Anda di halaman 1dari 34

KELOMPOK 2

Nama Kelompok :
Citra Meilani 1713453003
Fitri Aliyah 1713453006
Nova Mardiana 1713453007
Ayu Novia 1713453009
Rania Desmaliya 1713453014
Jaya Sampurna 1713453027
Catherine Surya 1713453028
Asri Widya Ariani 1713453035
Rizky Adji Pangestu 1713453040
Stefani Reza Andrianti 1713453044
Mela Maroba 1713453046
Istiqomah 1713453047
Sheren Wina Reulista 1713453049
VIRUS

Virus adalah mikroorganisme terkecil, karenanya


ia dapat melewati saringan kuman, sehingga oleh
Beijerinck disebut contagium aiaum fluidunt.
Selain itu virus juga mempunyai tropisma
tertentu, ada virus neurotropik, virus
pneumotropik, virus dermatotropik, virus
viserotropik dan virus pantropik.
Pilihan metode untuk konfirmasi iaboratorium pada
infeksi virus bergantung pada stadium penyakit.
Isolasi virus atau deteksi antigen diperlukan
(1) bila terjadi epidemi baru,seperti influenza;
(2) bila uji serologi tidak berguna; dan
(3) bila penyakit klinis yang sama mungkin disebabkan
oieh banyak agen yang berbeda. Misalnya,
meningitis asepdk (nonbakterial) dapat disebabkan
oleh banyak virusbberbeda; demikian pula,
sindrom penyakit PernaPasan dapat disebabkan
oleh banyak virus serta mikoplasma dan agen-agen
lain.
Virus tidak dapat dibunuh dengan antibiotika, oleh
karena itu cara terbaik untuk mencegah penyakit
virus adalah dengan melakukan vaksinasi dan
meningkatkan biosekuriti.
Untuk mendiagnosa penyakit virus dapat dilakukan
dengan melakukan isolasi dan identifikasi agen
dari sampel yang diduga terinfeksi virus (diagnosa
sementara).
Pembiakan Virus Pada Telur Berembrio

Pembiakan virus terdiri :


1. pembiakan virus dengan hewan percobaan
(in vivo),
2. pembiakan virus dengan kultur jaringan (in
vitro) dan
3. pembiakan virus dalam telur berembrio ( in
ovo).
 Telur berembrio yang biasa digunakan adalah telur ayam
negeri, telur ayam kampung dan telur bebek. Umur dari
telur, cara penyuntikan, suhu pengeraman dan lamanya
pengeraman tergantung dari jenis virus yang akan
disuntikan.

 Embrio berada dalam kantung amnion yang berisi cairan


amnion yang berwarna putih jernih. Jika akan digunakan
telur untuk percobaan, maka telur tersebut tidak boleh
dicuci, sebab pada bagian luar telur ada semacam zat
seperti lilin yang berfungsi melindungi telur agar kuman
tidak dapat masuk ke dalam telur.

 Sebelum digunakan telur tersebut dimasukkan ke dalam


alat pengeram atau inkubator, letaknya tiap hari harus
diubah supaya tidak terjadi perlengketan selaput-selaput
bagian dalam telur dengan embrionya (supaya embrio
tersebut tetap ditengah-tengah).
Tujuan Dikembangbiakan Virus

 Mengetahui ciri-ciri fisik dan struktur kimia


pada tubuh virus
 Mempelajari prilaku dan cara virus
menginfeksi tubuh inang
 Mengetahui masa inkubasi dan siklus
reproduksinya
 Mengetahui kemungkinan penyebarannya
 Untuk pembuatan vaksin
Beberapa kemungkinan yang terjadi bila virus
ditanam atau disuntikan pada telur berembrio:
a. Embrio ayam akan mati
b. Pocks atau plaque akan tumbuh
c. Pembentukan antingen
ISOLASI VIRUS PADA TELUR
BEREMBRIO
Tujuan : Mengisolasi virus yang dicurigai dalam telur berembrio
Alat :
Alat peneropong posisi embrio
 Pencil
 Spuit steril 1 ml
 Bor telur
 Selotip/kutek/lilin
 Inkubator

 Reagen : Desinfektan ( Alkohol 70% atau yodium)

 Bahan : Telur berembrio


Prosedur kerja :

