Anda di halaman 1dari 6

LAPORAN PRAKTIKUM

IMUNOSEROLOGI I

PEMERIKSAAN REMATOID FACTOR (RF)

Nama :Anak Agung Istri Dyah Maheswari

NIM :18071009

Kelompok :2

Hari / Tanggal : Senin, 28 Oktober 2019

Dosen Pengampu : Ayu Saka Laksmita W. S.Si., M.Si

: Desak Putu Risky Vidika Apriyanthi. S.Si., M.Si

PROGRAM STUDI

TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIK

UNIVERSITAS BALI INTERNASIONAL

DENPASAR

2019
PRAKTIKUM II

PEMERIKSAAN REMATOID FACTOR (RF)

I. TUJUAN

Untuk menentukan ada tidaknya faktor rheumatoid pada serum


penderita

II. DASAR TEORI

Rheumatoid Factor adalah imunoglobulin yang bereaksi dengan molekul IgG.


Pemeriksaan rheumatoid factor dipakai untuk mendiagnosa ataupun memantau
Rheumatoid Arthritis. Semua penderita Rheumatoid Arthritis (RA) menunjukkan
antibodi terhadap IgG yang disebut faktor rheumatoid atau antiglobulin. Penderita
RA mempunyai autoantibodi yang dikenal dengan nama Rheumatoid faktor dalam
serumnya dan menunjukkan RF positif. Faktor ini merupakan suatu faktor anti-
gammaglobulin. Kadar RF yang sangat tinggi menandakan prognosis buruk
dengan kelainan sendi yang berat dan kemungkinan komplikasi sistemik(Harti
dan Yuliana, 2007).

Pada umumnya penyakit RA awalnya yang terserang adalah sendi tangan dan
kaki disertai rasa nyeri. Menurut buku Asuhan Keperawatan pada Klien Lanjut
Usia, Kusharyadi (2010) Rheumatoid Artritis merupakan penyakit inflamasi
sistemik kronis yang tidak diketahui penyebabnya. Kadar RF yang sangat tinggi
menandakan prognosis buruk dengan kelainan sendi yang berat dan kemungkinan
komplikasi sistemik. (Harti dan Yuliana, 2007).

Untuk uji skrining terhadap pemeriksaan rheumatoid factor dapat dilakukan


dengan metode aglutinasi dimana serum dicampurkan dengan partikel lateks yang
dilapisi oleh antibodi IgG manusia. Jika serum tersebut mengandung factor
rheumatoid, larutan lateks tersebut akan membentuk gumpalan atau aglutinasi
sehingga sampel serum yang diperiksa mengandung RF, maka akan terbentuk
aglutinasi (Aletaha, dkk. 2010).
III. ALAT DAN BAHAN

Alat:

1. Slide
2. Mikropipet
3. Tip kuning
4. Batang pengaduk
5. Rotator

Bahan:

1. Serum sampel
2. Lateks dengan human IgG
3. Kontrol positif
4. Kontrol negative

IV. CARA KERJA


1. Slide diletakan pada bidang horizontal dan rata
2. Botol reagen berisi latex digoyang perlahan agar reagen homogen
3. 50 mikron latex diambil, dimasukan dalam slide
4. 50 mikron serum diambil dan diteteskan disamping latex yang telah
diletakan di slide
5. Serum dan latex dicampurkan perlahan dengan batang pengaduk
6. Perlakuan yang sama juga dilakukan terhadap kontrol positif dan negative
7. Slide digoyangkan di rotator selama 5 menit
8. Hasil dibaca dengan melihat ada tidaknya aglutinasi
V. DATA PENGAMATAN

VI. PEMBAHASAN

Pada pratikum kali ini dilakukan pemeriksaan RF (Rheumatoid Factor) yang


digunakan dalam mendiagnosa ataupun memantau Rheumatoid Arthritis.
Rheumatoid Arthritis (RA) merupakan penyakit autoimun (penyakit yang terjadi
pada saat tubuh diserang oleh sistem kekebalan tubuhnya sendiri) sistemik kronik
yang mengakibatkan peradangan dalam waktu lama pada sendi sehingga akan
merasakan rasa nyeri (Adelia, 2011)
Pada pratikum kali ini dilakukan pemeriksaan RA menggunakan metode tes
aglutinasi. Prinsip dari pemeriksaan ini, yaitu aglutinasi direk yaitu terjadi
aglutinasi antara serum penderita yang mengandung Rematoid Factor antihuman
IgG dengan partikel lateks yang telah dilapisi human IgG. Reagen RA lateks
termasuk dalam metode yang sensitive dan telah terstandarisasi, dibuat dengan
fraksi IgG manusia yang telah dimurnikan dan lateks polystyrene yang telah
diseleksi. Keberadaan atau ketiadaan aglutinasi yang tampak mengindikasikan
keberadaan atau ketiadaan RF dalam sampel yang diuji (Dorland, 2002)

Pemeriksaan dengan metode ini menggunakan aglutination slide test


menggunakan latar hitam. Sedangkan sampel yang digunakan berupa sampel
serum. Sampel dinyatakan positif bila terdapat aglutinasi sedangkan bila tidak
terdapat aglutinasi sampel dinyatakan negatif. Apabila sampel pada uji kualitatif
dinyatakan positif akan dilanjutkan pada uji semi kuantitatif. Sampel yang diuji
oleh praktikan saat diuji kualitatif dengan metode aglutinasi diperoleh hasil yang
negatif karena tidak terdapat aglutasi, sehingga tidak dilanjutkan dengan
pemeriksaan semi kuantitatif (Junaidi, 2006)

Peningkatan kadar RF bisa terjadi karena, rematik arthritis, LE,


dermatomiositis, scleroderma, mononucleosis infeksiosa, leukemia, tuberculosis,
sarkoidosis, sirosis hati, hepatitis, sifilis, infeksi kronis, lansia. Berikut merupakan
faktor yang dapat memengaruhi hasil laboratorium, Lansia dapat mengalami
peningkatan titer RF, tanpa menderita penyakit apapun. Akibat keanekaragaman
dalam sensitivitas dan spesifisitas uji skrining ini, temuan positif harus
diinterpretasikan berdasarkan bukti yang terdapat dalam status klinis pasien
(Junaidi, 2006)

VII. KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan di atas dapat disimpulkan;
1. Sampel serum yang diuji negative RF
2. Positif diindikasikan oleh adanya aglutinasi dan negative tidak
adanya aglutinasi
DAFTAR PUSTAKA

Adelia. 2011. Libas Rematik dan Nyeri Otot Dari Hidup Anda. Yogyakarta:
Briliant Books

Aletaha D, Neogi T, Silman A J, Funovits J, Felson DT, Bingham CO, et al. 2010
Rheumatoid Arthritis Classification Criteria. American College of
Rheumatology. Arthritis Rheum. 2010;62(9):2569-81

Dorland.N. 2002. Kamus Kedokteran Dorland. Jakarta:EGC

Harti, M. Dyah, Y. 2007. Pemeriksaan Rheumatoid Faktor Pada Penderita


Tersangka Rheumatoid Arthritis. Jurnal STIKes Kusuma Husada
Surakarta.

Junaidi, N. 2006. Reumatik dan Asam Urat. Jakarta: BIP

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai