KIMIA KLINIK I
Dosen Pengampu:
Disusun oleh:
18071009
KELOMPOK 2
DENPASAR
2020
PEMERIKSAAN
GLUKOSA DARAH
I. TUJUAN
Glukosa darah adalah istilah yang mengacu kepada kadar glukosa dalam darah yang
konsentrasinya diatur ketat oleh tubuh. Glukosa yang dialirkan melalui darah adalah
sumber utama energi untuk sel-sel tubuh. Umumnya tingkat glukosa dalam darah
bertahan pada batas-batas 4-8 mmol/L/hari (70-150 mg/dL), kadar ini meningkat setelah
makan dan biasanya berada pada level terendah di pagi hari sebelum orang-orang
mengkonsumsi makanan. Semua sel dengan tiada hentinya mendapat glukosa, tubuh
mempertahankan kadar glukosa dalam darah yang konstan, yaitu sekitar 80-100 mg/dl
bagi dewasa dan 80-90 mg/dl bagi anak, walaupun pasokan makanan dan kebutuhan
jaringan berubah-ubah sewaktu kita tidur, makan, dan bekerja (Cranmer . et al., 2009).
Kadar glukosa yang rendah, yaitu hipoglikemia dicegah dengan pelepasan glukosa
dari simpanan glikogen hati yang besar melalui jalur glikogenolisis dan sintesis glukosa
dari laktat, gliserol, dan asam amino di hati melalui jalur glukonoegenesis dan melalui
pelepasan asam lemak dari simpanan jaringan adiposa apabila pasokan glukosa tidak
mencukupi. Kadar glukosa darah yang tinggi yaitu hiperglikemia dicegah oleh perubahan
glukosa menjadi glikogen dan perubahan glukosa menjadi triasilgliserol di jaringan
adiposa. Keseimbangan antar jaringan dalam menggunakan dan menyimpan glukosa
selama puasa dan makan terutama dilakukan melalui kerja hormon homeostasis metabolik
yaitu insulin dan glukagon (Mayes, 2001).
Glukosa tebentuk dari karbohidrat dalam makanan dan disimpan sebagai glikogen di
hati dan otot rangka. Glukosa adalah suatu gula enam karbon yang sederhana. Glukosa
dalam makanan sebagian besar terdapat dalam bentuk disakarida (secara kimiawi terikat
ke molekul gula lain) dan sebagai kanji polisakarida kompleks. Dalam mukosa usus
halus, disakarida diuraikan menjadi monosakarida oleh enzim yang disebut disakaridase.
Kanji diuraikan oleh amilase yang dikeluarkan oleh pankreas dan juga oleh kelenjar air
liur. Gula diserap di usus dalam bentuk monosakarida (Irawan, 2007).
III. METODE
Metode praktikum penentuan kadar glukosa darah ini yaitu spektrofotometri dan
fotometri
Alat:
V. CARA KERJA
Pembuatan larutan blanko, pada tabung dengan label 1 ditambahkan 1000 mikro
reagent dan 10 mikro aquadest. Pada tabung dengan label 2 ditambahkan 1000 mikro reagent
dan 10 mikro srandard untuk pembuatan larutan standard. Untuk larutan sampel
ditambahkan1000 mikro reagent dan10 mikro sampel. Kemudian setelah dicampur, ketiga
tabung tersebut diinkubasi selama10 menit padasuhu 37oC pada waterbath. Kemudian dibaca
pada spektrofotometer dengan panjang gelombang 510 nm. Dan baca pada fotometer dengan
panjang gelombang 510 nm.
