Anda di halaman 1dari 67

LAPORAN RESMI

PRAKTIKUM FITOKIMIA
“PEMERIKSAAN BAHAN NABATI PADA
(Ekstrak Syzygium aromaticum)”

Kelompok IV :

Firda Zamrotun Nifa (52019050061)

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS


FAKULTAS KESEHATAN
S1-FARMASI
2020/2021
I. Judul Praktikum : Pemeriksaan Bahan Nabati
II. Bab : I (satu)
III. Tanggal Praktikum : 9 Maret 2021
IV. Dasar Teori :

Simplisia adalah bahan alamiah yang di pakai atau digunakan sebagai obat
yang belum mengalamai pengolahan apapun juga dan kecuali dinyatakan lain,
berupa bahan yang dikeringkan. Simplisia di bedakan atas simpisia nabati,hewani dan
simplisia pelican(mineral).untuk menjmin mutu keseragaman senyawa aktif ,keamanan
maupun kegunaan nya,maka simplisia mempunyai persyaratan minimal tersebut berupa
faktor yang mempengaruhi persyaratan minimal tersebut antara lain adalah:

1. Bahan baku simplisia


2. Proses pembuatan simplisia termasuk cara penyimpanan bhan baku simplisia
3. Cara pengepakan.

Skrining fitokimia,merupakan cara untuk mengidentifikasi bioaktif yang belum


tampak melalui tes atau pemeriksaan yang dapat dengan cepat memisahkan antara bahan
alam yang memiliki kanfungan fitokimia tertentu dengan bahan alam yang tidak memiliki
kandungan fitokimia tertentu. Skrining fitokimia merupakan tahap pendahuluan dalam
suatau penelitian fitokimia,yang bertujuan untuk memberikan gambaran tentang golongan
senyawa yang terkandung dalam tanaman yang diteliti. Metode skrining fitokimia dilakukan
dengan melihat reaksi pengujian warna menggunakan suatu pereaksi warna. Hal ini penting
dalam skrining fitokimia adalah pemilihan pelarut dan metode ekstraksi(kristianti
dkk,2008).

Salah satu pendekatan untuk penelitian tumbuhan obat adalah penapis senyawa kimia
yang terkandung dalam tanaman. Cara ini digunakan untuk mendeteksi senyawa tumbuhan
berdasarkan golongannya. Sebagai informasi awal dalam mengetahui senyawa kimia apa
yang mempunyai aktivitas biologi dari suatu tanaman. Informasi yang diperoleh dari
pendekatan ini juga dapat digunakan untuk keperluan sumber bahan yang mempunyai nilai
ekonomi lain seperti sumber tannin, minyak untuk industri, seperti gum, dan lain-lain.
Metode yang telah dikembangkan dapat mendeteksi adanya golongan senyawa alkaloid,
flavinoid, senyawa fenolat, tannin, saponin, kumarin, quinon, steroid/terpenoid (Teyler
V.E,1988).

V. Alat/Bahan :
Bahan simplisia : Cengkeh (Syzygium aromaticum),
Bahan :
1. Akuadest 8. Toluene
2. Asam klorida 1% 9. FeCl3
3. Pereaksi Dragendorf 10. Natrium klorida 2%
4. Pereaksi Mayer 11. Petroleum eter
5. Serbuk natrium bikarbonat 12. Kloroform
6. KOH 0,5N 13. Methanol
7. H2SO4 14. Vanillin asam sulfat
Alat yang digunakan :
1. Beaker glass 50 ml 8. Timbangan analitik
2. Beaker glass 100 ml 9. Chamber
3. Hotplate 10. Labu ukur 100 ml
4. Gelas ukur 10 ml 11. Silica gel
5. Penangas air 12. Pinset
6. Tabung reaksi 13. Aluminium foil
7. Pipet tetes

VI. Prosedur Kerja :


Uji Pendahuluan
serbuk simpleks
cengkeh + akuadest teteskan larutan
saring larutan
10 ml panaskan pada tabung reaksi
selama 30 menit

tambahkan KOH 3 amati perubahan


tetes warna

Identifikasi Alkaloid

Serbuk cengkeh 2 gr+


saring suspensi,bagi ke bagi tabung A kedalam
asam klorida 1% (10
dalam tabung reaksi A 2 larutan tabung A1 &
ml) dipanaskan 30
&B A2
menit

tabung A1+ pereaksi


Dragendorf 3 tetes + serbuk natirum
amati endapan bikarbonat sampai
tabung A2+pereaksi larutan pH 8-9
mayer 3 tetes

+ Asam asetat sampai


+4ml kloroform aduk +5 tetes pereaksi
pH 5
pelan-pelan dragendorf pada
aduk dan pisahkan lapisan atas
(setelah memisah)
lapisan atas

lapisan bawah + 10
tetes asam klorida 1% + 2 tetes pereaksi
Amati endapan
aduk pisahkan lapisan dragendorf
atas

amati endapan 4
Identifikasi Antrakinon

serbuk cengkeh 300mg saring suspensi, ambil


+ 10 ml KOH 0,5 + 1ml filtrat 5 ml + asam
hidrogen peroksida asetat 6 tetes pH
didihkan 2 menit 5+toluena 10 ml

lapisan atas 5 ml Amati perubahan warna


masukkan tabung reaksi merah pada lapisan air
+ KOH 0,5 (basa)

Identifikasi Senyawa Polifenol

serbuk cengkeh 2 saring


amati perubahan
gr+akuadest 10 ml larutan,filtrat + 3
warna hijau-biru
panaskan 10 menit tetes FeCl3

ulangi filtrat +
amati perubahan
etanol 80% 10
warna
menit

5
Identifikasi Tanin

serbuk cengkeh 2 gr
saring,ambil filtrat 5
+akuadest 10 ml amati adanya
ml + natrium klorida
dipanaskan selama suspensi / endapan
2% 1 ml
30 menit

saring,filtrat +
amati adanya
larutan gelatin 1% 5
endapan
ml

Identifikasi Saponin

serbuk cengkeh 100 mg uji lain


tabung reaksi posisi
+ 10 ml akuadest serbuk simpleks 2 gr +
tegak,amati buih yang
masukkan tabung reaksi 10 ml akuadest
terbentuk
kocok kuat 30 menit dipanaskan,saring

ambil pipa kapiler isi


bandingkan tinggi cairan
dengan larutan,letakkan
larutan dengan air suling
pipa kapiler posisi tegak

6
Identifikasi KLT (Pembuatan Larutan Percobaan KLT)

Serbuk cengkeh 2gr

Disari dengan petroleum eter 10 ml


50

sisa Larutan F

Disari dengan kloroform-asam asetat (9:1)

10 ml , 50

sisa Fraksi kloroform,asam


asetat (Larutan A)

Disari dengan metanol kloroform-asam asetat (49,5:49,5:1)

10 ml , 50

sisa Fraksi metanol


kloroform,asam asetat
(Larutan A)

Disari dengan metanol:air (1:1) 10 ml , 50

sisa Fraksi Metanol-Air


(Larutan C)

7
SISTEM KLT

Fase gerak Fase gerak Fase gerak

Etil asetat-kloroform n-butanol-asam asetat- Heksana-Etil asetat (96:4)


(9:11) 10 ml akuadest(5:1:4) 10 ml 10 ml

Penjenuhan dengan kertas


saring

Ambil kertas saring,masukkan silica gel

Totolan silica gel Totolan silica gel Totolan silica gel

Larutan A Larutan C Larutan F

Deteksi dengan Vanilin Deteksi dengan Vanilin Deteksi dengan


asam sulfat asam sulfat anisaldehid asam sulfat

Amati dibawah sinar UV


254 ,hitunglah jarak Rf
yang terjadi

8
VII. Data
NO Identifikasi Hasil
1. Uji Pendahuluan (kromofor) Terdapat
(+)flavonoid,antrakinon,saponin,polifenol,tanin

2. Identifikasi Alkaloid Terdapat (+) Alkaloid

3. Identifikasi Antrakinon Tidak Terdapat (-) Antrakinon

4. Identifikasi Polifenol Terdapat (+) polifenol (Biru)

5. Identfikasi Tanin Terdapat (+) tanin (Pengendapan)

6. Identifikasi saponin Terdapat (+) saponin

Data KLT

Rf =

=
=0,4 (Larutan C)

Rf =

=
=0,6 (Larutan F)
VIII. Pembahasan

Uji skrining fitokimia dilakukan terhadap simplisia cengkeh (syzygium


aromaticum). Pada praktikum kali ini dilakukan 5 uji yaitu uji identifikasi terhadap
alkaloid, flavonoid, saponin, tanin dan antrakuinon. Berdasarkan tabel hasil uji skrining
fitokimia yang telah dilakukan, menunjukkan bahwa simplisia cengkeh positif
mengandung alkaloid dan tanin. Alkaloid adalah yang bersifat basa, mengandung atom
nitrogen berasal dari tumbuhan dan hewan (Harborne dan Turner, 1984). Positif
mengandung alkaloid ini dibuktikan dengan ditetesi menggunakan pereaksi Meyer dan
pereaksi Dragendorff. Filtrat yang telah dibuat yaitu dengan cara simplisia cengkeh diberi
asam klorida 1% (10 ml) dipanaskan 30 menit diatas waterbath.

9
Filtrat yang ditetesi dengan pereaksi Meyer menghasilkan endapan berwarna
putih, hal ini menunjukkan bahwa simplisia cengkeh positif mengandung alkaloid, selain
menggunakan pereaksi Meyer digunakan pula pereaksi Dragendorff, filtrat yang ditetesi
pereaksi Dragendorff membentuk endapan.

Pada skrining fitokimia yang kedua adalah simplisia cengkeh positif mengandung
Tanin. Tanin adalah senyawa fenol yang memiliki berat molekul 500-3000 daltons (Da).
Tanin diklasifikasikan atas 2 kelompok yaitu atas dasar tipe struktur dan aktivitasnya
terhadap senyawa hidrolitik yaitu senyawa tanin terkondensi dan tanin terhidrolisis
(Hagerman, 2002). Pada skrining ini simplisia kering ditambahkan aquades 10 ml
kemudian didihkan, didinginkan, disaring dan ditambahkan 1ml larutan natrium klorida
2% kemudian disaring ditambahkan dengan 5ml larutan gelatin 1%. Filtrat yang
dihasilkan membentuk endapan,menandakan adanya tanin atau zat samak.

