Anda di halaman 1dari 46

PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa laporan tugas akhir yang berjudul Perbandingan Hasil
Pemeriksaan Laju Endap Darah (LED) Metode Westergren Dengan Menggunakan
Natrium Sitrat 3,2% Dan 3,8% ini sepenuhnya karya saya sendiri. Tidak ada
bagian di dalamnya yang merupakan plagiat dari karya orang lain dan saya tidak
melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai
dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan
ini, saya siap menanggung resiko/sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila
kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya
saya ini, atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Bandung, Agustus 2017

Yang Membuat Pernyataan,

Rohmatu Aini
PERBANDINGAN HASIL PEMERIKSAAN LAJU ENDAP DARAH (LED)
METODE WESTERGREN DENGAN MENGGUNAKAN NATRIUM
SITRAT 3,2% DAN 3,8%.

Nama : Rohmatu Aini

NIM : 1411E1023

Pembimbing : Adang Durachim, S.Pd., M.Kes.

Abstrak

Laju Endap Darah (LED) adalah kecepatan sedimentasi eritrosit dalam darah yang
belum membeku, dengan satuan mm/jam. Pemeriksaan Laju Endap Darah
merupakan salah satu pemeriksaan yang banyak dilakukan di Laboratorium.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan
nilai laju endap darah yang diperiksa menggunakan antikoagulan natrium sitrat
3,2% dan 3,8%. Antikoagulan adalah suatu zat yang mencegah terjadinya
pembekuan darah. Banyaknya pemeriksaan LED dilapangan mengakibatkan
ketidaktersediaannya antikoagulan natrium sitrat 3,8% sehingga yang tersisa atau
yang tersedia hanya Na-Sitrat 3,2%. Tidak tersedianya natrium sitrat 3,8% lebih
menyulitkan daripada tidak tersedianya natrium sitrat 3,2%, karena masih bisa
dilakukan pengenceran dari konsentrasi 3,8% menjadi 3,2%. Sampel penelitian ini
adalah spesimen dari 30 orang mahasiswi. Rata-rata nilai Laju Endap Darah
dengan menggunakan antikoagulan 3,2% dan 3,8% adalah 16,83 dan 18,33.
Secara statistik digunakan uji Paired t-Test untuk membandingkan kedua
kelompok tersebut. Terdapat perbedaan yang signifikan antara kedua kelompok (t-
hitung > tabel = 11,238 > 2,04, p < α = 0,00 < 0,05). Kemudian dilakukan analisis
data lanjutan menggunakan uji ALE (Allowable Limis of Error) untuk mengetahui
apakah ada atau tidak perbedaan secara klinis, namun setelah diuji tidak terdapat
perbedaan secara klinis dikarenakan % rerata hasil lebih kecil dari nilai ALE
sehingga antikoagulan natrium sitrat 3,2% dapat digunakan sebagai alternatif pada
pemeriksaan LED.

Kata Kunci : LED, Westergren, Natrium Sitrat 3,2%, Natrium Sitrat 3,8%
THE COMPARISON ON THE RESULT OF ERYTHROCYTE
SEDIMENTATION RATE (ESR) WITH WESTERGREN METHOD BY
THE USE OF 3.2% AND 3.8% SODIUM CITRATE

Name : Rohmatu Aini

NIM : 1411E1023

Supervisor : Adang Durachim, S.Pd., M.Kes

Abstract

Erythrocyte Sedimentation Rate (ESR) is the rate of erythrocytes sedimentation in


the blood that has not been coagulated, with units of mm/hour. Erythrocyte
Sedimentation Rate Examination is one of several tests conducted in the
laboratory. The purpose of this research was to determine the presence on the
difference of Erythrocyte Sedimentation Rate values, which were examined by
using 3.2% and 3.8% sodium citrate anticoagulants. Anticoagulants were
substances which prevents the occurrence of blood clots. Large number of ESR
screening in the field resulted in the unavailability of 3.8% sodium citrate
anticoagulants, therefore only 3.2% Na-Citrate were available. The unavailability
of 3.8% sodium citrate caused more difficulties than the unavailability of 3.2%
sodium citrate, since the dilution from the concentration of 3.8% to 3.2% was
possible. The sample of this research was a specimen of 30 female students. The
average value of Erythrocyte Sedimentation Rate by using anticoagulants of 3.2%
and 3.8% were 16.83 and 18.33. Paired t-Test was used statistically to compare
both groups. There were significant differences between the two groups (t count >
table = 11.238 > 2.04, p < α = 0.00 < 0.05). Subsequently, further data analysis
was conducted by using ALE (Allowable Limit of Error) test to determine the
differences clinically, but the result indicated that there was no difference
clinically because the average result was less than the value of ALE, therefore the
3.2% sodium citrate anticoagulants can be used as an alternative to LED
examination.

Keywords: LED, Westergren, 3.2% Sodium Citrate, 3.8% Sodium Citrate


KATA PENGANTAR

‫الر ِحي ِْم‬


َّ ‫الر ْح َم ِن‬ ِ ‫ِب ْس ِم ه‬
َّ ‫ّللا‬
Assalamualaikum Wr.Wb.
Segala puji bagi Allah SWT yang maha pengasih lagi maha penyayang
karena berkat rahat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesakan Tugas Akhir
Diploma III yang berjudul “Perbandingan Hasil Pemeriksaan Laju Endap Darah
(LED) Metode Westergren dengan Menggunakan Natrium Sitrat 3,2% dan 3,8%”.
Tugas akhir ini diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat memperoleh
sebutan Ahli madya Analis Kesehatan di Sekolah Tinggi Analis Bakti Asih
Bandung.
Dalam penyusunan laporan Tugas Akhir ini penulis banyak mendapat
bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak baik secara moril maupun materil,
sehingga laporan Tugas Akhir ini dapat diselesaikan, maka dalam kesempatan ini
penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Suryatmana Tanuwidjaja, Drs, M.Si selaku Ketua Sekolah Tinggi
Analis Bakti Asih Bandung.
2. Bapak Adang Durachim, S.Pd, M.Kes. selaku dosen pembimbing yang
senantiasa meluangkan waktu, memberikan dorongan serta arahan dalam
proses penelitian dan penyusunan laporan tugas akhir ini.
3. Ibu Eem Hayati, S.Pd, M.Kes. selaku dosen penguji I yang telah memberikan
kritik serta saran yang membangun bagi penyusunan laporan tugas akhir ini.
4. Ibu Tuti Rustiana, S.Si., M.M., selaku dosen penguji II yang telah
memberikan kritik serta saran yang membangun bagi penyusunan laporan
tugas akhir ini.
5. Seluruh dosen dan staf Sekolah Tinggi Analis Bakti Asih Bandung atas
bantuan serta arahan yang telah diberikan kepada penulis.
6. Bapak Sidi dan Ibu Ufah tercinta yang selalu mendengar keluh kesah penulis
dan atas segala bentuk dukungan, kasih sayang, motivasi serta doa yang tiada
hentinya mengalir demi kelancaran dan kesuksesan penulis dalam

i
mengerjakan laporan tugas akhir ini. Serta adikku tersayang, terimakasih atas
doa dan segala bentuk dukungan kepada penulis.
7. Sahabat-sahabatku Dini Ayu, Rina, Mega, Tia, Hoeril, Rifa, Devi, Neneng,
Robi, Riyan dan Fadlan terimakasih telah berjuang bersama. Sungguh
bersyukur bisa berada di tengah-tengah kalian.
8. Julia Wulandari, dan seluruh teman-teman D3A Analis Kesehatan angkatan
2014 yang tidak bisa disebutkan satu persatu, terimakasih untuk kebersamaan
dan motivasinya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan tugas akhir
ini. Semoga persaudaraan kita akan tetap terjalin.
9. Luthfiyathi dan Fauziah terimakasih telah menjadi kakak serta sahabat yang
selalu ada bagi penulis.
10. Ela, Beti, Nia, Okta, Lia, Iyos, dan Ifah sahabat-sahabat yang selalu
memberikan kasih sayangnya kepada penulis.
11. Devia, Delis, serta seluruh teman-teman di BEM ‘06 dan ’07 atas semangat
yang diberikan kepada penulis.
12. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian laporan tugas akhir
ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Dalam penulisan tugas akhir ini, penulis menyadari masih jauh dari
kesempurnaan, untuk itu saran dan kritik yang bersifat membangun sangat
penulis harapkan guna perbaikan dimasa yang akan datang.
Semoga Tugas akhir ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan
umumnya bagi pembaca yang berminat dalam bidang Hematologi dan semoga
bantuan yang telah diberikan kepada penulis mendapat balasan yang berlipat
ganda dari Allah SWT.
Bandung, Agustus 2017

Penulis

ii
DAFTAR ISI

ABSTRAK
KATA PENGANTAR ............................................................................................. i
DAFTAR ISI ............................................................................................................ ii
DAFTAR ISTILAH ................................................................................................ iv
DAFTAR TABEL ................................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................ ix

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ................................................................................................... 1


1.2 Rumusan Masalah .............................................................................................. 2
1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................................ 3
1.4 Manfaat Penelitian .............................................................................................. 3
1.5 Hipotesis Penelitian ........................................................................................... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Darah ................................................................................................................... 4

2.1.1 Sel Darah Merah ...................................................................................... 4


2.1.2 Sel Darah Putih ......................................................................................... 5
2.1.3 Keping Darah........................................... ................................................. 6
2.2 Plasma Darah ........................................................................ .............................. 7
2.3 Pemeriksaan Darah Lengkap ............................................................................... 8
2.4 Laju Endap Darah ...................................................................................... ......... 10
2.5 Faktor Yang Mempengaruhi Laju Endap Darah ............................................. .... 11
2.6 Pemeriksaan Laju Endap Darah ........................................................................... 13
2.7 Masalah Klinik................................................................... .................................. 13
2.7.1 Penurunan Laju Endap Darah .......................................... ......................... 13
2.7.2 Peningkatan Laju Endap Darah .................................................... ............ 13
2.8 Natrium Sitrat ............................................... ...................................................... 15
2.8.1 Antikoagulan Natrium Sitrat .......................................... ........................... 15

iii
2.9 Kerangka Konsep ............................................................................................... . 16

BAB III METODE PENELITIAN


3.1 Jenis Penelitian .................................................................................................... 17
3.2 Desain Penelitian ................................................................................................. 17
3.3 populasi dan sampel ............................................................................................ 17
3.3.1 Populasi .................................................................................................... 17
3.3.2 Sampel ....................................................................................................... 17
3.4 Lokasi dan Waktu Penelitian .............................................................................. 18
3.4.1 Lokasi Penelitian ....................................................................................... 18
3.4.2 Waktu Penelitian ....................................................................................... 18
3.5 Instrumen Penelitian ............................................................................................ 18
3.5.1 Alat ............................................................................................................ 18
3.5.2 Bahan ........................................................................................................ 18
3.5.3 Metode ........................................................................................... ........... 18
3.5.4 Prinsip Pemeriksaan .................................................................................. 19
3.6 Cara Kerja ............................................................................. .............................. 19
3.6.1 Pembuatan Na Sitrat 3,2% ................................................................. ....... 19
3.6.2 Pembuatan Na Sitrat 3,8% ......................................................................... 19
3.6.3 Pengambilan Darah Vena........................................................................... 19
3.6.4 Pengukuran LED Dengan Antikoagulan Na Sitrat 3,2%.................... ....... 20
3.6.5 Pengukuran LED Dengan Antikoagulan Na Sitrat 3,8% .......................... 20
3.7 Pengolahan dan Analisis Data ............................................................................ 21

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian ................................................................................................... 22

4.2 Pengolahan Data .................................................................................................. 23

4.2.1 Uji Normalitas .......................................................................................... 23

iv
4.2.2 Uji Homogenitas ...................................................................................... 24
4.2.3 Uji Paired t-Test ........................................... ............................................ 24
4.2.4 Analisis Data Lanjutan menggunakan Uji ALE ...................................... 26
4.3 Pembahasan ......................................................... ............................................... 27

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan ......................................................................................................... 29

5.2 Saran .................................................................................................................... 29


DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 30
LAMPIRAN ............................................................................................................. 32

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ........................................................................ ....... 34

v
DAFTAR ISTILAH

1. Laju Endap Darah : Merupakan pemeriksaan untuk menentukan kecepatan


eritrosit mengendap dalam darah yang tidak membeku pada tabung
Westergren secara vertikal dalam waktu tertentu.
2. Metode Westergren : Merupakan salah satu metode pemeriksaan Laju Endap
Darah (LED) yang dianjurkan oleh International Commitee for
Standardization in Hematology (ICSH).
3. Antikoagulan : Merupakan zat yang ditambahkan kedalam darah dengan
tujuan untuk menghambat atau mencegah proses pembentukan bekuan darah
dengan cara mengikat atau mengendapkan ion kalsium.
4. Natrium Sitrat 3,2% : Merupakan larutan antikoagulan yang terdiri dari 3,2
gram natrium sitrat dan dilarutkan dalam 100 ml Aquades. Biasa digunakan
sebagai antikoagulan pada pemeriksaan Koagulasi.
5. Natrium Sitrat 3,8% : Merupakan larutan antikoagulan yang terdiri dari 3,8
gram natrium sitrat dan dilarutkan dalam 100 ml Aquades. Biasa digunakan
sebagai antikoagulan pada pemeriksaan Laju Endap Darah (LED).

vi
DAFTAR TABEL

Tabel

3.1 Perbandingan Kelompok Statistik ....................................................................... 17


4.1 Hasil Pemeriksaan Dengan Antikoagulan 3,2% dan 3,8% ................................. 22
4.2 Hasil Uji Normalitas ........................................................................................... 23
4.3 Hasil Uji Homogenitas ........................................................................................ 24
4.4 Hasil Statistik Deskriptif ..................................................................................... 24
4.5 Kolerasi Sampel .................................................................................................. 25
4.6 Hasil Uji Beda Sampel Berpasangan .................................................................. 26

vii
DAFTAR GAMBAR

Gambar

2.1 Sel Darah Merah Normal .................................................................................... 4


2.2 Sel Darah Putih .................................................................................................. 5
2.3 Keping Darah ...................................................................................................... 6
2.4 Struktur Natrium Sitrat......................................................................................... 15
2.5 Kerangka Konsep ................................................................................................. 16

viii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1. Pemeriksaan LED Dengan Menggunakan Na Sitrat 3,2% dan 3,8% ................ 32

ix
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pemeriksaan darah lengkap merupakan pemeriksaan yang sering di


minta oleh klinisi karena dari pemeriksaan darah lengkap dapat membantu
diagnosis penderita. Pemeriksaan darah lengkap juga dapat digunakan untuk
menentukan langkah pemeriksaan selanjutnya atau kemana penderita itu
akan dirujuk. Oleh karena itu, pemeriksaan darah lengkap merupakan
pemeriksaan dasar yang sangat penting dan perlu dilakukan secara cepat dan
tepat, sehingga hasil yang diterima oleh penderita dan dibaca oleh klinisi
dapat dipercaya ketepatannya.
Pemeriksaan Laju Endap Darah (LED) merupakan salah satu
pemeriksaan darah rutin yang sering dilakukan di laboratorium.
Pemeriksaan darah rutin lainnya adalah : kadar Hemoglobin (Hb), jumlah
Leukosit, hitung jenis Leukosit (Differensial Caunting). Sedangkan
pemeriksaan penyaring (screening) adalah : Gambaran Darah Tepi, Jumlah
Eritrosit, Hematokrit, Index Eritrosit, Hitung Trombosit (Dep Kes RI
Th1995).
Laju endap darah (erithrocyte sedimentation rate, ESR) yang juga
disebut kecepatan endap darah (KED) atau laju sedimentasi eritrosit adalah
kecepatan sedimentasi eritrosit dalam darah yang belum membeku, dengan
satuan mm/jam. Tujuan pemeriksaan LED adalah untuk mengetahui
kecepatan pengendapan darah dalam 1 jam (Nugraha, 2015).
Pemeriksaan LED masih banyak dilakukan secara manual dan metode
yang sering digunakan yaitu dengan metode Westergren karena
prosedurnya lebih sederhana dan memiliki nilai akurasi yang tinggi. Sampel
yang digunakan pada metode Westegren dan interpretasi hasilnya akan
didapat setelah satu jam. Sampel yang digunakan pada pemeriksaan ini

1
2

merupakan darah yang dilakukan pengenceran menggunakan Natrium Sitrat


3,2% dan 3,8% dengan perbandingan 4 volume darah dan 1 volume sitrat.

Narium sitrat merupakan jenis antikoagulan yang digunakan pada


beberapa pemeriksaan hematologi dengan variasi konsentrasi menurut jenis
pemeriksaan yang dilakukan. Penggunaan Natrium sitrat sebagai
antikoagulan dibagi menjadi dua berdasarkan konsentrasinya, yaitu Na-sitrat
3,2 % dan 3,8%. Na-Sitrat 3,2 % digunakan pada pemeriksaan koagulasi
dan agregasi trombosit, sedangkan Na-Sitrat 3,8% digunakan pada
pemeriksaan Erythrocyte Sedimentation Rate (ESR) atau LED (Riswanto,
2009).

Banyaknya permintaan pemeriksaan LED dibandingkan pemeriksaan


kogulasi di laboratorium mengakibatkan menipisnya stok antikoagulan
bahkan ketidaktersediaannya antikoagulan Na-Sitrat 3,8% sehingga yang
tersisa atau yang tersedia hanya Na-Sitrat 3,2%. Tidak tersedianya Na-Sitrat
3,8% lebih menyulitkan daripada tidak tersedianya Na-Sitrat 3,2%, karena
masih bisa dilakukan pengenceran dari konsentrasi 3,8% menjadi 3,2%.
Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti melakukan penelitian
mengenai perbandingan hasil pemeriksaan Laju Endap Darah (LED) metode
Westergren dengan menggunakan natrium sitrat 3,2% dan 3,8%.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, penulisdapat merumuskan masalah


sebagai berikut :
Apakah ada perbedaan hasil pemeriksaan LED menggunakan
antikoagulan Natrium Sitrat 3,2% memberikan hasil yang signifikan dengan
pemeriksaan LED menggunakan Natrium Sitrat 3,8%.
3

1.3 Tujuan Penelitian


Berdasarkan penelitian ini, tujuan yang ingin dicapai adalah
mengetahui ada atau tidaknya perbedaan pada hasil pemeriksaan LED
menggunakan antikoagulan Natrium Sitrat 3,2% dan 3,8%.

1.4 Manfaat Penelitian


1. Penelitian ini dapat menambah pengetahun kepada instansi pendidikan
tentang pentingnya melakukan tahap pemeriksaan yang prosedural.
2. Penelitian ini dapat membantu memberikan informasi kepada teknisi
laboratorium klinik tentang ada atau tidaknya pengaruh penggunaan
antikoagulan Natrium Sitrat 3,2% terhadap hasil LED.

1.5 Hipotesis Penelitian


Ada perbedaan pada hasil pemeriksaan laju endap darah yang
didapatkan menggunakan antikoagulan Natrium Sitrat 3,2% dan Natrium
Sitrat 3,8%.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Darah
Darah merupakan suatu jaringan bersifat cair. Darah terdiri dari sel-sel
(dan fragmen-fragmen sel) yang terdapat secara bebas dalam medium yang
bersifat seperti air, ialah plasma. Sel-sel dan fragmen-fragmen sel
merupakan unsur unsur darah yang disebut unsur “jadi”. Sel-sel ini cukup
besar sehingga dapat diamati dengan mikroskop biasa. Ada 3 tipe unsur
“jadi” ialah sel-sel darah merah atau eritrosit, sel-sel darah putih atau
leukosit dan keping keping darah atau trombosit (Kimbal JW, 1992).

2.1.1 Sel Darah Merah


Diantara tiga tipe tersebut, sel-sel darah merahlah (SDM), yang
paling banyak jumlahnya. Wanita normal mempunyai kira-kira 4,5
juta sel-sel ini dalam setiap milimeter kubik darah. Pada laki-laki
normal, rata-rata jumlahnya agak tinggi kira-kira 5 juta.meskipun
demikian nilai-nilai ini dapat turun naik dalam suatu kisaran yang
luas sekali, tergantung pada faktor-faktor seperti ketinggian tempat
seseorang hidup (orang-orang peru yang hidup pada ketinggian
6.000 m dapat mempunyai sel darah merah setinggi 8,3 juta) dan
pada keadaan kesehatan seseorang (Kimbal JW, 1992).

Gambar 2.1 Sel Darah Merah Normal


(Sumber : google, 10 februari 2017)

4
5

Sel-sel darah merah mempunyai bentuk cakra dengan diameter


7,5 μm dan ketebalan ditepi 2 μm. Tengah-tengah dari cakra tersebut
lebih tipis 1 μm dari pada tepinya. Bentuk bikonkaf yang menarik ini
mempercepat penukaran ga-gas antara sel-sel dan plasma darah.

Jangka hidup sel ini kira-kira 120 hari. Sel-sel datah merah
yang telah tua akan ditelan oleh sel-sel fagositik yang terdapat dalam
hati dan dalam suatu struktur berbentuk kantung yang disebut limpa.
Sebagian besi dari Hemoglobin didapatkan kembali untuk digunakan
lagi. Sisa dari molekul hemoglobin dipecah. Beberapa dari hasil
pemecahan ini, pigmen empedu dieksresikan oleh hati kedalam
empedu. Telah ditaksir bahwa setiap detik tiga juta sel darah merah
mati dan dibersihkan oleh hati serta limpa (Kimbal JW, 1992).

2.1.2 Sel Darah Putih

Gambar 2.2 Sel Darah Putih


Sumber : http://analislabkes.blogspot.com (10 Februari 2017)

Sel-sel darah putih jumlahnya jauh lebih kurang dari pada sel-
sel darah merah, dan rasio antara kedua tipe tersebut kira-kira 1 : 700.
Sebenarnya ada lima tipe SDP yang berbeda yang terdapat dalam
darah yang sedang beredar, semuanya mempunai nukleus.
Ukurannya berkisar dari limfosi yang tidak jauh lebih besar (10 μm)
dari pada sel darah merah, sampai monosit-monosit yang mungkin
tiga kali lebih besar (25 μm). Bentuk SDP sangat bervariasi,
6

terutama bila sel-sel ini sedang melalui kapiler-kapiler (Kimbal JW,


1992).
Fungsi umum dari SDP ialah melindungi badan dari infeksi.
Neutrofil-neutrofil dan monosit-monosit menyempurnakannya
dengan membungkusnya secra endositosis partikel-partikel asing
(misalnya: bakteri) yang masuk dalam badan. Untuk melaksanakan
fungsinya dalam menanggapi suatu zat kimia umpan, leukosit-
leukosit ini keluar melalui dinding kapiler di area terjadi kerusakan
jaringan. Bila telah bebas dalamjaringan,merekamulaidengan
fagositosis.bakteriatau partikel-partikel lainnya ditelan di dalam
vakuola-vakuola. Vakuola-vakuola ini bersatu dengan lisosom-
lisosom, dan enzim-enzimnya dapat menghancurkan bakteri-bakteri
tersebut. Granula-granula yang jumlahnya sangat banyak yang
terdapat di dalam sitoplasma neutrofil adalah lisosom. Biasanya
perlawanan berakhir dengan kematiansel darah putih. Pus (nanah)
adalah kumpulan sel-sel darah putih yang mati dan hasil kerusakan-
kerusakan jaringan (Kimbal JW, 1992).

2.1.3 Keping Darah

Gambar 2.3 Keping Darah (Trombosit)


Sumber : http://griyokulo.blogspot.com (10 Februari 2017)

Keping-keping darah adalah fragmen sel-sel yang dihasilkan


oleh sel-sel besar (megkariosit) dalam sumsum tulang. Keping-keing
darah berbentuk seperti cakera dan jauh lebih kecil (2 μm) dari pada
sel darah merah. Secara normal, dalam setiap kubik milimeter darah
7

terdapat antara 150.000 – 400.000 keping darah. Sel-sel ini sangat


penting dalam proses pembekuan darah (Kimbal JW, 1992).