A. Penyuntikan telur berembrio


Metode Penyuntikan Intra alantois

Prosedur kerja :
1. Intra Selaput alantois
2. Digunakan telur berembrio umur 8-11 hari.
3. Dekat dengan rongga udara di desinfektan
dan dilubangi dengan bor telur.
4. Menggunakan tuberculin syring dengan jarum berukuran 25
gauge (16 mm), inokulum sebanyak 0,1 – 0,2 ml pertelur.
Disuntik dengan hati-hati langsung ke dalam selaput alantois.
Jarum tidak boleh digerak-gerakkan ke samping untuk
menghindari sobeknya selaput korio alantois dan matinya
alantois.
5. Lubang bekas suntikan ditutup dengan kutek atau lilin dan telur
diinkubasi di dalam inkubator suhu 37C selama 3 – 7 hari
6. Telur diperiksa setiap hari untuk melihat apakah ada embrio yang
mati. Jika ada embrio yang mati atau embrio yang masih hidup
setelah periode inkubasi dikeluarkan dari inkubator dan
didinginkan dalam kulkas selama 1 jam.
7. Telur didesinfeksi, kulit telur dipotong di atas batas rongga udara
kemudian cairan alanto amnionik dipanen menggunakan pipet
pasteur dan ditampung dalam botol atau beaker steril.
8. Embrio dikeluarkan dan diletakkan di dalam petri disk.
9. Perubahan diamati seperti perdarahan di bawah kulit,udema,dan
kerdil.
lanjutan
2. INTRA KORIO-ALANTOIS

1. Digunakan telur berembrio umur 10 - 11 hari.


2. Kulit telur dekat rongga udara dan sebelah samping didesinfeksi
3. Kulit telur dibor, pengeboranharus hati-hati jangan sampai menembus
selaput korio alantois atau mengenai pembuluh darah
4. Telur ditempatkan dengan poisisi horisontal, kemudian dibuat rongga
udara tiruan disamping dengan cara menyedot udara melaui lubang
rongga udara
5. Setelah lubang udara berpindah ke samping, lubang udara semula
pada rongga udara ditutup dengan kutek atau lilin
6. Inokulum sebanyak 0,1-0,2 ml,dimasukkan vertikal masuk di atas
selaput korio alantois.lubang ditutup dengan kutek atau lilin
7. Telur diinkubasi 37C selama 5607 hari dan diperiksa setiap hari untuk
melihat apakah ada embrio yang mati. Jika ada embrio yang mati atau
embrio yang masih hidup setelah periode inkubasi dikeluarkan dari
inkubator dan didinginkan dalam kulkas selama 1 jam
8. Telur diinkubasi 37C selama 5607 hari dan diperiksa setiap
hari untuk melihat apakah ada embrio yang mati. Jika ada
embrio yang mati atau embrio yang masih hidup setelah
periode inkubasi dikeluarkan dari inkubator dan
didinginkan dalam kulkas selama 1 jam
9. Telur didesinfeksi, kulit telur dipotong dekat rongga udara
kemudian cairan alanto amnionik dipanen menggunakan
pipet pasteur dan ditampung dalam botol atau beaker steril.
10. Embrio dikeluarkan dan diletakkan di dalam petri disk.
11. Selaput korio alantois diambil dan diperiksa perubahan
seperti udema, penebalan dan bintik atau bercak putih
(pock atau plak).
12. Selaput korio alantois ini ditampung dengan cairan alanto
amnionik tadi.
3. INTRA KUNING TELUR

1. Digunakan telur berembrio umur 6-8 hari


2. Telur diletakkan posisi tegak, kulit telur di atas rongga
udara didesinfektan kemudian dibor
3. Menggunakan spuit 1 ml dan jarum 25 mm, telur
diinokulum dengan suntikan tegak lurus masuk ke selaput
kuning telur.disedot sedikit untuk memastikan jarum
telah masuk kuning telur
4. Lubang telur ditutup dengan kutek atau lilin dan
diinkubasi 37C selama 3-10 hari atau sampai embrio
menetas
5. Telur diperiksa setiap hari.jika ada embrio yang mati atau
masih hidup selama periode inkubasi maka segera
dikeluarkan dan dimasukkan ke dalam kulkas
4. INTRA AMNIONIK

1. Digunakan embrio telur umur 10-11 hari


2. Posisi telut ditentukan dan diberi tanda dengan pensil
3. Kulit telur di atas rongga udara didesinfeksi kemudian
kulit telur dibor
4. Menggunakan spuit 1 ml dengan jarum 22 gauge
sebanyak 0,1-0,2 ml inokulum disuntikan langsung
menembus selaput amnionik. Jika jarum tepat masuk
selaput tersebut maka akan ada gerakan embrio
menyentuh ujung jarum
5. Lubang telur ditutup dengan kutek atau lilin dan
diinkubasi 37C selama 2-4 hari
6. Telur diperiksa setiap hari. Jika ada embrio yang mati atau
masih hidup selama periode inkubasi maka segera
dikeluarkan dan dimasukkan ke dalam kulkas 1 jam
5. INTRA VENOUS

1. Digunakan telur berembrio umur 10-12 hari


2. tentukan posisi pembuluh darah di bawah batas rongga udara
3. kulit telur didesinfektan kemudian kulit telur dibor bentuk
segitiga tepat di lokasi pembuluh darah. Hati-hati jangan sampai
menembus selaput korio alantois
4. supaya pembuluh darah jelas terlihat, kulit telur diusap dengan
sedikit aseton
5. Menggunakan spuit 1 ml dan jarum 16 mm (25 gauge) inokulum
dimasukkan melalui pembuluh darah dengan arah ke rongga
udara
6. kulit telur ditutup kembali dengan potongan kulit telur semula
kemudian ditutup dengan selotip dan diinkubasi 37C selama 7
hari
7. Telur diperiksa setiap hari. Jika ada embrio yang mati atau masih
hidup selama periode inkubasi maka segera dikeluarkan dan
dimasukkan ke dalam kulkas
LANJUTAN

6. Memanen specimen dari telur terinfeksi


7. Kulit telur didesinfeksi
8. Kulit telur dipotong tepat di atas batas
rongga udara
9. Cairan alantois, amnionik, selaput korio
alantois, selaput kuning telur dan embrio di
panen
10. Perubahan pada selaput korio alantois yang
diamati meliputi: penebalan, bercak-bercak
putih, perdarahan di bawah kulit embrio dan
kekerdilan.
PEMBUATAN KULTURE JARINGAN

A. PEMBUATAN KULTURE JARINGAN


CHICKEN EMBRIO FIBROBLAST (CEF)

 Tujuan : Mengetahui cara pembuatan


kulture jaringan CEF
 Alat : Pinset steril,Gunting steril,Petri
disk
 ,Safety kabinet,Sentrifuge,Mikroskop ,Beaker
glass,Kasa,Spuit 5 ml,10 ml,Tabung
Sentrifuge Flash
Bahan :
 Telur ayam berembrio 9-11 hari
 Media MEM 5-10 %
 Serum Sapi
 PBS AB
 Alkohol 70 %
 Trypsin 0,25 %

PROSEDUR KERJA
1. Cara Tanpa Pemanasan :
 Tangan, sarung tangan, gunting, pinset, telur disterilkan dengan alkohol
70 %.
 Telur dibuka tepat di atas rongga udara dengan menggunakan gunting,
kemudian diambil di bagian leher dengan menggunakan pinset, ambil
embrio (dikerjakan di ruang steril/safety kabinet)
 Masukkan embrio ayam ke dalam cawan petri, kemudian dipisahkan
dengan memotong bagian kepala, sayap, kaki, dan viscera/isi perut
embrio (bagian yang dipotong ini dibuang).
 Bagian tubuh embrio dicuci dengan larutan PBS AB beberapa kali (2-3
kali) untuk menghilangkan sel darah merah, dipindahkan ke cawan petri
yang lain.
 Bagian tubuh digunting kecil-kecil, kemudian dituangi dengan larutan
tripsin 0,25%. Dihomogenkan dan dimasukkan larutan ini ke dalam
tabung sentrifuge dengan memipetnya dengan pipet steril.
 Diputar dalam sentrifuge selama 10 menit dengan kecepatan 2500 rpm.
 Dibuang bagian yang jernih, bagian yang keruh di tambahkan lagi
dengan larutan tripsin, lalu di sentrifuge kembali selama 10 menit
dengan kecepatan 2500 rpm, ulangi pengerjaan ini sampai ± 3 kali.
 Hasil sentrifuge yang terakhir diambil bagian yang jernihnya, kemudian
dipindahkan kedalam flask.
 Ditambah larutan MEM 1-2 ml, kocok, disaring dengan kasa steril, filtrat
ditambah dengan larutan MEM 5 ml, kocok, ditambah serum sapi 2ml,
homogenkan.
 Diamati dibawah mikroskop, tampak sel-sel yang terpisah merata dan
transparan.
 Disimpan di dalam inkubator 37ºC 5% CO2, dilihat pertumbuhan selnya
tiap hari dengan mikroskop.
2. DENGAN PEMANASAN :
Pengerjaan seperti cara di atas (a, b, c, d, e) cairan tadi
dimasukkan ke dalam flask dengan pipet steril kemudian di
putar dengan magnetik stirer diatas hot plate. (jangan terlalu
panas).