Pada skrining fitokimia yang ketiga adalah simplisia cengkeh tidak mengandung
Antrakinon. Antrakuinon merupakan suatu senyawa yang memiliki kerangka standar
bercincin tiga yaitu antrasena. Struktur antrakuinon biasanya terdapat sebagai turunan
antrakuinon terhidroksilasi, termetilasi, atau terkarboksilasi. Antrakuinon dapat berikatan
dengan gula sebagai o-glikosida atau sebagai c-glikosida. Turunan antrakuinon umumnya
larut dalam air panas atau dalam alkohol encer. Senyawa antrakuinon dapat bereaksi
dengan basa memberikan warna kuning hingga merah serta ungu atau hijau (Harborne,
1987). Pada skrinning ini simplisia cengkeh 300 mg ditambahkan dengan 10 ml KOH 0,5
N dan 1 ml larutan hydrogen peroksida didihkan selama 2 menit,didinginkan,filtra
diambil 5 ml ditambahkan asam asetat 6 tetes pH 5 kemudian ditambahkan toluene 10
ml. lapisan atas 5 ml dipindahkan ke dalam tabung reaksi ditambahkan KOH 0,5 N,tidak
terjadi perubahan warna merah pada pada lapisan air (basa) menunjukkan tidak
mengandung antrakinon.

Pada skrinning fitokimia yang keempat adalah simplisia cengkeh positif


mengandung Polifenol. Polifenol adalah kelompok zat kimia yang ditemukan pada
tumbuhan. Zat ini memiliki tanda khas yaitu memiliki banyak gugus phenol dalam
molekulnya. Polifenol sering terdapat dalam bentuk glikosida polar dan mudah larut
dalam pelarut polar (Hosttetman, dkk, 1985). Pada skrinning ini simplisia cengkeh 2 gr

10
dipanaskan dengan akuadest 10 ml selama 10 menit,kemudian disaring dan ditambahkan
dengan FeCl3 3 tetes. Terjadi perubahan warna biru menandakan adanya polifenol.

Pada skriining fitokimia kelima adalah simplisia cengkeh positif mengandung


saponin. Saponin merupakan glikosida yang memiliki aglikon berupa steroid dan
triterpenoid. Saponin memiliki berbagai kelompok glikosil yang terikat pada posisi C3,
tetapi beberapa saponin memiliki dua rantai gula yang menempel pada posisi C3dan C17
(Vincken et al.,2007).Struktur saponin tersebut menyebabkan saponin bersifat seperti
sabun atau deterjen sehingga saponin disebut sebagai surfaktan alami (Mitra &Dangan,
1997; Hawley & Hawley, 2004). Pada skrinning ini simplisia cengkeh 100 mg
ditambahkan dengan 10 ml akuadest ke dalam tabung reaksi ditutup kemudian digojok
kuat-kuat selama 30 menit,kemudian membiarakan taung reaksi dengan kondisi tabung
reaksi tegak,kemudian timbul buih dan menandakan positif mengandung saponin.
Dilakukan dengan uji lain menggunakan pipa kapiler 1mm ,mengambil larutan penuh-
penuh kemudian mengalirkan bebas aliran dan dibandingkan dengan tinggi air suling.

Kromatografi lapis tipis (KLT) merupakan metode pemisahan komponen


menggunakan fasa diam berupa plat dengan lapisan bahan adsorben inert. KLT
merupakan salah satu jenis kromatografi analitik. KLT digunakan untuk pemisahan
secara analitik dan preparatif. KLT analitik dipakai pada tahap permulaan pemisahan
suatu cuplikan, sedangkan KLT preparatif hanya dilakukan jika diperlukan fraksi tertentu
dari suatu campuran. Selain itu, KLT digunakan untuk mencari eluen terbaik pada tahap
preparatif seperti fraksinasi dengan kromatografi kolom. KLT digunakan untuk
pemisahan secara analitik dan preparatif. KLT analitik dipakai pada tahap permulaan
pemisahan suatu cuplikan, sedangkan KLT preparatif hanya dilakukan jika diperlukan
fraksi tertentu dari suatu campuran. Selain itu, KLT digunakan untuk mencari eluen
terbaik pada tahap preparatif seperti fraksinasi dengan kromatografi kolom. Tujuan
dilakukan pengamatan KLT untuk mengetahuai cara mengidentifikasi noda dengan
menggunakan metode KLT. Prinsip dalam kromatografi yakni adsorbsi dan partisi. Serta
memiliki fase yakni fase gerak dan fase diam. Pada prinsip adsorpsi yakni penyerapan
eleun terhadap lempeng silika gel termasuk dalam fase gerak. Dikatakan fase gerak yakni
karena eluen bergerak naik sampai batas eluen pada lempeng. Sedangkan prinsip pada

11
partisi yakni pemisahan noda yang dihasilkan pada lempeng yakni menggunakan fase
diam untuk lempeng. Dikatakan fase diam karena lempeng hanya diam dalam satu tempat
tanpa harus digerakkan.

Pada praktikum KLT pemisahan menggunakan fasa diam berupa plat silica gel
dengan totolan larutan A ,larutan A dibuat dengan disari kloroform-asam asetat (99:1) 10
ml yang sebelumnya sudah di fraksi dengan petroleum eter,totolan pada silica gel batas
bawah 1,5 cm dan batas atas 0,5 cm dengan panjang 7 cm,serta jarak noda 5 cm. Fasa
gerak berupa etil asetat: kloroform (9:11) dalam 10 ml,sebelum dimasukkan silica gel
,fase gerak pada chamber harus dijenuhkan terlebih dahulu dikarenakan penjenuhan
chamber sebelum digunakan yaitu untuk menghilangkan uap air didalam chamber agar
nantinya tidak mempengaruhi perambatan noda pada lempeng, selain itu agar tekanan
yang ada didalam chamber tidak mempengaruhi proses perambatan noda dengan adanya
penjenuhan chamber. Setelah selesai penjenuhan kertas saring diangkat dan
dimasukkannya silica gel keadaan miring 45 derajat tidak boleh totolan menyentuh fase
gerak karena dapat mempengaruhi pergerakan noda. Setelah fase gerak sampai tanda atas
diangkat silica gel dan di deteksi dengan FeCl3 setelah itu di lihat pada sinar uv 254
dengan tujuan pengamatan pada lempeng atau dikatakan untuk melihat flouresensi pada
lempeng. Mekanisme kerja pada UV 254 nm ialah terjadinya flouresensi pada lempeng
ini dikarenakan cahaya yang tampak merupakan emisi cahaya yang dipancarkan oleh
komponen tersebut. Sehingga ketika elektron tereksitasi yakni perubahan suatu energi
rendah ketingkat energi tinggi ini dapat menyebabkan energi yang dihasilkan akan
terlepas.

KLT pada silka gel dengan totolan larutan C,larutan didapatkan melalui fraksi
methanol-air yang sebelumnya telah disari menggunakan methanol-kloroform-asam
asetat (49,5:49,5:1), silica gel dengan panjang 7 cm tanda bawah 1,5cm tanda atas 0,5 cm
penotolan dilakukan pada tanda bawah ditengah-tengah. Fase gerak menggunakan n-
butanol-asam asetat-air (5:1:4) dan dilakukan penjenuhan dijenuhkan terlebih dahulu
dikarenakan penjenuhan chamber sebelum digunakan yaitu untuk menghilangkan uap air
didalam chamber agar nantinya tidak mempengaruhi perambatan noda pada lempeng,
selain itu agar tekanan yang ada didalam chamber tidak mempengaruhi proses

12
perambatan noda dengan adanya penjenuhan chamber. Setelah selesai penjenuhan kertas
saring diangkat dan dimasukkannya silica gel keadaan miring 45 derajat tidak boleh
totolan menyentuh fase gerak karena dapat mempengaruhi pergerakan noda. Setelah fase
gerak sampai tanda atas diangkat silica gel dan di deteksi dengan Vanilin asam sulfat,
Alasan digunakan asam sulfat vanillin yaitu karena sifatnya yang asam sehingga dapat
digunakan untuk menampakkan noda yang tidak tampak, asam sulfat memiliki sifat
mengoksidasi sehingga jika noda yang tidak tampak pada lampu UV maka akan tampak
pada penyemprotan asam sulfat, ini terjadai karena struktur dari komponen kimianya
dipecah (gugus kromofornya dirusak) sehingga ikatan berubah serta menyebabkan
panjang gelombangnya berubah. Kerugian menggunakan penyemprotan asam sulfat
vanillin yakni dapat merusak senyawa kimia atau gugus kromofor pada sampel.setelah itu
di lihat pada sinar uv 254 dengan tujuan pengamatan pada lempeng atau dikatakan untuk
melihat flouresensi pada lempeng. Mekanisme kerja pada UV 254 nm ialah terjadinya
flouresensi pada lempeng ini dikarenakan cahaya yang tampak merupakan emisi cahaya
yang dipancarkan oleh komponen tersebut. Sehingga ketika elektron tereksitasi yakni
perubahan suatu energi rendah ketingkat energi tinggi ini dapat menyebabkan energi
yang dihasilkan akan terlepas. Nilai yang didapatkan pada Rf yakni 0,4 dengan jarak
tempuh zat terlarut 2cm.

KLT pada silka gel dengan totolan larutan F,larutan didapatkan melalui fraksi
petroleum eter 10 ml ,silica gel dengan panjang 7 cm tanda bawah 1,5cm tanda atas 0,5
cm penotolan dilakukan pada tanda bawah ditengah-tengah. Fase gerak menggunakan
heksana-etil asetat(96:4) dan dilakukan penjenuhan dijenuhkan terlebih dahulu
dikarenakan penjenuhan chamber sebelum digunakan yaitu untuk menghilangkan uap air
didalam chamber agar nantinya tidak mempengaruhi perambatan noda pada lempeng,
selain itu agar tekanan yang ada didalam chamber tidak mempengaruhi proses
perambatan noda dengan adanya penjenuhan chamber. Setelah selesai penjenuhan kertas
saring diangkat dan dimasukkannya silica gel keadaan miring 45 derajat tidak boleh
totolan menyentuh fase gerak karena dapat mempengaruhi pergerakan noda. Setelah fase
gerak sampai tanda atas diangkat silica gel dan di deteksi dengan analdehid asam sulfat
setelah itu di lihat pada sinar uv 254 dengan tujuan pengamatan pada lempeng atau
dikatakan untuk melihat flouresensi pada lempeng. Mekanisme kerja pada UV 254 nm

13
ialah terjadinya flouresensi pada lempeng ini dikarenakan cahaya yang tampak
merupakan emisi cahaya yang dipancarkan oleh komponen tersebut. Sehingga ketika
elektron tereksitasi yakni perubahan suatu energi rendah ketingkat energi tinggi ini dapat
menyebabkan energi yang dihasilkan akan terlepas. Nilai yang didapatkan pada Rf yakni
0,6 dengan jarak tempuh zat terlarut 3cm.

