Anda di halaman 1dari 36

PEMERIKSAAN KIMIA DARAH (GLUKOSA, UREUM,

KREATININ) DENGAN MENGGUNAKAN ALAT PICTUS 400


DIATRON
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI…………………………………………………………….... vii

DAFTAR GAMBAR…………………………………………………….. viii

DAFTAR TABEL……………………………………………………...... ix

BAB 1 PENDAHULUAN………...………………………………………. 1

A. LATAR BELAKANG………………..……………………………. 1
B. TUJUAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN………………………. 2
C. TEMPAT DAN WAKTU PELAKSANAAN…………………….. 2
D. PROFIL LAHAN………………………………………………….. 2

BAB II TINJAUAN PROSEDUR……………………………………….. 9

A. ILUSTRASI PROSEDUR……………………………….....……… 9
B. URAIAN PROSEDUR……………………………………………. 10
C. IDENTIFIKASI…………………………………………………… 18
D. PEMBATASAN MASALAH…………………………………….. 18
E. RUMUSAN MASALAH……………………….…………………. 19

BAB III ANALISIS PUSTAKA……………………………….………… 20

A. TINJAUAN TEORI……………………………..…………………. 20
B. ANALISIS SWOT…………………………….…………………… 26
C. PEMBAHASAN……………….…………………………………... 27

BAB IV PENUTUP…………….…………………………………………. 33

A. SIMPULAN……………………………………………………….. 33
B. SARAN…………………………………………………………….. 33

i
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman
1 Struktur Organisai Laboratorium dan Bank Darah 8

2 Kurva Levey Jennings dari Nilai Bahan Kontrol 29


Untuk Pemeriksaan Glukosa Darah.
3 Kurva Levey Jennings dari Nilai Bahan Kontrol 30
Untuk Pemeriksaan Ureum
4 Kurva Levey Jennings dari Nilai Bahan Kontrol 31
Untuk Pemeriksaan Kreatinin

ii
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman
1 Alur Pemeriksaan 10

2 Biaya Pemeriksaan Kimia Darah 11


3 Nilai Bahan Kontrol untuk Pemeriksaan Glukosa 29
4 Nilai Bahan Kontrol untuk Untuk Pemeriksaan Ureum 30
5 Nilai Bahan Kontrol untuk Pemeriksaan Kreatinin 31

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Kemajuan ilmu dan teknologi yang semakin pesat pada masa
kini terutama di bidang kesehatan menuntut sumber daya yang
berkembang serta profesional salah satunya adalah teknologi
laboratorium medis. Teknologi laboratorium medis merupakan profesi
yang bergerak dalam lingkup laboratorium. Keterampilan dan keahlian
merupakan modal utama yang harus ditingkatkan dalam
profesionalitas. Profesionalisme tersebut dapat tercapai dengan cara
peningkatan mutu baik teori maupun praktiknya.

1
BAB II
TINJAUAN PROSEDUR

A. Ilustrasi Prosedur
Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kabupaten Karanganyar
merupakan rumah sakit milik Pemerintah Daerah Kabupaten
Karanganyar. RSUD Karanganyar memiliki instalasi laboratorium yang
merupakan inslatasi penunjang diagnostik yang mempunyai
kedudukan fungsi dan peran penting bagi tercapainya peningkatan
mutu pelayanan rumah sakit.
Salah satu pemeriksaan yang sering dilakukan di Laboratorium
adalah Kimia Darah (Glukosa, Ureum, Kreatinin). Pemeriksaan
glukosa darah, ureum dan kratinin metode spektrofotometri lebih
banyak dilakukan di laboratorium karena dianggap ketelitiannya lebih
tinggi, sehingga diperoleh hasil yang lebih akurat (Subiyono, 2016).
Pemeriksaan Kimia Darah (Glukosa, Ureum, Kreatinin) di laboratorium
Rumah Sakit Umum Daerah Karanganyar menggunakan metode
spektrofotometri menggunakan Clinical Chemistry Analyzer merek
Pictus 400 Diatron.

2
3

1. Uraian Prosedur
Tabel 1. Alur Pemeriksaan di laboratorium RSUD Karanganyar

PASIEN ANALIS ADMINISTRASI

MULAI

Melakukan Mencetak barcode


pendaftaran untuk pasien

Melakukan konsultasi
kepada dokter

Memberikan barcode dan Menerima barcode


hasil konsuktasi ke dan hasil konsultasi
Laboratorium pasien

Memberikan sampel Melakukan


pemeriksaan pengambilan sampel

Pasien umum Memberikan


melakukan pembayaran kwitansi lunas

Menerima kwitansi

Mengeluarkan hasil
pemeriksaan

Melakukan validasi
oleh analis

Melakukan
Melakukan verivikasi
pengambilan hasil
oleh dokter
pemeriksaan

Selesai
4

1. Unit Cost (Harga Satuan)


Unit Cost atau harga satuan adalah jumlah biaya
yang diperlukan setiap satu jenis pemeriksaan laboratorium
Kesehatan. Langkah-langkah menghitung tarif laboratorium
kesehatan yaitu mempersiapkan data-data yang diperlukan
sebagai berikut :
 Jumlah dan jenis pemeriksaan dalam 1 tahun.
 Bahan Habis Pakai (BHP) yang dipakai dalam 1 tahun.
 Biaya Bahan Kontrol yang dipakai dalam 1 tahun.
 Biaya diklat, honor dan insentif.
 Biaya Investasi.

