Saya menyatakan bahwa laporan tugas akhir yang berjudul Perbandingan Hasil
Pemeriksaan Laju Endap Darah (LED) Metode Westergren Dengan Menggunakan
Natrium Sitrat 3,2% Dan 3,8% ini sepenuhnya karya saya sendiri. Tidak ada
bagian di dalamnya yang merupakan plagiat dari karya orang lain dan saya tidak
melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai
dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan
ini, saya siap menanggung resiko/sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila
kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya
saya ini, atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.
Rohmatu Aini
PERBANDINGAN HASIL PEMERIKSAAN LAJU ENDAP DARAH (LED)
METODE WESTERGREN DENGAN MENGGUNAKAN NATRIUM
SITRAT 3,2% DAN 3,8%.
NIM : 1411E1023
Abstrak
Laju Endap Darah (LED) adalah kecepatan sedimentasi eritrosit dalam darah yang
belum membeku, dengan satuan mm/jam. Pemeriksaan Laju Endap Darah
merupakan salah satu pemeriksaan yang banyak dilakukan di Laboratorium.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan
nilai laju endap darah yang diperiksa menggunakan antikoagulan natrium sitrat
3,2% dan 3,8%. Antikoagulan adalah suatu zat yang mencegah terjadinya
pembekuan darah. Banyaknya pemeriksaan LED dilapangan mengakibatkan
ketidaktersediaannya antikoagulan natrium sitrat 3,8% sehingga yang tersisa atau
yang tersedia hanya Na-Sitrat 3,2%. Tidak tersedianya natrium sitrat 3,8% lebih
menyulitkan daripada tidak tersedianya natrium sitrat 3,2%, karena masih bisa
dilakukan pengenceran dari konsentrasi 3,8% menjadi 3,2%. Sampel penelitian ini
adalah spesimen dari 30 orang mahasiswi. Rata-rata nilai Laju Endap Darah
dengan menggunakan antikoagulan 3,2% dan 3,8% adalah 16,83 dan 18,33.
Secara statistik digunakan uji Paired t-Test untuk membandingkan kedua
kelompok tersebut. Terdapat perbedaan yang signifikan antara kedua kelompok (t-
hitung > tabel = 11,238 > 2,04, p < α = 0,00 < 0,05). Kemudian dilakukan analisis
data lanjutan menggunakan uji ALE (Allowable Limis of Error) untuk mengetahui
apakah ada atau tidak perbedaan secara klinis, namun setelah diuji tidak terdapat
perbedaan secara klinis dikarenakan % rerata hasil lebih kecil dari nilai ALE
sehingga antikoagulan natrium sitrat 3,2% dapat digunakan sebagai alternatif pada
pemeriksaan LED.
Kata Kunci : LED, Westergren, Natrium Sitrat 3,2%, Natrium Sitrat 3,8%
THE COMPARISON ON THE RESULT OF ERYTHROCYTE
SEDIMENTATION RATE (ESR) WITH WESTERGREN METHOD BY
THE USE OF 3.2% AND 3.8% SODIUM CITRATE
NIM : 1411E1023
Abstract
i
mengerjakan laporan tugas akhir ini. Serta adikku tersayang, terimakasih atas
doa dan segala bentuk dukungan kepada penulis.
7. Sahabat-sahabatku Dini Ayu, Rina, Mega, Tia, Hoeril, Rifa, Devi, Neneng,
Robi, Riyan dan Fadlan terimakasih telah berjuang bersama. Sungguh
bersyukur bisa berada di tengah-tengah kalian.
8. Julia Wulandari, dan seluruh teman-teman D3A Analis Kesehatan angkatan
2014 yang tidak bisa disebutkan satu persatu, terimakasih untuk kebersamaan
dan motivasinya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan tugas akhir
ini. Semoga persaudaraan kita akan tetap terjalin.
9. Luthfiyathi dan Fauziah terimakasih telah menjadi kakak serta sahabat yang
selalu ada bagi penulis.
10. Ela, Beti, Nia, Okta, Lia, Iyos, dan Ifah sahabat-sahabat yang selalu
memberikan kasih sayangnya kepada penulis.
11. Devia, Delis, serta seluruh teman-teman di BEM ‘06 dan ’07 atas semangat
yang diberikan kepada penulis.
12. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian laporan tugas akhir
ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Dalam penulisan tugas akhir ini, penulis menyadari masih jauh dari
kesempurnaan, untuk itu saran dan kritik yang bersifat membangun sangat
penulis harapkan guna perbaikan dimasa yang akan datang.
Semoga Tugas akhir ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan
umumnya bagi pembaca yang berminat dalam bidang Hematologi dan semoga
bantuan yang telah diberikan kepada penulis mendapat balasan yang berlipat
ganda dari Allah SWT.
Bandung, Agustus 2017
Penulis
ii
DAFTAR ISI
ABSTRAK
KATA PENGANTAR ............................................................................................. i
DAFTAR ISI ............................................................................................................ ii
DAFTAR ISTILAH ................................................................................................ iv
DAFTAR TABEL ................................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................ ix
BAB I PENDAHULUAN
iii
2.9 Kerangka Konsep ............................................................................................... . 16
iv
4.2.2 Uji Homogenitas ...................................................................................... 24
4.2.3 Uji Paired t-Test ........................................... ............................................ 24
4.2.4 Analisis Data Lanjutan menggunakan Uji ALE ...................................... 26
4.3 Pembahasan ......................................................... ............................................... 27
v
DAFTAR ISTILAH
vi
DAFTAR TABEL
Tabel
vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar
viii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
ix
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Darah
Darah merupakan suatu jaringan bersifat cair. Darah terdiri dari sel-sel
(dan fragmen-fragmen sel) yang terdapat secara bebas dalam medium yang
bersifat seperti air, ialah plasma. Sel-sel dan fragmen-fragmen sel
merupakan unsur unsur darah yang disebut unsur “jadi”. Sel-sel ini cukup
besar sehingga dapat diamati dengan mikroskop biasa. Ada 3 tipe unsur
“jadi” ialah sel-sel darah merah atau eritrosit, sel-sel darah putih atau
leukosit dan keping keping darah atau trombosit (Kimbal JW, 1992).
4
5
Jangka hidup sel ini kira-kira 120 hari. Sel-sel datah merah
yang telah tua akan ditelan oleh sel-sel fagositik yang terdapat dalam
hati dan dalam suatu struktur berbentuk kantung yang disebut limpa.
Sebagian besi dari Hemoglobin didapatkan kembali untuk digunakan
lagi. Sisa dari molekul hemoglobin dipecah. Beberapa dari hasil
pemecahan ini, pigmen empedu dieksresikan oleh hati kedalam
empedu. Telah ditaksir bahwa setiap detik tiga juta sel darah merah
mati dan dibersihkan oleh hati serta limpa (Kimbal JW, 1992).
Sel-sel darah putih jumlahnya jauh lebih kurang dari pada sel-
sel darah merah, dan rasio antara kedua tipe tersebut kira-kira 1 : 700.
Sebenarnya ada lima tipe SDP yang berbeda yang terdapat dalam
darah yang sedang beredar, semuanya mempunai nukleus.
Ukurannya berkisar dari limfosi yang tidak jauh lebih besar (10 μm)
dari pada sel darah merah, sampai monosit-monosit yang mungkin
tiga kali lebih besar (25 μm). Bentuk SDP sangat bervariasi,
6
molekul protein dengan muatan khusus. Yang paling mencolok dari pita-
pita ini dan juga yang bergerak paling dekat dengan elektrode positif adalah
albumin. Albumin dibuat di dalam hati, ia berfungsi sebagai zat untuk
mengangkut bermacam-macam molekul lebih kecil didalam lemak, pigmen-
pigmen empedu, dan obat-obatan tertentu. Bahan-bahan ini dibawa darah
dengan cara tersebut (Kimbal JW, 1992).