VI. DATA PENGAMATAN
1. Metode Spektrofotometri
a. Sampel 1
Probandus : Gita
Umur : 20 Tahun
Blanko Standar Sampel Hasil Akhir
Aquadest 10µl - - -
Standar - 10µl - -
Sampel 1 - - 10µl -
b. Sampel 2
Probandus : Eka
Umur : 20 Tahun
Blanko Standar Sampel Hasil Akhir
Aquadest 10µl - - -
Standar - 10µl - -
Sampel 1 - - 10µl -
2. Metode Fotometri
Aquadest 10µl - - -
Standar - 10µl - -
Sampel 1 - - 10µl -
Sampel 2 - - - 10µl
VII. PERHITUNGAN
Sampel 1 Sampel 2
Nama : Gita Prayascitta Nama : Eka Puspita
Umur : 20 tahun Umur : 20 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan Jenis Kelamin : Perempuan
A. Metode Spektrofotometri
Diketahui :
Abs Standar = 0,130
Abs Sampel 1 = 0, 082
Abs Sampel 2 = 0,124
Konsentrasi standar = 100 mg/dl
= x 100 mg/dL
= 63 mg/dL (Rendah)
= x 100 mg/dL
= 95 mg/dL (Normal)
B. Metode Fotometri
Hasil Glukosa Sampel 1 = 816 mg/dL (Tinggi)
Hasil Glukosa Sampel 2 = 740 mg/dL (Tinggi)
VIII. PEMBAHASAN
Pada praktikum pemeriksaan kadar glukosa ini menggunakan dua sampel yaitu
sampel 1 dan sampel 2. Metode yang dilakukan juga ada dua yaitu spektorfotometri dan
fotometri. Pemeriksaan dengan spektrofotometer didapatkan absorbansi sampel 1 yaitu
0,082 dan absorbansi standar 0,130 dan setelah dilakukan perhitungan didapatkan hasil 63
mg/dL. Pada sampel 2 absorbansi sampelnya yaitu 0,124 dan absorbansi standarnya 0,130
kemudian setelah dilakukan perhitungan didapat hasil 95 mg/dL. Umumnya tingkat
glukosa dalam darah bertahan pada batas-batas 4-8 mmol/L/hari (70-150 mg/dL), kadar
ini meningkat setelah makan dan biasanya berada pada level terendah di pagi hari
sebelum orang-orang mengkonsumsi makanan. Semua sel dengan tiada hentinya
mendapat glukosa, tubuh mempertahankan kadar glukosa dalam darah yang konstan,
yaitu sekitar 80-100 mg/dl bagi dewasa dan 80-90 mg/dl bagi anak (Cranmer . et al.,
2009).
Pada pengukuran dengan menggunakan fotometer didapatkan hasil yang jauh berbeda
dengan pengukuran dengan spektrofotometer, dimana pada sampel 1 didapat hasil 816
mg/dl danpada sampel 2 740 mg/dl hasil ini mungkin didapat karena beberapa kesalahan
yang dilakukan saat melakukan prosedur pemeriksaan dengan fotometer. Kesalahan
tersebut bisa karena kesalahan alat ukur, benda ukur atau karena kesalahan si pengukur
(Poedjiadi,1994)
IX. KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Cranmer H., Shannon M., 2009. Hypoglycemia. USA: Lippincott Williams & Wilkins
Dawn BM. 2000. Biokimia Kedokteran Dasar: Dasar-Dasar Kimiawi dan Biologis
Biokimia. Jakarta: EGC
Irawan, M. Anwari. 2007. Glukosa dan Metabolisme Energi. Polton Sport Science &
Performance Lab., 01(06), 2-4.
Mayes. P.A., Robert K., Murray, daryl.K., Granner, Victor W., Redwell,
2001. Biokimia Harper. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
KIMIA KLINIK I
Dosen Pengampu:
Disusun oleh:
18071009
KELOMPOK 2
DENPASAR
2020
PEMERIKSAAN
KADAR ASAM URAT
I. TUJUAN
1. Menentukan kadar asam urat pada serum darah dengan metode spektrofotemetri
dan fotometri
II. DASAR TEORI
Darah adalah sejenis jaringan ikat yang sel-selnya (elemen pembentuk) tertahan dan
dibawah oleh matriks cairan (plasma). Darah lebih berat dibandingkan air dan lebih
kental. Cairan ini memiliki rasa dan bau yang khas, serta pH 7,4.(7,35 – 7,45). Warna
darah berfariasi dari merah terang sampai merah tua kebiruan bergantung pada kadar
oksigen yang dibawah oleh sel darah merah. Volume darah total sekitar 5 liter pada laki-
laki dewasa berukuran rata-rata dan kurang sedikit padda perempuan dewasa. Volume ini
bervariasi sesuai ukuran tubuh dan berbanding terbalik dengan jumlah jaringan adiposa
dalam tubuh. Volume ini juga bervariasi sesuai perubahan cairan darah dan konsentrasi
elektrolitnya (Sloane:2003).