Tabel 2. Biaya Pemeriksaan Kimia Darah di Laboratorium RSUD


Karanganyar
Nama Biaya
Tindakan Bagian Unit Cost Jasa Pemeriksaan

Glukosa Laboratorium 20.000 15.000 35.000

Ureum Laboratorium 20.000 15.000 35.000

Kreatinin Laboratorium 22.000 15.000 37.000

Berdasarkan Tabel 2 diatas pemeriksaan kimia


darah di Laboratorium RSUD Karanganyar biaya
pemeriksaan diperhitungkan dari unit cost dan jasa. Dimana
unit cost termasuk reagen dan alat habis pakai, contohnya
tabung vacum, spuit, jarum dan APD (Sarung tangan dan
masker). Sedangkan untuk jasa yaitu rumah sakit dan jasa
pelayanan.
5

Pemeriksaan Kimia Darah (Glukosa, Ureum, Kreatinin) dengan


menggunakan Clinical Chemistry Analyzer merek Pictus 400 Diatron
harus dilakukan dengan tepat dan teliti. Ada beberapa faktor yang
menentukan ketepatan dan ketelitian hasil dari suatu pemeriksaan
yang terbagi menjadi tiga yaitu faktor pra analitik, faktor analitik, dan
faktor post analitik.
1. Faktor Pra Analitik
a. Tahapan persiapan pra analitik laboratorium meliputi
pengambilan spesimen dan penanganannya merupakan hal
yang harus diperhatikan untuk mendapatkan hasil yang tepat
dan akurat. Faktor pra analitik yang perlu diperhatikan sebelum
melakukan pemeriksaan kimia darah (Glukosa, Ureum,
Kreatinin) menggunakan Clinical Chemistry Analyzer merek
Pictus 400 Diatron antara lain:
1) Pemberian Identitas pasien atau spesimen merupakan hal
penting, baik saat pengisian formulir, pendaftaran, pengisian
label wadah. Formulir permintaan pemeriksaan laboratorium
sebaiknya memuat :
a. Tanggal permintaan
b. Tanggal dan jam pengambilan spesimen
c. Identitas pasien (nama, umur, jenis kelamin,
alamat/ruang) termasuk rekam medis dan NRK (Nomor
Register Kunjungan)
d. Identitas pengirim nama, alamat, no telpon
e. Nomor Laboratorium
f. Diagnosa klinik
g. Pemeriksaan laboratorium yang diminta
h. Lokasi pengambilan specimen
i. Volume spesimen
j. Transpor media/pengawet yang digunakan
k. Nama pengambil spesimen
6

l. Label wadah yang dikirim ke laboratorium memuat :


- Nama
- Tanggal lahir
- Alamat
- Nomor RM dan NRK
- Bangsal
2) Spesimen untuk pemeriksaan kimia darah (Glukosa, Ureum,
Kreatinin) paling baik yakni sampel serum dari darah vena.
3) Pengambilan darah vena dilakukan pada vena mediana
cubiti, vena saphena magna atau supervisial lain yang cukup
besar untuk mendapatkan sampel darah yang sesuai
dengan keperluan serta representatif dengan menggunakan
tabung vacuttainer.
4) Persiapkan alat dan bahan yang hendak digunakan, yakni
alcohol swab, spuit 3 cc, jarum spuit, tourniquet, tabung
vakum dengan tutup warna merah, dan plester.
5) Berikut merupakan prosedur pengambilan darah vena
menggunakan tabung vacuttainer :
a) Lakukan penjelasan pada pasien (apa yang hendak
dilakukan terhadap pasien, serta efek rasa sakit yang
mungkin akan dirasakan oleh pasien sewaktu dilakukan
pengambilan darah).
b) Letakkan tangan pasien pada posisi lurus dengan telapak
tangan menghadap keatas sambil mengepal. Ambil spuit
dengan ukuran sesuai jumlah darah yang akan diambil,
cek jarum spuit beserta plungernya.
c) Lakukan pembendungan pada daerah proximal kira-kira
4-5 jari (± 10 cm) dari siku tangan. Pembendungan tidak
boleh terlalu lama (waktu pembendungan terbaik 1 menit
dan maksimal 2 menit).
7

d) Pilih bagian vena yang akan ditusuk (vena mediana


cubiti) yang tidak ada peradangan dan tidak sedang
diinfus.
e) Pegang spuit dengan tangan kanan, kencangkan
jarumnya dan dorong plunger spuit hingga ke ujung
depan.
f) Fiksasi pembuluh darah vena yang akan ditusuk
menggunakan jari tangan.
g) Lakukan desinfeksi daerah yang akan ditusuk dengan
alcohol swab dan biarkan hingga kering.
h) Tusukkan jarum dengan sisi menghadap keatas
membentuk sudut 15-30° sampai ujung jarum masuk ke
dalam pembuluh darah vena pasien dan terlihat darah
pada indikator spuit.
i) Tahan spuit dengan tangan kiri agar tidak terlepas.
j) Penghisap spuit ditarik pelan-pelan hingga didapatkan
volume darah yang diperlukan.
k) Kepalan tangan dibuka pelan-pelan, lepaskan
bendungan, kemudian cabut jarum dengan menekan
kapas kering beberapa menit untuk mencegah
perdarahan, beri plester.
l) Alirkan darah dalam tabung vacuttainer melalui
dindingnya supaya tidak terjadi hemolisa.
m) Jarum bekas pakai dibuang kedalam box safety.
n) Beri label identitas pasien pada tabung vacuttainer.
o) Perhatikan petunjuk khusus penanganan spesimen.
p) Ucapkan terima kasih, salam, dan beri nomor lab untuk
mengambil hasil pemeriksaan kepada pasien.
q) Handscoon dilepaskan lalu dibuang ke tempat sampah
medis dan segera lakukan hand hygiene.
8

r) Spesimen dikirim ke tempat pemeriksaan sesuai dengan


jenis pemeriksaan yang diminta.
6) Pembuatan serum
a. Darah yang sudah ditampung pada tabung vacum
bertutup warna merah dibiarkan membeku,
b. Setelah sampel darah beku, sampel darah dicentrifuge
dengan kecepatan 6000 rpm selama 10 menit.
c. Serum siap digunakan
d. Serum yang memenuhi syarat yaitu tidak lipemik
(berwarna putih susu), tidak ikterik (warna kekuningan),
dan tidak lisis.
e. Jika terdapat sampel yang lisis maka harus dilakukan
pengambilan darah ulang atau tetap dilakukan
pemeriksaan jika sampel tidak mengganggu hasil
pemeriksaan.

2. Faktor Analitik
Faktor analitik merupakan faktor yang mempengaruhi hasil
saat pemeriksaan dilakukan. Adapun yang termasuk ke dalam
faktor analitik tersebut yakni alat yang digunakan untuk
pemeriksaan (Pemantapan Mutu Internal Laboratorium). Faktor
tersebut perlu diperhatikan agar alat yang digunakan dapat
memberikan hasil pemeriksaan laboratorium yang tepat dan akurat.
Cara kerja Pemeriksaan Kimia Darah (Glukosa, Ureum,
Kreatinin) menggunakan metode Fotometri dengan alat Clinical
Chemistry Analyzer merek Pictus 400 Diatron yaitu :
1) Persiapan reagen
a) Siapkan reagen yang akan digunakan untuk pemeriksaan
b) Masukkan reagen kedalam cup reagen
c) Tempatkan cup reagen pada alat yang telah disiapkan pada
alat atau pada tray alat.
9

2) Persiapan Sampel
a) Ambil sampel serum yang sudah siap dipakai dengan
menggunakan micropipet.
b) Masukkan kedalam cup yang akan digunakan kedalam alat
Clinical Chemistry Analyzer merek Pictus 400 Diatron.
3) Penggunaan alat Clinical Chemistry Analyzer merek Pictus
400 Diatron
a) Pastikan alat mendapat aliran listrik berdasarkan kabel
tertancap pada stop kontak, nyalakan UPS
b) Tekan tombol on/off diatas mesin. Nyalakan monitor dan
komputer
c) Klik dua kali icon autoanalyser, tunggu sampai muncul
”confirm will in it now?‟‟ lalu klik “yes” Program sampel start.
d) Masukkan sampel ID dan nama pasien, double klik
parameter di “methode in use” untuk memilih parameter yang
akan dikerjakan/ diperiksa.Klik (+) untuk menambah sampel
dan (-) untuk menghapus.
e) Setelah pemograman selesai klik “to Tray” kemudian klik
“OK”.
f) Masukkan sampel ke tray (tempat sampel), pastikan tempat
sampel dan program sama.Klik gambar kunci kemudian klik
“continue” untuk memulai pemeriksaan.

3. Faktor Post Analitik


Faktor post analitik meliputi pencatatan hasil, validasi, quality
control, kalibrasi
a. Tahapan Validasi Hasil
Faktor post analitik merupakan faktor yang mempengaruhi
setelah pemeriksaan dilakukan, misalnya pencatatan dan
pelaporan hasil. Sebelum hasil pemeriksaan dikeluarkan dan
diberikan kepada pasien atau keluarga pasien, sebaiknya perlu
10

dilakukan validasi hasil pemeriksaan pasien. Proses validasi


hasil di laboratorum Rumah Sakit Umum Daerah Karanganyar
dilakukan dengan mengkonfirmasi hasil pemeriksaan sebelum
dikeluarkan pada LIS (Laboratory Information System). Selain itu
hasil juga dapat diteruskan pada HIS (Hospital Information
System) apabila pasien sedang dilakukan perawatan intensif di
bangsal rumah sakit. Tahap pengeluaran hasil meliputi penulisan
validasi pada hasil pemeriksaan disesuaikan dengan hasil yang
telah disetujui pada LIS. Validasi dilakukan oleh
penanggungjawab laboratorium atau dokter spesialis patologi
klinik atau petugas yang telah mendapatkan delegasi untuk
memvalidasi hasil.

b. Quality control Clinical Chemistry Analyzer merek Pictus 400


Diatron
1) Aktifkan input sampel baru.
2) Masukkan nomor protokol, nama, jenis kelamin, usia dan
terminal. Nomor protokol harus selalu ada; data lain bersifat
opsional.
3) Buka tabel Metode yang Digunakan dikombinasikan dengan
Tabel Panel.
4) Klik dua kali semua metode yang diinginkan dalam tabel
Metode yang Digunakan atau Panel dari bagian bawah tabel.
Atau, dapat mengekspor profil langsung dari Tabel Panel.
5) Untuk Standar, di kolom "Konsentrasi", masukkan nilai
konsentrasi yang ditetapkan, dalam unit yang sama yang
didefinisikan dalam metode, KECUALI DALAM METODE
MULTIPOINT.
6) Untuk sampel kontrol tentukan, di kolom Min dan Max, nilai
target bawah dan atas, juga dalam unit yang ditentukan
11

dalam metode. Sertakan juga Nomor Lot dan Tanggal


Kedaluwarsa.
7) Untuk memasukkan standar dan kontrol, lakukan sebagai
berikut:
8) Saat menekan tombol ini, pemilihan tab yang benar akan
terbuka.
9) Pilih standar yang diinginkan.
10) Setelah semua sampel yang diinginkan ada di tabel, tekan
tombol "to tray" dan sampel akan dikirim ke tray.
11) Pilih standar yang diinginkan dan kemudian tekan Ke Baki
untuk mengirim ke tray.
12) Buka Tabel Metode yang Digunakan
13) Pilih dengan klik dua kali
14) Ulangi prosedur dengan sampel kontrol yang sudah
ditentukan dalam Tabel Panel. Tekan tombol Panel di bagian
yang diinginkan (Sampel, Standar, Kontrol). Dalam Sampel
dan Statistik, Tabel Panel dibuka di Profil, di Standar terbuka
di Standar dan di Kontrol terbuka di kontrol, dapat
mengekspor sampel sebanyak yang inginkan, bahkan
mengulangi sampel yang sama.
15) Kontrol dan Standar dipilih secara otomatis dengan mengklik
dua kali pada Nama dan ditransfer dengan namanya. Untuk
sampel, profil ditransfer tanpa nama dan ke nama sampel
atau protokol yang dipilih sebelumnya.
16) Ketika panel dipilih, daftar komponen ditampilkan. Kondisi
default adalah dengan semua komponen diperiksa dan
semua dipilih. Operator hanya dapat memilih bagian panel
yang akan diukur.
17) Dari Tabel Sampel, standar ekspor dan kontrol ke tray.
Menekan tombol “to tray”.
12

B. Identifikasi
Pembuatan laporan PKL ini dimaksudkan untuk mengetahui
pemeriksaan Kimia Darah (Glukosa, Ureum, Kreatinin)
menggunakan alat Clinical Chemistry Analyzer merek Pictus 400
Diatron di Instalasi Laboratorium RSUD Karanganyar.

C. Pembatasan Masalah
1. Penulis ingin mengetahui kelebihan dan kelemahan, metode,
quality control, Alat Pemeriksaan Kimia Darah (Glukosa, Ureum,
Kreatinin) dengan menggunakan alat Clinical Chemistry Analyzer
merek Pictus 400 Diatron.
2. Penulis hanya menggunakan sumber pustaka dalam melakukan
analisis SWOT.
D. Rumusan Masalah
Bagaimana prosedur Pemeriksaan Kimia Darah (Glukosa,
Urum, Kreatinin) dengan menggunakan alat Clinical Chemistry
Analyzer merek Pictus 400 Diatron di Instalasi Laboratorium RSUD
Karanganyar ?
BAB III
ANALISIS PUSTAKA

A. Tinjauan Teori
1. Pemeriksaan Glukosa Darah
Glukosa darah di dalam tubuh berfungsi untuk bahan bakar
bagi proses metabolisme dan juga sumber energi utama bagi otak.
Glukosa darah adalah gula yang terdapat dalam darah yang
terbentuk dari karbohidrat dalam makanan dan disimpan sebagai
glikogen di hati dan otot rangka.
Jumlah kadar glukosa dari pemeriksaan glukosa darah
sewaktu yang menunjukkan jumlah nilai ≥140 mg/dl atau glukosa
darah puasa menunjukan nilai >120 mg/dl ditetapkan sebagai
diagnosis diabetes melitus.
Glukosa darah adalah parameter untuk mengetahui penyakit
diabetes melitus yang dahulunya dilakukan terhadap darah
lengkap. Karena eritrosit memiliki kadar protein yaitu hemoglobin
yang lebih tinggi sehingga bila dibandingkan dengan darah lengkap
serum lebih banyak glukosa.
Pemeriksaan kadar glukosa darah dapat menggunakan
darah lengkap seperti serum atau plasma. Serum lebih banyak
mengandung air dari pada darah lengkap, sehingga serum berisi
lebih banyak glukosa dari pada darah lengkap. Kadar glukosa
darah dapat ditentukan dengan berbagai metode berdasarkan sifat
glukosa yang dapat mereduksi ion-ion logam tertentu, atau dengan
pengaruh enzim khusus untuk menghasilkan glukosa, yaitu enzim
glukosa oksidase. Enzim glukosa oksidase merupakan senyawa
yang mengubah glukosa menjadi asam glukonat (Subiyono, 2016).
Glukosa merupakan salah satu karbohidrat penting yang
digunakan sebagai sumber tenaga. Glukosa dapat diperoleh dari
makanan yang mengandung karbohidrat. Glukosa berperan

13
14

sebagai molekul utama bagi pembentukan energi di dalam tubuh,


sebagai sumber energy utama bagi kerja otak dan sel darah merah.
Glukosa dihasilkan dari makanan yang mengandung
karbohidrat yang terdiri dari monosakarida, disakarida dan juga
polisakarida. Karbohidrat akan konversikan menjadi glukosa di
dalam hati dan seterusnya berguna untuk pembentukan energy
dalam tubuh. Glukosa tersebut akan diserap oleh usus halus
kemudian akan dibawa oleh aliran darah dan didistribusikan ke
seluruh sel tubuh.
Glukosa yang disimpan dalam tubuh dapat berupa glikogen
yang disimpan pada plasma darah dalam bentuk glukosa darah
(blood glucose). Fungsi glukosa dalam tubuh adalah sebagai bahan
bakar bagi proses metabolisme dan juga merupakan sember utama
bagi otak. Energi untuk sebagian besar fungsi sel dan jaringan
berasal dari glukosa. Pembentukan energi alternatif juga dapat
berasal dari metabolisme asam lemak. Tetapi jalur ini kurang
efisien dibandingkan dengan pembakaran langsung glukosa.
Proses ini juga di hasilkan metabolit-metabolit asam yang
berbahaya apabila dibiarkan oleh beberapa mekanisme homeolitik
yang dalam keadan sehat dapat mempertahakan kadar dalam
rentang 70 sampai 110 mg/dl dalam keadaan puas. Metabolisme
glukosa menghasilkan asam piruvat, asam laktat, dan asetil-
coenzim A.
Glukosa darah dikatakan abnormal apabila kurang atau
melebihi nilai rujukan. Nilai rujukan glukosa adalah pada rentang
60-110 mg/dl. Kadar gula darah yang terlalu tinggi dinamakan
hiperglikemia. Kadar glukosa kurang dari normal dinamakan
hipoglikomia. Dalam tubuh manusia glukosa yang telah diserap
oleh usus halus kemudian akan terdistribusi ke dalam semua sel
tubuh melalui aliran darah.
15