Pita protein lainnya yang terdaapat adalah aneka ragam globulin.
Yang sangat menarik bagi kita adalah globulin yang bermuatan negatif
sedikit. Globulin ini sangat banyak, khususnya setelah terjadi infeksi atau
imunisasi. Ini karena antibodi adalah globulin gama. Kadang-kadang
globulin gama yang tela dipisahkan dari darah banyak donor diberikan
kepada orang-orang yang terkena penyakit-penyakit tertentu seperti
penyakit gondong atau polio. Dengan cara ini, pasien mendapatkan
perlindungan temporer terhadap penyakit tersebut karena adanya antibodi
(Kimbal JW, 1992).
sering ditemukan pada orang yang tinggal didataran tinggi dan perokok.
Seperti penyakit radang paru-paru (tuberkulosis). Nilai normal
Hemoglobin:
Wanita : 12-16 g/dL
Laki-laki : 14-18 g/dL
2. Hematokrit
Hematokrit merupakan ukuran yang menentukan banyaknya
jumlah sel darah merah dalam 100 mL darahyang dinyatakan dalam
persen (%). Nilai normal hematokrit laki-laki 40,7% - 50,3% dan untuk
wanita 36,1% - 44,3%. Nilai diatas menunjukkan kadar hemoglobin
berbanding lurus dengan kadar hematokrit. Sehingga pada penurunan
dan penaikan hematokrit terjadi pada penyakit yang sama.
3. Jumlah Leukosit
Leukosit merupakan komponen darah yang berperan memerangi
infeksi yang disebabkan oleh virus, bakteri ataupun metabolisme toksin.
Nilai normal leukosit: 4000-10.000 sel/μL darah.
4. Jumlah Eritrosit
Eritrosit merupakan komponen darah paling banyak dan berfungsi
sebagai pengangkut oksigen dari paru-paru untuk diedarkan ke seluruh
tubuh dan membawa karbondioksida dari tubuh ke paru-paru. Jumlah
eritrosit yang tinggi biasanya ditemukan pada perokok, kasus
hemokonsentrasi dan gagal jantung. Sedangkan jumlaheritrosit yang
rendah ditemukan pada orang anemia, leukemia, lupus dan penyakit
kanker. Nilai normal jumlah eritrosit:
Laki-laki : 4,6 Juta- 6,1 Juta sel/μL
Wanita : 4,2 Juta-5,4 Juta sel/μL
5. Lajud Endap Darah
Laju endap darah merupakan kecepatan sedimentasi eritrosit
dalam darah yang belum membeku, dengan satuan mm/jam. LED
merupakan uji yang tidak spesifik. LED meningkat dijumpai pada
proses inflamasi akut, atritis reumatoid dan kerusakan jaringan. ICSH
10
lebih besar dan sel sabit atau sperosit mengendap lebih lambat karena tidak
dapat membentuk rouleaux (Nugraha, 2015).
Selain eritrosit, komposisi plasma menjadi faktor penting dalam
peningkatan kecepatan pengendapan darah. Perubahan komposisi plasma
akan mempengaruhi viskositas darah dan dapat berdampak terhadap
kecepatan pengendapan. Pada darahnormal, kecepatan pengendapan sangat
rendah karena masing-masing tarikan gravitasi sel-sel eritrosit diimbangi
oleh arus ke atas yang ditimbulkan oleh viskositas plasma. Pada plasma
yang mengental maka akan terjadi peningkatan viskositas yang
menyebabkan penurunan nilai LED seperti pada kasus peningkatan kadar
albumin darah (Nugraha, 2015).