IX. Kesimpulan
1. Serbuk simpilisia cengkeh pada pengujian mengandung
Alkaloid,polifenol,tanin,saponin.
2. Pada kromatografi lapis tipis pada larutan C dan larutan F terdapat jarak tempuh
zat terlarut sedangkan larutan A tidak terdeteksi.
3. Nilai Rf pada larutan C 0,4 dan pada larutan F 0,6
X. Daftar Pustaka
Marjoni, R. 2016. Dasar-Dasar Fitokimia. Jakarta : CV. Trans Info Media.
Suparni, I., dan Ari, W. 2012. Herbal Nusantara 1001 Ramuan Tradisional Asli
Indonesia. Edisi I. Yogyakarta : Rapha Publishing.
Wulandari, Lestyo. 2011. Kromatografi Lapis Tipis. Cetakan pertama. Fakultas
Farmasi Universitas Jember. Jember: PT Taman Kampus
Presindo.
XI. Lampiran

14
15
16
LAPORAN RESMI
PRAKTIKUM FITOKIMIA
“MINYAK ATSIRI”

Disusun Oleh :

Nama : Firda Zamrotun Nifa

NIM : 52019050061

Kelas : 2A Farmasi

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS INDONESIA


PROGRAM STUDI S1-FARMASI
Tahun 2020/2021

17
I. TUJUAN
a. Mahasiswa mampu mengetahui sifat-sifat minyak atisiri
b. Mahasiswa mampu mengidentifikasi bahan alami nabati yang mengandung
minyak atsiri baik secara organoleptik, mikroskopi, maupun kimiawi.

II. DASAR TEORI


Minyak atsiri merupakan senyawa minyak yang berasal dari bahan
tumbuhan dengan beberapa sifat, antara lain : sangat mudah menguap apabila
dibiarkan pada udara terbuka, memiliki bau khas seperti pada tumbuhan aslinya,
umumnya tidak berwarna tetapi semakin lama menjadi gelap karena mengalami
oksidasi dan pendamaran. Karena sifatnya yang mudah menguap, minyak atsiri
sering pula disebut sebagai minyak menguap (volatile oil) atau minyak eteris.
dalam tumbuhan, minyak atsiri terutama terdistribusi pada daun dan bunga.
Minyak atsiri bersumber pada setiap bagian tanaman dari daun, bunga,
buah, biji batang atau kulit dan akar atau rhizome. Minyak atsiri dengan kelarutan
tertinggi dalam air dan yang rentan terhadap panas tidak di destilasi. Selain itu,
minyak atsiri harus mudah menguap pada destilasi uap. Sebagian besar minyak
atsiri dalam perdagangan bersifat mudah menguap cukup stabil terhadap panas
dan praktis tidak larut dalam air.
Kromatografi adalah suatu teknik pemisahan molekul berdasarkan
perbedaan pola pergerakan antara fase gerak dan fase diam untuk memisahkan
komponen (berupa molekul) yang berbada pada larutan.
Sifat fase diam yang satu dengan yang lain berbeda karena strukturnyam
ukurannnya, kemurniannya, zat tambahan sebagai pengikat dan lain - lain. Silika
gel merupakan fase diam yang digunakan pada KLT. Silika gel memiliki
bervariasi ukuran dengan diameter 10-40µm dan luas permukaan dengan ukuran
300-1000 m 2/g. Bersifat higroskopis, pada kelembaban relatif 45-75% dapat
mengikat air 7-20%. Silika gel dengan pengikat dan indikator flouresensi. Jenis
silika gel ini memiliki bahan tambahan zat berfluorensi yang bila diperiksa
dibawah lampu UV a, panjang atau pendek. Sebagai indikator digunakan timah

18
kadmium sulfida atau mangan timah silikat. Jenis ini disebut dengan silika gel GF
atau silika gel GF 254 (berfluorensasi pada panjang gelombang 25nm). Fase gerak
yang digunakan biasanya adalah pelarut organik atau dapat juga digunakan satu
macam pelarut organik saja atau campuran . fase gerak merupakan campuran
pelarut organik dengan air maka mekanisme pemisahan adalah partisi. Pemilihan
pelarut organik sangat penting karna akan menentykan keberhasilan pemisahan.
Pendekatan polaritas adalah yang paling sesuai dengan pemilihan pelarut senyawa
polar akan lebih mudah terelusi oleh fase gerak yang bersifat polar fase gerak
yang non polar.
Sampel atau cuplikan dilarutkan dalam pelarut yang sesuai. Air digunakan
hanya bila tidak dapat dicari pelarut organik yang sesuai. Pada umumnya
ditototlkan 1-20µl larutan yang megandung 50-100µg sampel tiap bercak untuk
kromatografi absorbsi dan 5-20 µg sampel untuk kromatografi partisi. Penotolan
dilakukan dengan gelas kapiler atau dengan pipet mikro. Jika untuk keperluan
kuantitatif digunakan quantitative microsyringe. Pada plat KLT sampel ditotolkan
sebagai bercak bulat atau garis 1,5-20cm ditepi bawah. Untuk memudahkan
penotolan bercak dibuat garis lemah dengan pensil disebut dengan garis awal.
Pada garis awal ditotolkan bercak dengan garis 3-6mm dan diusahakan bercak
diameternya seragam. Penotolan dilakukan berulang dan hati-hati agar plat tidak
rusak. Penotolan sampel terlalu banyak menyebabkan bercak hasil pengembangan
tidak bulat (asimetri) dan perubahan harga Rf. Jika totolan sampel lelah kering
maka plat siap dielusikan.

III. ALAT DAN BAHAN


a. Alat :

19
a. Gelas Obyek
b. Gelas Penutup
c. Mikroskop
d. Beaker glass
e. Gelas ukur
f. Pipet tetes
g. Pipet ukur
h. Chamber
i. Pinset
j. Corong kaca

20
b. Bahan
a. Minyak Kayu Putih ( Cajuputi oil)
b. Minyak Goreng (coconut oil)
c. FeCl3
d. NaCl
e. NaNO2
f. CH3COOH
g. NaOH
h. Silika gel

IV. PROSEDUR KERJA


A. Identifikasi Minyak Atsiri Secara Umum

teteskan 1 tetes minyak teteskan 1 tetes minyak atsiri pada


atsiri pada permukaan air kertas saring,amati persebaran
,lalu bandingkan dengan noda lalu bandingkan dengan
minyak lemak
minyak lemak

ukur kelarutan minyak atsiri dalam


kocoklah 1 ml minyak atsiri dengan
etanol,petroleum eter, dan
1 ml larutan NaCl jenuh dalam
kloroform. Hitung berapa tetes
tabung reaksi,biarkan memisah
pelarut yang digunakan

deteksi adanya reduksi volume


deteksi senyawa fenol dalam
minyak atsiri dengan memasukkan
minyak atsiri dengan cara 21
2 ml minyak atsiri lalu
memasukkan 2 ml minyak atsiri
menambahkan larutan natrium
(25% dalam etanol 95%)
hidroksida secukupnya. Kocok
tambahkan 1 tetes FeCl dan amati
pelan dan ai rduksi volume yang
warna
terbentuk
B. Identifikasi Komponen Khusus dalam Minyak Atsiri
1) Uji Osazon untuk Oleum Cinnamomi (kayu manis)

50 mg cinnamomi
cortex + 1 ml biarkan mengering
kloroform

amati kristal yang


tambahkan 2 tetes
terbentuk dibawah
fenilhidrazin
perbesaran
hidroksida dalam air
mikroskop

2) Uji terhadap adanya eugenol dalam Oleum Caryophylli


(cengkeh)

22
gelas objek pertama
ditambahkan 1 tetes
1 tetes minyak diteteskan
natrium hidroksida 3%
pada dua buah gelas objek
dijenuhu dengan KBr, amati
kristal yang terbentuk

gelas objek kedua


ditambahkan 2 tetes
larutan FeCl3, amati
perubahan warna

3) Uji Perbedaan Cubeba Fructus (buah kemukus) dan Piperis


nigri Fructus (lada hitam)

teteskan 1 tetes
larutan asam sulfat
pekat dalam
larutan

amti perubahan
warna yag terjadi

4) Uji Adanya Felandren

23
kocok 100 mg serbuk
5 ml natrium nitrit ( 5 gr
piperis nigri fructus tambahkan 5 ml asam
natrium nitrit dalam 8 ml
dengan 5 ml petroleum asetat glacial
air)
eter lalu saring

amati kristal yang


terbentuk dibawah tunggu sampai 10 menit
perbesaran mikroskop

5) Pemeriksaan Minyak Atsiri Secara Kromatografi

24
jenuhkan bejana kromatografi
buatlah minyak atsiri 1% buatlah larutan pembanding
dengan larutan fase gerak
dalam toluena timol 0,1% dalam toluena
menggunakan kertas saring

totolkan larutan percobaan


masukkan fase diam silika gel
dan larutan pembanding buatlah jarak totolan minimal
yang sudah ditotolkan larutan
sebanyak 5 ᶬl pada fase diam 1 cm antara totolan satu
percobaan dan larutan
silika gel menggunakan pipa dengan yang lainnya
pembanding dalam chamber kapiler

angkat fase diam silika gel dari


semprot bercak pada fase
bejana kromatografi,keringkan
amati warna bercak dibawah diam dengan pereaksi
dengan pemanasan di oven
lampu uv penampak bercak vanilin-asam
pada suhu 105°c selama 5
sulfat
menit

gambar kromatogram yang


amati warna bercak dibawah keringkan pada pemanasan
telah didapat pada kertas
sinar uv suhu 105°c selama 5 menit
gambar

tentukan kemungkinan
hitung harga Rf pada masing komponen untuk masing-
masing bercak masing minyak atsiri yang
diperisa berdasakan harga Rf