2. Pemeriksaan Ureum
Ureum merupakan produk akhir katabolisme protein dan
asam amino yang diproduksi oleh hati dan didistribusikan melalui
cairan intraseluler dan ekstraseluler ke dalam darah untuk
kemudian difiltrasi oleh glomerulus (Gowda, 2010).Pengukuran
ureum serum dapat digunakan untuk mengevaluasi fungsi ginjal,
status hidrasi, menilai keseimbangan nitrogen, menilai progresivitas
penyakit ginjal, dan menilai hasil hemodialisis (Edmund, 2010).
Beberapa metode telah dikembangkan untuk mengukur
kadar ureum serum, yang sering digunakan adalah metode
enzimatik. Enzim urease menghidrolisis ureum dalam sampel
menghasilkan ion amonium yang kemudian diukur. Ada metode
yang menggunakan dua enzim, yaitu enzim urease dan glutamat
dehidrogenase (Frank, 2010).
Untuk metode urease pada pemeriksaan ureum faktor
pengganggunya adalah (Riswanto, 2010):
f. Status dehidrasi, pemberian cairan yang berlebihan dapat
menyebabkan kadar ureum rendah palsu, dan sebaliknya.
Dehidrasi dapat memberikan temuan kadar ureum tinggi palsu.
g. Diet rendah protein dan tinggi karbohidrat dapat menurunkan
kadar ureum. Sebaliknya, diet tinggi protein dapat
meningkatkan kadar ureum, kecuali bila penderita banyak
minum.
h. Pengaruh obat (misal antibiotik, diuretik, antihipertensif) dapat
meningkatkan kadar ureum.
Bahan pemeriksaan untuk pengukuran ureum serum dapat
berupa plasma, serum, ataupun urine. Jika bahan plasma harus
menghindari penggunaan antikoagulan natrium citrate dan natrium
fluoride, hal ini disebabkan karena citrate dan fluoride menghambat
urease. Ureum urin dapat dengan mudah terkotaminasi bakteri. Hal
16

ini dapat diatasi dengan menyimpan sampel di dalam refrigerator


sebelum diperiksa(Toussaint, 2012).

3. Pemeriksaan Kreatinin
Kreatinin adalah hasil pemecahan kreatin fosfat otot,
diproduksi oleh tubuh secara konstan tergantung massa otot. Kadar
kreatinin berhubungan dengan massa otot, menggambarkan
perubahan kreatinin dan fungsi ginjal. Serum kreatinin digunakan
untuk mengukur kemampuan filtrasi glomerulus dan memantau
perjalanan penyakit ginjal. (Rosner, 2006).
Kreatinin merupakan zat yang ideal untuk mengukur fungsi
ginjal karena hasil metabolisme tubuh yang diproduksi secara
konstan, difiltrasi oleh ginjal, tidak direabsorbsi, dan disekresikan
oleh tubulus proksimal.(Frank, 2010).
Kreatinin plasma disintesis di otot skelet sehingga kadarnya
bergantung pada massa otot dan berat badan. Jumlah kreatinin
yang dikeluarkan seseorang setiap hari lebih bergantung pada
masa otot dari pada aktivitas otot atau tingkat metabolisme protein
hal ini menyebabkan nilai kreatinin pada pria lebih tinggi karena
jumlah massa otot pria lebih besar dibandingkan jumlah massa otot
wanita.(Ma‟shumah, 2014).
Penurunan kadar kreatinin terjadi pada keadaan
glomerulonefritis, nekrosis tubuler akut, polycystic kidney disease
akibat gangguan fungsi sekresi kreatinin. (Stain, 2010). Penurunan
kadar kratinin juga dapat terjadi pada gagal jantung kongestif, syok,
dan dehidrasi, pada keadaan tersebut terjadi penurunan perfusi
darah ke ginjal sehingga semakin sedikit kadar kreatinin yang dapat
difiltrasi. Sedangkan untuk peningkatan kadar kreatinin serum
berhubungan dengan penyakit kardiovaskuler (Myres,2012).
17

