TUJUAN
Menetapkan kadar ureum dalam serum atau plasma dengan metode Bertholet.
METODE PEMERIKSAAN
Prinsip pemeriksaan
Prinsip pemeriksaan dalam praktikum kali ini adalah urea dalam sampel dengan
bantuan enzim urease akan menghasilkan ammonia dan karbondioksia. Setelah
dicampur dengan pereaksi I dan II akan terjadi reaksi yang menghasilkan suatu
kompleks yang absorbansinya dapat diukur dengan Spektrofotometer UV-VIS. -
Alat
a.Pipet ukur
b.Tabung reaksi
c.Pipet tetes
d. Ball filler
e.Termometer
f.Gelas Beker untuk inkubasi
g.Spektrofotometer UV-Vis -
Bahan
a.Serum/plasma
b.Standar BUN (Blood Urease Nitogen) 20 mg/dl (Bio analitika®)
c.Urease 4000 U/I
d.Buffer EDTA pH 6,5
e.Reagen I : Fenol 15 g/L Na-nitroprussid 0,5 g/L
f.Reagen II : NaOCl 0,5 g/L NaOH 6,0 g/L
CARA KERJA
Keterangan:
Dt =hasil pembacaan pada test
Dst =hasil pembacaan pada standar
Diketahui : D = 0,755
D = 0,246
Ditanya : Kadar BUN ..?
INTERPRETASI HASIL
Berdasarkan hasil perhitungan kadar ureum sebesar 61,4 mg% BUN,
angka tersebut berada diatas angka normal yaitu sebesar 5-20 mg% BUN atau 3,3-
7,7 mmol/L. Hasil tersebut menunjukkan bahwa terjadi peningkatan kadar ureum
plasma yang menunjukkan adanya disfungsi ginjal pada pasien karena ginjal tidak
dapat lagi membuang urea keluar dari tubuh, sehingga urea terakumulasi dalam
darah. Peningkatan kadar ureum tersebut dikenal dengan uremia.
http://www.academia.edu/13649304/LAPORAN_PRAKTIKUM_KIMIA_KLINI
K_PENGUJIAN_KADAR_UREUM_DENGAN_METODE_BERTHOLET_OLE
2. Pemeriksaan Kadar Kreatinin
Pemeriksaan kadar kreatinin dalam darah merupakan salah satu
parameter yang digunakan untuk menilai fungsi ginjal, karena
konsenterasi dalam plasma dan eksresinya di urine dalam 24 jam relatif
konstan. Kadar kreatinin darah yang lebih besar dari normal
menginsyaratkan adanya gangguan fungsi ginjal. Nilai kreatinin normal
pada metode Jaffe Reaction adalah laki-laki 0,8 sampai 1,2 mg/dl
sedangkan pada wanita 0,6 sampai 1,1 mg/dl (Sodeman,1995).
Pemeriksaan kreatinin darah dengan kreatinin urine bisa digunakan
untuk menilai kemampuan laju filtrasi glomerolus, yaitu dengan
melakukan tes kreatinin klirens. Selain itu tinggi rendahnya kadar
kreatinin darah juga memberi gambaran tentang berat ringannya gangguan
fungsi ginjal. Hemodialisis dilakukan pada gangguan fungsi ginjal yang
berat yaitu jika kadar kreatinin lebih dari 7 mg/dl serum. Namun
dianjurkan bahwa sebaiknya hemodialisis dilakukan sedini mungkin untuk
menghambat progresifitas penyakit.
A. Metode Pemeriksaan Kreatinin Darah
Beberapa metode yang sering dipakai untuk pemeriksaan kreatinin
darah adalah :
1. Jaffe reaction
Dasar dari metode ini adalah kreatinin dalam suasana alkalis dengan
asam pikrat membentuk senyawa kuning jingga menggunakan alat
photometer.
2. Kinetik
Dasar metode ini relatif sama hanya dalam pengukuran dibutuhan
sekali pembacaan menggunakan alat autoanalyzer.
3. Enzimatik darah
Dasar metode ini adalah adanya substrat dalam sampel bereaksi
dengan enzim membentuk senyawa substrat menggunakan alat
photometer.
1. Alat dan Bahan
a. Alat
1) Spuit 3 cc
2) Tourniket
3) Plakon
4) Pipet ukur 5 ml
5) Eppendorf
6) Sentrifugator
7) Mikropipet 10-100 µl
8) Yellow tip
9) Kuvet
10) Spektrofotometer
b. Bahan
1) Sampel darah
2) EDTA
3) Reagen 1 (larutan asam pikrat)
4) Reagen 2 (NaOH)
5) Aquades
2. Metode
Metode : Jaffe
Metode pengukuran pada spektofotometer : Jaffe dengan kinetik
3. Cara kerja :
a. Persiapan sampel :
1) Diambil darah probandus sebanyak 3 cc menggunakan spuit.
2) Darah kemudian dimasukkan kedalam tabung eppenderf yang telah
diberi EDTA.
3) Darah yang telah dicampur dengan EDTA disentrifuse dengan
kecepatan 4000 rpm selama 10 menit dan kemudian diambil
plasmanya untuk sampel.
b. Pembuatan reagen :
1) Reagen 2 yang berisi NaOH dilarutkan dengan aquades
perbandingan 1 : 4.
2) Reagen 2 yang telah ditambah aquades dicampur dengan reagen 1
(asam pikrat) dengan perbandingan 1 : 1.
c. Walking reagen sebanyak 1 ml dicampur dengan plasma sebanyak 10
µl dan langsung dibaca absorbansinya pada spektofotometer dengan
panjang gelombang 492 nm.
4. Skema Kerja
Pembuatan Sampel Pembuatan Reagen
- Diambil 3cc
- Dimasukkan ke - Ditambah aquades
tabung dengan (1:4)
EDTA - Dicampur reagen 1
- Disentrifuse (1:1)
selama 10 menit
Diukur absorbansinya di
spektofotometer
https://www.scribd.com/doc/193628762/Kreatinin-Fix
http://www.cdkjournal.com/index.php/CDK/article/download/25/23
3. Pemeriksaan Kadar Asam Urat
Asam urat adalah produk katabolisme asam nukleat purin. Walaupun asam
urat difi ltrasi oleh glomerulus dan disekresikan oleh tubulus distal ke dalam urin,
sebagian besar asam urat direabsorpsi di tubulus proksimal. Pada kadar yang
tinggi, asam urat akan disimpan pada persendian dan jaringan, sehingga
menyebabkan infl amasi.
Protein yang berasal dari diet atau kerusakan jaringan dipecah menjadi
adenosin dan guanin untuk selanjutnya akan dikonversi
menjadi asam urat di dalam hati. Asam urat diangkut dalam plasma dari hati ke
ginjal. Di dalam ginjal, asam urat akan difi ltrasi oleh glomerulus. Sekitar 98-
100% asam urat direabsorpsi di tubulus proksimal setelah melewati fi ltrasi
glomerulus. Sebagian kecil asam urat akan disekresikan oleh tubulus distalis ke
dalam urin. Eliminasi asam urat sekitar 70% dilakukan oleh ginjal, selebihnya
akan didegradasi oleh bakteri di dalam traktus gastrointestinal. Asam urat akan
dioksidasi menjadi allantoin. Salah satu metode pemeriksaan yang dipergunakan
untuk memeriksa asam urat adalah metode caraway. Metode ini menggunakan
reaksi oksidasi asam urat yang dilanjutkan reduksi asam fosfotungstat pada
suasana alkali menjadi tungsten blue. Metode yang menggunakan enzim uricase
yang mengkatalisis oksidasi asam urat menjadi allantoin. Perbedaan absorbansi
sebelum dan sesudah inkubasi dengan enzim uricase sebanding dengan kadar
asam urat.
Metode coupled enzyme mengukur hidrogen peroksida yang dihasilkan
dari perubahan asam urat menjadi allantoin. Enzim peroksidase dan katalase
digunakan sebagai indikator katalis reaksi kimia. Warna yang dihasilkan
sebanding dengan kadar asam urat pada bahan pemeriksaan. Bilirubin dan asam
urat dapat menjadi faktor peng - ganggu pada metode coupled enzyme.
Bahan pemeriksaan untuk asam urat berupa heparin plasma, serum, dan
urin. Diet akan mempengaruhi kadar asam urat. Bahan pemeriksaan yang lipemik,
ikterik, hemolisis dapat menghambat kerja enzim, sehingga menurunkan kadar
asam urat pada pemeriksaan kadar asam urat yang menggunakan enzim. Obat-
obatan seperti salisilat dan thiazide akan meningkatkan kadar asam urat karena
menghambat ekskresi dan meningkatkan reabsorpsi asam urat di tubulus
proksimal ginjal. Asam urat stabil di dalam plasma dan serum yang telah
dipisahkan dari sel-sel darah. Serum dapat disimpan 3-5 hari di dalam refrigerator.
Pemeriksaan kadar asam urat dalam darah
Metode yang di pakai untuk menentukan kadar urat adalah kolorimetri dan
ezimatik:
a. Metode kolorimetri
Metode kolorimetri didasarkan pada kekuatan reduksi asam urat
terhadap fosfotungasat atau ion cuprat.Reaksi urat dengan
fosfotungasat dalamsuasana basa menghasilkan senyawa berwarna biru
intesif dan diukur intentisansnya secara kolorimetri pada panjang
gelombang 650-700 nm. Reaksi ini tidak spesifik karena terganggu
oleh zat-zat lain seperti bilirubin dan senyawa pereduksi seperti asam
askorbat.Reduksi cuprat menjadi cuprous dideterminasi melalui
pembentukan warna kuning dengan neoucuprine lebih sedikit di
pengaruhi oleh reduktor lain.
b. Metode enzimatik
Metode ini menggunakan metode enzimatik menggunakan enzim
urikase pada reaksi utama dan peroksidase pada reaksi indikasi :
Asam urat + H2O +O2 urikase Allantoin +CO2+H2O2
DBHS+4-Aminoantipirin +2H2O2 urikase Quinoneimina
+3H2O
Bahan
- larutan kerja asam urat
- serum
- larutan standar ( mg/dl )
Cara kerja
3 Larutan sampel _ _ 20 ml
Campur dan inkubasi 10menit pada suhu 30% c,kemudian dibaca kadar asam urat
pada spektrofotometer dengan panjang gelombang 546 nm.
Nilai Normal
https://www.scribd.com/doc/53309076/makalah-asam-urat
http://www.cdkjournal.com/index.php/CDK/article/download/25/23