Serum merupakan cairan darah yang berwarna kuning. Didalam serum terdapat dua
protein yaitu albumin dan globullin. Antibodi berada di dalam serum dikarenakan
Antibodi golongan darah merupakan protein globulin, yang bertanggung jawab sebagai
kekebalan tubuh alamiah untuk melawan antigen asing. Komposisi serum sama dengan
plasma yaitu 91% air, 8% protein, dan 0,9% mineral. Akan tetapi didalam serum tidak
ada faktor pembekuan (fibrinogen). Dikarenakan serum tidak diberi anti koagulan,
fibrinogen dapat diubah menjadi benang-benang fibrin sehingga terjadi pembekuan darah.
Dimana antikoagulan ini mengikat kalsium sebagai faktor pembekuan sehingga
fibrinogen tidak di ubah menjadi benang-benang fibrin (Oktari, 2016).
Asam urat adalah hasil metabolisme purin dalam tubuh. Zat asam urat ini biasanya
akan dikeluarkan oleh ginjal melalui urine dalam kondisi normal. Namun dalam kondisi
tertentu, ginjal tidak mampu mengeluarkan zat asam urat secara seimbang, sehingga
terjadi kelebihan dalam darah. Kelebihan zat asam urat ini akhirnya menumpuk dan
tertimbun pada persendian-persendian dan tempat lainnya termasuk di ginjal itu sendiri
dalam bentuk kristal-kristal. Asam urat terutama disintesis dalam hati yang dikatalisis
oleh enzim xantin oksidase. Asam urat diangkut ke ginjal oleh darah untuk filtrasi,
direabsorbsi sebagian, dan diekskresi sebagian sebelum akhirnya diekskresikan melalui
urine. Peningkatan kadar asam urat dalam urine dan serum bergantung pada fungsi ginjal,
kecepatan metabolisme purin, dan asupan diet makanan yang mengandung purin.
(Syamsuhidayat dan Wim de Jong, 2004)
III. METODE
Metode praktikum penentuan kadar asam urat ini yaitu spektrofotometri dan fotometri
V. CARA KERJA
Pertama-tama reagen reagen pemeriksaan albumin dan dibiarkan pada suhu ruang.
Selanjutnya dipersiapkan alat dan bahan untuk pemeriksaan albumin, yaitu spuite 3 cc,
kapas alkohol, tourniquet, tabung darah dengan tutup berwarna merah, sentrifus, tabung
reaksi, mikropipet, tip biru, tip kuning, rak tabung reaksi, spektrofotometer, fotometer
dan waterbath.
Darah diambil pada probandus menggunakan spuit 3 ml kemudian diletakan darah
pada tabung darah dengan tutup warna merah, diamkan darah selama lima menit
kemudian dicentrifuge selama 15 menit dengan kecepatan 3500 rpm. Kemudian diambil
serum darah dan letakan pada tabung yang tersedia.
Larutan blanko dibuat dengan cara dimasukkan 1000 ul reagen dan ditambahkan 25 ul
aquadest kemudian dicampur. Untuk pembuatan larutan standar dilakukan dengan cara
dimasukkan 1000 ul reagen dan ditambah dengan 25 ul larutan standar kemudian
dicampur. Untuk pembuatan sampel, dimasukkan 1000 ul dan ditambahkan 25 ul sampel
(serum) kemudian dicampur. Selanjutnya blanko, standard dan sampel diinkubasi pada
waterbath pada suhu 37 derajat celcius selama 90 detik. Lalu masing masing blanko,
standar dan sampel dimasukkan ke dalam cuvet yang kemudian dibaca pada panjang
gelombang 520 nm menggunakan spektrofotometer. Jika sudah, dicatat absorbansi dan
lakukan perhitungan kadar asam urat pada serum. Lakukan pemeriksaan menggunakan
fotometer guna mengetahui kadar asam urat pada serum.