Pada kasus tertentu, jika terjadi peningkatan protein fase akut
misalnya fibrinogen, α-1 globulin dan α-2 globulin yang cenderung
bermuatan positif akan menetralkan eritrosit yang bermuatan negatif
(potensial zeta berkurang), karena muatan eritrosit menetralkan maka
eritrosit akan cenderung roulaux. Peningkatan protein fase akut tersebut
dapat meningkatkan viskositas tetapi massa jenis eritrosit yang lebih akan
meningkatakan hasil LED. Selain itu, konsentrasi makromolekul asimetrik
yang tinggi di dalam plasma juga dapatmengurangi potensial zeta sehingga
meningkatkan pembentukan rouleaux (Nugraha, 2015).
Terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemeriksaan
LED yang dapat mempengaruhi keakuratan hasil pemeriksaan sehingga
dapat menjadi faktor kesalahan dalam pemeriksaan. Konsentrasi
antikoagulan yang berlebih dapat meningkatkan nilai LED. Penggunaan
antikoagulan yang tidak tepat dapat mengubah potensial zeta eritrosit yang
dapat mengganggu fase pertama LED serta dapat merubah morfologi
terutama ukuran eritrosit sehingga proses pengendapan terganggu.
Kemiringan tabung dapat meningkatkan hasil nilai LED hingga 30%. Suhu
dapat mempengaruhi kecepatan pengendapan, sehingga pengukuran LED
harus dilakukan kisaran 20-25ºC. Serta waktu pemeriksaan harus dilakukan
dengan tepat (Nugraha, 2015).
13
Penambahan Penambahan
antikoagulan Natrium antikoagulan Natrium
Sitrat 3,2% Sitrat 3,8%
METODE PENELITIAN
17
18
3.4.1 Lokasi
Laboatorium Biologi Sekolah Tinggi Analis Bakti Asih
Bandung
3.5.2 Bahan
1. Darah Vena
2. Alkohol 70%
3. Aquades
4. Natrium Sitrat 3,2%
5. Natrium Sitrat 3,8%
3.5.3 Metode
Westergren
19
22
23
Dari tabel diatas didapat hasil rata-rata nilai Laju Endap Darah
dengan penambahan Na-Sitrat 3,2% yaitu 16,83 mm/jam dan nilai LED
dengan penambahan Na-Sitrat 3,8% yaitu 18,33 mm/jam.
Tests of Normality
Levene
Statistic df1 df2 Sig.
,009 1 58 ,923
Std. Error
Mean N Std. Deviation Mean
Pair Na Sitrat 3,2% 16,83 30 4,268 ,779
1 Na Sitrat 3.8% 18,33 30 4,318 ,788
N Correlation Sig.
Pair Na Sitrat 3,2%
1 & Na Sitrat 30 ,986 ,000
3.8%
Paired Differences
95% Confidence
Interval of the
Std. Error Difference
Mean Std. Deviation Mean Lower Upper t df Sig. (2-tailed)
Pair Na Sitrat 3,2% -
-1,500 ,731 ,133 -1,773 -1,227 -11,238 29 ,000
1 Na Sitrat 3.8%
4.3 Pembahasan
dikumpulkan kurang dari 50, maka uji normalitas yang digunakan adalah
Saphiro Wilk.
Setelah diketahui data yang diperoleh terdistribusi normal,
selanjutnya dilakukan uji homogenitas. Dalam statistik, uji homogenitas
digunakan untuk mengetahui sama atau tidaknya variansi dua buah
distribusi. Hasil yang diperoleh pada uji homogenitas adalah sig > 0,05
sehingga kedua kelompok data tersebut memiliki varians atau sebaran data
yang homogen.
Uji statistik selanjutnya adalah uji Paired t-Test. Hasil yang
didapatkan adalah sig(2 tailed) < 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa
terdapat perbedaan yang signifikan antara kedua nilai Laju Endap Darah
(LED) dengan penambahan natrium sitrat 3,2% dan 3,8%.