4. Clinical Chemistry Analyzer merek Pictus 400 Diatron


Pictus 400 adalah sistem multitask yang mampu
melakukan 48 tes yang berbeda hingga 48 sampel dengan mudah.
Tujuannya adalah untuk melakukan Analisis Kimia Laboratorium
dalam bentuk otomatis dan selektif, baik dalam mode rutin maupun
Stat. Dalam analisis klinis, tujuannya adalah Diagnostik In Vitro.
Pictus 400 menggabungkan robotika, komputer, dan teknologi
komunikasi terbaru untuk menjadikan operasi jangka panjang yang
sederhana dan andal.
Pictus 400 terdiri dari sistem modul yang melakukan
fungsi tertentu, dikendalikan komputer, dan dengan komunikasi dua
arah. Pictus 400 menggunakan sensor level yaitu ketika probe
menyedot sampel atau reagen, sistem frekuensi radio kapasitif
merasakan tingkat cairan dan menghentikan ujung probe di
permukaan. Ujung menembus permukaan cukup untuk menyedot
volume yang dibutuhkan dan meminimalkan kemungkinan
akumulasi, kontaminasi dan kesalahan volumetrik.
Pictus 400 menunggakan prinsip fotometrik yaitu
Fotometer dilengkapi panjang gelombang: 340, 405, 450, 505, 550,
590, 650, 700 dan 767 nanometer. Cahaya dari sumber halogen
tungsten melewati filter yang dipilih dan membagi berkas. Satu
balok melintasi kuvet reaksi dan yang lainnya diarahkan ke
detektor. Pembacaan diperoleh sebagai rasio dari kedua sinyal.
Desain balok ganda ini memungkinkan deteksi kuvet reaksi dalam
tray reaksi, dan mengatur alarm jika kuvet hilang atau rusak.
Mode bikromatik diaktifkan oleh sistem, yaitu membaca
sampel pada dua panjang gelombang yang berbeda. Panjang
gelombang kedua dipilih di daerah di mana kromogen sampel tidak
menyerap. Ini menjelaskan kekeruhan, hemolisis, dan warna
sampel intrinsik, dll.
18

5. Aturan Westgard
Aturan kontrol dibawah ini dapat diguanakan untuk
mendeteksi gangguan ketelitian (kesalahan acak) atau
gangguan ketepatan (kesalahan sistematik). Aturan kontrol
yang mendeteksi kesalahan acak (random error) yaitu 13S.
Sementara aturan kontrol yang mendeteksi kesalahan
sistematik (systematic error) antara lain: 22S, 32S, R4S, 41S dan
10× (Kemenkes, 2010). Aturan Westgard Multirule System
meliputi:
a. Aturan 12s
Aturan 12s termasuk dalam kesalahan acak.
Kesalahan 12s diartikan apabila terdapat nilai kontrol berada
di luar 2SD.
b. Aturan 13S
Aturan 13S termasuk ke dalam kesalahan acak.
Kesalahan 13S diartikan apabila terdapat 1 nilai kontrol yang
berada di luar batas 3SD.
c. Aturan 22S
Aturan 22S termasuk ke dalam kesalahan sistematik.
Kesalahan 22S diartikan apabila terdapat 2 nilai kontrol
secara berturut-turut berada di luar batas 2SD pada sisi yang
sama.
d. Aturan 32S
Aturan 32S termasuk ke dalam kesalahan sistematik.
Kesalahan 32S diartikan apabila terdapat 3 nilai kontrol
secara berturut-turut berada di luar batas 2SD.
e. Aturan R4S
Aturan R4S termasuk ke dalam kesalahan sistematik.
Kesalahan R4S diartikan apabila terdapat rentang antara 2
nilai kontrol secara berturut-turut berada di luar batas 2SD
pada sisi yang berlawanan.
19

f. Aturan 41S
Aturan 41S termasuk ke dalam kesalahan sistematik.
Kesalahan 41S diartikan apabila terdapat 4 nilai kontrol
secara berturut-turut berada di luar batas 1SD pada sisi yang
sama.
g. Aturan 10×
Aturan 10× termasuk ke dalam kesalahan sistematik.
Kesalahan 10× diartikan apabila terdapat 10 nilai kontrol
secara berturut-turut berada pada sisi yang sama dari nilai
rerata.

B. Analisis SWOT

1. Strength (Kekuatan)
Kelebihan dari alat Clinical Chemistry Analyzer merek Pictus
400 Diatron yaitu dapat melakukan pengukuran sebanyak 48
parameter serta dapat melakukan pemeriksaan 48 sampel sekaligus.
Serta proses Quality Control baik.
SIL (System information Laboratorium) di Laboratorium RSUD
Karanganyar dapat melihat riwayat pemeriksaan hasil dari pasien
jika hasil pemeriksaannya menunjukkan hasil yang kritis.
Alat Clinical Chemistry Analyzer merek Pictus 400 Diatron
sudah secara otomatis terhubung dengan SIL sehingga tidak perlu
menulis manual di komputer.
2. Weakness (Kelemahan)
Kelemahan dari alat Clinical Chemistry Analyzer merek Pictus
400 Diatron yaitu sistem alat yang rumit sehingga perlu ketelitian
khusus, serta alat tersebut harus berada pada suhu yang stabil, yaitu
tidak terlalu tinggi dan tidak telalu rendah.

-
20

3. Opportunity (Peluang)
Berdasarkan kekuatan yang dimiliki oleh alat Clinical
Chemistry Analyzer merek Pictus 400 Diatron, alat tersebut dapat
melakukan running sampel sebanyak 48 sehingga bisa
meminimalisir waktu pemeriksaan.
Alat Clinical Chemistry Analyzer merek Pictus 400 Diatron,
dapat mengukur parameter yang lain meskipun sedang running
pemeriksaa yang lain, sehingga tidak perlu menunggu sampai
selesai running.
4. Threat (Ancaman)
Berdasarkan kelemahan yang dihasilkan adalah alat ini
mengakibatkan operator perlu mendalami atau memahami alat
tersebut. Serta jika suhu pada ruang yang digunakan untuk running
alat terlalu tinggi atau rendah, maka pada saat running pemeriksaan
alat akan berhenti.