2.2 Plasma Darah


Cairan di mana sel-sel darah terdapat aialah cairan bewarna kekuning-
kuningan, disebut plasma. Komponen terbesar dari plasma darah adalah air.
Dalam plasma darah larut molekul-molekul dari ion-ion yang beraneka
ragam. Ini meliputi glukosa yang bekerja sebagai sumber utama energi
untuk sel-sel kita, dan asam-asam amino. Setelah makan makanan yang
kaya akan lemak, tetesan –tetesan lemak tersebut diangkut di dalam plasma.
Selain molekul-molekul makanan, juga terdapat produk sisa dari
metabolisme sel. Vitamin-vitamin dan hormon-hormon juga terdapat di
dalam darah. Sejumlah ion terdapat di dalamnya, yang terbanyak adalah
(Na+) dan ion-ion klor (Cl-). Sebagian besar bahan-bahan ini dalam
perjalanan dalam darah, dan akan diangkut dari suatu tempat di mana bahan
tersebut ditambahkan dalam darah, ke suatu tempat dimana bahan-bahan
tersebut dipindahkan. Sumber-sumber tersebut termasuk organ pertukaran,
seperti usus, depot atau persediaan cadangan dalam badan. Hati misalnya
menimbun sejumlah zat seperti glukosa dan dua macam vitamin untuk
dilepaskan dalam badan jika dibutuhkan seperti waktu antara makan
(Kimbal JW, 1992).
Kira-kira 70% plasma terdiri dari molekul-molekul protein. Ini
meliputi fibrinogen, satu komponen esensial untk proses pembekuan.
Setelah darah diambil dari sebuah vena dan dibiarkan membek, bekuan
darah berkerut secara lambat. Ketika hal itu terjadi, cairan bening disebut
serum akan kelaur dari bekuan tersebut. Serum pada dasarnya adalah plasma
darah tanpa fibrinogen.
Satu cara yang baik sekali untuk memisahkan macam-macam protein
yang masih tetap ada di dalam serum ialah dengan suatu teknik dikenal
sebagai elektroforesis. Pemeriksaan dari elektroforetogram mengungkapkan
sejumlah pita-pita yang beda,yang masing masing merupakan molekul-
8

molekul protein dengan muatan khusus. Yang paling mencolok dari pita-
pita ini dan juga yang bergerak paling dekat dengan elektrode positif adalah
albumin. Albumin dibuat di dalam hati, ia berfungsi sebagai zat untuk
mengangkut bermacam-macam molekul lebih kecil didalam lemak, pigmen-
pigmen empedu, dan obat-obatan tertentu. Bahan-bahan ini dibawa darah
dengan cara tersebut (Kimbal JW, 1992).
Pita protein lainnya yang terdaapat adalah aneka ragam globulin.
Yang sangat menarik bagi kita adalah globulin yang bermuatan negatif
sedikit. Globulin ini sangat banyak, khususnya setelah terjadi infeksi atau
imunisasi. Ini karena antibodi adalah globulin gama. Kadang-kadang
globulin gama yang tela dipisahkan dari darah banyak donor diberikan
kepada orang-orang yang terkena penyakit-penyakit tertentu seperti
penyakit gondong atau polio. Dengan cara ini, pasien mendapatkan
perlindungan temporer terhadap penyakit tersebut karena adanya antibodi
(Kimbal JW, 1992).

2.3 Pemeriksaan Darah Lengkap


Pemeriksaan Hematologi Lengkap Pemeriksaan hematologi lengkap
merupakan suatu jenis pemeriksaan penunjang suatu diagnosis penyakit dan
untuk melihat respons tubuh terhadap penyakit. Disamping itu pemeriksaan
hematologi lengkap berfungsi untuk pemantauan suatu respon terapi yang
pada pasien yang menderita suatu penyakit infeksi. Pemeriksaan hematologi
lengkap terdiri dari beberapa parameter :
1. Hemoglobin
Hemoglobin merupakan protein darah yang berfungsi sebagai
media transport oksigen dari paru-paru keseluruh tubuh dan membawa
karbondioksida dari tubuh ke paru-paru. Kandungan zat besi dalam
hemoglobin menyebababkan darah menjadi berwarna merah. Kadar
hemoglobin yangrendah dalam darah dikenal dengan istilah anemia.
Penyebab anemia diantaranya: perdarahan, kekurangan gizi, gangguan
sumsum tulang dan penyakit sistemik. Kadar hemoglobin yang tinggi
9

sering ditemukan pada orang yang tinggal didataran tinggi dan perokok.
Seperti penyakit radang paru-paru (tuberkulosis). Nilai normal
Hemoglobin:
Wanita : 12-16 g/dL
Laki-laki : 14-18 g/dL
2. Hematokrit
Hematokrit merupakan ukuran yang menentukan banyaknya
jumlah sel darah merah dalam 100 mL darahyang dinyatakan dalam
persen (%). Nilai normal hematokrit laki-laki 40,7% - 50,3% dan untuk
wanita 36,1% - 44,3%. Nilai diatas menunjukkan kadar hemoglobin
berbanding lurus dengan kadar hematokrit. Sehingga pada penurunan
dan penaikan hematokrit terjadi pada penyakit yang sama.
3. Jumlah Leukosit
Leukosit merupakan komponen darah yang berperan memerangi
infeksi yang disebabkan oleh virus, bakteri ataupun metabolisme toksin.
Nilai normal leukosit: 4000-10.000 sel/μL darah.
4. Jumlah Eritrosit
Eritrosit merupakan komponen darah paling banyak dan berfungsi
sebagai pengangkut oksigen dari paru-paru untuk diedarkan ke seluruh
tubuh dan membawa karbondioksida dari tubuh ke paru-paru. Jumlah
eritrosit yang tinggi biasanya ditemukan pada perokok, kasus
hemokonsentrasi dan gagal jantung. Sedangkan jumlaheritrosit yang
rendah ditemukan pada orang anemia, leukemia, lupus dan penyakit
kanker. Nilai normal jumlah eritrosit:
Laki-laki : 4,6 Juta- 6,1 Juta sel/μL
Wanita : 4,2 Juta-5,4 Juta sel/μL
5. Lajud Endap Darah
Laju endap darah merupakan kecepatan sedimentasi eritrosit
dalam darah yang belum membeku, dengan satuan mm/jam. LED
merupakan uji yang tidak spesifik. LED meningkat dijumpai pada
proses inflamasi akut, atritis reumatoid dan kerusakan jaringan. ICSH
10

merekomendasikan pemeriksaan LED menggunakan Metode


Westergren, Hal ini dikarenakan pipiet Westergren 2 kali lebih besar
dari pipet Wintrobe sehingga hasil LED yang sangat tinggi masih dapat
terdeteksi.
6. Trombosit
Trombosit merupakan bagian dari sel darah merah yang berperan
membantu proses pembekuan darah dan menjaga integritas vaskuler.
Trombosit yang rendah dikenal dengan istilah trombositosis, biasanya
orang tidak mengalami keluhan apapun. Sedangkan trombosit yang
tinggi dikenal dengan istilah trombositopenia, ini bisa ditemukan pada
kasus demam berdarah (DBD) dan Idiopatik Trombositopenia Purpura
(ITP). Nilai normal jumlah trombosit: 150,000-400.000 sel/μL (Kiswari,
2014).

2.4 Laju Endap Darah


Laju Endap Darah (LED), dalam bahasa Inggris disebut erythrocyte
sedimentation rate (ESR) atau blood sedimentation rate (BSR) adalah
pemeriksaan untukmenentukan kecepatan eritrosit mengendap dalam darah
yang tidak membeku (darah berisi antikoagulan) pada suatu tabung vertikal
dalam waktu tertentu. LED pada umumnya digunakan untuk mendeteksi
dan memantau adanya kerusakan jaringan, inflamasi dan menunjukan
adanya penyakit (bukan tingkat keparahan) baik akut maupun kronis,
sehingga pemeriksaan LED bersifat tidak spesifik tetapi beberapa dokter
masih menggunakan pemeriksaan skrining (penyaring) dan memantau
berbagai macam penyakit infeksi, autoimun, keganasan dan berbagai
penyakit yang berdampak pada protein plasma (Nugraha, 2015)..
Darah dengan antikoagulan dalam tabung LED yang dibiarkan tegak
lurus dalam waktu tertentu akan mengalami pemisahan sehingga menjadi
dua lapisan, lapisan atas berupa plasma dan lapisan bawah berupa eritrosit.
Pemisahan tersebut ditentukan oleh masa jenis eritrosit yang dipengaruhi
11

oleh komposisi plasma. Proses pengendapan darah tersebut terjadi dalam


tiga tahap :
1. Tahap pertama pembentukan reuleaux, sel-sel eritrosit mengalami
agregasi dan membentuk tumpukan dengan kecepatan pengendapan
darah lambat yang berlangsung dalam waktu 10 menit.
2. Tahap kedua proses sedimentasi, eritrosit akan mengalami pengendapan
lebih cepat dan konstan yang berlangsung selama 40 menit, kecepan
sedimentasi tergantung pada tahap agregasi, semakin besar
pembentukan reuleaux maka semakin tinggi kecepatan sedimentasi.
3. Tahap ketiga adalah tahap pemadatan, eritrosit yang mengendap akan
mengisi celah-celah atau ruang kosong pada tumpukan eritrosit lain
dibawah tabung hingga eritrosit benar-benar memadat dan terakumulasi,
tahap ini berlangsung selama 10 menit dengan kecepatan pengendapan
lambat (Nugraha, 2015).

2.5 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Laju Endap Darah


Nilai klinis LED dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu eritrosit dan
komposisi plasma. Faktor eritrosit dalam kecepatan LED dipengaruhi oleh
massa dan luas permukaan eritrosit, semakin besar partikel maka akan
semakin besar massa patikel sehingga kecepatan pengendapan meningkat.
Selain itu eritrosit memiliki gaya tarik permukaan, karena pada membran
eritrosit bermuatan negatif (potensial zeta) yang cenderung memberikan
gaya tolak menolak sehingga akan memisahkan eritrosit lain (Nugraha,
2015).
Pada kondisi eritrosit abnormal atau terjadi perubahan komposisi
plasma karena adanya kelainan, maka akan terjadi penurunan muatan
negatif yang mengakibatkan eritrosit membentuk agregat yang disebut
roulaux, pembentukan roulaux dapat meningkatkan massa lebih besar dan
dapat mempercepat pengendapan. Aglutinasi eritrosit juga dapat
meningkatkan kecepatan pengendapan. Pada kasus anemia, makrosit
mengendap lebih cepat daripada mikrosit karena makrosit memiliki massa
12

lebih besar dan sel sabit atau sperosit mengendap lebih lambat karena tidak
dapat membentuk rouleaux (Nugraha, 2015).
Selain eritrosit, komposisi plasma menjadi faktor penting dalam
peningkatan kecepatan pengendapan darah. Perubahan komposisi plasma
akan mempengaruhi viskositas darah dan dapat berdampak terhadap
kecepatan pengendapan. Pada darahnormal, kecepatan pengendapan sangat
rendah karena masing-masing tarikan gravitasi sel-sel eritrosit diimbangi
oleh arus ke atas yang ditimbulkan oleh viskositas plasma. Pada plasma
yang mengental maka akan terjadi peningkatan viskositas yang
menyebabkan penurunan nilai LED seperti pada kasus peningkatan kadar
albumin darah (Nugraha, 2015).
Pada kasus tertentu, jika terjadi peningkatan protein fase akut
misalnya fibrinogen, α-1 globulin dan α-2 globulin yang cenderung
bermuatan positif akan menetralkan eritrosit yang bermuatan negatif
(potensial zeta berkurang), karena muatan eritrosit menetralkan maka
eritrosit akan cenderung roulaux. Peningkatan protein fase akut tersebut
dapat meningkatkan viskositas tetapi massa jenis eritrosit yang lebih akan
meningkatakan hasil LED. Selain itu, konsentrasi makromolekul asimetrik
yang tinggi di dalam plasma juga dapatmengurangi potensial zeta sehingga
meningkatkan pembentukan rouleaux (Nugraha, 2015).
Terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemeriksaan
LED yang dapat mempengaruhi keakuratan hasil pemeriksaan sehingga
dapat menjadi faktor kesalahan dalam pemeriksaan. Konsentrasi
antikoagulan yang berlebih dapat meningkatkan nilai LED. Penggunaan
antikoagulan yang tidak tepat dapat mengubah potensial zeta eritrosit yang
dapat mengganggu fase pertama LED serta dapat merubah morfologi
terutama ukuran eritrosit sehingga proses pengendapan terganggu.
Kemiringan tabung dapat meningkatkan hasil nilai LED hingga 30%. Suhu
dapat mempengaruhi kecepatan pengendapan, sehingga pengukuran LED
harus dilakukan kisaran 20-25ºC. Serta waktu pemeriksaan harus dilakukan
dengan tepat (Nugraha, 2015).
13

2.6 Pemeriksaan Laju Endap Darah


Pemeriksaan LED dikenal dengan 3 metode:
1. Metode Westergren
Metode Westergren merupakan metode yang banyak digunakan
karena metode ini sangat sederhana sehingga ICSH telah
merekomendasikan sebagai metode referensi. Antikoagulan yang
digunakan adalah spesimen darah Na-sitrat 3,8% menggunakan tabung
Westergren (Nugraha, 2015).
2. Metode Wintrobe
Metode wintrobe menggunakan tabung wintrobe. Selain itu
metode ini memiliki kurang sensitif dalam menentukan sistem aktivitas
penyakit dibanding metode westergren (Priyana, 2010)
3. Metode Otomatis
Metode otomatis digunakan untuk mengukur LED yaitu ESR ves-
MATIC 20 yang merupakan instrumen yang dirancang untuk mengukur
20 sampel darah secara otomatis (Kiswari, 2014).

2.7 Masalah Klinik


2.7.1 Penurunan Laju
Polisitemia vena, gagal jantung kongestif atau Congestive
Heart Failure (CHF), anemia sel sabit, mononukleosis infeksius,
defisiensi faktor V, artritis degeneratif, angina pektoris.

2.7.2 Peningkatan Laju


Rheumatoid Arthritis, demam reumatik, Myocard Infarct
(MCI) akut, kanker (lambung, kolon, payudara, hati, ginjal),
penyakit Hodgin, mieloma multipel, limfosarkoma, endokarditis
bakterial, gout, hepatitis, sirosis hati, penyakit inflamasi panggul
akut, sifilis, tuberkulosis, glomerulonefritis, Systemic Lupus
Erythematosus (SLE), penyakit hemolitik pada bayi baru lahir
14

(eritroblastosis fetalis), kehamilan (trimester kedua dan ketiga)


(Nugraha, 2015)
Nilai Normal LED menurut metode westergren (Nugraha, 2015) :
1. Bayi baru lahir : 0 – 2 mm/jam
2. Anak : 0 – 10 mm/jam
3. Laki-laki dewasa <50 thn : 0 – 15 mm/jam
4. Laki-laki dewasa >50 thn : 0 – 20 mm/jam
5. Wanita dewasa <50 thn : 0 – 20 mm/jam
6. Wanita dewasa >50 thn : 0 – 30 mm/jam
Laju endap darah meningkat menunjukkan meningkatnya kadar
imunoglobulin atau protein fase akut, yang menyebabkan eritrosit saling
melekat satu samalain. Peningkatan LED merupakan penanda non spesifik
dariadanya peradangan atau infeksi. LED sangat tinggi (> 100 mm/jam)
menunjukkan :
1. Mieloma multiple
2. Lupus eritematosus sistemik (SLE)
3. Arteritis temporalis, kanker dan infeksi kronis termasuk tuberculosis
(Bradley dkk, 2005).
Makna LED dalam pemeriksaan klinik. Apabila nilai LED yang
normal dapat memberikan petunjuk ada tidaknya kemungkinan penyakit
yang serius. Sebaliknya apabila nilai LED tidak normal, perlu dilakukan
pemeriksaan penunjang lain untuk menentukan diagnostik yang pasti. LED
merupakan 14 pemeriksaan yang tidak spesifik, LED bisa meningkatpada
keadaan patologi seperti adanya peradangan. Umumnya nilai LED normal
pada penyakit-penyakit infeksi lokal yang kecil atau penyakit akut seperti
apendisitis akut, infeksi selaput lendir dengan reaksi sedikit radang, dan
pada lesi-lesi kulit. Akan tetapi LED meningkat pada penyakit tuberkulosis,
infeksi kronis, demam reumatik, arthiris dan nefritis (Kiswari, 2014).
15

2.8 Natrium Sitrat

Gambar 2.4 Struktur Natrium Sitrat


Sumber : http://www.chemnet.com (15 September 2017)

Nama Kimia :Trisodium citrate dihydrate; trinatrium 2-


hidroksipropanan-1,2,3-trikarboksilat;
BM : 258,1
Rumus Molekul : Na3C6H5O7
Natrium sitrat berupa serbuk kristal puih, tidak berbau, atau tidak
bewarna. Natrium Sitrat larut dalam 1:1,5 air, 1:0,6 air panas, dan sukar
larut dalam etanol 95% (Rowe, Sheskey dan Owen, 2006)

2.8.1 Antikoagulan Natrium Sitrat


Antikoagulan adalah zat yang ditambahkan kedalam darah
dengan tujuan untuk menghambat atau mencegah proses
pembentukan bekuan darah dengan cara mengikat atau
mengendapkan ion kalsium dan menghambat pembentukan trombin
dari protombin. Dengan pemberian antikoagulan, didapat spesimen
atau sampel darah utuh atau didapatkan plasma yang diperoleh dari
sentrifugasi (Nugraha, 2015)
Antikoagulan diberikan berdasarkan keperluan pemeriksaan
karena sifat dari zat aditif yang ditambahkan memiliki pengaruh
yang berbeda terhadap spesimen darah. Ada beberapa jenis
antikoagulan yang sering digunakan dalam laboratorium, namun
pada pemeriksaan Laju Endap Darah menggunakan Natrium Sitrat
sebagai antikoagulan.
16

Sebagai antikoagulan in vitro, umumnya Trisodium citrate


atau Natrium Sitrat (Na3C6H507) digunakan dalam bentuk larutan.
Cara kerja antikoagulan ini adalah menghambat aktivitas faktor
pembekuan dengan mengikat kalsium menjadi kompleks kalsium
sitrat, sehingga menghambat aktifitas fibrinogen menjadi fribrin
(bekuan).
Di laboratorium jenis konsentrasi natrium sitrat yang sering
dibuat adalah natrium sitrat 3,2% dan natrium sitrat 3,8%. Natrium
sitrat 3,2% dengan perbadingan darah dan antikoagulan sembilan
banding satu digunakan untuk pemeriksaan Koagulasi dan Agregasi
Trombosit, sedangkan narium sitrat 3,8% dengan perbandingan
darah dan antikoagulan empat berbanding satu digunakan untuk
pemeriksaan Laju Endap Darah (Eldin, 2011)

2.9 Kerangka Konsep

Sampel Darah Vena

Penambahan Penambahan
antikoagulan Natrium antikoagulan Natrium
Sitrat 3,2% Sitrat 3,8%

Pemeriksaan Laju Endap Darah

Gambar 2.5 Kerangka Konsep


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian


Penelitian ini bersifat deskriptif. Peneliti melakukan kegiatan
pengumpulan data, melakukan percobaan dengan membandingkan
pemeriksaan Laju Endap Darah yang dilakukan menggunakan antikoagulan
3,2% dan dengan menggunakan antikoagulan 3,8%. Kemudian diukur
pengendapan darah dengan satuan mm/jam, diambil data dari hasil
pengamatan, diolah dan data tersebut dianalisis.

3.2 Desain Penelitian


Desain penelitian yang digunakan adalah perbandingan kelompok
statis (Static Group Comparison) yaitu membandingkan pemeriksaan Laju
Endap Darah menggunakan antikoagulan Natrium Sitrat 3,2% dengan
menggunakan antikoagulan Natrium Sitrat 3,8%.

Tabel 3.1 Perbandingan Kelompok Statistik


Kelompok Statis Perlakuan Posttest
Menggunakan
Kelompok Eksperimen Antikoagulan Natrium Pemeriksaan LED
Sitrat 3,2%
Menggunakan
Kelompok Kontrol Antikoagulan Natrium Pemeriksaan LED
Sitrat 3,8%

3.3 Populasi dan Sampel


3.3.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah darah vena.
3.3.2 Sampel
Sampel penelitian ini adalah darah vena 30 orang mahasiswi
Sekolah Tinggi Analis Bakti Asih Bandung.

17
18

3.4 Lokasi dan Waktu Penelitian

3.4.1 Lokasi
Laboatorium Biologi Sekolah Tinggi Analis Bakti Asih
Bandung

3.4.2 Waktu Penelitian


Bulan Februari - Maret 2017.

3.5 Instrumen Penelitian


3.5.1 Alat
1. Torniquet
2. Spuit 3ml
3. Kapas
4. Tabung reaksi
5. Pipet ukur 5 ml
6. Tabung Westegren
7. Rak tabung Westegren
8. Stopwatch

3.5.2 Bahan
1. Darah Vena
2. Alkohol 70%
3. Aquades
4. Natrium Sitrat 3,2%
5. Natrium Sitrat 3,8%

3.5.3 Metode
Westergren
19

3.5.4 Prinsip Pemeriksaan


Penambahan antikogulan Na-Sitrat 3,8% dalam darah dengan
perbandingan tertentu akan mengencerkan darah dan dimasukkan
dalam tabung Westergren yang diletakkan tegak lurus dalam waktu
tertentu sehingga sel-sel darah akan mengendap. Jumlah milimeter
darah merah yang mengendap selama 1 jam dinyatakan sebagai
nilai LED dalam satuan mm/jam.

3.6 Cara Kerja


3.6.1 Pembuatan Natrium Sitrat 3,2%
1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan untuk membuat
Na-Sitrat 3,2% sebanyak 100ml.
2. Timbang Natrium Sitrat 3,2 gram
3. Tambahkan 100 ml aquades untuk melarutkan Natrium Sitrat.
4. Homogenkan lalu pindahkan ke botol.

3.6.2 Pembuatan Natrium Sitrat 3,8%


1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan untuk membuat
Na-Sitrat 3,8% sebanyak 100ml.
2. Timbang Natrium Sitrat 3,8 gram
3. Tambahkan 100 ml aquades untuk melarutkan Natrium Sitrat.
4. Homogenkan lalu pindahkan ke botol.

3.6.3 Pengambilan Darah Vena


1. Disiapkan alat dan bahan yang diperlukan
2. Torniquet dipasang beberapa cm diatas lipatan siku responden
±3 jari
3. Dipilih bagian vena median cubital atau chepalic dengan
melakukan perabaan
4. Dibersihkan kulit pada bagian yang akan diambil darahnya
dengan kapas alkohol 70%
20

5. Ditusukkan jarum kepada pembuluh darah vena dengan posisi


jarum berlubang menghadap ke atas dan posisikan pada 45º
6. Setelah mengenai vena, lepas torniquet dan tarik semprit
hingga darah keluar
7. Jarum dilepas dan diletakkan kapas kering pada tempat
penusukan dan diberi plaster
8. Dimasukkan darah kedalam wadah yang sudah diberi
antikoagulan.

3.6.4 Pengukuran LED menggunakan antikoagulan Na-Sitrat 3,2%


1. Disiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan
2. Diencerkan darah vena yang didapat dengan Na Sitrat 3,2%
didalam tabung dengan perbandingan 4 volume darah dan 1
volume Na Sitrat 3,2%
3. Homogenkan
4. Darah yang sudah ditambahkan Na sitrat 3,2% kemudian
dipipet kedalam tabung westergren sampai tanda batas 0 mm
5. Tabung westergren dipasang pada rak yang tegak lurus
6. Diamati waktu mengendapnya darah dengan stopwatch selama
1 jam dan baca skala akhirnya

3.6.5 Pengukuran LED Menggunakan antikoagulan Na-Sitrat 3,8%


1. Disiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan
2. Diencerkan darah vena yang didapat dengan Na Sitrat 3,8%
didalam tabung dengan perbandingan 4 volume darah dan 1
volume Na Sitrat 3,8%
3. Homogenkan
4. Darah yang sudah ditambahkan Na sitrat 3.8% kemudian
dipipet kedalam tabung westergren sampai tanda batas 0 mm
5. Tabung westergren dipasang pada rak yang tegak lurus
21

6. Diamati waktu mengendapnya darah dengan stopwatch selama


1 jam dan baca skala akhirnya.

3.7 Pengolahan dan Analisis Data


Data yang didapat dari hasil penelitian dikelompokkan dalam
bentuk tabel dan data yang didapat berupa data kuantitatif. Data kuantitatif
merupakan data yang berhubungan dengan angka-angka. Dalam analisis
data ini diolah dengan proses komputerisasi menggunakan SPSS dengan
Paired t-Test.
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

Setelah dilakukan penelitian pada pemeriksaan Laju Endap Darah


(LED) antara darah yang ditambahkan Natrium Sitrat 3,2% dan 3,8%
terhadap 30 sampel yang diambil dari mahasiswi Sekolah Tinggi Analis
Bakti Asih, hasil pemeriksaan dapat dilihat pada tabel 4.1
Tabel 4.1 Hasil Pemeriksaan Laju Endap Darah yang Menggunakan
Natrium Sitrat 3,2% dan Natrium Sitrat 3,8%.