VII. PERHITUNGAN
Kadar Asam Urat = 169,2 mg/dL Kadar Asam Urat = 67,2 mg/dL
Metode Fotometri
- Sampel 1 = 99,8 mg/dL
- Sampel 2 = 156 mg/dL
VIII. PEMBAHASAN
Asam urat terbentuk dari proses penguraian zat purin yang terdapat dalam makanan
dan minuman. Misalnya daging merah, seafood, hati, ikan makarel, kacang, dan bir.
Kemudian darah membawa purin ke ginjal untuk di saring, dan sisanya dibuang melalui
urine. Jika tubuh memproduksi asam urat secara berlebihan dan ginjal tidak mampu lagi
membuangnya maka bisa mengundang peradangan sendi karena terbentuknya kristal
padat pada sendi-sendi. Berikut salah satu acuan kadar asam urat normal, perempuan:
2,4–6,0 miligram per desiliter mg/dL, laki-laki: 3,4–7,0 mg/dL, dan anak-anak: 2,0–5,5
mg/dL (Hamdani, 2012)
Pada praktikum kali ini dilakukan pemeriksaan kadar asam urat pada serum dengan
metode spektrofotometri dan fotometri, hasil yang di dapat dari pemeriksaan kali ini
menunjukan bahwa pada sampel 1 dengan metode spetrofotometri di dapatkan hasil
sebesar 169,2 mg/dL dan pada metode fotometri di dapatkan hasil sebesar 99,8 mg/dL
yang dimana kadar asam urat pada sampel 1 tergolong sangat tinggi dari nilai normal
yang telah di tentukan pada insert kit yaitu 1,5 – 7,0 mg/dL. Sedangkan pada sampel 2 di
dapatkan hasil sebesar 67,2 mg/dL pada metode spektrofotometri dan 156 mg/dL pada
metode fotometri yang dimana hasil yang di dapatkan juga sama tergolong tinggi dengan
sampel 1. Hasil yang sangat tinggi dan tidak sesuai dengan kadar normal yang telah di
tentukan ini dapat terjadi karena adanya kesalahan praktikan pada saat memeriksa sampel,
dan bias juga terjadi karena reagen yang digunakan sudah kadaluwarsa, dan juga pada
saat pembuatan larutan standar kemungkinan jumlah dari standar yang di masukan tidak
sesuai sebanyak 25 uL, dikarenakan pada saat pengujian jumlah standar yang terdapat
dalam botol sangat sedikit yang memungkinkan untuk terjadinya kesalahan saat
pengambilan standar (Andry.dkk, 2009)
Jika kadar asam urat tinggi, tetapi tidak ada keluhan rematik asam urat, pasien
mungkin tidak memerlukan pengobatan. Sebaliknya, jika kadar asam urat normal tetapi
mengalami gejala rematik asam urat, berarti asam urat sudah mengkristal dan
memerlukan pengobatan. Umumnya rematik asam urat dialami orang-orang lanjut usia.
Pria lebih berisiko terkena asam urat dibanding wanita. Berikut merupakan gejala rematik
asam urat; rasa nyeri pada persendian yang datang dan pergi, biasanya paling terasa pada
ibu jari kaki, sulit berjalan, sendi yang nyeri terlihat kemerahan dan sulit digerakkan,jika
dibiarkan, rasanya nyeri dapat bertahan hingga lebih dari 1 minggu. Beberapa cara yang
dapat dilakukan untuk menjaga kadar asam urat normal, seperti: batasi konsumsi daging
merah, seafood, hati, dan ikan sarden, hindari minuman beralkohol seperti bir dan
lainnya, tetapi sedikit wine tidak meningkatkan risiko asam urat, usahakan untuk berhenti
merokok,hindari minuman dengan pemanis buatan, misalnya minuman kotak atau
kalengan,olahan kacang kedelai sebaiknya juga dihindari, olahraga teratur. Berat badan
yang sehat dapat mengurangi risiko asam urat,minum air putih yang cukup untuk
menghindari dehidrasi (Misnadiarly. 2009).
