Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PRAKTIKUM

PEMERIKSAAN KADAR KREATININ DALAM DARAH


Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Praktikum Biokimia Klinik

Disusun Oleh :
Kelompok 2
3A Farmasi
Dini Febianeu 31118002
Mita Putri Dianti 31118010
Mitha Anggitha 31118012
Willa Aryanti 31118023
Haura Aklina Elyasin 31118034
Sely Geliana Bila 3111836
Rifki Aliyu Sidik 31118050

PROGRAM STUDI S1 FARMASI


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BAKTI TUNAS HUSADA TASIKMALAYA
2020
PRAKTIKUM VI
PEMERIKSAAN KREATININ DALAM DARAH

Hari/Tanggal : Rabu, 18 November 2020

A. Pendahuluan
Kreatinin adalah produk protein otot yang merupakan hasil akhir metabolisme
otot yang dilepaskan dari otot dengan kecepatan yang hampir konstan dan
diekskresi dalam urin dengan kecepatan yang sama. Kreatinin diekskresikan oleh
ginjal melalui kombinasi filtrasi dan sekresi, konsentrasinya relatif konstan dalam
plasma dari hari ke hari, kadar yang lebih besar dari nilai normal mengisyaratkan
adanya gangguan fungsi ginjal (Corwin J.E, 2001).
Definisi kreatinin yang lain adalah produk akhir metabolisme kreatinin.
Kreatinin sebagian besar dijumpai di otot rangka, tempat zat ini terlihat dalam
penyimpanan energi sebagai kreatinin fosfat (cp), dalam sintesis ATP dan ADP,
kreatinin fosfat diubah menjadi kreatinin dengan katalisasi enzim kreatinin.
(Murray, 2009)
Reaksi ini berlanjut seiring dengan pemakaian energi sehingga dihasilkan cp.
Dalam proses kecil kreatinin diubah secara ireversibel menjadi kreatinin, yang
dikeluarkan dari sirkulasi oleh ginjal. Jumlah kreatinin oleh seseorang setara
dengan otot rangka yang dimilkinya. (Murray, 2009)
Pemeriksaan kreatinin darah dapat menggunakan beberapa metode, sebagai
berikut : Jaffe reaction, dasar yang digunakan metode ini adalah kreatinin dalam
suasana alkalis dengan asam pikrat membentuk senyawa kuning jingga dan
menggunakan alat ukur photometer; Kinetik, metode ini relatif sama hanya dalam
pengukuran dibutuhkan sekali pembacaan dan alat yang digunakan autoanalyze;
Enzimatik darah, dasar metode ini adalah adanya substrat dalam sampel bereaksi
dengan enzim membentuk senyawa substrat menggunakan alat photometer.
(Underwood, 1997)
B. Tujuan
Menentukan kadar kreatinin dalam darah dan menginterpretasikan hasil serta
menghubungkan dengan keadaan patologi klinik.
C. Landasan Teori
Kreatinin adalah produk akhir dari metabolisme kreatin. Kreatinin terutama
disintesis oleh hati, terdapat hampir semuanya dalam otot rangka yang terikat secara
reversibel dengan fosfat dalam bentuk fosfokreatin atau keratinfosfa, yakni senyawa
penyimpanan energi. Pemeriksaan kreatinin dalam darah merupakan salah satu
parameter penting untuk mengetahui fungsi ginjal. Pemeriksaan ini juga sangat
membantu kebijakan melakukan terapi pada penderita gangguan fungsi ginjal. Tinggi
rendahnya kadar kreatinin dalam darah digunakan sebagai indikator penting dalam
menentukan apakah seorang dengan gangguan fungsi ginjal memerlukan tindakan
hemodialysis (Alfonso, 2016).
Kreatinin merupakan hasil pemecahan kreatin fosfat otot, diproduksi oleh tubuh
secara konstan tergantung masa otot. Kadar kreatinin berhubungan dengan masa otot,
menggambarkan perubahan kreatinin dan fungsi ginjal. Kadar kreatinin relatif stabil
karena tidak dipengaruhi oleh protein dari makanan. Ekskresi kreatinin dalam urin
dapat diukur dengan menggunakan bahan urin yang dikumpulkan selama 24 jam.
The National Kidney Disease Education Program merekomendasikan penggunaan
serum kreatinin umtuk mengukur kemampuan filtrasi glomerulus yang digunakan
untuk memantau perjalanan penyakit ginjal. Diagnosis gagal ginjal dapat ditegakan
saat nilai kreatinin serum meningkat diatas nilai rujukan normal. Pada keadaan gagal
ginjal dan uremja, ekskresi kreatinin oleh glomerulus dan tubulus ginjal menurun.
Kadar kreatinin tidak hanya tergantung pada masa otot, tetapi juga dipengaruhi oleh
aktivitas otot, makanan, dan status kesehatan. Penurunan kadar kreatinin terjadi pada
keadaan glomerulonefritis, nekrosis tubuler akut, policistic kidney disease akibat
gangguan fungsi sekresi kreatinin. Penurunan kadar kreatinin juga dapat terjadi pada
gagal jantung kongesif, syok dan dehidrasi, pada keadaan tersebut terjadi penurunan
perfusi darah ke ginjal sehingga makin sedikit pula kadar kreatinin yang dapat di
filtrasi ginjal.
Kadar kreatinin serum banyak digunakan untuk mengukur fungsi ginjal melalui
pengukuran glomerulus filtration rate (GFR). Pasien dengan nilai kreatinin 1,5 mg/dL
memiliki faktor resiko dua kali lebih besar dibandingkan pasien dengan nilai kreatinin
<1,5 mg/dL umtuk mengalami gangguan kardiovaskuler. Kadar kreatinin berada
dalam keadaan relatif konstan, sehingga menjadikannya sebagai penanda filtrasi ginjal
yang baik. Kadar kreatinin yang dipergunakan dalam persamaan perhitungan
memberikan pengukuran fungsi ginjal yang lebih baik, karena pengukuran klirens
kreatinin memberikan informasi memberikan mengenai GFR.
Kreatinin merupakan zat yang ideal untuk mengukur fumgsi ginjal karena
merupakan produk hasil metabolisme tubuh yang diproduksi secara konstan, difiltrasi
oleh ginjal, tidak direabsorbsi dan di sekresikan oleh tubulus proksimal. Krratinin
serum laki-laki lebih tinggi dari pada perempuan karena masa otot yang lebih pada
laki-laki.