PEMBUATAN KULTUR JARINGAN (TISSUE CULTURE)


DARI SEL HATI DAN GINJAL ANAK AYAM
 Tujuan : Mengetahui cara kulture jaringan sel hati dan
ginjal anak ayam
 Alat : Petridisk,Sentriufuge,Tabung sentrifuge,Beaker
glass,Pipet tetes,Mikroskop,Pinset steril,Spuit,Botol/flask
 Bahan :

Anak ayam umur 2-3 hari
 PBS AB
 Larutan MEM
 Serum sapi
 Alkohol 70%
 Larutan Tripsin
Prosedur kerja

1. Anak ayam yang sudah disembelih disemprot/disterilkan dengan alkohol 70%.


Kemudian di bedah, bagian ginjal diambil dan dipindahkan ke petridisk.
2. Dicuci dengan larutan PBS AB sebanyak 2-3 kali.
3. Ginjal digunting kecil-kecil dalam media PBS AB tadi, kemudian ditambah
larutan tripsin.
4. Dipindahkan ke dalam tabung sentrifuge, dan di putar dalam sentrifuge
selama 10 menit dengan kecepatan 2500 rpm.
5. Cairan atas dibuang dan endapan diambil. Ditambah larutan tripsin, lalu
diputar lagi (ulangi pengerjaan ini sebanyak 2-3 kali).
6. Cairan atas dibuang dan endapan dicuci dengan PBS AB.
7. Dipindahkan ke dalam flask, ditambahkan larutan MEM sebanyak 1-2 ml,
kocok, disaring dengan kasa steril, lalu ditambah larutan MEM lagi sebanyak 5
ml dan serum sapi 2 ml, homogenkan.
8. Diamati di bawah mikroskop, akan tampak sel-sel transparan dan terpisah
merata.
9. Disimpan dalam inkubator 37°C dan setiap hari dilihat perkembangan selnya di
bawah mikroskop.
Cara Inokulasi sel

 Setelah terbentuk satu lapis sel (monolayer)


maka sel dicuci dengan PBS.
 Sampel dimasukkan dalam media dan
biarkan 30 menit untuk terjadinya absorbsi.
 Sel ditambah dengan media dan
diinkubasikan 2 atau 3 hari dengan diamati
sitopatologi efek (CPE)
 Pada sampel yang positif akan ditemukan:
matinya sel, giant sel, atau negri bodies
Beberapa contoh penggunaan telur
berembrio untuk membiakan virus
1. Virus Ebola
Digunakan telur berembrio berumur 10-13 hari,
disuntik dengan meneteskan bahan pemeriksaan pada
CAM (Chorio Allantois Membrane). Telur kemudian di
eramkan pada suhu 35-36C selama 3x24 jam, kemudian
di lihat ada tidaknya pocks pada CAM.

2. Virus Influenza
Digunakan telur berembrio berumur 10-14 hari,
disuntik secara intra amnion. Eramkan pada suhu 37C
selama 2 atau 3 hari tergantung jenis virus influenza,
kemudian telur dibongkar dan cairan amnion yang
penuh dengan virus diambil.
3. Virus Herpes Simplex
Digunakan telur berembrio berumur 12 hari,
disuntik dengan meneteskan bahan pemeriksaan
pada CAM. Setelah dieramkan terlihat pocks pada
CAM. Untuk virus Herpes simplex ini, bisa
digunakan pula telur berembrio berumur 7 hari
yang disuntik intra yolk sac, maka embrio ayam
akan mati.

4. Virus penyeybab Q Fever


Digunakan telur berembrio berumur 5-7 hari,
disuntik secara intra Yolk Sac, kemudian dieramkan
pada suhu 36-37C selama 5-7 hari. Yolk sac akan
penuh dengan virus penyebab Q Fever
Beberapa kemungkinan bila virus ditanam atau disuntikan
pada telur berembrio :

a. Embrio ayam akan mati


Misalnya : Virus Japanese B Ecephalitis yang
disuntikan secara intra yolk sac.

b. Akan tumbuh pocks atau plaques Pocks


adalah bintik-bintik putih berbentuk bundar
dan menonjol pada permukaan CAM
Plaques adalah bintik-bintik putih berbentuk
bundar tapi tidak menonjol dari permukaan
CAM.
Virus yang dapat membentuk pocks adalah :
 Virus Variola
 Virus Vaccinia
 Virus Cowpox
 Virus Foo Pox
 Virus B Enchepalitis

 Sedangkan virus yang membentuk plaques


adalah virus Herpes Simplex.
Pembentukan Antigen
Antigen yang terbentuk ada 2 macam, yaitu antigen
haemaglutinin dan antigen ikatan komplemen.
Misalnya : Virus yang membentuk antigen tersebut adalah
Virus Influenza dan virus Mumps.

Daya infeksi virus terhadap hewan atau manusia berubah


menjadi virulen atau kurang virulen.
Misalnya virus influenza yang disuntikan secara intra amnion
masih dapat menyebabkan sakit pada manusia, tapi tidak
pada tikus. Lalu bisa dilakukan passage lanjutan pada intra
allantois, maka virus menjadi kurang virulen pada manusia
dan menjadi lebih virulen pada tikus (tikus bisa sakit, bahkan
sampai mati).
PEMERIKSAAN INVIVO

 Kulit manusia terdiri atas epidermis dan


dermis. Kulit berfungsi sebagai alat ekskresi
karena adanya kelenjar keringat (kelenjar
sudorifera) yang terletak di lapisan dermis.
 Struktur anatomi
 Epidermis
 Dermis
Fungsi

Kulit memiliki beberapa fungsi:


 Sebagai alat pengeluaran berupa kelenjar
keringat.
 Sebagai alat peraba.
 Sebagai pelindung organ dibawahnya.
 Tempat dibuatnya Vit D dengan bantuan
sinar matahari.
 Pengatur suhu tubuh.
 Tempat menimbun lemak.
Pleura

pleura adalah penumpukan cairan diantara dua


lapisan pleura yang membungkus paru-paru. Dua
lapisan pleura terdiri dari lapisan dalam (visceral)
yang melekat langsung pada paru-paru dan lapisan
luar (parietal) menempel pada dinding dada.
Cairan yang diproduksi pleura ini sebenarnya
berfungsi sebagai pelumas yang membantu
kelancaran pergerakan paru-paru ketika bernapas.
Namun ketika cairan tersebut berlebihan dan
menumpuk, maka bisa menimbulkan gejala-gejala
tertentu.
Yg mengambil spesimen.
 Dokter spesialis paru.

Alat dan Bahan


 Sarung tangan
 Masker
 Duk berlubang
 Baju operasi
 Semprit 5 ml dengan jarum Nozi ( steril ) berisi 1 % lidokain
HCl
 Beberapa semprit 10 ml ( steril )
 Jarum punksi no. 18-21 ( sesuai kebutuhan )
 Keran 3 arah ( 3-way stopcock )
 Tabung-tabung steril untuk pemeriksaan laboratorium
Cara pengambilan
1. Beritahu orang tua pasien tindakan yang akan dilakukan
2. Informed consent
3. Cuci tangan
4. Pakai sarung tangan steril
5. Beri pasien sedative agar tenang, kemudian posisikan anak setengah duduk, dengan
kedua lengan diangkat keatas
6. Bersihkan daerah pungsi dengan larutan antiseptik
7. Lakukan anestesi lokal
8. Tusukkan semprit dengan jarum no. 18-21 ( sesuai kebutuhan ) diantara tulang iga
dengan posisi menghisap , sehingga bila jarum mencapai cairan / udara, maka
cairan / udara akan mengalir segera kedalam semprit
9. Bila keluar cairan yang purulen / nanah maka semprit dan jarum dapat diganti dengan
jarum yang lebih besar yang dihubungkan dengan kran 3 arah dan selang
penghubungnya untuk dapat mengeluarkan cairan sebanyak-banyaknya
10. Cairan ditampung untuk pemeriksaan laboratorium yang diperlukan
11. Bekas tusukan diberi salep povidon-iodium dan ditutup dengan kassa steril
12. Cuci tangan

Anda mungkin juga menyukai