Anda di halaman 1dari 11

1.

PEMERIKSAAN KADAR UREUM DENGAN METODE BERTHOLET


Ureum merupakan senyawa ammonia berasal dari metabolisme asam
amino yang diubah oleh hati menjadi ureum. Ureum bermolekul kecil mudah
berdifusi ke cairan ekstra sel, dipekatkan dan diekskresikan melalui urine lebih
kurang 25 gr/hari. Ureum normal 10 – 50 mg/dl. Pada prinsipnya urea dalam
sampel dengan bantuan enzim urease akan menghasilkan amonia dan
karbondioksida. Setelah dicampur dengan pereaksi I dan II akan terjadi reaksi
yang menghasilkan suatu kompleks yang absorbansinya dapat diukur dengan
Spektrofotometer UV-Vis. Pengukuran kadar amonia dengan metode Bertholet
sangat sensitif dan mempunyai koefisien ekstingsi molar (ɛ) sebesar 20000. Selain itu
metode ini memiliki spesifisitas yang tinggi terhadap ion amonium. Reaksi berjalan
lambat, tapi dapat ditingkatkan dengan penambahan agen pengkopling, seperti
Na-nitroprusid (McClarchey, 2002).
Kondisi kadar urea yang tinggi disebut uremia. Penyebab uremia tersering
adalah gagal ginjal yang menyebabkan gangguan ekskresi. Azotemia mengacu
kepada peningkatan semua senyawa nitrogen berberat molekul rendah pada gagal
ginjal (Sahota et al ., 2013). Uremia prarenal berarti peningkatan BUN akibat
mekanisme yang bekerja sebelum filtrasi darah oleh glomerulus. Mekanisme-
mekanisme ini mencakup penurunan signifikan aliran darah ke ginjal seperti pada
syok, dehidrasi, atau peningkatan katabolisme protein seperti perdarahan masif ke
dalam saluran cerna disertai pencernaan hemoglobin dan penyerapannya
sebagai protein dalam makanan. BUN adalah produk akhir dari metabolisme
protein, dibuat oleh hati, sampai pada ginjal tidak mengalami perubahan molekul.
Uremia pascarenal terjadi apabila terdapat obtruksi saluran kemih bagian bawah
di ureter, kandungan kemih, atau uretra yang mencegah ekskresi urin. Urea di urin
yang tertahan dapat berdifusi kembali ke dalam aliran darah. Penyebab uremia
diginjal mencangkup penyakit atau toksisitas yang mempengaruhi glomerulus
dan mikrovaskularisasi ginjal atau tubulus ginjal (Kopple and Shaul, 2004).
Tes BUN (Blod Urea Nitrogen) adalah tes yang mengukur jumlah
nitrogen pada darah yang berasal dari produk limbah urea karena itu merupakan
pengukuran tidak langsung dari urea dalam aliran darah. Urea dibentuk ketika
terjadi pemecahan protein di dalam tubuh. Urea diproduksi di dalam hati dan
diekskresi melalui urin. Sebelum melakukan tes BUN, sebaiknya hindari
mengkonsumsi banyak daging atau protein lain dalam 24 jam sebelum tes
berlangsung (Shils
et al., 2006). Pengukuran kadar urea nitrogen dapat dilakukan di dalam cairan
tubuh, yaitu serum/plasma dan urin, salah satu metode yang digunakan yaitu
pengukuran kadar ammonia yang dihasilkan dari reaksi urea dengan urease. Pada
metode ini, urea dipecah dengan enzim urease menghasilkan CO2 dan ammonia.
Selanjutnya amonia yang dibebaskan ditetapkan kadarnya dengan reagen
Bertholet. Belum diketahui adana senyawa lain dalam tubuh yang mengalami
pemecahan yang sama dengan urea, oleh karena itu metode ini mempunyai
spesifitas yang tinggi terhadap urea (McClarchey, 2002).

TUJUAN
Menetapkan kadar ureum dalam serum atau plasma dengan metode Bertholet.

METODE PEMERIKSAAN

Prinsip pemeriksaan
Prinsip pemeriksaan dalam praktikum kali ini adalah urea dalam sampel dengan
bantuan enzim urease akan menghasilkan ammonia dan karbondioksia. Setelah
dicampur dengan pereaksi I dan II akan terjadi reaksi yang menghasilkan suatu
kompleks yang absorbansinya dapat diukur dengan Spektrofotometer UV-VIS. -

Alat
a.Pipet ukur
b.Tabung reaksi
c.Pipet tetes
d. Ball filler
e.Termometer
f.Gelas Beker untuk inkubasi
g.Spektrofotometer UV-Vis -

Bahan
a.Serum/plasma
b.Standar BUN (Blood Urease Nitogen) 20 mg/dl (Bio analitika®)
c.Urease 4000 U/I
d.Buffer EDTA pH 6,5
e.Reagen I : Fenol 15 g/L Na-nitroprussid 0,5 g/L
f.Reagen II : NaOCl 0,5 g/L NaOH 6,0 g/L
CARA KERJA

Disiapkan tabung reaksi yang akan digunakan

Dimasukkan bahan-bahan ke dalam tabung reaksi (sesuai


tabel)

Bahan Tes Standar Blangko aquades


Urea, ml 0.10 0.10 Blangko
Standar, ml - 0,01 yang digunakan
Serum/plasma, ml 0,01 - adalah aquadest

Dicampur dan diinkubasi pada suhu 37˚C selama 20


menit.

Dicampur dan didiamkan pada suhu kamar selama 20


menit.

Dibaca pada spektrofotometer dengan panjang gelombang


546nm (540-620nm). Sebagai titik nol digunakan aquadest.

HASIL PEMERIKSAAN DAN INTERPRETASI HASIL


Hasil Pemeriksaan Tabel
Data Hasil Pengamatan
Data Standar Sampel
Absorbansi 0,246 nm 0,755 nm
Perhitungan
Kadar BUN = Dt x 20 = mg%BUN
Dst

Keterangan:
Dt =hasil pembacaan pada test
Dst =hasil pembacaan pada standar

Diketahui : D = 0,755
D = 0,246
Ditanya : Kadar BUN ..?

Jawab : Kadar BUN = Dt x 20 = mg%BUN


Dst
Kadar BUN = 0.755 x 20 = 61,382 = 61,4 mg%BUN
0,246
Dalam uji kadar ureum, nilai yang dikatakan normal dengan metode
bertholet berada pada rentang5-20 mg% BUN dan nilai hasil penetapan kadar
ureum dalam serum adalah 61,4 mg% BUN maka diketahui bahwa terjadi
peningkatan kadar BUN yang menunjukkan adanya disfungsi ginjal pada pasien.

