DAFTAR TABEL……………………………………………………...... ix
BAB 1 PENDAHULUAN………...………………………………………. 1
A. LATAR BELAKANG………………..……………………………. 1
B. TUJUAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN………………………. 2
C. TEMPAT DAN WAKTU PELAKSANAAN…………………….. 2
D. PROFIL LAHAN………………………………………………….. 2
A. ILUSTRASI PROSEDUR……………………………….....……… 9
B. URAIAN PROSEDUR……………………………………………. 10
C. IDENTIFIKASI…………………………………………………… 18
D. PEMBATASAN MASALAH…………………………………….. 18
E. RUMUSAN MASALAH……………………….…………………. 19
A. TINJAUAN TEORI……………………………..…………………. 20
B. ANALISIS SWOT…………………………….…………………… 26
C. PEMBAHASAN……………….…………………………………... 27
BAB IV PENUTUP…………….…………………………………………. 33
A. SIMPULAN……………………………………………………….. 33
B. SARAN…………………………………………………………….. 33
i
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1 Struktur Organisai Laboratorium dan Bank Darah 8
ii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1 Alur Pemeriksaan 10
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
TINJAUAN PROSEDUR
A. Ilustrasi Prosedur
Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kabupaten Karanganyar
merupakan rumah sakit milik Pemerintah Daerah Kabupaten
Karanganyar. RSUD Karanganyar memiliki instalasi laboratorium yang
merupakan inslatasi penunjang diagnostik yang mempunyai
kedudukan fungsi dan peran penting bagi tercapainya peningkatan
mutu pelayanan rumah sakit.
Salah satu pemeriksaan yang sering dilakukan di Laboratorium
adalah Kimia Darah (Glukosa, Ureum, Kreatinin). Pemeriksaan
glukosa darah, ureum dan kratinin metode spektrofotometri lebih
banyak dilakukan di laboratorium karena dianggap ketelitiannya lebih
tinggi, sehingga diperoleh hasil yang lebih akurat (Subiyono, 2016).
Pemeriksaan Kimia Darah (Glukosa, Ureum, Kreatinin) di laboratorium
Rumah Sakit Umum Daerah Karanganyar menggunakan metode
spektrofotometri menggunakan Clinical Chemistry Analyzer merek
Pictus 400 Diatron.
2
3
1. Uraian Prosedur
Tabel 1. Alur Pemeriksaan di laboratorium RSUD Karanganyar
MULAI
Melakukan konsultasi
kepada dokter
Menerima kwitansi
Mengeluarkan hasil
pemeriksaan
Melakukan validasi
oleh analis
Melakukan
Melakukan verivikasi
pengambilan hasil
oleh dokter
pemeriksaan
Selesai
4
2. Faktor Analitik
Faktor analitik merupakan faktor yang mempengaruhi hasil
saat pemeriksaan dilakukan. Adapun yang termasuk ke dalam
faktor analitik tersebut yakni alat yang digunakan untuk
pemeriksaan (Pemantapan Mutu Internal Laboratorium). Faktor
tersebut perlu diperhatikan agar alat yang digunakan dapat
memberikan hasil pemeriksaan laboratorium yang tepat dan akurat.
Cara kerja Pemeriksaan Kimia Darah (Glukosa, Ureum,
Kreatinin) menggunakan metode Fotometri dengan alat Clinical
Chemistry Analyzer merek Pictus 400 Diatron yaitu :
1) Persiapan reagen
a) Siapkan reagen yang akan digunakan untuk pemeriksaan
b) Masukkan reagen kedalam cup reagen
c) Tempatkan cup reagen pada alat yang telah disiapkan pada
alat atau pada tray alat.
9
2) Persiapan Sampel
a) Ambil sampel serum yang sudah siap dipakai dengan
menggunakan micropipet.
b) Masukkan kedalam cup yang akan digunakan kedalam alat
Clinical Chemistry Analyzer merek Pictus 400 Diatron.