25
V. HASIL PENGAMATAN
A. Identifikasi Minyak Atsiri Secara Umum
 Minyak atsiri diatas air menyebar
 Minyak lemak tidak menyebar
 Volume lapisan air tidak berkurang (tetap sama) dan terjadi pemisahan
kembali
 Etanol = 1 tetes, klorofoem = 1 tetes, petroleum eter – 1 tetes
 Perubahan warna menjad merah bata, tidak terjadi reduksi volume

B. Identifikasi Komponen Khusus dalam Minyak Atsiri

Uji Hasil
Uji osazon oleum cinnamomi  Terdapat kristal
Uji eugenol oleum caryophylli oleum caryophylli + NaOH 3% +
KBr
 Terdapat kristal
 Berwarna kuning
oleum caryophylli +FeCl3
 Berwarna kuning
Uji perbedaan cubeba fructus dan piperis  cubeba fructus + asam sulfat pekat =
nigri fructus merah
 piperis nigri fructus + asam sulfat
pekat = merah
Uji felandren Terdapat kristal
Data pada Kromtografi lapis tipis

Rf =

Rf =

Rf = 0,2

VI. PEMBAHASAN
Pada praktikum pemeriksaan minyak atsiri pertama melakukan pemeriksaan minyak
secara umum dengan langkah meneteskan minyak kayu putih pada permukaan air dan
mendapatkan hasil yakni menyebar,dikarenakan massa jenis dari minyak atisiri lebih kecil
daripada air. Pemeriksaan umum kedua dengan cara meneteskan minyak kayu putih pada
kertas saring dan terjadi penguapan ,tanpa meninggalkan noda transparan,dikarenakan sifat
fisik dari minyak atsiri adalah tidak meninggalkan noda pada minyak lemak tidak terjadi.
Pemeriksaan umum ketiga dengan mencampurkan 1 ml larutan natrium klorida jenuh dalam

26
tabung reaksi dan menggojok kuat serta menunggu dan didapatkan bahwa volume lapisan air
tidak bertambah. Pemeriksaan umum keempat yakni dengan melarutkan minyak atsiri pada
etanol,petroleum eter,dan kloroform dengan ditetesi 1 tetes sudah larut dikarenakan minyak
atsiri larut dalam pelarut organic yakni etanol,petroleum eter,dan kloroform. Pada
pemeriksaan umum kelima dengan cara 2ml minyak atsiri (25% dalam etanol 95%)
,diteteskan larutan ferri klorida dan terjadi perubahan warna yakni merah bata. Pada
pemeriksaan umum yang keenam dengan deteksi terjadinya reduksi volume minyak
atsiri,kemudian ditambahkan larutan natrium hidrokdida lalu digojok pelan dan diamati tidak
terjadi reduksi volume.

Identifikasi komponen khusus pada minyak atsiri dilakukan uji osazon untuk oleum
cinnamon dengan menyari 50 mg cinnamon dengan 1 ml kloroform,sari dibiarkan kering
pada objeck glass kemudian dicampur dengan 2 tetes larutan fenilhidrazin hidroklorida
dalam air,diamati dengan mikroskop dan didapatkan Kristal jarum pada penglihatan secara
mikroskopis. Kedua uji terhadap adanya euganol dalam oleum caryophylli dengan
meneteskan minyak pada dua objeck glass. Pada salah satu objeck glass ditambahkan setetes
larutan natrium hidroksida 3% dan dijenuhi dengan kalium bromide. Mengamati pada
mikroskop dan didapatkan kritasl jarum. Objeck glass kedua ditambahkan dengan 2 tetes
larutan FeCl3 lalu diamati dibawah mikroskop dan didapatkan warna kuning. Ketiga
dilakukan uji perbdaan Cubeba Fructus dan Piperis nigri Fructus dengan meneteskan asam
sulfat pekat pada serbuk Cubeba Fructus dan Piperis nigri Fructus pada gelas objek. Setelah
itu melakukan pengamatan dibawah mikroskop dan dapat dilihat warna merah. Kelima uji
adanya felandren, felandren adalah senyawa terpenoid siklik yang tidak mudah larut dalam
air,tetapi mudah larut dalam eter. Dilakukan uji dengan menggojok 100 mg serbuk piperis
nigri fructus dalam 5 ml petroleum eter kemudian disaring. Filtrate dicampur dengan 5 ml
natrium nitrit (dibuat dan 5 g natrium nitrit dan 8 ml air,kemudian ditambahkan 5 ml asam
asetat glasial sedikit demi sedikit. Ditunggu 10 menit sampai terbentuk Kristal pada
penglihatan mikrokopik.

Pada uji KLT eluen yang digunakan adalah heksana-etil asetat dengan perbandingan
(96:4). Hasil uji menunjukkan eluen dengan pembanding 9:1 yang sesuai untuk tahap
selanjutnya karena jarak teratur noda satu dengan yang lainnya. Harga Rf adalah 0,2. Pada

27
deteksi dengan sinar UV 254 nm menunjukkan warna kuning fluorosensi dan tampak
terjadinya tailing (ekor) pada identifikasi kromatografi lapis tipis. Terjadinya tailing
disebabkan pada penotolan jumlah cuplikan yang ditotolkan berlebih. Sehingga tidak semua
senyawa berinteraksi dengan fase diam, senyawa yang mirip sehingga sukar untuk
dipisahkan. Perbedaan harga Rf ini terjadi karena salah satunya adalah ketebalan lapisan,
kejenuhan ruang kromatografi, dan teknik pengembangan.

Pada praktikum KLT pemisahan menggunakan fasa diam berupa plat silica gel
dengan totolan larutan minyak atsiri ,larutan minyak atsiri dibuat 1% dalam toluene totolan
pada silica gel batas bawah 1,5 cm dan batas atas 0,5 cm dengan panjang 7 cm,serta jarak
noda 5 cm,fase gerak pada chamber harus dijenuhkan terlebih dahulu dikarenakan
penjenuhan chamber sebelum digunakan yaitu untuk menghilangkan uap air didalam
chamber agar nantinya tidak mempengaruhi perambatan noda pada lempeng, selain itu agar
tekanan yang ada didalam chamber tidak mempengaruhi proses perambatan noda dengan
adanya penjenuhan chamber. Setelah selesai penjenuhan kertas saring diangkat dan
dimasukkannya silica gel keadaan miring 45 derajat tidak boleh totolan menyentuh fase
gerak karena dapat mempengaruhi pergerakan noda. Setelah fase gerak sampai tanda atas
diangkat silica gel dan di deteksi dengan vanillin asam sulfat Alasan digunakan asam sulfat
vanillin yaitu karena sifatnya yang asam sehingga dapat digunakan untuk menampakkan
noda yang tidak tampak, asam sulfat memiliki sifat mengoksidasi sehingga jika noda yang
tidak tampak pada lampu UV maka akan tampak pada penyemprotan asam sulfat, ini terjadai
karena struktur dari komponen kimianya dipecah (gugus kromofornya dirusak) sehingga
ikatan berubah serta menyebabkan panjang gelombangnya berubah. Kerugian menggunakan
penyemprotan asam sulfat vanillin yakni dapat merusak senyawa kimia atau gugus kromofor
pada sampel.setelah itu di lihat pada sinar uv 254 dengan tujuan pengamatan pada lempeng
atau dikatakan untuk melihat flouresensi pada lempeng. Mekanisme kerja pada UV 254 nm
ialah terjadinya flouresensi pada lempeng ini dikarenakan cahaya yang tampak merupakan
emisi cahaya yang dipancarkan oleh komponen tersebut. Sehingga ketika elektron tereksitasi
yakni perubahan suatu energi rendah ketingkat energi tinggi ini dapat menyebabkan energi
yang dihasilkan akan terlepas. Nilai yang didapatkan pada Rf yakni 0,2 dengan jarak tempuh
zat terlarut 1cm.

28
VII. KESIMPULAN
1. Pemeriksaan umum minyak atsiri pada minyak kayu putih didapatkan dengan uji
umum semua hasil positif dikarekanan minyak atsiri memiliki sifat fisik yaitu bau
yang khas,tidak meninggalkan noda,larut dalam pelarut organic
seperti:kloroform,etanol.
2. Harga nilai Rf yang didapatkan pada uji KLT larutan minyak menthae 0,2 cm.

VIII. LAMPIRAN

29
30
31
LAPORAN RESMI
PRAKTIKUM FITOKIMIA
MINYAK LEMAK, LEMAK DAN LILIN

Disusun Oleh:

Nama : Firda Zamrotun Nifa

NIM : 52019050061

Kelompok : IV (Empat)

PROGRAM STUDI S-1 FARMASI


UNIVERSITAS MUHAMADIYAH KUDUS
2020/2021

32
I. DEFINISI

Minyak lemak, lemak dan lilin dikelompokkan dalam kelompok yang sama karena
memiliki kesamaan komposisi kimia. Semuanya merupakan ester asam lemak yang memiliki
bobot molekul yang tinggi dan memiliki rantai karbon yang panjang baik yang jenuh maupun
yang tak jenuh.
Minyak lemak dan lemak menghasilkan gliserol bila disabunkan (reaksi saponifikasi),
sedangkan lilin tidak dapat tersabunkan. Lilin merupakan alkohol rantai panjang sehingga
tidak larut dalam air. Pada tanaman, lilin terdapat pada dinding luar lapisan epidermis,
biasanya pada buah dan daun. Minyak lemak dan lemak diperoleh dari tumbuhan maupun
hewan. Pemisahan kedua bahan tersebut dapat dilakukan dengan pemerasan secara dingin
maupun dengan pemanasan.
Perbedaan yang nyata antara minyak lemak dengan lemak adalah bahwa minyak lemak
berbentuk cair pada suhu kamar, sedangkan lemak berbentuk padat. Lilin memiliki kepadatan
yang lebih besar daripada lemak dan bersifat rapuh, hal ini antara lain karena lilin merupakan
hidrokarbon rantai panjang.
Senyawa organik lipid adalah senyawa yang heterogen dari jaringan. Pada dasarnya
kelarutannya adalah dalam pelarut lemak, misalnya eter. Pada komponen-komponen dari
lipid dapat dipisahkan dengan perbedaan kelarutannya dalam pelarut-pelarut organik yang
berbeda. Lemak adalah suatu senyawa atau molekul yang terbentuk dari asam lemak atau
gliserol. Lemak dapat dihidrolisis menjadi asam lemak dan gliserol dengan menggunakan
larutan alkali (Fessenden dan Fessenden, 1997).
Lipid (dari kata yunani Lipos. Lemak) merupakan penyusun tumbuhan atau hewan yang
dicerikan oleh sifat kelarutannya. Terutama lipid tidak bisa larut dalam air, tetapi larut dalam
larutan non polar seperti eter.(Hart, 2003)
Senyawa-senyawa yang termasuk dalam lipid terbagi dalam beberapa golongan. Ada
beberapa cara yang digunakan untuk penggolongan yang dikenal. Bloor membagi lipid dalam
tiga golongan besar yaitu (Chandra, E., 2006):
1. Lipid sederhana yaitu eter, asam lemak dan berbagi alcohol. Misalnya pada lilin
dan gliserol.
2. Lipid gabungan yaitu eter, asam lemak yang mempunyai gugus tambahan misalnya
fosfolipid.
3. Derivat lipid yaitu senyawa yang dihasilkan dari proses hidrolisis. Misalnya lemak
dan gliserol.

33
sifat fisika lipid adalah (Chandra, E., 2006):

1. Tidak larut dalam air, tetapi larut dala satu atau lebih pelarut organik misalnya eter,
aseton, kloroform, benzene, dan sering juga disebut pelarut lemak.
2. Ada hubungan dengan asam lemak dan esternya.
3. Mempunyai kemungkinan untuk digunakan oleh mehluk hidup.
Selain itu lipid dapat juga dibagi dalam beberapa golongan berdasarkan kemiripan struktur
lazimnya, yaitu (Fessenden dan Fessenden, 1997.):
1. Asam lemak adalah asam organic yang terdapat sebagai ester trigliserida atau lemak, baik
yang berasal dari hewan atau tumbuhan. Pada umumnya asam lemak mempunyai jumlah
atom karbon yang genap.
2. Lemak adalah suatu ester asam lemak dengan gliserol. Gliserol adalah suatu trihidroksi
alkoholl yang terdiri atas tiga atom karbon, jadi tiap atom karbon mempunyai gugus –
OH. Pada lemak saatu molekul gliserol mengikat tiga molkeul asan lemak. Oleh karena
itu lemak adalah suatu trigliserida :
R1 – COO – CH2
R2 – COO – CH
R3 – COO – CH2
Lemak hewan pada umumnya berupa zat padat pada suhu ruangan sedangkan lemak yang
berasal dari tumbuhan berupa zat cair.
3. Lilin (wax) adalah ester asam lemak dengan monohidroksi alcohol yang mempunyai
rantai karbon panjang antara 14 sampai 34 atom karbon. Lilin dapat diperoleh antara lain
dari lebah madu dan dari ikan paus atau lumba-lumba. Lilin dikeluarkan oleh lebah untuk
membentuk sarang tempat penyimpanan madu.
4. Fosfolipid adalah suatu gliserida yang mengandung fosfor dalam bentuk ester asam
fosfat. Oleh karenanya fosfolipid adalah suatu fosfogliserida.
5. Sfingolipid adalah senyawa yang mempunyai rumus dan merupakan satu-satunya
sfingolipid yang mengandung fosfat adalah sfingomielin yan terdapat dalam jaringan
saraf dan dalam otak yang mengandung sfingosin dengan beberapa ikatan rangkap.
6. Terpen merupakan senyawa yang kebanyakan terdiri atas kelipatan dari lima atom
karbon.
7. Lipid kompleks adalah lipid yang terdapat alam bergabung dengan senyawa lain misalnya
dengan protein atau dengan karbohidrat.Asam lemak jarang terdapat bebas di alam tetapi
terdapat sebagai ester dalam gabungan dengan fungsi alkohol.

34
II. TUJUAN

1. Mahasiswa mampu mengidentifikasi minyak lemak, lemak dan lilin, secara fisika dan kimia
terutama untuk minyak lemak, lemak, dan lilin yang sering digunakan dalam bidang farmasi.

2. Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan / uji kualitatif minyak lemak dengan metode
kromatografi lapis tipis, terutama untuk minyak lemak yang sering digunakan dalam sediaan
farmasi.

III. ALAT DAN BAHAN

ALAT: BAHAN:

Tabung reaksi Minyak sawit

Labu ukur Kemiri

Pipet volume Kloroform

Chamber Eter

Pipet ukur NaOH 2N

Kertas saring HCl 2N

Pinset Aquadest

Beaker glass Air sabun

Pipet tetes

35
III. PROSEDUR KERJA

1) UJI NODA LEMAK

Minyak Teteskan pada kertas


lemak/nabati saring

Amati noda

2) UJI KELARUTAN

1 ml minyak kelapa Tambah beberapa tetes


kloroform sampai larut

Hitung kloroform yg
dibutuhkan

3) UJI PEMBENTUKAN EMULSI

1 tetes minyak Tambah 5ml aquadest, amati


sawit

Ulangi percobaan dengan


4) UJI PEMBETUKAN SABUN
penambahan air sabun

Didihkan 1ml minyak Bagi menjadi 3 bagian


dalam 2ml larutan NaOH
2N + 3ml air 1. Di tambah HCl 2N
2. Di tambah KCl 2%
3. Tabung magnesium sulfat

36
5) PEMERIKSAAN MINYAK LEMAK METODE KLT

1. PEMBUATAN LARUTAN CUPLIKAN

Sari kemiri + 5ml Larutan dibuat 1% Menotolkan larutan percobaan


kloroform selama 6 dalam kloroform bahan nabati sebanyak 5 mikrolliter
menit dan 1 mikroliter bahan cuplikan
minyak lemak

Dilakukan deteksi Lempeng Silica gel dibuat Menotolkan larutan


dengan satu arah dengan jarak pembanding 1 mikroliter asam
menggunakan rambat 12 cm oleat 1% dalam klorofom
vanillin setelah
dikeringkan pada
suhu 105 selama 5
menit Mengamati bercak
dibawah sinar UV

37
IV. HASIL

No Uji Keterangan Hasil


1 Uji noda lemak
. Minyak lemak Noda menyebar (+)
Minyak nabati Noda menyebar (+)
Uji kelarutan Larut ,berwarna (+)
2 kuning
. Uji pemebentukan emulsi
Uji pembentukan sabun Terbentuk (+)
3 +HCl emulsi,keruh
. +CaCl (+)
+MgSO4 0,3 cm (+)
4 0,5 cm (+)
. 0,2 cm

Data hasil KLT minyak nabati

Rf =

Rf =

Rf= 0,79 cm bercak berwarna kuning

Data hasil KLT pembanding asam oleat

Rf=

Rf=

Rf = 0,79 bercak berwarna kuning

V. PEMBAHASAN

Lipid adalah senyawa yang merupakan ester dari asam lemak dengan gliserol.
Lipid tidak larut dalam air, tetapi larut dalam pelarut organik seperti ester, aseton,
kloroform, dan benzena. Larutan polar merupakan larutan yang dapat menghantarkan
arus listrik sedangkan larutan nonpolar merupakan larutan yang tidak dapat
menghantarkan arus listrik.

38
Emulsi adalah salah satu campuran yang terdiri dari zat yang tidak tercampur
atau tidak homogen, seperti air dan minyak, pengemulsian adalah zat yang menstabilkan
emulsi yang biasanya berupa protein. Emulsi dapat pula diartikan sebagai dispersi atau
suspensi menstabil suatu cairan lain yang keduanya tidak saling melarutkan. Supaya
terbentuk emulsi yang stabil maka diperlukan suatu zat pengemulsi yang disebut
emulsifier atau emulgator yang berfungsi menurunkan tegangan permukaan antara kedua
fase cairan.

Percobaan yang dilakukan pada praktikum kali ini yaitu Identifikasi Minyak
Lemak, Lemak, dan Lilin. Dengan tujuan Mahasiswa diharapkan mampu untuk
mengidentifikasi minyak lemak, lemak dan lilin secara fisika dan kromatografi, terutama
untuk bahan yang digunakan dalam bidang farmasi.

Dalam percobaan dilakukan beberapa uji diantaranya uji noda lemak, uji
kelarutan, uji pembentukan emulsi, pembentukan sabun. Bahan-bahan yang digunakan
adalah Minyak sawit. Untuk reagen yang digunakan adalah Etanol, Eter, Kloroform, Air,
Air sabun,Larutan NaOH 2N, Larutan HCl, Larutan KCl, Larutan MgSO4.

Yang pertama yaitu pengamatan terhadap uji noda. Hal ini adalah dimaksudkan
agar kita dapat mengetahui ada atau tidaknya noda dalam sampel yang di gunakan. Untuk
sampel minyak sawit ,minyak goreng uji noda jika menyebar Sedangkan untuk sampel
minyak jarak setelah dilakukan pengujian terdapat noda. Percobaan pertama dilakukan
dengan meneteskan minyak Kemiri pada kertas saring kemudian diamati penyebarannya.
Dari hasil percobaan yang telah dilakukan didapatkan hasil yaitu Minyak sawit,
Menguap, meninggalkan noda. Hal ini dapat terjadi karena minyak sawit dapat menguap
agak cepat sehingga menghasilkan tidak ada bekas noda transparan. Tetap pada minyak
lemak terdapat noda transparan. Sedangkan, pada minyak lemak terdapat noda bening
yang transparan. Semua hasil menujukkan hasil positif.

Percobaan kedua yaitu dengan menguji kelarutan masing-masing minyak terhadap


pelarut Kloroform. Dan dilakukan dengan melarutkan minyak dengan pelarut tersebut.
Dari hasil percobaan yang telah dilakukan didapatkan hasil Minyak kemiri Tab 1 tetes
kloroform sampai larut warna kuning. Pada praktikum ini minyak sawit bersifat sukar

39
larut dalam pelarut kloroform dengan ditandainya 50 tetes kloroform baru dapat larut dan
berwarna kuning.

Percobaan ketiga dilakukan dengan cara menambahkan 1ml minyak sawit dalam
2ml larutan NaOH 2N dan dikocok dengan 3 ml aquades dan 2 ml air sabun. Serta
diamati apakah terjadi emulsi atau tidak ketika dikocok dengan aquades, dan emulsi
tersebut dapat hilang atau tidak ketika ditambahkan dengan air sabun. Untuk percobaan
pertama tanpa air sabun hasilnya Terbukti emulsi, warna Bening antara keduanya
terpisah. Lalu dilanjtu untuk percobaan kedua dengan air sabun Terbentuk emulsi dan
ada busa (tercampur). Hal ini terjadi karena larutan sabun bertindak sebagai emulgator.

Pada uji KLT eluen yang digunakan adalah n-heksan-etil asetat dengan
perbandingan (96:4). Hasil uji menunjukkan eluen dengan pembanding 9,6:0,4 yang
sesuai untuk tahap selanjutnya karena jarak teratur noda satu dengan yang lainnya. Harga
Rf adalah 0,79 juda Rf pada zat pembanding asam oleat 0,79. Pada deteksi dengan sinar
UV 254 nm menunjukkan warna ungu fluorosensi dan tampak terjadinya tailing (ekor)
pada identifikasi kromatografi lapis tipis. Terjadinya tailing disebabkan pada penotolan
jumlah cuplikan yang ditotolkan berlebih. Sehingga tidak semua senyawa berinteraksi
dengan fase diam, senyawa yang mirip sehingga sukar untuk dipisahkan. Perbedaan
harga Rf ini terjadi karena salah satunya adalah ketebalan lapisan, kejenuhan ruang
kromatografi, dan teknik pengembangan.

VI. KESIMPULAN
Dari percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
1. Dalam mengidentifikasi minyak lemak, lemak dan lilin dilakukan dengan
berbagai macam uji.
2. Pada uji noda lemak, minyak kemiri lebih mudah menyebar dan meninggalkan
bekas transparan.
3. Pada uji kelarutan, minyak kemiri dalam eter lebih cepat larut dari pada terhadap
air dan kloroform.
4. Pada uji pembentukan sabun yang terbentuk emulsi pada saat penambahan CaCl
dan MgSO4.

40
5. Pada uji pembentukan emulsi terbentuk emulsi pada penambahan air tetapi zat
terpisah, dan ada busa saat penambahan sabun lalu larutan bercampur.
6. Data Rf yang didapat pada minyak kemiri 0,79 cm dengan bercak berwarna ungu.
7. Data Rf yang didapat pada pembanding asam oleat yakni 0,79cm dengan bercak
berwarna ungu.
VII. DAFTAR PUSTAKA
Armstrong, Frank B. 1995. Buku Ajar Biokimia Edisi ketiga. Jakarta : EGC.
Gilvery, Goldstein. 1996. Biokimia Suatu Pendekatan Fungsional Edisi 3. Surabaya :
Airlangga University
Harper, et al. 1980. Biokimia (Review of Physiological Chemistry) Edissi 17 . Jakarta
: EGC
Kuchel, P., G. B. Ralston. 2006. Biokimia. Jakarta: Erlangga.
VIII. LAMPIRAN

41
42
LAPORAN PRAKTIKUM
FITOKIMIA
“IDENTIFIKASI GLIKOSIDA PADA
Strobilanthes crispus”

Kelompok V :

Firda Zamrotun Nifa (52019050061)

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS


FAKULTAS KESEHATAN
S1-FARMASI
2020/2021

43
XII. Judul Praktikum : Identifikasi glikosida
XIII. Bab : IV (Empat)
XIV. Tanggal Praktikum : 16 Maret 2021
XV. Dasar Teori :

Tanaman Keji Beling merupakan herba berbatang basah, semak dengan tinggi 1-2
m. Batang beruas, bentuk bulat, berbulu kasar, percabangan monopodial, berwarna hijau.
Memiliki daun tunggal, berhadapan, lanset atau lonjong dengan tepian bergerigi kasar,
ujung meruncing, pangkal runcing, panjang 9-18 cm, lebar 3-8 cm, bertangkai pendek,
menyirip dan berwarna hijau. Bunga majemuk, bentuk bulir dan muncul di ketiak daun
pelindung. Akar tunggang, berwarna coklat muda (Departemen Kesehatan dan
Kesejahteraan Sosial RI, 2000).Klasifikasi tanaman keji beling sebagai berikut
(Preethidan Suseem, 2014):

 Kingdom : Plantae
 Subkingdom : Spermatophyta
 Divisi : Angiospermae
 Kelas : Dicotyledoneae
 Ordo : Scrophulariales
 Famili: Acanthaceae
 Marga: Strobilanthes
 Spesies: Strobilanthes crispus
Ekstrak daun keji beling mengandung sejumlah besar senyawa aktif seperti
polifenol, katekin, alkaloid, kafein, tanin, vitamin (C, B1 dan B2) dan juga kandungan
mineral yang tinggi termasuk kalium (51%), kalsium (24%), natrium (13%), besi (1%)
dan fosfor (1%). Uji praklinis menunjukkan bahwa tanaman keji beling berkhasiat
sebagai antioksidan, antidiabetes, penyembuhan luka, antiulcer, antimikroba, antikanker
dan sebagai agen diuretik untuk mengobati batu ginjal dan kencing batu (Nurraihana dan
Hanoon, 2013).

44
Glikosida merupakan salah satu kandungan aktif tanaman yang termasuk dalam
kelompok metabolit sekunder. Glikosida adalah senyawa yang terdiri atas gabungan dua
bagian senyawa, yaitu gula dan bukan gula. Bagian gula biasa disebut glikon sedangkan
bagian bukan gula disebut sebagai aglikon atau genin. Apabila glikon dan aglikon saling
terikat maka senyawa ini disebut sebagai glikosida.

XVI. Alat/Bahan
Alat yang digunakan :
1. Tabung reaksi 9. Silica gel
2. Corong kaca 10. Kapas
3. Corong pisah 11. Pipet tetes
4. Beaker glass 50 ml 12. Pipet ukur 10 ml
5. Beaker glass 100 ml 13. Labu ukur 100ml
6. Kertas saring
7. Pinset
8. Chamber
Bahan yang digunakan:
1. Methanol 10. HCl 2N
2. Larutan Pb asetat 11. Logam Zn
3. Klorform 12. HCl pekat
4. Asam asetat glasial 13. Aseton
5. FeCl3 3,5% 14. NaOH 0,2N
6. Asam sulfat pekat 15. Serbuk keji beling
7. Etil asetat (Strobilanthes crispus)
8. Vanillin asam sulfat 16. akuadest
9. Etanol 95%

45
VI. Prosedur Kerja

Identifikasi Glikosida Jantung


Penyiapan cuplikan

timbang 10 gr maserasi rendemen 1


Filtrat + Pb asetat
simpilisia daun keji jam dengan penyari
(pengendapan)
beling alkohol 70%

sentrifugasi santrifugasi,ambil
larutan,ambil larutan larutan
jernih + natrium sulfat jernih,pekatkan
6,3 % 5 ml sampai 5 ml

Uji Keller Kiliani

2 ml larutan
+asam sulfat pekat
cuplikan+kloroform
melalui dinding
2 ml + 3ml FeCl3
tabung reaksi
3,5%

amati perubahan
warna pada dua
lapisan

46
Pembuatan Larutan

0,5 gram serbuk keji encerkan filtrat+10 ml


beling + 10 ml metanol saring,ambil filtrat akuadest+5 ml
panaskan 10 menitt petroleum eter

ambil fase
kocok hati-hati pada
metanol,uapkan kering,+
corong pisah,tunggu
5ml etil asetat,ambil
pemisahan terjadi
larutan jernih

Uji glikosida 3-flavonol

uapkan hingga
ambil 1ml larutan kering,sisa dilarutkan
+2ml HCl 2N
percobaan 2ml etanol
95%+logam Zn

+HCl pekat tunggu 2-5 amati perubahan


menit warna

47
Uji Shinoda

uapkan hingga
ambil 1 ml larutan kering,larutkan
percobaan dalam 1ml etanol
95%

+logam magnesium amati perubahan


+10 ml HCl pekat warna yang terjadi

Reaksi taubeck tint uk.flavonoid

ambil 1 ml uapkan hingga + serbuk asam


larutan kering,basahi sisa borat dan asam
percobaan dengan aseton oksalat

panaskan di amati dibawah


penangas air sinar uv 254

Reaksi Wilson untuk flavonoid

ambil 1 ml uapkan hingga +sedikit serbuk


larutan kering,basahi sisa asam borat
percobaan dengan aseton +asam sitrat

panaskan diatas
amati perubahan
penangas
warna
air,+aseton
48
Reaksi lain u Flavonoid

Uapkan 1ml larutan hingga


kering

Larutkan sisa dalam 2ml


etanol 95%

Larutan FeCl3 2% dalam air Larutan Pb asetat 25% dalam Larutan NaOH 0,2N
air

Amati perubahan warna yang


terjadi

Identifikasi Glikosida dengan metode KLT

1 gr serbuk + 10 ml methanol Pembuatan cuplikan


hangat 5 menit

Fase diam silica gel Fase gerak


ditotolkan cuplikan dengan
pipa kapiler Etil aetat-asam formiat-air
(10:2:3)

Dilakukan
penjenuhan

Tempatkan silica gel pada


chamber eluen

Angkat plat,uapkan dengan


ammonia,amati pada lampu
uv 254 49
VII. Data / Hasil
NO Identifikasi Hasil Keterangan
1. Uji keller kiliani Terdapat warna hijau (+)

2. Uji Glikosida 3 flavonoid Tidak ada perubahan (-)

3. Uji shinoda Terdapat warna kuning (+)

4. Uji taubeck tint Terdapat warna kuning (+)

5. Reaksi Wilson Terdapat warna kuning (+)

6. Reaksi lain flavonoid Terdapat warna kuning (+)

Uji KLT

Rf =

Rf=

Rf= 1

VIII. Pembahasan
Praktikum fitokimia identifikasi glikosida jantung langkah pertama
dengan pembuatan cuplikan. Pembuatan cuplikan dilakukan dengan
menimbang 10 gr simplisia keji beling,kemudian maserasi selama satu jam
dengan penambahan penyari etanol 70%. Maserasi dilakukan untuk
mengekstrak senyawa yang tidak tahan panas (termolabil) atau senyawa yang
belum diketahui sifatnya. Setalah maserasi selesai kemudian disaring dan
filtrak ditambahkan dengan Pb asetat sedikit sampai terbentuk endapan. Lalu
dimasukkan di sentrifugasi agar larutan bisa terpisah dengan baik dan
menghasilkan supernatan,supernatant adalah substansi hasil sentrifugasi yang
memiliki bobot jenis yang lebih rendah posisi substansi berada pada lapisan
atas dan warnanya lebih jernih. Supernatant dipipet dipindahkan kedalam
tabung reaksi dan ditambahkan kloroform 15 ml, kemudian dipekatkan sampai
tinggal 5 ml.

50
Pada uji Keller Kiliani diperoleh hasil positif yang menunjukkan adanya
deoksi gulauntuk glikosida (Santoset al., 1978). Warna hijau yang terbentuk
kemungkinan disebabkan terbentuknya kompleks. Atom oksigen yang
mempunyai pasangan electron bebas pada gugus gula bisa mendonorkan
elektronnya pada Fe3+membentuk kompleks. Uji ini dilakukan dengan
memasukkan 2ml kedalam tabung reaksi dan disari dengan kloroform serta
dilarutkan FeCl3 3,5% sebanyak 3ml dan dibiarkan selama 1 menit. Kemudian
dengan hati-hati ditambahkan asam sulfat pekat melalui dinding tabung dan
terbentuk dua lapisan yang berwarna. Pada pertemuan dua lapisan berubah
menjadi coklat kemudian terjadi dua warna yaitu warna hijau pada bagian
atas.
Praktikum kedua yakni melakukan identifikasi glikosida flavonoid pada
simplisia daun keji beling dengan membuat larutan terlebih dulu. Menimbang
0,5 gr serbuk kemudian disari dengan 10 ml methanol selama 10 menit diatas
penangas air dan ditutupi dengan alumunium foil dengan tujuan untuk
mencegah penguapan yang cepat. Saring dan filtrate ditambahkan dengan 10
ml air kemudian dimasukkan ke dalam corong pisah,ditambahkan 5ml
petroleum eter,dikocok corong pisah dengan hati-hati. Kemudian terjadi
pemisahan dan terbentuk 3 lapisan yakni lapisan air,methanol dan petroleum
eter. Diambil fase methanol lalu diuapkan hingga kering dan residu di larutkan
dalam 5ml etil asetat,mengambil bagian yang paling jernih.
Uji glikosida 3-flavonoid tidak mendapat hasil atau tidak terbentuknya
perubahan warna. Praktikum dilakukan dengan mengambil larutan 1 ml
diuapkan sampi kering,sisa dilarutkan kedalam 2 ml etanol 95% dan
ditambahkan dengan logam Zn,2ml HCl 2N didiamkan selama 1 menit,dan
ditambahkan HCl pekat namun tidak terjadi perbuhan warna.
Uji shinoda mendapatkan hasil positif pada identifikasi. Uji dilakukan
dengan mengambil 1 ml serbuk simplisia,diuapkan hingga kering dan sisa
dilarutkan kembali kedlam 1 ml etanol 95%. Selanjutnya ditambah dengan
logam magnesium dan 10 ml HCl pekat. Dan terjadi perubahan warna kuning
pada uji shinoda.

51
Reaksi taubeck tint untuk flavonoid mendapatkan hasil positif. Uji
dilakukan dengan mengambil 1 ml larutan dan kemudian diuapkan hingga
kering dan basahi sisa dengan aseton,lalu ditambahkan sedikit serbuk asam
borat dan asam oksalat dipanaskan dan diangkat kemudian sisa ditambahkan
dengan eter. Lalu dilakukan pengamatan dibawah sinar uv 254 dan terdapat
warna kuning.
Reaksi Wilson untuk flavonoid dilakukan dengan mengambil 1 ml
larutan percpbaaan kemudian diuapkan dan dikeringkan setelah itu dibasahi
dengan aseton. Lalu menambahkan dengan sedikit serbuk asam borat dan
asam sitrat. Lalu opanaskan di waterbath kemudian angkat dan sisa
ditambahkan dengan aseton. Hasil menunjukkan warna kuning,menunjukkan
adanya flavonoid.
Reaksi lain yang diujikan pada flavonoid yakni dengan 1 ml larutan
kemudian dilarutkan sisa kedalam 2 ml etanol 95%,lalu dibagi menjadi 3
kemudian diberi masing-masing pereaksi yang berbeda yakni larutan FeCl3
2% dalam air,larutan Pb asetat 25% dalam air,larutan NaOH 0,2 N dan
semuanya mendapatkan hasil perubahan warna kuning menandakan adanya
flavonoid.
Pada uji KLT eluen yang digunakan adalah etil asetat-asam formiat-air
dengan perbandingan (10:2:3). Hasil uji menunjukkan eluen dengan
pembanding 9:1 yang sesuai untuk tahap selanjutnya karena jarak teratur noda
satu dengan yang lainnya. Harga Rf adalah 1. Pada deteksi dengan sinar UV
254 nm menunjukkan warna hijau fluorosensi dan tampak terjadinya tailing
(ekor) pada identifikasi kromatografi lapis tipis. Terjadinya tailing disebabkan
pada penotolan jumlah cuplikan yang ditotolkan berlebih. Sehingga tidak
semua senyawa berinteraksi dengan fase diam, senyawa yang mirip sehingga
sukar untuk dipisahkan. Perbedaan harga Rf ini terjadi karena salah satunya
adalah ketebalan lapisan, kejenuhan ruang kromatografi, dan teknik
pengembangan.

52
IX. KESIMPULAN
1. Pada uji keller kiliani simplisia daun keji beling positif karena terdapat
wana hijau.
2. Uji shinoda positif karena terdapat warna kuning.
3. Uji taubeck tint positif karena terdapat warna kuning.
4. Pada reaksi Wilson dan reaksi lain flavonoid positif karena terdapat warna
kuning.
5. Harga nilai Rf yang didapat 1cm dan bercak berwarna hijau.
X. DAFTAR PUSTAKA
2009. Penuntu Praktikum Farmakognosi Jurusan Farmasi Fakultas
Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Udayana,
jimbaran,Bali.
2009. Bahan Ajar Farmakognosi Jurusan Farmasi Fakultas Matematika Dan
Ilmu pengetahuan Alam Universitas Udayana, jimbaran, Bali.
Ariasih ,dkk, 2009. Jurnal Praktikum Farmakognosi Jurusan Farmasi Fakultas
Matematika Dan Ilmu pengetahuan Alam Universitas Udayana,
jimbaran, Bali.
Anonym, 1995, Farmakope Indonesia Ed. IV, Depkes RI, Jakarta.
Dir, Jend. POM., Materia Medika, Jilid I, Depkes RI, Jakarta.
XI. LAMPIRAN

53
54
q

55
LAPORAN RESMI
PRAKTIKUM FITOKIMIA
“ALKALOIDA”

DISUSUN OLEH
NAMA : Firda Zamrotun Nifa
NIM : 52019050061
KELOMPOK : IV (empat)
KELAS : 2A

PROGRAM STUDI SI-FARMASI

56
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS
2019/2020

I. DASAR TEORI
Alkaloid merupakan suatu golongan senyawa alkaloid yang terbanyak
ditemukan di alam hampir seluruh senyawa alkaloid berasal dari tumbuh- tumbuhan
dan tersebar luas dalam berbagai jenis tumbuhan. Lebih dari 5000 senya alkaloid
ditemukan dalam tumbuhan mempunyai keaktifan fisiologis tertentu yang dapat
berguna sebagai obat. Semua alkaloid mengandung paling sedikit satu atom nitrogen
yang biasanya bersifat basa. Ditinjau dari strukturnya, alkaloid merupakan cincin
heterosiklik yang dalam kebanyakan kasus nitrogen berada dalam cincin
heterosikliknya. Alkaloid memiliki aktivitas biologis yang signifikan, seperti tindakan
meringankan asma yaitu efedrin, analgesik yaitu morfin, dan efek antikanker dari
vinblastine Alkaloid adalah salah satu komponen aktif yang paling penting dalam
ramuan alami, dan beberapa senyawa ini ada sudah berhasil berkembang menjadi
kemoterapi, obat-obatan seperti camptothecin (CPT) yang terkenal penghambat
topoisomerase I (Topl) dan vinblastine, yang berinteraksi dengan tubulin. Beberapa
senyawa alkaloid dapat diklasifikasikan berdasarkan jalur biosintesisnya (Pradip,dkk,
2014).
Alkaloid adalah suatu golongan senyawa organik yang terbanyak ditemukan
di alam. Hampir seluruh senyawa alkaloida berasal dari tumbuh-tumbuhan dan
tersebar luas dalam berbagai jenis tumbuhan. mempunyai struktur heterosiklik yang
mengandung atom N didalam intinya dan bersifat basa, karena itu dapat larut dalam
asam-asam serta membentuk garamnya, dan umumnya mempunyai aktifitas fisiologis
baik terhadap manusia ataupun hewan. Alkaloid sering kali beracun bagi manusia dan
banyak yang mempunyai kegiatan fisiologis yang menonjol jadi digunakan secara
luas di bidang pengobatan. Fungsi alkaloid dalam tumbuhan masih sangat kabur,

57
meskipun masing-masing senyawa telah dinyatakan terlibat sebagai pengatur
tumbuhan, penghalau atau penarik serangga.

II. TUJUAN
1. Mahasiswa mampu melakukan identifikasi umum untuk alkaloid dalam
tumbuhan.
2. Mahasiswa mampu melakukan identifikasi khusus untuk beberapa jenis senyawa
alkaloida yang banyak digunakan.

III. ALAT DAN BAHAN


Alat :

58
 Tabung reaksi  Seperangkat alat KLT
 Beaker glass  Tabung reaksi
 Pipet tetes  Penangas air
 Gelas obyek  Kapas
 Mikroskop  Pipet tetes
 Corong pisah
Bahan :

 Serbuk biji kopi


 Serbuk coklat
 serbuk Tembakau
 pereaksi golongan
I,II,III,dan IV
 HCl 2N
 Eter
 Kloroform
 Asam sulfat encer
 Asam pikrat
 Amoniak
 Raksa (II) Klorida
 Asam klorida pekat
 Kadmium sulfat

59
IV. PROSEDUR KERJA
Percobaan I. Identifikasi umum Alkaloid
1. Reaksi Pengendapan
a. Pembuatan larutan percobaan

Menimbang 50 mg serbuk simplisia

Tambahkan 1 ml HCl 2N dan 9 ml air

Di panaskan di atas penangas air selama 2 menit

Dinginkan dan saring

b. Reaksi pengendapan

Ambil 3 tetes larutan letakkan ke gelas arloji

Direaksikan dengan Mayer LP terjadi endapan


artinya mengandung alkaloid

Masukkan dalam corong pisah + 3 ml amonia pekat

Tambahkan 7,5 ml eter P + 2,5 ml kloroform kocok pelan

Pisahkan larutan organik + Na2SO4 3ml lalu saring

60
Uapkan filtrat dipenangas air

Larutan dibagi menjadi 2, tabung I + 3 tetes mayer,


tabung II + 3 tetes dragendrof

Amati endapan yang terbentuk

2. Reaksi Warna
a. Pembuatan larutan percobaan

Menimbang 50 mg serbuk simplisia

Tambahkan 1 ml HCl 2N dan 9 ml air

Penyarian dengan eter-kloroform

Beberapa ml filtrat dipindahkan ke cawan


porselen dan di uapkan

b. Reaksi Identifikasi

Melakukan reaksi identifikasi

Dengan pereaksi-pereaksi yang tersedia

Asam sulfat + Asam Nitrat P

Percobaan II. Identifikasi khusus Alkaloida

61
1. Identifikasi Mikrokimiawi untuk Nikotin

Sedikit serbuk daun Nicotiana Tabacum

Dimikrosublimasi

Tetesi dengan Asam pikrat LP dan amati bentuk kristalnya

2. Identifikasi Mikrokimiawi untuk Piperin

Beberapa tetes sari kloroform dari serbuk piper nigrum

Tambahkan 1 tetes asam klorida dan


kristal kadmium sulfat

Amati kristal piperin kadmium sulfat yang terjadi


dibawah mikroskop

3. Identifikasi Mikrokimiawi untuk Kafein

Sedikit serbuk kopi dimikrosublimasi

Dilarutkan dalam beberapa tetes air

Tetesi dengan larutan Raksa (II) klorida

Amati bentuk kristal


V. HASIL
Percobaan I identifikasi umum Alkaloid
NO Percobaan Warna Hasil
1. Reaksi Pengendapan Terdapat endapan putih (+)

2. Reaksi Identifikasi Merah (a.sulfat) (+)


Kuning (A.nitrat) (+)

62
Percobaan II identifikasi khusus untuk Alkaloid
NO Percobaan Keterangan Hasil
1. Identfikasi Nikotin Terdapat krital bentuk jarum (+)

2. Identifikasi Piperin Terdapat kristal bentuk jarum (+)

3 Identifikasi Kafein Terdapat kristal bentuk jarum (+)

Nilai Harga Rf pada pengujian secara kromatografi lapis tipis

Rf =

Rf=

Rf = 0,7 noda bercak bewarna kuning

VI. PEMBAHASAN
Pada praktikum skrining fitokimia digunakan serbuk simplisia coklat sebagai sampel.
Pengujian simplisia meliputi identifikasi senyawa alkaloid secara umum. Sehingga
didapatkan hasil sebagai berikut:sebelum dilakukan pengujian secara umum dibuat
larutan percobaan terlebih dahulu dengan menimbang 500 mg serbuk coklat ditambahkan
HCl 2N dan 9ml air,dipanaskan di atas penangas air selama 2 menit kemudian disaring
dan diambil filtratnya.

Alkaloid Pada uji alkaloid dengan meneteskan pereaksi meyer dan dragendorff pada
filtrate serbuk coklat. Jika filtrat mengandung alkaloid ditandai pada saaat ditambah
pereaksi meyer akan terjadi endapan menggumpal berwarna putih atau kuning. Hal
tersebut dapat terjadi karena alkaloid akan bereaksi dengan ion K+ dari kalium
tetraidomerkurat (II) membentuk kompleks kalium alkaloid yang mengendap. Jika filtar
mengandung alkaloid, pada saat ditambah dragendorff akan membentuk endapan warna
merah atau jingga, hal tersebut dikarenakan alkaloid bereaksi dengan bismut nitrat dan
merkuri klorida dalam nitrit berair yang terkandung dalam pereaksi dragendorff. Pada
hasil praktikum menunjukkan filtrat coklat positif mangandung alkaloid karena pada
penambahan pereaksi meyer terbentuk endapan putih.

63
Pengujian alkaloid secara khusus dengan dilakukan 3 identifikasi yakni: identfikasi
Mikrokimiawi untuk nikotin,identifikasi mikrokimiawi untuk piperin,identifikasi
mikrokimia untuk kafein. Identifikasi mikrokimiawi untuk nikotin dilakuakn dengan
serbuk daun nikotin tabacum,disublimasi dan diperoleh berupa cairan kental setelah itu
ditetesi dengan asam pikrat LP dan dilakukan pengamatan secara mikroskop dan
didapatkan kristal berbentuk jarum. Identifikasi kedua untuk piperin dilakukan dengan
meneteskan sari kloroform dari serbuk Piper nigrum pada objeck glass ditambah dengan
1 tetes asam klorida pekat dan Kristal cadmium sulfat,setelah itu dilihat secara
mikroskopi dan didapatkan Kristal berbentuk jarum. Identifikasi ketiga untuk kafein
dengan mengambil serbuk kopi sedikit lalu dilakukan sublimat dan sublimat yang
diperoleh dilarutkan dalam beberapa tetes air,kemudian ditetesi larutan raksa (II) klorida
lalu dilakukan pengamatan secara mikroskopi dan didapatkan Kristal berbentuk jarum.

Pada praktikum KLT pemisahan menggunakan fasa diam berupa plat silica gel
dengan totolan larutan serbuk merica ,larutan sercuk merica 1 gr disari dengan 10 ml
etanol dan dipanaskan selama 10 menit lalu diambil filtrate dan kemudian dipekatkan
sampai tinggal 3 ml, totolan pada silica gel batas bawah 1,5 cm dan batas atas 0,5 cm
dengan panjang 7 cm,serta jarak noda 5 cm,fase gerak atau eluen digunakan toluene:etil
(70:30), pada chamber harus dijenuhkan terlebih dahulu dikarenakan penjenuhan
chamber sebelum digunakan yaitu untuk menghilangkan uap air didalam chamber agar
nantinya tidak mempengaruhi perambatan noda pada lempeng, selain itu agar tekanan
yang ada didalam chamber tidak mempengaruhi proses perambatan noda dengan adanya
penjenuhan chamber. Setelah selesai penjenuhan kertas saring diangkat dan
dimasukkannya silica gel keadaan miring 45 derajat tidak boleh totolan menyentuh fase
gerak karena dapat mempengaruhi pergerakan noda. Setelah fase gerak sampai tanda atas
diangkat silica gel dan di deteksi dengan vanillin asam sulfat Alasan digunakan asam
sulfat vanillin yaitu karena sifatnya yang asam sehingga dapat digunakan untuk
menampakkan noda yang tidak tampak, asam sulfat memiliki sifat mengoksidasi
sehingga jika noda yang tidak tampak pada lampu UV maka akan tampak pada
penyemprotan asam sulfat, ini terjadai karena struktur dari komponen kimianya dipecah
(gugus kromofornya dirusak) sehingga ikatan berubah serta menyebabkan panjang
gelombangnya berubah. Kerugian menggunakan penyemprotan asam sulfat vanillin yakni

64
dapat merusak senyawa kimia atau gugus kromofor pada sampel.setelah itu di lihat pada
sinar uv 254 dengan tujuan pengamatan pada lempeng atau dikatakan untuk melihat
flouresensi pada lempeng. Mekanisme kerja pada UV 254 nm ialah terjadinya flouresensi
pada lempeng ini dikarenakan cahaya yang tampak merupakan emisi cahaya yang
dipancarkan oleh komponen tersebut. Sehingga ketika elektron tereksitasi yakni
perubahan suatu energi rendah ketingkat energi tinggi ini dapat menyebabkan energi yang
dihasilkan akan terlepas. Nilai yang didapatkan pada Rf yakni 0,7 dengan jarak tempuh
zat terlarut 3,5 cm dan bercak berwarna kuning.

VII. KESIMPULAN
1. Serbuk coklat pada pengujian alkaloid secara umum didapatkan dengan penetesan
reaksi mayer dan pereaksi dragendroff didapatkan endapan berwarna putih.
2. Pada identifikasi dengan diteteskannya asam sulfat didapatkan positif larutan
berubah warna menjadi merah.
3. Pada identifikasi dengan diteteskannya asam nitrat P didapatkan positif larutan
berubah warna menjadi kuning.
4. Identifikasi mikrokimiawi untuk nikotin pada serbuk daun tembakau didapatkan
Kristal berbetuk jarum.
5. Identifikasi mikrokimiawi untuk piperin pada serbuk Piper nigrum didapatkan
Kristal berbetuk jarum.
6. Identifikasi mikrokimiawi untuk kafein pada serbuk kopi didapatkan Kristal
berbetuk jarum.
7. Nilai Rf yang didapatkan pada kromatografi lapis tipis ialah 0,7 cm dan bercak
berwarna kuning.
VIII. Daftar Pustaka
Drastinawati, Rozanna S. 2013. Pemanfaatan Ekstrak Nikotin Limbah Puntung
Rokok Sebagai Inhibitor Korosi. Jurnal Teknobiologi. Vol.
6. No. 2: 91-97
Saha, K.C., H. P. Seal., M. A. Noor. 2013. Isolation and Characterization of Piperine
from The Fruits of Black Pepper (Piper ningrum). J.
Bangladesh Agril. Vol. 11. No. 1: 11-16.

65
Sutyarso, M. Kanedi, E. Rosa. 2015. Effects of Black Pepper (Piper ningrumLinn.)
Extract on Sexual Drive in Male Mice. Research Journal
of Medicinal Plant. Vol 9. No. 1: 42-47.
Tonius, J., M. Agus, Nora I. 2016. Isolasi dan Karakterisasi Senyawa Steroid Fraksi
n-Heksana Daun Buas-Buas (Premna serratifoliaL.). JKK.
Vol. 5. No.1: 1-7.

LAMPIRAN

66
67

Anda mungkin juga menyukai