Nilai Laju Endap Darah (mm/Jam)


No Sampel
Natrium Sitrat 3,2% Natrium Sitrat 3,8%
1 19 21
2 10 12
3 25 26
4 19 21
5 17 19
6 23 25
7 12 13
8 20 23
9 19 20
10 16 17
11 18 20
12 21 23
13 19 20
14 10 11
15 13 15
16 10 12
17 11 13
18 15 16
19 23 24
20 13 13
21 14 16
22 19 19
23 22 23
24 16 18
25 20 23
26 17 18
27 12 14
28 21 22
29 13 14
30 18 19

22
23

Dari tabel diatas didapat hasil rata-rata nilai Laju Endap Darah
dengan penambahan Na-Sitrat 3,2% yaitu 16,83 mm/jam dan nilai LED
dengan penambahan Na-Sitrat 3,8% yaitu 18,33 mm/jam.

4.2 Pengolahan Data


Penelitian ini bersifat deskriptif yaitu penelitian menggunakan
perbandingan data berdasarkan hasil pengamatan yang ada hubungannya
dengan penelitian ini, dengan demikian dilakukan uji statistik menggunakan
metode perhitungan uji Paired t-test.

4.2.1 Uji Normalitas

Tabel 4.2 Hasil Uji Normalitas

Tests of Normality

Konsentrasi Natrium Shapiro-Wilk


Sitrat Statistic df Sig.
Na Sitrat 3,2 ,957 30 ,259
Na Sitrat 3,8 ,956 30 ,239

Jumlah sampel yang diteliti kurang dari 50, maka uji


normalitas yang digunakan adalah Saphiro Wilk. Signifikansi pada
kolom Saphiro Wilk untuk nilai LED dengan antikoagulan 3,2% dan
3,8% masing-masing 0,259 dan 0,239 yang artinya data terdistribusi
normal (>0,050). Maka dari itu, dapat disimpulkan bahwa data
tersebut telah memenuhi syarat untuk dilakukan uji Paired Sampel t-
test.
24

4.2.2 Uji Homogenitas

Tabel 4.3 Hasil Uji Homogenitas

Test of Homogeneity of Variances

Levene
Statistic df1 df2 Sig.
,009 1 58 ,923

Berdasarkan hasil kedua output diatas dapat dilihat nilai Sig


uji homogenitas varians Levene’s Test (Sig) adalah sebesar 0,923
nilai tersebut lebih besar dari alpha(0,050) yang menunjukkan bahwa
kedua metode memiliki varians atau sebaran data yang homogen.
Selanjutnya data akan di uji menggunakan analisis parametik atau uji
Paired Sampel T-test dengan hasil sebagai berikut.

4.2.3 Uji Paired t-Test

Uji ini digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya


perbedaan rata-rata antara dua kelompok sampel yang berpasangan
(dependent). Maksudnya disini adalah sebuah sampel tetapi
mengalami dua perlakuan yang berbeda.

Tabel 4.4 Hasil Statistik Deskriptif

Paired Samples Statistics

Std. Error
Mean N Std. Deviation Mean
Pair Na Sitrat 3,2% 16,83 30 4,268 ,779
1 Na Sitrat 3.8% 18,33 30 4,318 ,788

Output bagian pertama (Paired Samples Statistics), data


menyajikan deskripsi dari pasangan variabel yang dianalisis berupa
rata-rata nilai Laju Endap Darah (LED) dengan menggunakan
sampel natrium sitrat 3,2% sebesar 16,83 dan natrium sitrat 3,8%
25

sebesar 18,33. Kolom N menunjukkan jumlah sampel yang


digunakan pada masing-masing kelompok sampel, yaitu 30 sampel.
Standar Deviation menunjukkan keheterogenan data yang terjadi
dalam masing-masing kelompok sampel yaitu 4,268 dan 4,318.
Kemudian Standard Error Mean menunjukkan penyebaran nilai
rata-rata dalam masing-masing kelompok sampel yaitu 0,779 dan
0,788.
Tabel 4.5 Kolerasi Sampel

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig.
Pair Na Sitrat 3,2%
1 & Na Sitrat 30 ,986 ,000
3.8%

Berdasarkan tabel diatas, diperoleh nilai correlation (r)


sebesar 0,986. Nilai korelasi ini menunjukkan seberapa kuat
hubungan kedua variabel. Nilai korelasi positif menunjukkan bahwa
apabila terdapat peningkatan pada nilai LED dengan menggunakan
antikoagulan natrium sitrat 3,2%, maka peningkatan juga terjadi
pada nilai LED dengan menggunakan natrium sitrat 3,8%. Nilai
probabilitas(Sig) 0,000 hal ini menyatakan bahwa kolerasi nilai Laju
Endap Darah (LED) pada sampel darah dengan penambahan natrium
sitrat 3,2% dan 3,8% berhubungan secara nyata atau signifikan yaitu
nilai sig (0,000)< 0,05.

Adapun hipotesis yang dirumuskan adalah sebagai berikut :


Ho : tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kedua nilai Laju
Endap Darah (LED)
Ha : terdapat perbedaan yang signifikan antara kedua nilai Laju
Endap Darah (LED)
26

Dengan dasar pengambilan keputusan


a. Jika probabilitas (Sig. (2 tailed)) > 0.05 maka Ho diterima
b. Jika probabilitas (Sig. (2 tailed)) < 0,05 maka Ho ditolak
Tabel 4.6 Hasil Uji Beda Sampel Berpasangan

Paired Samples Test

Paired Differences
95% Confidence
Interval of the
Std. Error Difference
Mean Std. Deviation Mean Lower Upper t df Sig. (2-tailed)
Pair Na Sitrat 3,2% -
-1,500 ,731 ,133 -1,773 -1,227 -11,238 29 ,000
1 Na Sitrat 3.8%

Berdasarkan tabel diatas dengan nilai kepercayaan 95%


diperoleh nilai signifikansi 0,000 maka 0,000 < 0,050 dan t hitung
adalah 11,238 maka 11,238 > 2,04 maka Ho ditolak. Dengan
demikian disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan
antara kedua nilai Laju Endap Darah (LED) secara statistik.

4.2.4 Analisis Data Lanjutan Menggunakan Uji ALE (Allowable


Limits of Error)
Uji ALE merupakan uji yang dilakukan untuk menilai ada
atau tidaknya perbedaan secara klinis
{1/4(Range Normal) : (Nilai tengah Normal) x 100%
{1/4(0-20) : (0+20/2) x 100%
{1/4(20) : (10) x 100%
{5 : 10} x 100%
0,5 x 100%
50%

% Rerata Hasil = 1,5 x 100%


17,58
= 8,53%

Berdasarkan hasil perhitungan diatas didapatkan % rerata hasil


lebih kecil dari nilai ALE. Maka perbedaan nilai LED mengunakan
27

Natrium Sitrat 3,2% dan 3,8% tidak menunjukan perbedaan secara


klinis.

4.3 Pembahasan

Dalam penelitian ini sebanyak 30 sampel yang digunakan berupa


darah vena dengan diberi dua perlakuan, yaitu dengan penambahan
antikoagulan natrium sitrat 3,2% dan 3,8%. Hal ini dilakukan untuk
mengetahui apakah ada pengaruhnya terhadap nilai Laju Endap Darah
(LED).
Pada penelitian yang dilakukan, pemeriksaan laju endap darah
dilakukan dengan metode Westergren. Sebelum dilakukan pemeriksaan,
sampel diambil dengan menggunakan spuit kemudian sampel dibagi dua
dan dimasukkan dalam tabung yang didalamnya sudah terdapat
antikoagulan natrium sitrat 3,2% dan 3,8% sebanyak empat bagian darah
dan satu bagian natrium sitrat. Dihomogenkan terlebih dahulu kemudian
dimasukkan ke tabung Westergren sampai skala nol, jangan lupa diberi label
untuk membedakan sampel dengan penambahan natrium sitrat 3,2% dan
3,8%.
Pemeriksaan Laju Endap Darah (LED) merupakan pemeriksaan
yang digunakan untuk mengetahui kecepatan pengendapan darah dalam 1
jam. Berdasarkan data hasil penelitian, didapatkan rata-rata nilai laju endap
darah menggunakan natrium sirat 3,2% sebanyak 16,83 dan dengan
penambahan natrium sitrat 3,8% sebanyak 18,33. Dari hasil tersebut dapat
dilihat bahwa nilai laju endap darah menggunakan antikoagulan natrium
sitrat 3,8% lebih tinggi daripada nilai laju endap darah menggunakan
antikoagulan natrium sitrat 3,2%.
Kemudian data yang diperoleh di uji statistik menggunakan uji
Paired t-Test. Persyaratan yang harus dipenuhi pada uji Paired t-Test yaitu
data harus terdistribusi normal, kedua sampel harus berpasangan, dan tipe
data numerik. Setelah diakukan uji normalitas didapatkan nilai sig > 0,05
yang berarti hasil data yang didapat terdistribusi normal. Karena data yang
28

dikumpulkan kurang dari 50, maka uji normalitas yang digunakan adalah
Saphiro Wilk.
Setelah diketahui data yang diperoleh terdistribusi normal,
selanjutnya dilakukan uji homogenitas. Dalam statistik, uji homogenitas
digunakan untuk mengetahui sama atau tidaknya variansi dua buah
distribusi. Hasil yang diperoleh pada uji homogenitas adalah sig > 0,05
sehingga kedua kelompok data tersebut memiliki varians atau sebaran data
yang homogen.
Uji statistik selanjutnya adalah uji Paired t-Test. Hasil yang
didapatkan adalah sig(2 tailed) < 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa
terdapat perbedaan yang signifikan antara kedua nilai Laju Endap Darah
(LED) dengan penambahan natrium sitrat 3,2% dan 3,8%.
Hal ini dapat disebabkan karena Natrium Sitrat membawa Natrium
sebagai kation, sehingga muatan negatif pada eritrosit (Zeta Potential) akan
ternetralkan. Apabila semakin banyak penurunan Zeta Potental yang terjadi,
maka Laju Endap Darah akan semakin cepat. Namun untuk mengetahui
apakah perbedaan nilai LED dengan meggunakan antikoagulan Na-Sitrat
3,2% dan 3,8% memberikan perbedaan arti klinis atau tidak, maka
dilakukan uji ALE (Allowable Limits of Error). Berdasarkan perhitungan
analisis data lanjutan didapatkan kesimpulan bahwa Hasil pemeriksaan LED
dengan menggunakan Natrium Sitrat 3,2% dan 3,8% tidak terdapat
perbedaan secara klinis.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan mengenai
perbandingan nilai LED antara darah yang ditambahkan antikoagulan
Natrium Sitrat 3,2% dengan darah yang ditambahkan Natrium Sitrat 3,8%
dapat disimpulkan bahwa rata-rata hasil pemeriksaan LED menggunakan
Natrium Sitrat 3,2% sebanyak 16,83 mm/jam dan nilai LED dengan
menggunakan Na-Sitrat 3,8% yaitu 18,33 mm/jam. Dari hasil tersebut
kemudian dilakukan pengujian secara statistik menggunakan Uji Paired T-
Test antara hasil pemeriksaan LED menggunakan Natrium Sitrat 3,2% dan
3,8%. Secara statistik didapatkan nilai signifkansi (2-tailed) < 0,05, maka
terdapat perbedaan yang bermakna. Namun dilakukan analisis uji lanjutan
didapatkan %rerata hasil lebih kecil dari nilai ALE. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa ada pengaruh penggunaan Natrium Sitrat 3,2% dan
3,8% terhadap pemeriksaan Laju Endap Darah berdasarkan statistik namun
tidak terdapat perbedaan yang bermakna secara klinis.

5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan sebagai upaya
tindak lanjut dari temuan yang ada dilapangan penulis mengemukakan saran,
apabila kondisi tidak memungkinkan seperti ketidaktersediaannya larutan
Natrium Sitrat 3,8% maka pemakaian antikoagulan Natrium Sitrat 3,2%
dapat dipakai sebagai alternatif untuk pemeriksaan LED karena secara klinis
tidak memberikan hasil yang berbeda. Namun tetap saja saat melakukan
pemeriksaan diharapkan dapat memperhatikan standar pemeriksaan agar
tidak terjadi kesalahan seperti penggunaan konsentrasi antikoagulan yang
tepat, karena dikhawatirkan akan memberikan kesalahan pada hasil
pemeriksaan.

29
DAFTAR PUSTAKA

Affandi, B. I (2016). Perbandingan Nilai PT (Protombine Time) Metode Quick


One Stage yang menggunakan Natrium Sitrat 3,2% dan 3,8%. Tugas Akhir
Diploma III Analis Kesehatan, Sekolah Tinggi Analis Bakti Asih Bandung:
tidak diterbitkan.

Arief, R. (2013). Pengaruh Penundaan Waktu Terhadap Hasil LED. [Online].


Tersedia :
http://rhamlaharieefblog.blogspot.co.id/2013/04/pengaruh-penundaan-
waktu-terhadap-hasil-led.html (29 Juli 2017)

Bradley, J. Wayne,D. & Rubenstein, D. (2005). Kedokteran Klinis Ed.6. Jakarta :


Erlangga.

Cahyo, M K. (2011). Jenis-Jenis Antikoagulan. [Online]. Tersedia :


http://www.itd.unair.ac.id/files/pdf/protocol/JENIS%20JENIS%20ANTIKO
AGULAN.pdf

Eldin, A. (2011). PracticalHematology. Majmaah University. [Online] Tersedia:


http://faculty.mu.edu.sa/public/uploads/1335687089.75523-Lab-
PracticalHematologyManual.pdf. (29 Juli 2017)

Gandasoebrata, R. (2009). Penuntun Laboratorium Klinik. Cetakan XIV . Jakarta:


Dian Rakyat.

Hanifiani, N. (2015). Pengaruh Penambahan Konsentrasi Antikoagulan


Na2EDTA Terhadap Pemeriksaan Laju Endap Darah. Tugas akhir Diploma
III Analis Kesehatan Politeknik Kesehatan Bandung : Tidak diterbitkan

Kimball, JW. (1992). Biologi. Jakarta: Erlangga.

Kiswari, R. (2014). Hematologi & Transfusi. Jakarta: Erlangga.

30
31

Nugraha, G. (2015). Panduan Pemeriksaan Laboratorium Hematologi Dasar.


Jakarta: Trans Info Media.

Priyana, A. (2010). Patologi Klinik Untuk Kurikulum Pendidikan Kedokteran


Berbasis Kompetensi. Jakarta: Penertbit Universitas Trisakti.

Reza. (2015). Satu Tetes Yang Signifikan. [Online]. Tersedia :

http://rezaankes.blogspot.co.id/2015/07/satu-tetes-yang-signifikan.html
(29 Juli2017)

Riswanto. (2009). Antikoagulan. [Online]. Tersedia:


http://labkesehatan.blogspot.com/2009/antikoagulan.html (29 Juli 2017)
Rowe, R. C., Sheskey, P. J., dan Owen, S.C. (2006). Handbookof pharmaceutic
exipients 5th edition. London : Pharmaceutical Press and American
Pharmacist Association.

Waznah, T R. (2015). Perbandingan Nilai activated Partial Thromboplastin Time


(aPTT) Pada Plasma Menggunakan Antikoagulan Natrium Sitrat 3,2%
dan 3,8%. Tugas akhir Diploma III Analis Kesehatan Politeknik
LAMPIRAN 1
PEMERIKSAAN LED DENGAN MENGGUNAKAN NATRIUM
SITRAT 3,2% DAN 3,8%

Persiapan Pemeriksaan

Pengambilan Sampel Darah Vena

32
33

Pencampuran Darah Dengan Antikoagulan 4 : 1

Pemeriksaan Laju Endap Darah Menggunakan Natrium Sitrat 3,2% dan 3,8%
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
BIODATA
Nama : Rohmatu Aini
Tempat, Tanggal Lahir : Cilegon, 03 Juni 1996
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Link Cigiceh RT/RW 003/001 Desa Gedong Dalem Kec.
Jombang Kota Cilegon Banten
No Hp : 08998612191

RIWAYAT PENDIDIKAN
1. TK AN-NAJAT : Lulus Tahun 2002
2. SDN PURWAKARTA 1 : Lulus Tahun 2008
3. MTS N CILEGON : Lulus Tahun 2011
4. SMA AL-ISHLAH CILEGON : Lulus Tahun 2014
5. PROGRAM STUDI D3 ANALIS KESEHATAN SEKOLAH TINGGI
ANALIS BAKTI ASIH BANDUNG : Lulus Tahun 2017

34

Anda mungkin juga menyukai