3) Penggunaan alat Clinical Chemistry Analyzer merek Pictus
400 Diatron
a) Pastikan alat mendapat aliran listrik berdasarkan kabel
tertancap pada stop kontak, nyalakan UPS
b) Tekan tombol on/off diatas mesin. Nyalakan monitor dan
komputer
c) Klik dua kali icon autoanalyser, tunggu sampai muncul
”confirm will in it now?‟‟ lalu klik “yes” Program sampel start.
d) Masukkan sampel ID dan nama pasien, double klik
parameter di “methode in use” untuk memilih parameter yang
akan dikerjakan/ diperiksa.Klik (+) untuk menambah sampel
dan (-) untuk menghapus.
e) Setelah pemograman selesai klik “to Tray” kemudian klik
“OK”.
f) Masukkan sampel ke tray (tempat sampel), pastikan tempat
sampel dan program sama.Klik gambar kunci kemudian klik
“continue” untuk memulai pemeriksaan.
B. Identifikasi
Pembuatan laporan PKL ini dimaksudkan untuk mengetahui
pemeriksaan Kimia Darah (Glukosa, Ureum, Kreatinin)
menggunakan alat Clinical Chemistry Analyzer merek Pictus 400
Diatron di Instalasi Laboratorium RSUD Karanganyar.
C. Pembatasan Masalah
1. Penulis ingin mengetahui kelebihan dan kelemahan, metode,
quality control, Alat Pemeriksaan Kimia Darah (Glukosa, Ureum,
Kreatinin) dengan menggunakan alat Clinical Chemistry Analyzer
merek Pictus 400 Diatron.
2. Penulis hanya menggunakan sumber pustaka dalam melakukan
analisis SWOT.
D. Rumusan Masalah
Bagaimana prosedur Pemeriksaan Kimia Darah (Glukosa,
Urum, Kreatinin) dengan menggunakan alat Clinical Chemistry
Analyzer merek Pictus 400 Diatron di Instalasi Laboratorium RSUD
Karanganyar ?
BAB III
ANALISIS PUSTAKA
A. Tinjauan Teori
1. Pemeriksaan Glukosa Darah
Glukosa darah di dalam tubuh berfungsi untuk bahan bakar
bagi proses metabolisme dan juga sumber energi utama bagi otak.
Glukosa darah adalah gula yang terdapat dalam darah yang
terbentuk dari karbohidrat dalam makanan dan disimpan sebagai
glikogen di hati dan otot rangka.
Jumlah kadar glukosa dari pemeriksaan glukosa darah
sewaktu yang menunjukkan jumlah nilai ≥140 mg/dl atau glukosa
darah puasa menunjukan nilai >120 mg/dl ditetapkan sebagai
diagnosis diabetes melitus.
Glukosa darah adalah parameter untuk mengetahui penyakit
diabetes melitus yang dahulunya dilakukan terhadap darah
lengkap. Karena eritrosit memiliki kadar protein yaitu hemoglobin
yang lebih tinggi sehingga bila dibandingkan dengan darah lengkap
serum lebih banyak glukosa.
Pemeriksaan kadar glukosa darah dapat menggunakan
darah lengkap seperti serum atau plasma. Serum lebih banyak
mengandung air dari pada darah lengkap, sehingga serum berisi
lebih banyak glukosa dari pada darah lengkap. Kadar glukosa
darah dapat ditentukan dengan berbagai metode berdasarkan sifat
glukosa yang dapat mereduksi ion-ion logam tertentu, atau dengan
pengaruh enzim khusus untuk menghasilkan glukosa, yaitu enzim
glukosa oksidase. Enzim glukosa oksidase merupakan senyawa
yang mengubah glukosa menjadi asam glukonat (Subiyono, 2016).
Glukosa merupakan salah satu karbohidrat penting yang
digunakan sebagai sumber tenaga. Glukosa dapat diperoleh dari
makanan yang mengandung karbohidrat. Glukosa berperan
13
14
2. Pemeriksaan Ureum
Ureum merupakan produk akhir katabolisme protein dan
asam amino yang diproduksi oleh hati dan didistribusikan melalui
cairan intraseluler dan ekstraseluler ke dalam darah untuk
kemudian difiltrasi oleh glomerulus (Gowda, 2010).Pengukuran
ureum serum dapat digunakan untuk mengevaluasi fungsi ginjal,
status hidrasi, menilai keseimbangan nitrogen, menilai progresivitas
penyakit ginjal, dan menilai hasil hemodialisis (Edmund, 2010).
Beberapa metode telah dikembangkan untuk mengukur
kadar ureum serum, yang sering digunakan adalah metode
enzimatik. Enzim urease menghidrolisis ureum dalam sampel
menghasilkan ion amonium yang kemudian diukur. Ada metode
yang menggunakan dua enzim, yaitu enzim urease dan glutamat
dehidrogenase (Frank, 2010).
Untuk metode urease pada pemeriksaan ureum faktor
pengganggunya adalah (Riswanto, 2010):
f. Status dehidrasi, pemberian cairan yang berlebihan dapat
menyebabkan kadar ureum rendah palsu, dan sebaliknya.
Dehidrasi dapat memberikan temuan kadar ureum tinggi palsu.
g. Diet rendah protein dan tinggi karbohidrat dapat menurunkan
kadar ureum. Sebaliknya, diet tinggi protein dapat
meningkatkan kadar ureum, kecuali bila penderita banyak
minum.
h. Pengaruh obat (misal antibiotik, diuretik, antihipertensif) dapat
meningkatkan kadar ureum.
Bahan pemeriksaan untuk pengukuran ureum serum dapat
berupa plasma, serum, ataupun urine. Jika bahan plasma harus
menghindari penggunaan antikoagulan natrium citrate dan natrium
fluoride, hal ini disebabkan karena citrate dan fluoride menghambat
urease. Ureum urin dapat dengan mudah terkotaminasi bakteri. Hal
16
3. Pemeriksaan Kreatinin
Kreatinin adalah hasil pemecahan kreatin fosfat otot,
diproduksi oleh tubuh secara konstan tergantung massa otot. Kadar
kreatinin berhubungan dengan massa otot, menggambarkan
perubahan kreatinin dan fungsi ginjal. Serum kreatinin digunakan
untuk mengukur kemampuan filtrasi glomerulus dan memantau
perjalanan penyakit ginjal. (Rosner, 2006).
Kreatinin merupakan zat yang ideal untuk mengukur fungsi
ginjal karena hasil metabolisme tubuh yang diproduksi secara
konstan, difiltrasi oleh ginjal, tidak direabsorbsi, dan disekresikan
oleh tubulus proksimal.(Frank, 2010).
Kreatinin plasma disintesis di otot skelet sehingga kadarnya
bergantung pada massa otot dan berat badan. Jumlah kreatinin
yang dikeluarkan seseorang setiap hari lebih bergantung pada
masa otot dari pada aktivitas otot atau tingkat metabolisme protein
hal ini menyebabkan nilai kreatinin pada pria lebih tinggi karena
jumlah massa otot pria lebih besar dibandingkan jumlah massa otot
wanita.(Ma‟shumah, 2014).
Penurunan kadar kreatinin terjadi pada keadaan
glomerulonefritis, nekrosis tubuler akut, polycystic kidney disease
akibat gangguan fungsi sekresi kreatinin. (Stain, 2010). Penurunan
kadar kratinin juga dapat terjadi pada gagal jantung kongestif, syok,
dan dehidrasi, pada keadaan tersebut terjadi penurunan perfusi
darah ke ginjal sehingga semakin sedikit kadar kreatinin yang dapat
difiltrasi. Sedangkan untuk peningkatan kadar kreatinin serum
berhubungan dengan penyakit kardiovaskuler (Myres,2012).
17
5. Aturan Westgard
Aturan kontrol dibawah ini dapat diguanakan untuk
mendeteksi gangguan ketelitian (kesalahan acak) atau
gangguan ketepatan (kesalahan sistematik). Aturan kontrol
yang mendeteksi kesalahan acak (random error) yaitu 13S.
Sementara aturan kontrol yang mendeteksi kesalahan
sistematik (systematic error) antara lain: 22S, 32S, R4S, 41S dan
10× (Kemenkes, 2010). Aturan Westgard Multirule System
meliputi:
a. Aturan 12s
Aturan 12s termasuk dalam kesalahan acak.
Kesalahan 12s diartikan apabila terdapat nilai kontrol berada
di luar 2SD.
b. Aturan 13S
Aturan 13S termasuk ke dalam kesalahan acak.
Kesalahan 13S diartikan apabila terdapat 1 nilai kontrol yang
berada di luar batas 3SD.
c. Aturan 22S
Aturan 22S termasuk ke dalam kesalahan sistematik.
Kesalahan 22S diartikan apabila terdapat 2 nilai kontrol
secara berturut-turut berada di luar batas 2SD pada sisi yang
sama.
d. Aturan 32S
Aturan 32S termasuk ke dalam kesalahan sistematik.
Kesalahan 32S diartikan apabila terdapat 3 nilai kontrol
secara berturut-turut berada di luar batas 2SD.
e. Aturan R4S
Aturan R4S termasuk ke dalam kesalahan sistematik.
Kesalahan R4S diartikan apabila terdapat rentang antara 2
nilai kontrol secara berturut-turut berada di luar batas 2SD
pada sisi yang berlawanan.
19
f. Aturan 41S
Aturan 41S termasuk ke dalam kesalahan sistematik.
Kesalahan 41S diartikan apabila terdapat 4 nilai kontrol
secara berturut-turut berada di luar batas 1SD pada sisi yang
sama.
g. Aturan 10×
Aturan 10× termasuk ke dalam kesalahan sistematik.
Kesalahan 10× diartikan apabila terdapat 10 nilai kontrol
secara berturut-turut berada pada sisi yang sama dari nilai
rerata.
B. Analisis SWOT
1. Strength (Kekuatan)
Kelebihan dari alat Clinical Chemistry Analyzer merek Pictus
400 Diatron yaitu dapat melakukan pengukuran sebanyak 48
parameter serta dapat melakukan pemeriksaan 48 sampel sekaligus.
Serta proses Quality Control baik.
SIL (System information Laboratorium) di Laboratorium RSUD
Karanganyar dapat melihat riwayat pemeriksaan hasil dari pasien
jika hasil pemeriksaannya menunjukkan hasil yang kritis.
Alat Clinical Chemistry Analyzer merek Pictus 400 Diatron
sudah secara otomatis terhubung dengan SIL sehingga tidak perlu
menulis manual di komputer.
2. Weakness (Kelemahan)
Kelemahan dari alat Clinical Chemistry Analyzer merek Pictus
400 Diatron yaitu sistem alat yang rumit sehingga perlu ketelitian
khusus, serta alat tersebut harus berada pada suhu yang stabil, yaitu
tidak terlalu tinggi dan tidak telalu rendah.
-
20
3. Opportunity (Peluang)
Berdasarkan kekuatan yang dimiliki oleh alat Clinical
Chemistry Analyzer merek Pictus 400 Diatron, alat tersebut dapat
melakukan running sampel sebanyak 48 sehingga bisa
meminimalisir waktu pemeriksaan.
Alat Clinical Chemistry Analyzer merek Pictus 400 Diatron,
dapat mengukur parameter yang lain meskipun sedang running
pemeriksaa yang lain, sehingga tidak perlu menunggu sampai
selesai running.
4. Threat (Ancaman)
Berdasarkan kelemahan yang dihasilkan adalah alat ini
mengakibatkan operator perlu mendalami atau memahami alat
tersebut. Serta jika suhu pada ruang yang digunakan untuk running
alat terlalu tinggi atau rendah, maka pada saat running pemeriksaan
alat akan berhenti.
B. Pembahasan
Pemeriksaan Kimia Darah (Glukosa, Ureum, Kreatinin)
menggunakan alat Clinical Chemistry Analyzer merek Pictus 400
Diatron diawali dengan melakukan pengambilan darah vena yang dapat
diperoleh dari vena mediana cubiti, vena cephalica dan vena basilica
dengan menggunakan vacum tube dengan tutup warna merah.
Sebelum dilakukan pengambilan darah sebaiknya dilakukan
pengecekan pada tahap pra analitik yang meliputi nama pasien, jenis
kelamin, tempat tanggal lahir, alamat pasien, nomor RM.
Setelah dilakukan pengambilan sampel darah kemudian
dilakukan tahap pegecekan kelayakan sampel darah yang telah diambil
yaitu apakah sampel darah lisis atau tidak, jika sampel lisis maka
sampel tidak dapat digunakan, selain itu sampel akan diamati apakah
volume darah terlalu sedikit. Setelah itu blanko direkap pada buku
pengambilan sampel atau buku penerimaan sampel bangsal apabila
21
A. Simpulan
B. Saran
Untuk meningkatkan penjaminan mutu Pemeriksaan Kimia
Darah (Glukosa, Ureum, Kreatinin) perlu memperhatikan faktor-faktor
dalam pemeriksaan yaitu faktor pra-analitik, faktor analitik, dan faktor
post-analitik sampai dengan validasi hasil.
26
DAFTAR PUSTAKA
27
LAMPIRAN
LAMPIRAN SIMERSI DAN LIMS