B. Pembahasan
Pemeriksaan Kimia Darah (Glukosa, Ureum, Kreatinin)
menggunakan alat Clinical Chemistry Analyzer merek Pictus 400
Diatron diawali dengan melakukan pengambilan darah vena yang dapat
diperoleh dari vena mediana cubiti, vena cephalica dan vena basilica
dengan menggunakan vacum tube dengan tutup warna merah.
Sebelum dilakukan pengambilan darah sebaiknya dilakukan
pengecekan pada tahap pra analitik yang meliputi nama pasien, jenis
kelamin, tempat tanggal lahir, alamat pasien, nomor RM.
Setelah dilakukan pengambilan sampel darah kemudian
dilakukan tahap pegecekan kelayakan sampel darah yang telah diambil
yaitu apakah sampel darah lisis atau tidak, jika sampel lisis maka
sampel tidak dapat digunakan, selain itu sampel akan diamati apakah
volume darah terlalu sedikit. Setelah itu blanko direkap pada buku
pengambilan sampel atau buku penerimaan sampel bangsal apabila
21

sampel diberikan oleh perawat bangsal. Selanjutnya apabila sampel


dalam kondisi baik dan siap untuk dilakukan pemeriksaan akan
melewati proses pencetakan barcode terlebih dahulu supaya pada saat
pembacaan sampel menggunakan alat otomatis data akan tersimpan di
dalam alat tersebut.
Sebelum dilakukan Pemeriksaan Kimia Darah (Glukosa, Ureum,
Kreatinin) terhadap sampel pasien, maka akan dilakukan pengecekan
apakah quality control pada alat sudah dilakukan dan masuk kedalam
range hasil bahan kontrol. Jika bahan kontrol masuk dalam range maka
analisis sampel dapat dilakukan dan akan didapatkan hasil. Hasil
pemeriksaan pasien yang diperoleh dari alat akan masuk ke dalam
Laboratory Information System (LIS) yang kemudian masuk ke dalam
tahap validasi hasil. Validasi hasil melalui Laboratory Information
System (LIS) yang kemudian masuk ke dalam tahap penerimaan hasil
pemeriksaan. Apabila pemeriksaan sudah yakin dengan hasil yang
dikeluarkan oleh alat, maka dilanjutkan penerimaan hasil pemeriksaan
pada LIS. Hasil pemeriksaan dapat dilakukan validasi oleh
penanggungjawab laboratorium sebagai klinisi atau staff laboratorium
yang telah mendapatkan delegasi dari klinisi atau penanggungjawab
laboratorium. Apabila terdapat hasil yang tidak meyakinkan misal hasil
terlalu tinggi atau terlalu rendah dengan ditandai adanya simbol (< / >)
pada kolom hasil, maka perlu melihat riwayat pemeriksaan
sebelumnya. Apabila terdapat nilai kritis pada pemeriksaan glukosa
darah, maka perlu dilaporkan kepada perawat sesuai bangsal pasien.
Quality control dari alat Clinical Chemistry Analyzer merek Pictus
400 Diatron dilakukan setiap hari dengan menggunakan bahan kontrol
pemeriksaan kimia darah yang telah diketahui nilai target dan limit dari
pemeriksaan. Berikut hasil quality control dari pemeriksaan kimia darah
dengan menggunakan alat Clinical Chemistry Analyzer merek Pictus
400 Diatron.
22

1. Hasil Quality Control pemeriksaan Glukosa


Tabel 3. Nilai bahan kontrol untuk pemeriksaan glukosa

Gambar 2. Kurva Levey Jennings dari Nilai Bahan Kontrol Untuk


Pemeriksaan Glukosa Darah.
23

2. Hasil Quality Control pemeriksaan Ureum

Tabel 4. Nilai bahan kontrol untuk pemeriksaan ureum

Gambar 3. Kurva Levey Jennings dari Nilai Bahan Kontrol Untuk


Pemeriksaan Ureum
24

3. Hasil Quality Control pemeriksaan Kreatinin

Tabel 5. Nilai bahan kontrol untuk pemeriksaan kreatinin

Gambar 4. Kurva Levey Jennings dari Nilai Bahan Kontrol Untuk


Pemeriksaan Kreatinin
25

Berdasarkan gambar 2 dan 3, yaitu pada grafik nilai bahan kontrol


pemeriksaan glukosa darah dan ureum yang dilakukan selama 31 hari,
menunjukkan nilai grafik yang bervariasi dan terdapat nilai bahan kontrol
yang melewati batas kontrol (out of control) atau aturan westgard rule
yaitu pada tanggal 21 dan 25 pada pemeriksaan glukosa, dimana pada
tanggal 25 terjadi pelanggaran yaitu pelanggaran 12S, dimana terdapat
satu hasil atau satu titik diluar +2SD, dan pada tanggal 21 terjadi
pelanggaran 12S yaitu terdapat satu hasil atau satu titik diluar -2SD,
sedangkan pada pemeriksaan ureum terjadi pada tanggal 8 dimana titik
hasil pemeriksaan bahan kontrol berada di luar +2SD, sehingga terjadi
peringatan (warning) dengan tipe kesalahan random atau acak. Sehingga
perlu dilakukan pengulangan quality control agar hasil tidak jauh dari nilai
target atau tidak terjadi pelanggaran kontrol. Jika pada tanggal tersebut
tidak dilakukan pengulangan, maka hasil pemeriksaan pasien dengan
parameter diatas dianggap tidak valid (reject run).
Tipe kesalahan 12S disebabkan oleh kesalahan acak. Penyebab
kemungkinan dari kesalahan acak misalnya instrumen dalam kondisi tidak
stabil, variasi tempratur, variasi dari reagen, variasi teknik prosedur
pemeriksaan (pipetasi, pencampuran reagen, waktu inkubasi yang tidak
sesuai), dan variasi operator atau analis.
Pada data quality control pemeriksaan kreatinin yang dilakukan
selama 31 hari, menunjukkan nilai grafik yang sangat bervariasi dan tidak
ada hasil yang jauh dari nilai target. Hal ini berarti, selama 31 hari
pemeriksaan berjalan dengan baik, karena tidak ada hasil yang melewati
batas kontrol atau tidak ada aturan kontrol westgard rules yang dilanggar.
Apabila tidak ada aturan yang kontrol yang dilanggar, berarti pemeriksaan
dalam 31 hari baik atau in control, sehingga hasil pemeriksaan pasien
dengan ketiga parameter diatas dianggap valid (accept run) atau
instrumen dapat digunakan untuk pelayanan pasien.
BAB IV
PENUTUP