D. Prinsip Percobaan
Kreatin + Asam Pikrat → Kompleks Kreatin pikrat
E. Prosedur Percobaan
Blanko Sampel/Standar
Sampel/Standar - 50 L
Monoreagen 1000 L 1000 L

Disiapkan larutan Diukur absorban


Dicampur dan
blanko, standar dan sampel dan standar
diinkubasi selama
sampel tertera pada dibaca terhadap
60 detik
tabel reagen blanko

Diitung
panjang gelombang
konsenntrasi/kadar
yang digunakan490 -
kolesterol total
510 nm
dalam sampel.

F. Hasil Pengamatan
Konsentrasi Kreatin
Kelompok Absorbansi Keterangan
(mg/dL)
1 0.100 1.31 Tinggi
2 0.145 0.65 Normal
3 0.187 0.84 Normal

G. Pembahasan
Pengukuran kadar kreatinin telah dilakukan pada 3 sampel serum dari kelompok 1
kelompok 2 dan kelompok 3 dengan menggunakan fotometer. Kreatinin merupakn
produk akhir metabolisme kreatin, berupa senyawa nitrogen yang terutama
disintesis di hati dan disimpan dalam otot kreatinin disekresikan melalui filtrasi
glomelurus . dimana kreatin yang disintesisi di hati akan berubah menjadi
kreatinin dan terdapat dalam hamper semua otot rangka yang berikatan dengan
dalam bentuk kreatin fosfat (Creatin phosphate) suatu senyawa penyimpan energi.
Pembentukan kreatinin yang dimulai dengan transaminidinasi dari arginin ke
glisin menjadi bentuk glikosiamin atau asam guanidoasetik (GAA). GAA dibawa
ke hati dan membentuk kreatin. Kreatin memasuki sirkulasi dan 90% akan diambil
dan disimpan dalam jaringan otot. Kreatin akan difosforilasi menjadi kreatin
fosfat oleh kreatin fosfokinase (CPK) dan akhirnya dikonversi menjadi kreatinin
(Hosten dalam Walker et al., 1990).
Kreatinin produk limbah dalam darah yang berasal dari aktivitas otot produk
limbah ini biasanya dibuang dari darah melalui ginjal, tapi ketika fungsi ginjal
menurun, kreatinin akan terabsropsi kembali sehingga kadar kreatinin akan
meningkat dalam darah. Pemeriksaan kadar kreatinin dalam darah merupakan
salah satu parameter yang digunakan untuk menilai fungsi ginjal, karena
konsentrasi kretinin dalam plasma dan kecepatan eksresi pada di urin relatif
konstan
Prinsip Pemeriksaan kreatinin darah menggunakan metode Jaffe reaction, dasar
yang digunakan metode ini adalah kreatinin dalam suasana alkalis dengan asam
pikrat membentuk senyawa kuning jingga Intensitas warna sebanding dengan
konsentrasi dan dapat diukur menggunakan alat ukur photometer ( Underwood,
1997 )
Hasil pengukuran kadar kreatinin dalam darah yang diperoleh pada kelompok 1
sebesar 1,31 mg/dL, kelompok 2 sebeasar 0,65 mg/dL dan kelompok 3 sebesar
0,84 mg/dL kadar kreatinin dari kelompok tersebut diperoleh dari serum darah
perempuan, dapat dinyatakan bahwa hasil kadar kreatinin pada ke tiga kelompok 2
dan kelompok 3 memiliki kadar kreatinin normal Hal ini menunjukkan bahwa
kondisi ginjal dalam keadaan bagus atau tidak ada gangguan pada ginjal termasuk
kedalam rentang normal menurut David C dan Dugdale, 2013 bahwa Nilai normal
kadar kreatinin serum pada pria adalah 0,7-1,3 mg/dL sedangkan pada wanita 0,6-
1,1 mg/dL sedangkan pada kadar kreatinin kelompok 1 memiliki kadar kreatinin
tinggi melebihi rentang normal pada perempuan, kadar kreatinin yang melebihi
rentang normal tersebut dapat mengindikasikan adanya gangguan filtrasi pada
ginjal yang seharusnya dieksresikan melalui urin tetapi kreatinin tersebut masih
terdapat di dalam darah dengan kadar tinggi.
Kadar kreatinin tidak hanya tergantung pada massa otot, tetapi juga dipengaruhi
oleh aktivitas otot, diet, dan status kesehatan. Penurunan kadar kreatinin terjadi
pada keadaan glomerulonefritis, nekrosis tubuler akut, polycystic kidney disease
akibat gangguan fungsi sekresi kreatinin. Penurunan kadar kreatinin juga dapat
terjadi pada gagal jantung kongestif, syok, dan dehidrasi, pada keadaan tersebut
terjadi penurunan perfusi darah ke ginjal sehingga makin sedikit pula kadar
kreatinin yang dapat difiltrasi ginjal. .
Kadar kreatinin dalam darah dapat dipengaruhi oleh Peningkatan kadar serum
kreatinin terjadi akibat kerusakan fungsi ginjal, keadaan ketotik, hiperglikemi,
latihan yang berat, dan konsumsi daging yang dimasak. Beberapa obat juga dapat
mengakibatkan peningkatan kadar serum kreatinin, yaitu sefalosporin (pada
metode Jaffe), flusitosin (pada metode enzimatik), simetidin dan trimetoprim yang
dapat memblok tubulus yang menyekresi kreatinin. Sedangkan, penurunan kadar
serum kreatinin terjadi pada keadaan pembatasan protein diet, malnutrisi, bilirubin
(pada metode Jaffe), penyakit ginjal, penyakit hati kronis (Rosner dan Bolton,
2006).
H. Kesimpulan
Berdasar pada pengukuran kadar kreatinin menggunakan fotometer dengan
sampel serum darah perempuan diperoleh kadar pada kelompok 1 sebesar 1,31
mg/dL, kelompok 2 sebeasar 0,65 mg/dL dan kelompok 3 sebesar 0,84 mg/dL
dinyatakan bahwa hasil kadar kreatinin pada kelompok 2 dan kelompok 3
memiliki kadar kreatinin normal yaitu pada wanita 0,6-1,1 mg/dL sedangkan hasil
kadar kreatinin kelompok 1 memiliki kadar kreatinin tinggi melebihi rentang
normal pada perempuan hal tersebut bisa mengindikasikan adanya kerusakan atau
gangguan filtrasi pada ginjal.
I. Referensi
Underwood, 1997. Patologi Umum dan Sistematik. Jakarta: EGC
Murray, Robert K,. 2009. Biokimia Harper, edisi 27. Jakarta: EGC
Corwin, Elizabeth J. 2001. Buku Saku Patofisiologi (Hands Books of
Pathophysiologi). Jakarta: EGC
Hosten, A.O. (1990). BUN and Creatinine. Dalam Walker, W. K., Hall, W. D., &
Hurst, J. W. (Ed.). Clinical Methods, 3rd Edition, The History, Physical, and
Laboratory Examination. Boston: Butterworths.
Rosner M and Bolton W, 2006, Renal Function Testing, American Journal of
Kidney Diseases, 47(1):174-83
J. Lampiran
No Foto Keterangan
1. Pengambilan serum

2 Penambahan reagen pada serum

2. Inkubasi sampel sebelum dibaca pada


fotometer

3. Pembacaan sampel pada fotometer


4. Hasil fotometer sampel kelompok 1

5. Hasil fotometer sampel kelompok 2

6. Hasil fotometer sampel kelompok 3

Anda mungkin juga menyukai