. Olehnya kritik dan saran yang membangun
sangat kami harapkan demi perbaikan makalah ke depannya.
Akhirnya kami menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini.

Makassar, 06 Agustus 2022

TIM PENULIS

ii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL....................................................................................... i
KATA PENGANTAR.................................................................................... ii
DAFTAR ISI................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang......................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................2
C. Tujuan...................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi HbA1c.....................................................................................3
B. Metabolisme HbA1c.............................................................................4
C. Factor yang Mempengaruhi Kadar HbA1c ..........................................5
D. Keuntungan dan keterbatasan pemeriksaan HbA1c.............................5
E. Hubungan HbA1c dengan Diabetes Melitus.........................................6
F. Metode Pemeriksaan HbA1c................................................................7
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan...........................................................................................14
B. Saran.....................................................................................................14
Daftar Pustaka................................................................................................15

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hb (hemoglobin) adalah molekul yang terdiri dari 4 kandungan
haem (berisi zat besi) dan 4 rantai globin (alfa,beta,gama dan delta),
berada didalam eritrosit dan bertugas utama untuk mengangkut oksigen.
Kualitas darah dan warna merah darah ditentukan oleh kadar hemoglobin.
HbA1c (Hemoglobin A1c) atau glycated hemoglobin adalah
hemoglobin yang berikatan dengan glukosa (gula). Di dalam darah, secara
alami glukosa akan saling mengikat dengan hemoglobin yang berada di
dalam sel darah merah. Jumlah HbA1c memang seimbang dengan kadar
gula darah. Jadi, semakin tinggi kadar gula darah, maka kadar HbA1c akan
semakin meningkat (Harefa, 2011).
Hemoglobin bercampur dengan larutan berkadar glukosa tingi,
rantai beta molekul hemoglobin mengikat satu gugus glukosa secara
ireversibel, maka proes ini dinamakan Glikosilasi. Glikosilasi terjadi
secara spontan dalam sirkulasi dan tingkat glikosilasi ini meningkat
apabila kadar glukosa darah tinggi.
Kadar HbA1c normal dalam darah antara 4-6% gula dalam darah.
Kadar HbA1c yang semakin tinggi menimbulkan komplikasi. Diabetes
Control and Complications Trial (DCCT) dan United Kingdom
Prospective Diabetes Study (UKPDS)mengungkapkan bahwa penurunan
HbA1c akan banyak sekali memberikan manfaat. Setiap penurunan
HbA1c sebesar 1% akan mengurangi risiko kematian akibat diabetes
sebesar 21%, serangan jantung 14%, komplikasi Pemeriksaan HbA1c
merupakan suatu cara yang bermanfaat untuk memprediksi derajat
intoleransi glukosa, tinggi rendahnya kadar HbA1c dipengaruhi oleh kadar
glukosa.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apakah definisi dari HbA1c?
2. Bagaimana proses metabolisme HbA1c?
3. Apakah factor yang mempengaruhi kadar HbA1c?
4. Apakah Keuntungan dan keterbatasan pemeriksaan HbA1c
5. Bagaimanakah hubungan HbA1c dengan penyakit diabetes
melitus?
6. Bagaimana metode pemeriksaan HbA1c?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apakah definisi dari HbA1c
2. Untuk mengetahui bagaimana proses metabolisme HbA1
3. Untuk mengetahui apakah factor yang mempengaruhi kadar
HbA1c
4. Untuk mengetahui apakah keuntungan dan keterbatasan
pemeriksaan HbA1c
5. Untuk mengetahui bagaimanakah hubungan HbA1c dengan
penyakit diabetes melitus
6. Untuk mengetahui bagaimana metode pemeriksaan HbA1c

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi HbA1c
HbA1c merupakan substraksi dari hemoglobin A (HbA). HbA
paling umum ditemukan pada orang dewasa sekitar 91-95% dari total
hemoglobin. HbA memiliki 2 rantai yaitu rantai α (alfa) dan β (beta).
Sekitar 6% dari bentuk HbA adalah HbA1, HbA1 memiliki 3 bentuk fraksi
yaitu HbA1a, HbA1b serta HbA1c (Nabila, 2018).
HbA1c adalah bentuk fraksi hemoglobin yang mengalami proses
glikosilasi (penambahan gugus glukosa) yang berikatan kovalen dengan
valin N-terminal rantai beta molekul hemoglobin secara spontan akibat
paparan gula darah (glukosa) terhadap hemoglobin (Hb) tanpa bantuan
enzim. Jumlah Hb yang terglikasi tergantung dengan konsentrasi gula
darah (glukosa), jika semakin tinggi kadar glukosa darah maka semakin
meningkat Hb terglikasinya (Nabila, 2018)
Pengukuran hemoglobin terglikasi (HbA1c) merupakan
kontrolglikemik yang baik untuk mengetahui gambaran kadar gula darah
(glukosa) selama dua hingga tiga bulan terakhir. Jika kadar HbA1c ≥6,5%
maka dikatakan menderita diabetes melitus tetapi jika kadar HbA1c ≥7%
maka berisiko 2 kali lipat mengalami komplikasi. Berdasarkan hal tersebut
maka sangat penting dilakukan pemeriksaan dan pemantauan kadar
HbA1c karena dapat membantu mendiagnosis, manajemen dan prognosis
penyakit diabetes melitus tipe 2. Namun beberapa penelitian di Indonesia
menemukan bahwa sebagian besar penderita diabetes terutama diabetes
melitus tipe 2 memiliki kadar HbA1c yang buruk (Wulandari et al., 2020).

3
B. Metabolisme HbA1c
Pembentukan HbA1c melibatkan suatu proses glikosilasi
nonenzimatik (glikasi) antara gugus amino protein dengan glukosa, reaksi
ini disebut dengan Maillard reaction. Proses ini diawali difusi terfasilitasi
glukosa melalui GLUT-1 transporter eritrosit sehingga glukosa terpapar
dengan hemoglobin. Glukosa kemudian berikatan dengan N-terminal valin
rantai β hemoglobin membentuk senyawa aldimine (Schiff base) yang
tidak stabil. Struktur molekuler HbA1c adalah N-(1-doxy)-
fructosylhemoglobin atau N-(1- deoxyfructose-1-yl) hemoglobin beta
chain (Sacks, 2013). Selanjutnya schiff base menjalani suatu penyusunan
molekul yang disebut dengan Amadorire arrangement, menghasilkan
produk Amadori dengan ketoamin yang lebih stabil, yaitu HbA1c (Nabila,
2018).

Gambar Reaksi Kimia Terkait dengan Proses Glikasi Hemoglobin

Oleh karena itu masa hidup sel darah merah (eritrosit) sekitar 120
hari, HbA1c menggambarkan kadar glukosa darah sampai 3 bulan
sebelumnya dan tidak dipengaruhi perubahan keadaan glukosa darah
harian yang sangat fluktuatif. Tahap akhir proses glikasi, karena paparan
glukosa yang berlangsung lama, dapat terbentuk Advanced Glycation End-
product (AGE) yang merupakan bentuk ireversibel dari Maillard reaction

4
(Marbun, 2018).

C. Faktor yang Mempengaruhi Kadar HbA1c


Ada beberapa keadaan dimana salah satu parameter terpengaruh,
sedangkan yang lainnya tidak misalnya kadar HbA1c terganggu, pada
keadaan hemoglobinopati, hemakromatosis, retikulositosis serta anemia
hemolitik. Sedangkan peningkatan kadar HbA1c terjadi pada diabetes
mellitus yang tidak terkendali, hiperglikemia, hemodialysis dan factor
kehamilan, selain itu adanya pengaruh obat seperti asupan kortisol jangka
panjang.
Kondisi yang dapat meningkatkan kadar HbA1c dari nilai
sebenarnya adalah : anemia defisiensi besi, kadar ureadarah yang tinggi,
hiperbilirubinemia, konsumsi alkohol berlebih, splenektomi, anemia
aplastik, penggunaan salisilat dosis tinggi dalam jangka panjang.
Sedangkan kondisi yang dapat menurunkan kadar HbA1C dari nilai
sebenarnya adalah : transfusi darah, setelah vena seksi, kehilangan darah,
sickle-cell disease, anemia hemolitik, talasemia, penyakit ginjal,
perdarahan gastrointestinal, penyakit hepar, obat-obatan yang
memperpendek masa hidup eritrosit (antiretroviral, ribavirin, dapsone),
penggunaan opioid jangka panjang dan infeksi sistim imun (Nitin, 2010;
Paputungan dan Harsinen, 2014).

D. Keuntungan dan keterbatasan pemeriksaan HbA1c


Pemeriksaan kadar HbA1c memiliki banyak keunggulan dibandingkan
pemeriksaan glukosa darah yaitu antara lain:
a. Tidak perlu puasa dan dapat diperiksa kapan saja
b. Memperkirakan keadaan glukosa darah dalam jangka waktu lebih
lama (2-3 bulan) atau tidak dipengaruhi perubahan gaya hidup
jangka pendek.

5
c. Metode telah terstandarisasi dengan baik dan keakuratannya dapat
dipercaya
d. Kesalahan yang disebabkan oleh faktor nonglikemik yang dapat
mempengaruhi nilai HbA1c sangat jarang ditemukan dan dapat
diminimalisasi dengan melakukan pemeriksaan konfirmasi
diagnosis dengan glukosa plasma.
e. Pengambilan sampel lebih mudah dan pasien merasa lebih nyaman.
f. Lebih direkomendasikan untuk pemantauan pengendalian glukosa
g. Level HbA1c berkorelasi dengan komplikasi diabetes sehingga
lebih baik dalam memprediksi komplikasi.
Keterbatasan pemeriksaan HbA1c antara lain karena biaya mahal dan
hasil yang tidak bermakna pada kondisi tertentu oleh karena adanya factor
yang mempengaruhi hasil dari HbA1c.

E. Hubungan HbA1C dengan Diabetes Mellitus


Pemeriksaan kadar HbA1c merupakan salah satu pemeriksaan
yang digunakan untuk menegakkan diagnosis diabetes, baik tipe 1 maupun
tipe 2. Pemeriksaan ini juga berguna untuk mengetahui apakah control
penyakit diabetes baik atau tidak.
Pemeriksaan HbA1c sangat berguna untuk memantau
ketidakdisiplinan pasien dalam menjalani terapi/diet dan tidak
mencerminkan perubahan kadar glukosa harian sehingga tidak dapat
menggantikan pemeriksaan kadar glukosa darah tetapi lebih merupakan
indikator derajat kontrol diabetes melitus jangka panjang karena sifat
HbA1c yang relatif stabil sepanjang umur eritrosit dan tidak dipengaruhi
oleh faktor yang mempengaruhi metabolisme seperti diet,olah raga dan
waktu pengambilan (Unimus, 2011).
Kontrol pengukuran glikemik jangka panjang bisa dengan melihat
kadar hemoglobin terglikasi (HbA1c). HbA1c adalah penanda yang secara
rutin digunakan untuk kontrol glikemik jangka panjang dan digunakan
juga sebagai indikator terjadinya komplikasi pada pasien diabetes melitus.

6
HbA1c menggambarkan kadar gula darah selama 120 hari terakhir,
sementara kontrol glikemik sesaat dapat diukur dengan melihat kadar gula
darah puasa dan kadar gula darah selama 2 jam setelah makan siang
(Tarawifa et al., 2020).
Peningkatan presentase level HbA1c menunjukkan peningkatan
level glukosa yang ada di dalam darah itu digambarkan sebagai suatu
kondisi hiperglikemia. Keadaan hiperglikemia ini mempengaruhi kadar
glukosa masuk ke dalam glomelurus ginjal, keadaan inilah yang akan
menyebabkan arterioskleriosis hialin, peningkatan tekanan internal
glomelurus, peningkatan laju filtrasi glomelurus (hiperfiltrasi) yang mana
adalah tahap pertama nefropati diabetes, sel mesangial membentuk matriks
struktural meningkatkan permeabilitas jadi protein seperti albumin yang
harusnya tidak bisa masuk glomelurus menjadi lolos dalam filtrasi
(Tarawifa et al., 2020)
WHO menentukan cut-off point diagnosis diabetes melitus dengan
kadar HbA1c ≥ 6.5% atau setara 48 mmol/mol. Sedangkan seseorang
dengan kadar HbA1c 5.7-6.4% dianggap memiliki resiko tinggi untuk
menderita DM tipe 2 (Nabila, 2018).

F. Metode Pemeriksaan HbA1c


Metode pemeriksaan HbA1c dapat dibagi menjadi 3 kategori berdasarkan
cara pemisahan komponen hemoglobin, glikosilasi dan non glikosilasi:
a. Metode Kromatografi Pertukaran Ion (Ion Exchange Chromatography)
Prinsip dari metode ini adalah titik isoelektrik HbA1c lebih rendah dan
lebih cepat bermigrasi dibandingkan komponen Hb lainnya. Apabila
menggunakan metode ini harus dikontrol perubahan suhu reagen dan
kolom, kekuatan ion dan pH dari buffer (Widijanti dan Ratulangi, 2011).
b. Metode HPLC (High Performance Liquid Chromatography)

7
Gambar Alat Bio-Rad D-10
Metode ini memiliki prinsip yang sama dengan Ion Exchange
Chromatography, bisa diotomatisasi serta memiliki akurasi dan presisi
yang baik sekali. Metode ini juga direkomendasikan menjadi metode
referensi untuk pemeriksaan kadar HbA1c (Widijanti dan Ratulangi,
2011).
Prinsip pemeriksaan adalah pertukaran ion dengan metode High
performance Liquid Chromatography, yaitu :
1. Berdasarkan interaksi ion antara sampel bermuatan positif, fase
diam (analytical cartridge) dan fase gerak (campuran buffer)
2. Perubahan absorbansi diukur pada 415 nm
3. Persentase masing-masing fraksi dihitung berdasarkan luas area
chromatogram.
 Alat
1. Mesin BioRad D10
2. Spuit steril/Spuit holder/Needle Venoject
3. Tabung EDTA
4. Alkohol Swab 70 %
5. Kapas Kering
6. Plasterin
7. Tourniquet
8. Mikropipet 10 ul
9. Yellow tip
 Bahan
Darah vena dengan antikoagulan EDTA

8
 Cara Pengolahan Sampel
Prosedur pemeriksaan Kadar HbA1c Darah dengan alat D10 BioRad
1. Hidupkan alat dengan menekan tombol “ON/OFF” yang ada
disebelah kiri bawah.
2. Tekan “Start Up”, akan dimulai proses system check & warming
up 5 menit 30 detik.
3. Pastikan reagen yang terpasang pada alat cukup untuk
pemeriksaan, jika tidak cukup ganti reagen.
4. Turunkan terlebih dahulu reagent yang ingin diganti dari tempat
reagen (Reagent Tray)
5. Homogenisasi reagent yang baru kemudian buka tutupnya.
6. Lepas tutup selang reagent yang lama lalu dimasukkan ke dalam
reagent yang baru kemudian letakkan reagent baru pada reagent
tray D-10.
7. Ganti Catridge yang lama dengan yang baru.
8. Masukkan Disket → Menu Tab → Pilih Menu Lot Info → Klik
Update Kit Klik Update Now → Done → keluarkan kembali
disketnya.
9. Cek no. lot dan expired date masing-masing reagent yang sudah
diupdate, pastikan no. lot dan tanggal kadaluarsa yang di disket
sesuai dengan reagen yang dipasang.
10. Pilih menu Maintain → Klik Start Pump
11. Perhatikan ± 10 detik nilai di pressure, interval nilai yang stabil ±
5%, jika >5% tidak stabil, kemungkinan ada bubble/udara di selang
reagen (Manual Instruction D10 Bio-Rad, 2008)
Catatan: Hilangkan terlebih dahulu bubblenya (jika ada) dengan
menggunakan System Flush lewat menu : Maintain → Service →
Flush 1/2/W (untuk penggantian per reagent). Jika nilai pressure
sudah stabil lakukan prosedur selanjutnya.
12. Lakukan Priming Analitycal Catridge :

9
a) Larutkan Prime dengan 1 ml aquabidest, homogenisasi dan
biarkan 10-15 menit
b) Masukkan prime ke dalam sampel vial 1 ml.
c) Letakkan sampel vial ke dalam adapter yang telah diberi label
barcode PRIMER, posisikan di rack sampel nomor 1,
runningkan di alat D-10.
13. Lakukan prosedur kalibrasi dan kontrol
14. Lihat hasil kalibrasi yang akan muncul dalam print report.
Catatan: Jika kalibrasi gagal, Calibration Failed akan tercetak
pada print
15. Lihat hasil control yang akan muncul dalam print report.
16. Ulangi kalibrasi jika kalibrasi failed.
17. Ulangi kontrol jika tidak masuk dalam range, bila kontrol passed
maka sampel boleh dkerjakan
18. Lanjutkan dengan prosedur pengerjaan sampel
19. Tekan Lot Info
20. Pilih metode HbA1c
21. Tunggu sampai alat berpindah ke metode HbA1C; pada pojok
kanan dilayar tertulis HbA1c
22. Tekan start up
23. Alat ready dan secara otomatis pintu tempat sampel terbuka
24. Masukkan sampel darah EDTA 10 ul pada sampel vial kemudian
sampel vial masukkan kedalam rak dan tekan START
25. Hasil akan selesai dalam 10 menit (Manual Instruction D10 Bio-
Rad, 2008)
c. Metode Agar Gel Elektroforesis
Metode ini memiliki hasil yang berkorelasi dengan baik dengan HPLC
tetapi presisinya kurang dibandingkan HPLC. Hemoglobin F (HbF)
memberikan hasil positif palsu tetapi kekuatan ion, pH, suhu, HbS dan
HbC tidak banyak berpengaruh pada metode ini (Widijanti dan Ratulangi,
2011).

10
d. Metode Immunoassay (EIA)
Prinsip dari metode ini adalah ikatan yang terjadi antara antibodi dengan
glukosa dan antara asam amino-4 dengan 10 N-terminal rantai β.
Kelemahan dari metode ini adalah dipengaruhi oleh gangguan
hemoglobinopati dengan asam amino lengkap pada sisi yang berikatan dan
beberapa gangguan yang berasal dari HbF sehingga metodeini hanya
mampu mengukur HbA1c dan tidak dapat mengukur HbA1c yang labil
maupun HbA1A dan HbA1B.

e. Metode Affinity Chromatography

Gambar alat Alere afinion


Prinsip dari metode ini adalah glukosa yang terikat pada asam
maminofenilboronat. Keuntungan metode ini adalah non-glycated
hemoglobin serta bentuk labil dari HbA1c tidak mengganggu penetuan
hemoglobin glikasi, tidak dipengaruhi suhu, presisi baik, HbF, HbS dan
HbC hanya sedikit mempengaruhi metode ini (Widijanti dan Ratulangi,
2011).
Prinsip Alere afinion cartridge HbA1c berisi semua reagen yang
diperlukan untuk penentuan konsentrasi HbA1c. Bahan dikumpulkan
menggunakan perangkat pengambilan sampel terintegrasi dan cartridge
ditempatkan di alere afinion analyzer. Sampel darah otomatis diencerkan
dan dicampur dengan cairan yang melepaskan hemoglobin dari eritrosit.
Campuran sampel ini ditransfer ke konjugat asam boronic biru, yang
mengikat cis - diol hemoglobin terglikasi. Campuran reaksi ini direndam

11
melalui membran filter dan semua hemoglobin diendapkan, konjugat
terikat dan tidak terikat tetap berada pada membran. Hasil pemeriksaan
muncul pada monitor dalam bentuk angka dengan satuan persen (%).
 Alat
Alere afinion HbA1c, alere afinion cartridge HbA1c, jas
laboratorium, handscoon, masker, spuit 3 ml, torniquit / pengebat,
kapas alcohol 70 %, plester, tabung darah.
 Bahan
Bahan pemeriksaan adalah darah vena dengan antikoagulan EDTA.
 Cara pembuatan kontrol
Biarkan material kontrol berada pada suhu kamar ( 25ºC ) sebelum
digunakan, campur bahan kontrol dengan menggoyang botol
selama 30 detik., sampel dapat dipipet dari botol.
 Cara mengkontrol
Alere Afinion Ambil dan gunakan pipet kapiler dari Cartridge, isi
kapiler dengan larutan control sebanyak 1,5 µl melalui sisi yang
terbuka, pastikan bahwa kapiler terisi penuh (hindari adanya
gelembung udara, pipet kapiler hanya terbuka pada satu sisi, sisi
lainnya tertutup), masukkan pipet kapiler ke dalam cartridge (beri
label pada cartridge pada ID Area), masukkan cartridge ke dalam
cup cartridge, baca hasil pada monitor (Pembacaan harus dilakukan
dalam waktu 3 menit setelah kapiler terisi specimen)
 Cara kerja Alere Afinion
Hidupkan UPS, tekan tombol power ON (hidup) di atas kanan pada
alat, tunggu sampai temperatur pada alat stabil 30°C ( muncul
Running Self Test), cartridge HbA1c dikeluarkan dan dibiarkan
sampai temperature 30ºC, setelah alat stabil tekan simbol love
(merah) → Insert Cartridge, buka foil pouch, ambil dan gunakan
pipet kapiler dari cartridge, isi kapiler dengan darah sebanyak 1,5
µl melalui sisi yang terbuka, posisikan ujung tip menyentuh sampel
pasien (hindari adanya gelembung udara, pipet kapiler hanya

12
terbuka pada satu sisi, sisi lainnya tertutup), masukkan pipet
kapiler ke dalam cartridge (beri label pada cartdridge pada ID
Area), masukkan cartridge ke dalam cup cartridge, baca hasil pada
monitor (Pembacaan harus dilakukan dalam waktu 3 menit setelah
kapiler terisi specimen).
 Nilai Kontrol
Nilai kontrol HbA1c : 4,00 – 15,0 %

f. Metode Analisis Kimiawi dengan Kolorimetri


Metode ini memerlukan waktu inkubasi yang lama yaitu sekitar 2 jam
tetapi keuntungannya lebih spesifik karena tidak dipengaruhi oleh -
glycosylated ataupun glycosylated labil. Kerugiannya adalah waktu lama,
sampel besar dan satuan pengukuran yang kurang dikenal oleh klinisi yaitu
mmol/L (Widijanti dan Ratulangi, 2011)
g. Metode Spektrofotometri
Prinsip dari metode ini adalah penghilangan fraksi labil dari hemoglobin
dengan cara haemolysate kemudian ditambahkan agen penukar ion
kationik kemudian dibaca dengan instrument spektrofotometer pada
panjang gelombang 415 nm (Widijanti dan Ratulangi, 2011)

13
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
HbA1c merupakan substraksi dari hemoglobin A (HbA). HbA
paling umum ditemukan pada orang dewasa sekitar 91-95% dari total
hemoglobin. Kadar HbA1c normal dalam darah antara 4-6% gula dalam
darah. Kadar HbA1c yang semakin tinggi menimbulkan komplikasi
Pemeriksaan kadar HbA1c merupakan salah satu pemeriksaan
yang digunakan untuk menegakkan diagnosis diabetes, baik tipe 1 maupun
tipe 2 dikarenakan jumlah HbA1c memang seimbang dengan kadar gula
darah. Jadi, semakin tinggi kadar gula darah, maka kadar HbA1c akan
semakin meningkat

B. Saran
Kami menyadari masih banyak yang salah/keliru dalam penulisan
makalah ini oleh karena itu kritik dan saran sangat kami butuhkan untuk
perbaikan dari makalah ini agar kedepannya menjadi jauh lebih baik

14
DAFTAR PUSTAKA

Harefa E, 2011. Hba1c Standardization and recent updates. Makassar: Prodia


Laboratories.

Marbun. (2018). Pemeriksaan kadar hba1c pada penderita diabetes mellitus tipe ii
yang dirawat jalan di rsup h. adam malik medan, politeknik Kesehatan
Kemenkes RI.

Nabila. (2018). Hubungan kadar hba1c dengan kadar glukosa darah puasa pada
pasien penderita diabetes melitus tipe 2 di rumah sakit umum pusat haji
adam malik, Fakultas Kedokteran Univertas Sumatera Utara Medan.

Paputungan, S. R. dan Harsinen, S. 2014. Peranan Pemeriksaan Hemoglobin A1c


pada Pengelolaan Diabetes Melitus. Cermin Dunia Kedokteran. 41(9):
650-655.

Sacks DB, 2013. Hemoglobin A1c in Diabetes: Panacea or Pointless?


Diabetes;62(1):41-43

Tarawifa, S., Bonar, B. samuel, & Sitepu, I. (2020). Hubungan kadar HbA1c
dengan resiko nefropati diabetikum pada pasien DM tipe 2. Jurnal Ilmu
Kedokteran Dan Kesehatan, 7(April), 471–476.

Widijanti A, Ratulangi BT, 2011. Jenis pemeriksaan yang harus dilakukan


penderita diabetes. Malang: Laboratorium Patologi Klinik RSUD Dr.
Saiful Anwar/FK Unibraw.

15
Wulandari, I. A. T., Herawati, S., & Wande, I. N. (2020). Departemen Patologi
Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Udayana. Jurnal Medika Udayana,
Vol. 9, no. (1), hh. 71–75.

16

Anda mungkin juga menyukai