IX. KESIMPULAN
. Berdasarkan pembahasan di atas dapat disimpulkan
1. Pemeriksaan kadar asamurat dengan sampel serum darah dapat dilakukan dengan
metode spektrofotometri dan fotometri
2. Kadar asam urat normal, perempuan: 2,4–6,0 miligram per desiliter mg/dL, laki-
laki: 3,4–7,0 mg/dL, dan anak-anak: 2,0–5,5 mg/Dl.
3. Pada pemeriksaan asam urat yang telah dilakukan di dapatkan hasil yaitu pada
sampel 1 kadar asam urat sebesar 169,2 mg/dL pada metode spektrofotometri dan
sebesar 99,8 mg/dL pada metode fotometri. Sedangkan pada smapel 2 kadar asam
urat sebesar 67,8 mg/dL pada metode spektrofotometri dan sebesar 156 mg/dL
pada metode fotometri.
DAFTAR PUSTAKA
Andry. Saryono dan Arif, SU. 2009. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Kadar Asam Urat Pada Pekerja Kantor di Desa Karang Turi, Kecamatan Bumiayu,
Kabupaten Brebes,. Jurnal Keperawatan Soedirman
Misnadiarly. 2009. Rematik, Asam Urat, dan Arthritis Gout. Jakarta: Obor
Oktari, Anita., Nida Daeninur Silvia 2016. Pemeriksaan Golongan Darah Sistem
ABO Metode Slide. Jurnal Teknologi Laboratorium., Vol. 5, No.2, pp. 49 ~ 54 ISSN:
2338 – 5634 : Bandung, pp 49.
Syamsu hidayat dan Wim de Jong. 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 2. Jakarta: EGC
LAMPIRAN
LAPORAN PRAKTIKUM
KIMIA KLINIK I
Dosen Pengampu:
Disusun oleh:
18071009
Kelompok 2
DENPASAR
2020
PEMERIKSAAN
BLOOD UREA NITROGEN (BUN) / UREUM
V. TUJUAN
1. Untuk mengetahui kadar ureum pada serum darah dengan berbagai metode dan
dapat menginterpretasikan hasilnya.
Pertama-tama reagen reagen pemeriksaan albumin dan dibiarkan pada suhu ruang.
Selanjutnya dipersiapkan alat dan bahan untuk pemeriksaan albumin, Darah diambil pada
probandus menggunakan spuit 3 ml kemudian diletakan darah pada tabung darah dengan
tutup warna merah, diamkan darah selama lima menit kemudian dicentrifuge selama 15
menit dengan kecepatan 3500 rpm. Kemudian diambil serum darah dan letakan pada
tabung yang tersedia.
Untuk pembuatan larutan standar dilakukan dengan cara dimasukkan 1000 ul reagen
dan ditambah dengan 10 ul larutan standar kemudian dicampur. Untuk pembuatan
sampel, dimasukkan 1000 ul dan ditambahkan 10 ul sampel (serum) kemudian dicampur.
Kemudian didiamkan selama 30 detik dan dibaca pada spektrofotometer dengan panjang
gelombang 340 nm (Abs. 1). Selanjutnya blanko, standard dan sampel diinkubasi pada
waterbath pada suhu 37 derajat celcius selama 60 detik. Lalu masing masing blanko,
standar dan sampel dimasukkan ke dalam cuvet yang kemudian dibaca pada panjang
gelombang 340 nm menggunakan spektrofotometer. Jika sudah, dicatat absorbansi dan
lakukan perhitungan kadar ureum pada serum. Lakukan pemeriksaan menggunakan
fotometer guna mengetahui kadar ureum pada serum.
VI. DATA PENGAMATAN
2) Metode Spektrofotomteri
Absorbansi Standar (1) = 2,400
Absorbansi Sampel A (1) = 2,381
Absorbansi Sampel B (1) = 2,467
Absorbansi Standar (2) = 2,001
Absorbansi Sampel A (2) = 1,959
Absorbansi Sampel B (2) = 1,954
VII. PERHITUNGAN
Perhitungan Sampel A Perhitungan Sampel B
Metode Fotometri
- Sampel A - Sampel B
Conc = 50.000 Conc = 50.000
Conc. Sampel = 17,9 Conc. Sampel = 10,7
Response = -47 Response = -28
VIII. PEMBAHASAN
Ureum merupakan zat sisa dari pemecahan protein dan asam amino di dalam
hati. Kadar ureum dapat diukur melalui tes blood urea nitrogen (BUN). Batas
normal kadar ureum dibedakan berdasarkan usia dan jenis kelamin. Pria dewasa:
8-24 mg/dL, wanita dewasa: 6-21 mg/dL, dan anak usia 1-17 tahun: 7-20
mg/dL.Ureum bersifat racun dan perlu segera dikeluarkan dari tubuh melalui
ginjal. Kondisi ketika kadar ureum dalam darah terlalu tinggi (> 50 mg/dl) disebut
uremia. Hal ini dapat menyebabkan cepat lelah, pusing, mual, muntah, dan kram
kaki. Pemeriksaan ureum biasanya termasuk dalam pemeriksaan fungsi ginjal
yang meliputi pemeriksaan basal urea nitrogen (BUN) dan kadar kreatinin. Tes
BUN (Blod Urea Nitrogen) adalah tes yang mengukur jumlah nitrogen pada darah
yang berasal dari produk limbah urea karena itu merupakan pengukuran tidak
langsung dari urea dalam aliran darah. Urea dibentuk ketika terjadi pemecahan
protein di dalam tubuh. Urea diproduksi di dalam hati dan diekskresi melalui urin.
Sebelum melakukan tes BUN,sebaiknya hindari mengkonsumsi banyak daging
atau protein lain dalam 24 jam sebelum tes berlangsung (Shils et al., 2006).
Pada praktikum kali ini dilakukan pemeriksaan BUN dengan menggunakan
metode spektrofotometri dan fotometri yang mendapatkan hasil sebagai berikut.
Untuk pemeriksaan sampel A dengan metode spektrofotometri di dapatkan jumlah
kadar ureum dalam serum sebesar 52,9 mg/dL. Sedangkan pada pemeriksaan
sampel B di dapatkan kadar ureum sebesar 64,3 mg/dL dengan metode
spektrofotometri. Hasil ini tergolong tinggi jika dibandingkan dengan nilai normal
yang tertera pada insert kit seharusnya kadar ureum normal sebesar 10 – 50
mg/dL. Hasil yang tinggi ini bisa di dapatkan karena adanya kesalahan praktikan
pada saat pemeriksaan kadar ureum, dan juga bisa karena reagen yang digunakan
sudah kadaluwarsa dan tidak layak pakai sehingga menyebabkan hasil yang di
dapatkan tidak sesuai dengan rentang nilai normal yang seharusnya (Sahota et al.,
2013).
Ada beberapa hal yang bisa menyebabkan kadar ureum tinggi, antara lain,
konsumsi makanan berprotein tinggi yang berlebihan, dehidrasi berat, sumbatan
pada saluran kemih, penyakit gagal ginjal, nefropati diabetik, luka bakar berat,
pendarahan di dalam saluran cerna, konsumsi antibiotik tertentu, dan kehamilan.
Uremia yang tidak segera ditangani dapat membahayakan. Oleh karena itu, Untuk
menurunkan kadar ureum yang tinggi, ada beberapa cara yang bisa dilakukan,
yaitu:penuhi asupan cairan tubuh, batasiasupan protein, dan konsumsi banyak
serat. Kadar ureum tinggi tidak selalu menandakan penyakit, bisa juga akibat
makanan yang dikonsumsi atau karena sedang hamil(Kopple and Shaul, 2004).
IX. KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan di atas dapat disimpulkan
1. Pemeriksaan kadar ureum dengan sampel serum darah dapat dilakukan dengan
metode spektrofotometri dan fotometri
2. Ureum adalah produk limbah dari pemecahan protein dalam tubuh, Kadar
ureum dalam serum mencerminkan keseimbangan antara produksi dan eksresi.
3. Kondisi ketika kadar ureum dalam darah terlalu tinggi (> 50 mg/dl) disebut
uremia.
4. Pada praktikum kali ini untuk pemeriksaan sampel A dengan metode
spektrofotometri di dapatkan jumlah kadar ureum dalam serum sebesar 52,9
mg/dL. Sedangkan pada pemeriksaan sampel B di dapatkan kadar ureum
sebesar 64,3 mg/dL dengan metode spektrofotometri.