INTERPRETASI HASIL
Berdasarkan hasil perhitungan kadar ureum sebesar 61,4 mg% BUN,
angka tersebut berada diatas angka normal yaitu sebesar 5-20 mg% BUN atau 3,3-
7,7 mmol/L. Hasil tersebut menunjukkan bahwa terjadi peningkatan kadar ureum
plasma yang menunjukkan adanya disfungsi ginjal pada pasien karena ginjal tidak
dapat lagi membuang urea keluar dari tubuh, sehingga urea terakumulasi dalam
darah. Peningkatan kadar ureum tersebut dikenal dengan uremia.
http://www.academia.edu/13649304/LAPORAN_PRAKTIKUM_KIMIA_KLINI
K_PENGUJIAN_KADAR_UREUM_DENGAN_METODE_BERTHOLET_OLE
2. Pemeriksaan Kadar Kreatinin
Pemeriksaan kadar kreatinin dalam darah merupakan salah satu
parameter yang digunakan untuk menilai fungsi ginjal, karena
konsenterasi dalam plasma dan eksresinya di urine dalam 24 jam relatif
konstan. Kadar kreatinin darah yang lebih besar dari normal
menginsyaratkan adanya gangguan fungsi ginjal. Nilai kreatinin normal
pada metode Jaffe Reaction adalah laki-laki 0,8 sampai 1,2 mg/dl
sedangkan pada wanita 0,6 sampai 1,1 mg/dl (Sodeman,1995).
Pemeriksaan kreatinin darah dengan kreatinin urine bisa digunakan
untuk menilai kemampuan laju filtrasi glomerolus, yaitu dengan
melakukan tes kreatinin klirens. Selain itu tinggi rendahnya kadar
kreatinin darah juga memberi gambaran tentang berat ringannya gangguan
fungsi ginjal. Hemodialisis dilakukan pada gangguan fungsi ginjal yang
berat yaitu jika kadar kreatinin lebih dari 7 mg/dl serum. Namun
dianjurkan bahwa sebaiknya hemodialisis dilakukan sedini mungkin untuk
menghambat progresifitas penyakit.
A. Metode Pemeriksaan Kreatinin Darah
Beberapa metode yang sering dipakai untuk pemeriksaan kreatinin
darah adalah :
1. Jaffe reaction
Dasar dari metode ini adalah kreatinin dalam suasana alkalis dengan
asam pikrat membentuk senyawa kuning jingga menggunakan alat
photometer.
2. Kinetik
Dasar metode ini relatif sama hanya dalam pengukuran dibutuhan
sekali pembacaan menggunakan alat autoanalyzer.
3. Enzimatik darah
Dasar metode ini adalah adanya substrat dalam sampel bereaksi
dengan enzim membentuk senyawa substrat menggunakan alat
photometer.
1. Alat dan Bahan
a. Alat
1) Spuit 3 cc
2) Tourniket
3) Plakon
4) Pipet ukur 5 ml
5) Eppendorf
6) Sentrifugator
7) Mikropipet 10-100 µl
8) Yellow tip
9) Kuvet
10) Spektrofotometer
b. Bahan
1) Sampel darah
2) EDTA
3) Reagen 1 (larutan asam pikrat)
4) Reagen 2 (NaOH)
5) Aquades
2. Metode
Metode : Jaffe
Metode pengukuran pada spektofotometer : Jaffe dengan kinetik
3. Cara kerja :
a. Persiapan sampel :
1) Diambil darah probandus sebanyak 3 cc menggunakan spuit.
2) Darah kemudian dimasukkan kedalam tabung eppenderf yang telah
diberi EDTA.
3) Darah yang telah dicampur dengan EDTA disentrifuse dengan
kecepatan 4000 rpm selama 10 menit dan kemudian diambil
plasmanya untuk sampel.
b. Pembuatan reagen :
1) Reagen 2 yang berisi NaOH dilarutkan dengan aquades
perbandingan 1 : 4.
2) Reagen 2 yang telah ditambah aquades dicampur dengan reagen 1
(asam pikrat) dengan perbandingan 1 : 1.
c. Walking reagen sebanyak 1 ml dicampur dengan plasma sebanyak 10
µl dan langsung dibaca absorbansinya pada spektofotometer dengan
panjang gelombang 492 nm.
4. Skema Kerja
Pembuatan Sampel Pembuatan Reagen

Darah Reagen 2 (NaOH)

- Diambil 3cc
- Dimasukkan ke - Ditambah aquades
tabung dengan (1:4)
EDTA - Dicampur reagen 1
- Disentrifuse (1:1)
selama 10 menit

Sampel Working reagen

Working reagen 1ml + plasma 10µl

Diukur absorbansinya di
spektofotometer

Nilai kadar kreatinin dalam darah


Nilai Normal

https://www.scribd.com/doc/193628762/Kreatinin-Fix
http://www.cdkjournal.com/index.php/CDK/article/download/25/23
3. Pemeriksaan Kadar Asam Urat
Asam urat adalah produk katabolisme asam nukleat purin. Walaupun asam
urat difi ltrasi oleh glomerulus dan disekresikan oleh tubulus distal ke dalam urin,
sebagian besar asam urat direabsorpsi di tubulus proksimal. Pada kadar yang
tinggi, asam urat akan disimpan pada persendian dan jaringan, sehingga
menyebabkan infl amasi.
Protein yang berasal dari diet atau kerusakan jaringan dipecah menjadi
adenosin dan guanin untuk selanjutnya akan dikonversi
menjadi asam urat di dalam hati. Asam urat diangkut dalam plasma dari hati ke
ginjal. Di dalam ginjal, asam urat akan difi ltrasi oleh glomerulus. Sekitar 98-
100% asam urat direabsorpsi di tubulus proksimal setelah melewati fi ltrasi
glomerulus. Sebagian kecil asam urat akan disekresikan oleh tubulus distalis ke
dalam urin. Eliminasi asam urat sekitar 70% dilakukan oleh ginjal, selebihnya
akan didegradasi oleh bakteri di dalam traktus gastrointestinal. Asam urat akan
dioksidasi menjadi allantoin. Salah satu metode pemeriksaan yang dipergunakan
untuk memeriksa asam urat adalah metode caraway. Metode ini menggunakan
reaksi oksidasi asam urat yang dilanjutkan reduksi asam fosfotungstat pada
suasana alkali menjadi tungsten blue. Metode yang menggunakan enzim uricase
yang mengkatalisis oksidasi asam urat menjadi allantoin. Perbedaan absorbansi
sebelum dan sesudah inkubasi dengan enzim uricase sebanding dengan kadar
asam urat.
Metode coupled enzyme mengukur hidrogen peroksida yang dihasilkan
dari perubahan asam urat menjadi allantoin. Enzim peroksidase dan katalase
digunakan sebagai indikator katalis reaksi kimia. Warna yang dihasilkan
sebanding dengan kadar asam urat pada bahan pemeriksaan. Bilirubin dan asam
urat dapat menjadi faktor peng - ganggu pada metode coupled enzyme.
Bahan pemeriksaan untuk asam urat berupa heparin plasma, serum, dan
urin. Diet akan mempengaruhi kadar asam urat. Bahan pemeriksaan yang lipemik,
ikterik, hemolisis dapat menghambat kerja enzim, sehingga menurunkan kadar
asam urat pada pemeriksaan kadar asam urat yang menggunakan enzim. Obat-
obatan seperti salisilat dan thiazide akan meningkatkan kadar asam urat karena
menghambat ekskresi dan meningkatkan reabsorpsi asam urat di tubulus
proksimal ginjal. Asam urat stabil di dalam plasma dan serum yang telah
dipisahkan dari sel-sel darah. Serum dapat disimpan 3-5 hari di dalam refrigerator.
Pemeriksaan kadar asam urat dalam darah
Metode yang di pakai untuk menentukan kadar urat adalah kolorimetri dan
ezimatik:
a. Metode kolorimetri
Metode kolorimetri didasarkan pada kekuatan reduksi asam urat
terhadap fosfotungasat atau ion cuprat.Reaksi urat dengan
fosfotungasat dalamsuasana basa menghasilkan senyawa berwarna biru
intesif dan diukur intentisansnya secara kolorimetri pada panjang
gelombang 650-700 nm. Reaksi ini tidak spesifik karena terganggu
oleh zat-zat lain seperti bilirubin dan senyawa pereduksi seperti asam
askorbat.Reduksi cuprat menjadi cuprous dideterminasi melalui
pembentukan warna kuning dengan neoucuprine lebih sedikit di
pengaruhi oleh reduktor lain.
b. Metode enzimatik
Metode ini menggunakan metode enzimatik menggunakan enzim
urikase pada reaksi utama dan peroksidase pada reaksi indikasi :
Asam urat + H2O +O2 urikase Allantoin +CO2+H2O2
DBHS+4-Aminoantipirin +2H2O2 urikase Quinoneimina
+3H2O

Alat dan bahan


Alat
- spektrofotometer
- mikro pipet 1000 ml dan 20 ml
- tabung mikro
- rak tabung
- stopwatch
- tip kuning dan biru
- spoit
- tourniquet
- kapas alcohol
- sentrifuse

Bahan
- larutan kerja asam urat
- serum
- larutan standar ( mg/dl )
Cara kerja

No Pipet Blangko standar sampel

1 Larutan kerja asam urat 1000 ml 1000 ml 1000 ml

2 Larutan standar asam urat _ 20 ml _

3 Larutan sampel _ _ 20 ml

Campur dan inkubasi 10menit pada suhu 30% c,kemudian dibaca kadar asam urat
pada spektrofotometer dengan panjang gelombang 546 nm.

Nilai Normal

https://www.scribd.com/doc/53309076/makalah-asam-urat
http://www.cdkjournal.com/index.php/CDK/article/download/25/23

Anda mungkin juga menyukai