Hal ini dapat disebabkan karena Natrium Sitrat membawa Natrium
sebagai kation, sehingga muatan negatif pada eritrosit (Zeta Potential) akan
ternetralkan. Apabila semakin banyak penurunan Zeta Potental yang terjadi,
maka Laju Endap Darah akan semakin cepat. Namun untuk mengetahui
apakah perbedaan nilai LED dengan meggunakan antikoagulan Na-Sitrat
3,2% dan 3,8% memberikan perbedaan arti klinis atau tidak, maka
dilakukan uji ALE (Allowable Limits of Error). Berdasarkan perhitungan
analisis data lanjutan didapatkan kesimpulan bahwa Hasil pemeriksaan LED
dengan menggunakan Natrium Sitrat 3,2% dan 3,8% tidak terdapat
perbedaan secara klinis.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan mengenai
perbandingan nilai LED antara darah yang ditambahkan antikoagulan
Natrium Sitrat 3,2% dengan darah yang ditambahkan Natrium Sitrat 3,8%
dapat disimpulkan bahwa rata-rata hasil pemeriksaan LED menggunakan
Natrium Sitrat 3,2% sebanyak 16,83 mm/jam dan nilai LED dengan
menggunakan Na-Sitrat 3,8% yaitu 18,33 mm/jam. Dari hasil tersebut
kemudian dilakukan pengujian secara statistik menggunakan Uji Paired T-
Test antara hasil pemeriksaan LED menggunakan Natrium Sitrat 3,2% dan
3,8%. Secara statistik didapatkan nilai signifkansi (2-tailed) < 0,05, maka
terdapat perbedaan yang bermakna. Namun dilakukan analisis uji lanjutan
didapatkan %rerata hasil lebih kecil dari nilai ALE. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa ada pengaruh penggunaan Natrium Sitrat 3,2% dan
3,8% terhadap pemeriksaan Laju Endap Darah berdasarkan statistik namun
tidak terdapat perbedaan yang bermakna secara klinis.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan sebagai upaya
tindak lanjut dari temuan yang ada dilapangan penulis mengemukakan saran,
apabila kondisi tidak memungkinkan seperti ketidaktersediaannya larutan
Natrium Sitrat 3,8% maka pemakaian antikoagulan Natrium Sitrat 3,2%
dapat dipakai sebagai alternatif untuk pemeriksaan LED karena secara klinis
tidak memberikan hasil yang berbeda. Namun tetap saja saat melakukan
pemeriksaan diharapkan dapat memperhatikan standar pemeriksaan agar
tidak terjadi kesalahan seperti penggunaan konsentrasi antikoagulan yang
tepat, karena dikhawatirkan akan memberikan kesalahan pada hasil
pemeriksaan.
29
DAFTAR PUSTAKA
30
31
http://rezaankes.blogspot.co.id/2015/07/satu-tetes-yang-signifikan.html
(29 Juli2017)
Persiapan Pemeriksaan
32
33
Pemeriksaan Laju Endap Darah Menggunakan Natrium Sitrat 3,2% dan 3,8%
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
BIODATA
Nama : Rohmatu Aini
Tempat, Tanggal Lahir : Cilegon, 03 Juni 1996
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Link Cigiceh RT/RW 003/001 Desa Gedong Dalem Kec.
Jombang Kota Cilegon Banten
No Hp : 08998612191
RIWAYAT PENDIDIKAN
1. TK AN-NAJAT : Lulus Tahun 2002
2. SDN PURWAKARTA 1 : Lulus Tahun 2008
3. MTS N CILEGON : Lulus Tahun 2011
4. SMA AL-ISHLAH CILEGON : Lulus Tahun 2014
5. PROGRAM STUDI D3 ANALIS KESEHATAN SEKOLAH TINGGI
ANALIS BAKTI ASIH BANDUNG : Lulus Tahun 2017
34