DAFTAR PUSTAKA
Kopple, J.D., & Massry, S.G. (2004). Nutritional Management of Renal disease (Ed.2).
Jakarta: EGC.
Loho, I. K. A., Rambert, G. I., Wowor, M. F. 2016. Gambaran Kadar Ureum Pada Pasien
Penyakit Ginjal Kronik Stadium 5 Non Dialisis.Jurnal e-Biomedik (eBm) Volume 4
Sahota, P. S., James A. P., Jerry F. H. and Chirukandath G. 2013. Toxycologic Pathology Non
Clinical Safety Assessment. USA: Taylor & Francis Group
Shils, M. E., Moshe S., Catharine R., Benjamin C. and Robert J. C. 2006.
Modern Nutrition in Health and Disease 10th edition. USA: Lippincott Williams &Wilkins.
KIMIA KLINIK I
PEMERIKSAAN KREATININ
Dosen Pengampu:
Disusun oleh:
18071009
KELOMPOK 2
DENPASAR
2020
PEMERIKSAAN KREATININ
I. TUJUAN
Kreatinin adalah produk protein otot yang merupakan hasil akhir metabolisme otot
yang dilepaskan dari otot dengan kecepatan yang hampir konstan dan diekskresi dalam
urin dengan kecepatan yang sama. Kreatinin diekskresikan oleh ginjal melalui kombinasi
filtrasi dan sekresi, konsentrasinya relatif konstan dalam plasma dari hari ke hari, kadar
yang lebih besar dari nilai normal mengisyaratkan adanya gangguan fungsi ginjal.
(Corwin, 2001).
Definisi kreatinin yang lain, adalah produk akhir metabolisme kreatin. Kreatin
sebagian besar dijumpai di otot rangka, tempat zat ini terlihat dalam penyimpanan energi
sebagai kreatin fosfat ( cp ), dalam sintesis ATP dari ADP, kreatin fosfat diubah menjadi
kreatin dengan katalisasi enzim kreatin. Kreatin ditemukan di jaringan otot (sampai
dengan 94%). Kreatin dari otot diambil dari darah karena otot sendiri tidak mampu
mensintesis kreatin. Kreatin darah berasal dari makanan dan biosintesis yang melibatkan
berbagai organ terutama hati. Proses awal biosintesis kreatin berlangsung di ginjal yang
melibatkan asam amino arginin dan glisin. Menurut salah satu penelitian in vitro kreatin
secara hampir konstan akan diubah menjadi kreatinin dalam jumlah 1,1% per hari
(Wulandari, 2015).
Reaksi ini berlanjut seiring dengan pemakaian energi sehingga dihasilkan cp. Dalam
proses kecil kreatin diubah secara ireversibel menjadi kreatinin, yang dikeluarkan dari
sirkulasi oleh ginjal. Jumlah kreatinin oleh seseorang setara dengan otot rangka yang
dimilikinya. ( Murray, 2009 )
III. METODE
Alat :
1. Spektrofotmeter UV – Vis 7. Tabung Darah Bertutup
2. Cuvet Merah
3. Fotometer 8. Centrifuge
4. Tabung Reaksi 9. Mikropipet
5. Spuite 10. Tip Biru dan Tip Kuning
6. Tourniquet 11. Waterbath
Bahan :
1. Serum
2. Larutan standar
3. Aquadest
4. Reagen pemeriksaan kreatinin
V. CARA KERJA
Metode Spektrofotometri
Hasil
Absorbansi standar 0,403 – 0,431 = 0,028
Absorbansi sampel A 0,310 – 0,364 = 0,054
Absorbansi sampel B 0,197 – 0,248 = 0,051
VII. PERHITUNGAN
Metode Spektrofotometri
Perhitungan sampel A
Kadar kreatinin = x2
Perhitungan sampel B
Kadar kreatinin = x2
IX. SIMPULAN
kreatinin merupakan produk akhir dari metabolisme kreatin otot dan kreatin
metode spektrofotometri sebesar 3,6 mg/dL. Jadi, kadar kreatini pada sampel A
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN