Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA KLINIK III

PEMERIKSAAN KREATININ

DISUSUN OLEH :

SINTIA PUTRI SALMON B1D119006


2019 A

PROGRAM STUDI DIV TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS


FAKULTAS TEKNOLOGI KESEHATAN
UNIVERSITAS MEGAREZKY
MAKASSAR
2021
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kreatinin adalah produk protein dari tubuh yang merupakan hasil akhir
metabolisme otot yang dilepaskan dari otot dengan kecepatan yang hampir
konstan dan diekresikan dalam urin dengan kecepatan yang sama. Kreatinin
diekresikan oleh ginjal melalui kombinasi filtrasi dan sekresi, konsentrasinya
relatif konstan dalam plasma dari hari ke hari, kadar yang lebih besar dari
nilai normal menandakan adanya gangguan fungsi ginjal.
Peningkatan dua kali lipat kadar kreatinin serum mengidentifikasikan
adanya hasil penurunan fungsi ginjal sebesar 50%, demikian juga
peningkatan kadar kreatinin tiga kali lipat menandakan penurunan fungsi
ginjal sebesar 75% (Soeparman dkk, 2001). Parameter pemeriksaan kadar
kreatinin merupakan salah satu kriteria dalam menegakkan diagnosis fungsi
ginjal.
Pemeriksaan kadar kreatinin di laboratorium bisa dilakukan dengan
menggunakan 2 macam spesimen, yaitu darah dan urin. Pemeriksaan kimia
klinik khususnya kreatinin sebaiknya menggunakan sampel serum.
Pemakaian serum dapat mencegah pencemaran spesimen oleh antikoagulan
yang mungkin akan mempengaruhi tes, tetapi bukan berarti pemeriksaan
kadar kreatinin tidak pernah menggunakan plasma Serum maupun plasma
harus segera dipisahkan dari sel – sel darah dan disimpan dalam lemari es
supaya enzim – enzim didalamnya tidak mengubah proporsi protein. Plasma
dan serum merupakan bagian darah yang berwarna kekuningan dimana akan
terlihat jelas saat sel – sel darah mengendap di dasar tabung. Pemeriksaan
kadar kreatinin menggunakan sampel plasma dapat ditambahkan antikoagulan
heparin untuk mencegah pembekuan darah, penggunaan sampel dengan
ditambah antikoagulan relatif cepat untuk pemeriksaan kadar kreatinin karena
sampel dapat langsung dicentrifuge.
Beberapa laboratorium klinik pemeriksaan kadar kreatinin lebih sering
menggunakan sampel serum maupun plasma EDTA. Penggunaan sampel
serum membutuhkan lebih banyak penyediaan waktu karena memerlukan
proses clotting (penggumpalan) yang membuat proses pemeriksaan kurang
efisien sementara sampel plasma EDTA tidak membutuhkan waktu
pembekuan sehingga dapat langsung dicentrifuge.
Berdasarkan prosedur pemeriksaan kadar kreatinin Human metode Jaffe
reaction menjelaskan bahwa spesimen yang digunakan dapat berupa serum
dan plasma heparin. Plasma heparin dibeberapa laboratorium jarang
digunakan sebagai sampel pemeriksaan kimia darah karena harganya yang
relatif mahal.
B. Manfaat Praktikum
Adapun manfaat pada praktikum kali ini yaitu untuk menganalisis kadar
kreatini dalam darah.
C. Tujuan Praktikum
Adapun tujuan pada praktikum kali ini yaitu untuk menentukan kadar
kreatinin dalam darah dengan satuan mg/dl.
D. Prinsip Percobaan
1. Metode Enzimatik
Pada suasana pH alkalis, kreatinin bereaksi dengan asam pikrat
menghasilkan senyawa berwarna, yaitu kreatinin alkalin pikrat, yang
dapat diukur secara fotometri.
2. Metode Jaffe
Kreatinin dalam alkali akan membentuk kompleks warna merah
oranye bila bereaksi dengan asam pikrat. Absorbance ini proposional
dengan konsentrasi kreatinin dalam sampel.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Ginjal merupakan organ berbentuk kacang dengan ukuran kepalan tangan.
Ginjal berada di dekat bagian tengah punggung, tepat di bawah tulang rusuk, satu
disetiap sisi tulang belakang. Setiap hari, proses ginjal seseorang sekitar 200 liter
darah untuk menyaring sekitar 2 liter produk limbah dan air ekstra. Limbah dan
air ekstra menjadi urin, yang mengalir ke kandung kemih melalui tabung yang
disebut ureter. Kandung kemih menyimpam urin sampai melepaskannya melalui
air seni (Bela, 2015).

Gambar : Ginjal
Fungsi ginjal yaitu sebagai system penyaringan alami tubuh, melakukan
banyak fungsi penting. Fungsi ini termasuk menghilangkan bahan ampas sisa
metabolisme dari aliran darah, mengatur keseimbangan tingkat air dalam tubuh,
dan menahan pH (tingkat asam-basa) pada cairan tubuh. Kurang lebih 1,5 liter
darah dialirkan melalui ginjal setiap menit. Dalam ginjal, senyawa kimia sisa
metabolisme disaring dan dihilangkan dari tubuh (Bersama dengan air berlebihan)
sebagai air seni. Penyaringan ini dilakukan oleh bagian ginjal yang disebut
sebagai glomerulus. Selain mengeluarkan limbah, ginjal merilis tiga hormone
penting yaitu erythropoietin atau EPO, yang merangsang sumsung tulang untuk
membuat sel-sel darah merah, renin, yang mengatur tekanan darah, calcitriol,
bentuk aktif vitamin D, yang membantu mempertahankan kalsium untuk tulang
dan untuk keseimbangan kimia yang normal dalam tubuh (Bela, 2015).
Kreatinin merupakan produk akhir nonprotein dari metabolisme kreatinin.
Seluruh kreatinin dieksresikan lewat ginjal. Kreatinin berhubungan langsung
dengan fungsi eksretorik ginjal. Pemeriksaan kreatinin digunakan untuk
memperkirakan LFG dan untuk skrining kerusakan ginjal (Regina, dkk. 2014).
Kreatinin adalah produk penguraian dari kreatin yang menyediakan pemasok
energi untuk otot. Kreatin adalah zat yang dihasilkan dari kontraksi otot normal
dan dilepaskan ke dalam darah, kemudian melewati ginjal untuk dieksresikan.
Nilai normal kreatinin serum pada pria adalah 0,7-1,3 mg/dl, sedangkan pada
Wanita 0,6-1,1 mg/dl. Peningkatan tajam kadar urea dan kreatinin plasma
biasanya merupakan tanda timbulnya gagal ginjal terminal dan disertai gejala
uremik (Shelfi, dkk. 2021).

Gambar : Rumus Kreatinin


Pembentukan kreatinin berawal diginjal dan diselesaikan dihati. Langkah
pertama pembentukan kreatinin yang terjadi diginjal, glisin bergabung dengan
arginine untuk membentuk guanidinoasetat. Dalam reaksi ini, gugus guanidium
pada arginine (gugus yang membentuk urea) dipindahkan ke glisin dan molekul
arginine sisanya disebabkan ornitin guanidinoasetat kemudian mengalami metilasi
dihati oleh S-adenosilmetionin (SAM) untuk membentuk kreatin (Zul. 2020).
Kreatin mengalir melalui darah menuju ke jaringan lain, terutama otot dan
otak, tempat zat ini bereaksi dengan adenosine tri fosfat (ATP) untuk membentuk
kreatin fosfat yang berenergi tinggi. Reaksi ini yang dikatalisis oleh kreatini
fosfokinase (CK, juga disingkat sebagai CPK), bersifat reversible. Dengan
demikian, sel dapat menggunakan kreatin fosfat untuk membentuk kembali
adenosine tri fosfat (ATP). Kreatin fosfat, yang berfungsi sebagai simpanan fosfat
berenergi tinggi (dalam jumlah kecil) yang cepat menghasilkan adenosine tri
fosfat (ATP) dari adenosine difosfat (ADP), beberapa penting dalam otot yang
berkontraksi. Senyawa ini juga membawa fosfat berenergi tinggi dari
mitokondria, tempat pembentukan adenosine tri fosfat (ATP), kefilament myosin,
tempat adenosine tri fosfat (ATP) digunakan untuk kontraksi otot (Zul. 2020).

Gambar : Mekanisme Kreatinin


Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kadar kreatinin dalam darah,
diantaranya adalah gagal ginjal, perubahan masa otot, nutrisi, aktifitas fisik,
proses inflamasi (Victor, 2006). Senyawa-senyawa yang dapat mengganggu
pemeriksaan kadar kreatinin darah hingga menyebabkan overestimasi nilai
kreatinin sampai 20% adalah askorbat, bilirubun, asam urat, aseto asetat, piruvat,
sefalosporin, dan metildopa (Zul. 2020).
Penentuan kadar kreatinin dalam urin dan serum dapat dilakukan dengan
menggunakan enzim kreatinin deiminase untuk mengkonversi kreatinin menjadi
ammonia dan 1-methylhydantoin. Selanjutnya ammonia di reaksikan dengan
cresol red (2-4-2-hydroxytethl-1-piperzinyl ethanosulfonic acid) dan diseteksi
secara spektrofotometri pada panjang gelombang 555 nm. Metode enzimatis ini
memberikan hasil yang selektif walaupun memerlukan waktu analisis yang lama,
dan sensitivitasnya kurang baik karena kreatinin dideteksi secara tidak langsung
berdasarkan jumlah ammonia yang terbentuk (Zul. 2020).
Reaksi jaffe merupakan metode yang paling popular untuk penentuan
kreatinin dalam urin dan serum. Dalam metode ini, kreatinin direaksikan dengan
asam pikrat pada suasana basa yang membentuk senyawa berwarna merah-orange
dan dideteksi secara spektrofotometri pada panjang gelombang 490 – 520 nm
(Zul. 2020).
BAB III
METODE PRAKTIUM
A. Waktu Praktikum
1. Waktu
Adapun waktu pelaksanaan praktikum ini adalah :
Hari : Senin
Tanggal : 01 November 2021
Jam : 10:00-13:00 WITA
2. Tempat
Adapun tempat dilakukannya praktikum ini adalah Universitas
Megarezky Makassar Gedung D Lantai 2 Laboratorium Patologi
B. Metode 1 Enzimatik Urikase
Pra Analitik
1. Persiapan Specimen :
Adapun sampel yang digunakan adalah sampel serum yang tidak
hemolisis atau plasma (heparin atau EDTA).
2. Persiapan Reagen :
Adapun persiapan reagen adalah, reagen dari kulkas yang akan
digunakan didiamkan pada suhu ruang selama beberapa menit sebelum
digunakan.
Pada reagen blanko yaitu dicampurkan reagen R1 + reagen R2
sebanyak masing-masing 500µl dan dimasukkan ke dalam tabung yang
sama kemudian dihomogenkan.
3. Alat dan Bahan
a. Alat :
Adapun alat yang digunakan pada praktikum kali ini adalah sebagai
berikut : Spektrofotometer, spoit, mikropipet (100µl), stopwatch,
sentrifuge, tabung reaksi 3 ml, rak tabung.
b. Bahan :
Adapun bahan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah
sebagai berikut : Aquadest, reagen R1 dan R2, reagen standar, dan
sampel serum.
Analitik
Cara kerja :
1. Diambil darah vena sebanyak 3 ml menggunakan spoit, kemudian
dimasukkan ke dalam tabung merah
2. Setelah adanya pembekuan, darah disentrifuge dengan kecepatan 300 rpm
selama 15 menit
3. Dipipet masing-masing pada tabung sebanyak :
Blanko Standar Assay
Reagen (R1+R2) 1 ml 1 ml 1 ml
Aquades 100µL - -
Standart - 100 µL -
Specimen - - 100 µL
4. Lalu dihomogenkan
5. Diinkubasi selama 2 menit pada suhu ruang.
6. Dibaca absorban pada Panjang gelombang 492 nm (490 nm-530 nm).
Pasca Analitik
Interpretasi Hasil
Jenis kelamin Mg/dl

Anak-anak 0,5-1,2 mg/dl

Laki-laki 0,6-1,1 mg/dl

Perempuan 0,7-1,3 mg/dl


C. Metode 2 Jaffe
Pra Analitik
1. Persiapan Specimen :
Adapun sampel yang digunakan adalah sampel serum yang tidak
hemolisis atau plasma (heparin atau EDTA).
2. Persiapan Reagen :
Adapun persiapan reagen adalah, reagen dari kulkas yang akan
digunakan didiamkan pada suhu ruang selama beberapa menit sebelum
digunakan.
3. Alat dan Bahan
a. Alat :
Adapun alat yang digunakan pada praktikum kali ini adalah sebagai
berikut : Spoit, fotometer, pipet mikro 100 µl, rak tabung, dan tabung
reaksi.
b. Bahan :
Adapun bahan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah
sebagai berikut : Reagen pereaksi, sampel.
Analitik
Cara kerja :
1. Diambil darah vena sebanyak 3 ml menggunakan spoit, kemudian
dimasukkan ke dalam tabung merah
2. Setelah adanya pembekuan, darah disentrifuge dengan kecepatan 300 rpm
selama 15 menit
3. Dipipet masing-masing pada tabung sebanyak :
Blanko Standar Sampel
Standar - 100 µL -
Serum - - 100 µL
100 µ
Reagen kerja 100 µL 100 µL
L
4. Lalu dihomogenkan, inkubasi pertama selama 30 detik dan dibaca sebagau
absorban 1
5. Diinkubasi kedua selama 30 detik, dibaca sebagai absorban 2
6. Dibaca absorban pada Panjang gelombang 505 nm..
Pasca Analitik
Interpretasi Hasil
Jenis kelamin Mg/dl

Laki-laki 0,6-1,2 mg/dl

Perempuan 0,5-0,9 mg/dl


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil

B.

Pembahasan
Pada praktikum yang telah dilakukan di laboratorium Patologi Lantai 2
Universitas MEGAREZKY tentang pemeriksaan Kreatinin dengan
menggunakan metode enzimatik.
Pada praktikum kali ini, penentuan kadar kreatinin serum menggunakan
sampel serum darah, serta hasil praktikumnya diukur dengan
spektrofotometer dan didapatkan hasil 1,2 mg/dL untuk sampel darah serum
(laki-laki), jika ditinjau dari nilai normal kadar kreatinin tersebut tergolong
normal.
Kreatin sebagian besar dijumpai di otot rangka, tempat zat ini terlihat
dalam penyimpanan energi sebagai kreatin fosfat (cp ), dalam sintesis ATP
dari ADP, kreatin fosfat diubah menjadi kreatin dengan katalisasi enzim
kreatin.
Kreatinin adalah zat racun dalam darah, terdapat pada seseorang
yangginjalnya sudah tidak berfungsi dengan normal. Kreatinin disintesis
dalam hati, pankreas, dan ginjal dari asam amino arginin, glisin, dan
metionin. Senyawa inidihasilkan ketika terjadi kontraksi pada otot. Dalam
darah, kreatinin dihilangkandengan proses filtrasi melalui glomerulus ginjal
dan disekresikan dalam bentukurin. Ginjal yang sehat menghilangkan
kreatinin dari darah dan memasukkannya pada urin untuk dikeluarkan dari
tubuh. Analisis kadar kreatinin dalam tubuhmerupakan indeks medis yang
penting untuk mengetahui kondisi laju filtrasiglomerulus, keadaan ginjal, dan
berfungsinya kerja otot,
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kadar kreatinin dalam darah,
diantaranya adalah :
a. Perubahan massa otot.
b. Diet kaya daging meningkatkan kadar kreatinin sampai beberapa jam
setelah makan.
c. Aktivitas fisik yang berlebihan dapat meningkatkan kadar kreatinin
darah.
d. Obat – obatan seperti sefalosporin, aldacton, aspirin dan co – trimexazole
dapat mengganggu sekresi kreatinin sehingga meninggikan kadar
kreatinin darah.
e. Kenaikan sekresi tubulus dan destruksi kreatinin internal.
f. Usia dan jenis kelamin pada orang tua kadar kreatinin lebih tinggi
daripada orang muda, serta pada laki – laki kadar kreatinin lebih tinggi
daripada wanita.
Kadar kreatinin dapat meningkat karena penyakit kanker, lupus,
diabetik, syok yang lama dan gagal jantung. Sedangkan kadar kreatinin dapat
menurun karena distrofi obat ( tahap akhir ) dan myastenia gravis. Jumlah
kreatinin yang dikeluarkan seseorang tergantung pada massa otot daripada
aktivitas otot atau tingkat metabolisme protein, walaupun keduanya juga
menimbulkan efek. Pembentukan kreatinin harian umumnya tetap, kecuali
jika terjadi cedera fisik atau penyakit degeneratif yang menyebabkan
kerusakan masif otot.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pada praktikum yang dilakukan kali ini didapatkan hasil yaitu 1,2 mg/dl
dimana pada hasil tersebut dapat dikatakan normal berdasarkan nilai normal
yang berlaku pada pemeriksaan kreatinin.
B. Saran
Semoga pada saat praktikum selanjutnya mahasiswa/i lebih
memperhatikan apa yang diajarkan, serta lebih hati-hati pada saat melakukan
praktikum.
DAFTAR PUSTAKA
Ivanovna Regina, dkk. 2014. Analisis Kadar Kratinin Serum Sebelum Dan
Setelah Terapi Tenovofir Pada Penyandang HIV di RS Dr. M. Djamil
Padang Periode 2012-2013. Jurnal Fk Unand. Vol. 3. No. 2
Ningsih Shelfi Aprilia, dkk. 2021. Hubungan Kadar Kreatinin Dengan Durasi
Pengobatan HD pada Penderita Gagal Ginjal Kronik. Jurnal Ilmiah. Vol.
10. No.1
Ninsih Bela. 2015. Pemeriksaan Kreatinin Darah.
Ardiansyah Zul Fahmi. 2020. Pemeriksaan Kadar Kreatinin Pada Penderita
Penyakit Gagal Ginjal Kronik (GGK).

Anda mungkin juga menyukai