A. Simpulan

Pemeriksaan Kimia Darah (Glukosa, Ureum, Kreatinin) dengan


menggunakan alat Clinical Chemistry Analyzer merek Pictus 400
Diatron diawali dengan melakukan pengecekan apakah quality control
pada alat sudah dilakukan dan masuk kedalam range hasil bahan
kontrol.
Pada Pemeriksaan Kimia Darah (Glukosa, Ureum, Kreatinin)
dilakukan tahap pra analitik yaitu dengan pengambilan sampel,
dimana sampel yang digunakan adalah darah vena. Sebelum
dilakukan pengambilan darah vena sebaiknya dilakukan pengecekan
identitas pasien, yaitu nomor RM, nama, jenis kelamin, tanggal lahir
dan alamat.
Setelah dilakukan pengambilan darah dilakukan pengecekan
kelayakan sampel yaitu apakah sampel lisis, ikterik atau lipemik. Jika
sampel dalam keadaan baik maka sampel siap dilakukan pemeriksaan
pada alat. Jika sudah selesai maka hasil akan keluar pada layar dan
otomatis keluar pada LIS. Kemudian akan divalidasi oleh
penanggungjawab laboratorium, maka hasil dapat diberikan kepada
pasien atau diserah ke bangsal jika pasien adalah pasien rawat inap.

B. Saran
Untuk meningkatkan penjaminan mutu Pemeriksaan Kimia
Darah (Glukosa, Ureum, Kreatinin) perlu memperhatikan faktor-faktor
dalam pemeriksaan yaitu faktor pra-analitik, faktor analitik, dan faktor
post-analitik sampai dengan validasi hasil.

26
DAFTAR PUSTAKA

Automated Clinical Chemistry Analyzer Analyzer Pictus 400 Manual User


version 5.0.
Bagian Diklat RSUD Karanganyar. 2009. Pofil RSUD Karanganyar. Hal 1-
16.
Cooper G. 2008. Basic Lesson in Laboratory Quality Control; QC
Workbook. Bio-Rad Laboratories, Inc. Quality Systems Division.
Edmund, L. 2010. Kidney Function Tests. Dalam: Clinical Chemistry and
Molecular Diagnosis. 4th ed. America: Elsevier; hlm 797-831.
Frank C. 2010. Biomarkers of Impaired Renal Function. Wolters Kluwer
Health. hlm 525-37.
Gowda S, et al. (2010). Markers of Renal Function Tests. N Am J Med Sci;
hlm 170-3.
Ma'shumah. 2014. Hubungan Asupan Protein Dengan Kadar Ureum,
Kreatinin, dan Kadar Hemoglobin Darah pada Penderita Gagal Ginjal
Kronik Hemodialisa Rawat Jalan Di RS Tugurejo Semarang. Jurnal
Gizi Universitas Muhamaddiyah Semarang April 2014, Volume 3,
Nomor 1 , hlm 22-32.
Myers G. 2012. Markers of Renal Function and Cardiovascular Disease
Risk. hlm 43-50.
Riswanto. 2010. Ureum Serum. www.labkesehatan.com/2010/03/ureum-
darahserum/ html. Diakses pada 15 Januari 2020.
Rosner M. 2006. Renal Function Testing. Am J Kidney Dis. hlm 174-83.
Sekretariat Laboratorium RSUD Karanganyar. 2018.
SK Bupati Karanganyar No. 445/296. 2009.
Subiyono., Martsiningsih., Gabrela. 2016. Gambaran Kadar Glukosa
Darah Metode GOD-PAP (Glucose Oxsidase – Peroxidase
Aminoantypirin) Sampel Serum dan Plasma EDTA (Ethylen Diamin
Terta Acetat). Jurnal Teknologi Laboratorium. Poltekkes Kemenkes
Yogjakarta. Vol. 5. No. 1.
Toussaint N. 2012. Screening for Early Chronic Kidney Disease. Australia:
The CARI Guidelines. hlm 30-55.

27
LAMPIRAN
LAMPIRAN SIMERSI DAN LIMS

1. Membuka aplikasi Simersi, mencari pasien yang akan dilakukan


pemeriksaan laboratorium.

2. Klik oprasional SMF, lalu klik laboratorium.


3. Klik input batch untuk memasukan jenis pemeriksan.

4. Memilih jenis pemeriksaan


5. Simpan pemeriksaan yang dipilih

6. Kembali di halaman awal SMF


7. Menunggu hasil keluar pada layar

8. Hasil keluar pada layar.

Anda mungkin juga menyukai