Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PRAKTIKUM

KIMIA KLINIK

”PEMERIKSAAN UREUM & KREATININ SPEKTROFOTOMETER”

Disusun Oleh :

Kallista Mauren A.D

P1337434118001

PRODI D III TEKNIK LABORATORIUM MEDIK

JURUSAN ANALIS KESEHATAN

POLTEKKES KEMENKES SEMARANG

TAHUN 2020
I. Judul : Pemeriksaan ureum dan kreatinin spektrofotometer

II. Pertemuan ke : 11

III. Tanggal : senin, 30 maret 2020

IV. Tujuan : Untuk mengetahui kadar ureum dan kreatinin pada pasien

V. Prinsip :

Ureum
Urea dihidrolisis oleh urease menghasilkan ion amonia. Ion amonia dengan adanya
GLDH akan membentuk glutamat dan NADᶧ. Aktifitas enzimatik tersebut berbanding
lurus dengan kadar urea dalam sampel dan diukur dengan metode photometrik
dengan panjang gelombang 340 nm.

Kreatinin
Kreatinin membentuk kompleks oranye-merah berwarna dalam larutan alkali picrate.
Perbedaan absorbansi pada waktu tertentu selama konversi sebanding dengan
konsentrasi kreatinin dalam sampel.

Creatinine + Picric acid → Creatinine picrate complex

VI. Metode : ureum = urease – GLDH: enzymatic UV test


Kreatinin = kinetic tes tnpa deproteinisasi berdasarkan pada
metode jaffe.

VII. Dasar teori :


Pengukuran konsentrasi kreatinin dalam sampel plasma dan urin
menggambarkan kapasitas filtrasi glomerulus, juga dikenal sebagai laju filtrasi
glomerulus (GFR.). Kreatinin diproduksi secara endogen di dalam tubuh dan secara
bebas disaring oleh glomerulus. Karakteristik ini membuat kreatinin sebagai penanda
endogen yang berguna untuk pembersihan kreatinin. Jika GFR menurun, seperti pada
penyakit ginjal, pembersihan kreatinin melalui sistem ginjal terganggu. GFR yang
berkurang kemudian akan menyebabkan peningkatan konsentrasi kreatinin plasma.
Pengukuran plasma sendiri seharusnya tidak digunakan untuk menilai fungsi ginjal.
Kadar kreatinin plasma mungkin tidak terpengaruh sampai terjadi kerusakan ginjal
yang signifikan. Selain itu, tingkat kreatinin plasma yang berada dalam kisaran
referensi normal tidak sama dengan sistem ginjal yang berfungsi normal.3 Meskipun
tidak spesifik seperti kreatinin, BUN juga dapat digunakan sebagai indikator fungsi
ginjal. BUN bukan penanda yang disukai untuk pembersihan karena dipengaruhi oleh
faktor-faktor seperti diet protein tinggi, variabel dalam sintesis protein, dan status
hidrasi pasien. BUN sendiri bukan penanda yang ideal untuk GFR. Dikombinasikan
dengan kreatinin plasma sebagai rasio kreatinin / BUN, BUN dapat menjadi analit
yang berguna dalam membedakan peningkatan NPN plasma sebelum atau sesudah
ginjal

VIII. Alat dan Bahan:


a. Alat :
- Spuit
- Tabung reaksi
- Kapas kering & kapas alkohol
- Needle
- Torniquet
- Rak tabung
- Limbah RT
- Limbah tajam
- Limbah infeksius
- Spektrofotometer
- Centrifuge
- Mikropipet 50µL,1000 µL
- Yellow & blue tip
- Waterbath
- Kuvet
- Tissue
- Plester
- Limbah tip
b. Bahan
- Serum
- Aquadest
- Reagen dyasis

IX. Prosedur Kerja:


a. Pra Analitik
1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2. Menggunakan APD sesuai SOP
3. Melakukan pengambilan darah vena
- Pasang tourniquet diatas siku
- Lakukan palpasi, lalu dessinfeksi

- Lakukan penusukan pada vena & ambil darah sebanyak 3 cc


- Lepaskan spuit & beri kapas kering lalu di plester

- Pindahkan darah ke tabung reaksi, tunggu hingga serum muncul


dipermukaan, lalu centrifuge selama 15 menit 3000 rpm.

4. pisahkan serum dengan sel darah dengan mikropipet dengan hati hati.

b. Analitik
1. Pemeriksaan ureum dengan spektrofotometer
- Membuat blanko, standart dan sampel yaitu memipet 1000 µL
reagen pada masing masing tabung.
- Tambahkan 10 µL aquadest pada tabung blanko, 10 µL standart
pada tabung standart dan 10 µL serum pada tabung sampel.
- Homogenkan lalu inkubasi selama 10 menit pada suhu 37 derajat
celcius.
- Baca/ ukur absorbansi dengan spektrofotometer pada panjang
gelombang 340 nm dengan urutan blanko, standard, lalu sampel.
- Lakukan perhitungan hasil abs tersebut
𝑎𝑏𝑠 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
- x konsentrasi standart
𝑎𝑏𝑠 𝑠𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟𝑡

- Catat hasil dengan satuan mg/dL

2. Pembacaan absorbansi kreatinin dengan spektrofotometer


- Membuat blanko,standart, dan sampel yaitu memipet 1000 µL reagen
albumin pada masing masing tabung
- Tambahkan 50µL aquadest pada tabung 1, 50µLstandart pada tabung
2, dan 50µL sampel sarum pada tabung 3, Homogenkan!
- Inkubasi selama 10 menit pada suhu 37˚C
- Baca absorbansi pada spektrofotometer dengan panjang gelombang
492 nm

c. Post Analitik
1. Membersihkan alat dan bahan yang telah digunakan
2. Melepas APD sesuai SOP
X. Hasil dan perhitungan
Berdasarkan pemeriksaan yang telah dilakukan, dapat diperoleh hasil

a. Pemeriksaan kadar ureum:


𝑎𝑏𝑠 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
Kadar ureum (mg/dL)= x konsentrasi standart
𝑎𝑏𝑠 𝑠𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟𝑡
0,130
= 0,180 x 50 mg/dL
= 36,1 mg/dL

b. Pemeriksaan kadar kreatinin :


𝑎𝑏𝑠 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
Kadar kreatinin (mg/dL)= x konsentrasi standart
𝑎𝑏𝑠 𝑠𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟𝑡
0,120
= 0,300 x 50 mg/dL
= 0,8 mg/dL

XI. Pembahasan

Tujuan dilakukannya pemeriksaan ini adalah untuk mengetahui fungsi ginjal


dengan test urea secara kinetika enzimatis dan menginterpretasikan hasil pemeriksaan
yang diperoleh. Ureumdapat dijadikan salah satu parameter kerusakan ginjal
karena ureum merupakan hasil akhir metabolisme protein di dalam hati, dimana
amonia bereaksi dengan karbondioksida (CO2) hasil respirasi sel dalam tubuh akan
menghasilkan ureum yang mencapai ginjal dan diekskresikan rata-rata 30 gram sehari.
Apabila eksresi ureum abnormal, maka fungsi ginjal dapat diidentifikasi.

Langkah yang dilakukan dalam pemeriksaan ini adalah mengambil sampel serum
dengan teknik flebotomi lalu darah dipindahkan ke tabung reaksi, apabila sudah muncul
sedikit serum dipermukaan maka langsung bias di centrifuge, lalu sampel dipisahkan dari
sel darah merah. Syarat sampel tidak boleh lipemik, ikterik dan lisis lalu di direaksikan
dengan reagen dan di inkubasi pada waterbath dengan suhu dan waktu yang sesuai dan
langsung dibaca pada spektrofotometer dengan panjang gelombang 340nm untuk ureum
dan 392nm untuk kreatinin.

Pemeriksaan kreatinin kali ini menggunakan menggunakan reagen kit dengan


merek “dyasis”. Metode yang digunakan yaitu tes kinetik tanpa deproteinisasi
berdasarkan metode Jaffe. Setelah dilakukan pemeriksaan didapatkan hasil kandungan
kreatinin dalam sampel yaitu 0,8 mg/dL. Hasil yang didapat tersebut menunjukan bahwa
kandungan kreatinin pada sampel tergolong normal karena nilai normalnya berkisar
antara 0,6 – 1,1 gr/dL untuk perempuan, sedangkan untuk pria berkisar antara 0,7 – 1,3
mg/dL.

Sedangkan Pemeriksaan ureum menggunakan reagen kit dengana merek


“Diasys”. Metode yang digunakan yaitu Urease GLDH (Glutamate Enzymatic
Dehyrogenase) enzymatic UV test. Setelah dilakukan pemeriksaan didapatkan hasil
ureum pada sampel yaitu 36,1 mg/dL. Hasil yang didapat tersebut tergolong normal
karena nilai rujukan untuk pemeriksaan ini yaitu 17 – 43 mg/dL.

XII. Simpulan :
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa:
Hasil pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin pasien adalah normal apabila dilihat
dari nilai rujukan. Didapati hasil ureum 36,1 mg/dL dan hasil kreatinin 0,8 mg/dL.

XIII. Daftar pustaka :

1. Jose H. Salazar, MS, MLS(ASCP)CM, 2014. Overview of Urea and Creatinine


2. Manual kit reagen dyasis
3. http://laporanakhirpraktikum.blogspot.com/2013/06/d.html
XIV. Lampiran

Semarang, 5 April 2020

Dosen Pengampu Praktikan,

Hj. Nurul Qomariyah S.Pd, M.Pd Kallista Mauren A.D

P1337434118001

Anda mungkin juga menyukai