Alat :
2) Pencil
3) Spuit steril 1 ml
4) Bor telur
5) Selotip/kutek/lilin
6) Inkubator
Reagen :
Bahan :
Telur berembrio
Prosedur kerja :
Prosedur kerja :
Dekat dengan rongga udara di desinfektan dan dilubangi dengan bor telur.
Lubang bekas suntikan ditutup dengan kutek atau lilin dan telur diinkubasi di dalam
inkubator suhu 37C selama 3 – 7 hari
Telur diperiksa setiap hari untuk melihat apakah ada embrio yang mati. Jika ada
embrio yang mati atau embrio yang masih hidup setelah periode inkubasi
dikeluarkan dari inkubator dan didinginkan dalam kulkas selama 1 jam.
Telur didesinfeksi, kulit telur dipotong di atas batas rongga udara kemudian cairan
alanto amnionik dipanen menggunakan pipet pasteur dan ditampung dalam botol
atau beaker steril.
2. Intra Korio-alantois
Kulit telur dibor, pengeboranharus hati-hati jangan sampai menembus selaput korio
alantois atau mengenai pembuluh darah
Telur ditempatkan dengan poisisi horisontal, kemudian dibuat rongga udara tiruan
disamping dengan cara menyedot udara melaui lubang rongga udara
Setelah lubang udara berpindah ke samping, lubang udara semula pada rongga udara
ditutup dengan kutek atau lilin
Telur diinkubasi 37C selama 5607 hari dan diperiksa setiap hari untuk melihat
apakah ada embrio yang mati. Jika ada embrio yang mati atau embrio yang masih
hidup setelah periode inkubasi dikeluarkan dari inkubator dan didinginkan dalam
kulkas selama 1 jam
Telur didesinfeksi, kulit telur dipotong dekat rongga udara kemudian cairan alanto
amnionik dipanen menggunakan pipet pasteur dan ditampung dalam botol atau
beaker steril.
Selaput korio alantois diambil dan diperiksa perubahan seperti udema, penebalan
dan bintik atau bercak putih (pock atau plak).
Selaput korio alantois ini ditampung dengan cairan alanto amnionik tadi.
Menggunakan spuit 1 ml dan jarum 25 mm, telur diinokulum dengan suntikan tegak
lurus masuk ke selaput kuning telur.disedot sedikit untuk memastikan jarum telah
masuk kuning telur
Lubang telur ditutup dengan kutek atau lilin dan diinkubasi 37C selama 3-10 hari
atau sampai embrio menetas
Telur diperiksa setiap hari.jika ada embrio yang mati atau masih hidup selama
periode inkubasi maka segera dikeluarkan dan dimasukkan ke dalam kulkas
4. Intra amnionik
Kulit telur di atas rongga udara didesinfeksi kemudian kulit telur dibor
Lubang telur ditutup dengan kutek atau lilin dan diinkubasi 37C selama 2-4 hari
Telur diperiksa setiap hari. Jika ada embrio yang mati atau masih hidup selama
periode inkubasi maka segera dikeluarkan dan dimasukkan ke dalam kulkas 1 jam
5. Intra venous
kulit telur didesinfektan kemudian kulit telur dibor bentuk segitiga tepat di lokasi
pembuluh darah. Hati-hati jangan sampai menembus selaput korio alantois
supaya pembuluh darah jelas terlihat, kulit telur diusap dengan sedikit aseton
kulit telur ditutup kembali dengan potongan kulit telur semula kemudian ditutup
dengan selotip dan diinkubasi 37C selama 7 hari
Telur diperiksa setiap hari. Jika ada embrio yang mati atau masih hidup selama
periode inkubasi maka segera dikeluarkan dan dimasukkan ke dalam kulkas
b) Memanen specimen dari telur terinfeksi
Cairan alantois, amnionik, selaput korio alantois, selaput kuning telur dan embrio di
panen
Perubahan pada selaput korio alantois yang diamati meliputi: penebalan, bercak-bercak
putih, perdarahan di bawah kulit embrio dan kekerdilan.
Alat :
6. Mikroskop
Bahan :
3. Serum Sapi
4. PBS AB
5. Alkohol 70 %
6. Trypsin 0,25 %
Prosedur kerja :
b) Telur dibuka tepat di atas rongga udara dengan menggunakan gunting, kemudian
diambil di bagian leher dengan menggunakan pinset, ambil embrio (dikerjakan di
ruang steril/safety kabinet)
d) Bagian tubuh embrio dicuci dengan larutan PBS AB beberapa kali (2-3 kali) untuk
menghilangkan sel darah merah, dipindahkan ke cawan petri yang lain.
e) Bagian tubuh digunting kecil-kecil, kemudian dituangi dengan larutan tripsin 0,25%.
Dihomogenkan dan dimasukkan larutan ini ke dalam tabung sentrifuge dengan
memipetnya dengan pipet steril.
g) Dibuang bagian yang jernih, bagian yang keruh di tambahkan lagi dengan larutan
tripsin, lalu di sentrifuge kembali selama 10 menit dengan kecepatan 2500 rpm,
ulangi pengerjaan ini sampai ± 3 kali.
h) Hasil sentrifuge yang terakhir diambil bagian yang jernihnya, kemudian dipindahkan
kedalam flask.
i) Ditambah larutan MEM 1-2 ml, kocok, disaring dengan kasa steril, filtrat ditambah
dengan larutan MEM 5 ml, kocok, ditambah serum sapi 2ml, homogenkan.
j) Diamati dibawah mikroskop, tampak sel-sel yang terpisah merata dan transparan.
k) Disimpan di dalam inkubator 37ºC 5% CO2, dilihat pertumbuhan selnya tiap hari
dengan mikroskop.
2. Dengan pemanasan :
Pengerjaan seperti cara di atas (a, b, c, d, e) cairan tadi dimasukkan ke dalam flask
dengan pipet steril kemudian di putar dengan magnetik stirer diatas hot plate. (jangan
terlalu panas).
2. PEMBUATAN KULTUR JARINGAN (TISSUE CULTURE) DARI SEL HATI
DAN GINJAL ANAK AYAM
Tujuan : Mengetahui cara kulture jaringan sel hati dan ginjal anak ayam
Alat :
1. Petridisk 6. Mikroskop
5. Pipet tetes
Bahan :
Prosedur kerja :
Ginjal digunting kecil-kecil dalam media PBS AB tadi, kemudian ditambah larutan
tripsin.
Cairan atas dibuang dan endapan diambil. Ditambah larutan tripsin, lalu diputar lagi
(ulangi pengerjaan ini sebanyak 2-3 kali).
Dipindahkan ke dalam flask, ditambahkan larutan MEM sebanyak 1-2 ml, kocok,
disaring dengan kasa steril, lalu ditambah larutan MEM lagi sebanyak 5 ml dan serum
sapi 2 ml, homogenkan.
Diamati di bawah mikroskop, akan tampak sel-sel transparan dan terpisah merata.
Disimpan dalam inkubator 37°C dan setiap hari dilihat perkembangan selnya di bawah
mikroskop.
Setelah terbentuk satu lapis sel (monolayer) maka sel dicuci dengan PBS.
Sampel dimasukkan dalam media dan biarkan 30 menit untuk terjadinya absorbsi.
Sel ditambah dengan media dan diinkubasikan 2 atau 3 hari dengan diamati
sitopatologi efek (CPE)
Pada sampel yang positif akan ditemukan: matinya sel, giant sel, atau negri bodies