Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN KIMIA KLINIK III

PEMERIKSAAN KREATININ

NAMA : DELA RAHMAWATI


NIM : 18 3145 353 036
KELAS : 18 A

PROGRAM STUDI DIV TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS


FAKULTAS TEKNOLOGI KESEHATAN
UNIVERSITAS MEGAREZKY
2020/2021
BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Gagal ginjal kronik menjadi masalah besar dunia karena sulit
disembuhkan. Menurut World Health Organization (WHO) angka kejadian
gagal ginjal di dunia secara global lebih dari 500 juta orang dan yang harus
hidup dengan menjalani hemodialisis sekitar 1,5 juta orang. Berdasarkan data
Indonesian Renal Registry (2015), tercatat 30.554 pasien aktif dan 21.050
pasien baru yang menjalani terapi hemodialisis. Pengguna HD adalah pasien
dengan diagnosis GGK (89%). Urutan penyebab gagal ginjal pasien yang
mendapatkan hemodialisis berdasarkan data Indonesian Renal Registry tahun
2015, karena hipertensi (44%), penyakit diabetik mellitus atau nefropati
diabetik (22%), kelainan bawaan atau Glomerulopati Primer (8%),
Pielonefritis kronik/PNC) (7%), gangguan penyumbatan saluran kemih atau
Nefropati Obstruksi (5%), karena Asam Urat (1%) , penyakit Lupus (1%) dan
penyebab lainnya (8%), (Kurniawati, 2018)
Ginjal merupakan salah satu organ penting di dalam tubuh kita, yang
berfungsi untuk menyaring (filtrasi) dan mengeluarkan zat-zat sisa
metabolisme (racun) dari darah menjadi urin. Pada keadaan gagal ginjal
kronis (Chronic Renal Failure) terjadi penurunan fungsi ginjal secara
progresif dan tidak dapat pulih kembali, (Kurniawati, 2018)
Upaya yang bisa dilakukan adalah dengan mempertahankan fungsi
ginjal yaitu dengan terapi hemodialisis atau lebih dikenal dengan istilah cuci
darah, yang dapat mencegah kematian tetapi tidak dapat menyembuhkan atau
memulihkan fungsi ginjal secara keseluruhan. Selain itu pengobatan yang
diperlukan oleh pasien gagal ginjal selain hemodialisis adalah transplantasi
ginjal dan dialisis peritoneal, (Kurniawati, 2018)
I.2. Maksud dan Tujuan Percobaan
Untuk mengetahui kadar kreatinin seseorang dalam mg/dl
I.3. Prinsip Percobaan
Kreatinin dalam alkali akan membentuk kompleks warna merah orange
bila bereaksi dengan asam pikrat. Absorbansi ini proposional dengan
kreatinin dalam sampel
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Ginjal adalah organ yang berfungsi mengatur keseimbangan cairan
tubuh dengan cara membuang sampah-sampah sisa metabolismemelalui
urine dan menahan zat-zat yang dibutuhkan tubuh. Tiap-tiap bagian dari ginjal
memiliki berbagai fungsi yang berbeda. Tiga proses utama yang akan terjadi
di nefron dalam pembentukan urine, yaitu filtrasi, reabsorbsi, dan sekresi.
Terjadinya gangguan pada sebuah atau beberapa bagian ginjal membawa
dampak buruk bagi tubuh. Oleh karena itu, deteksi dini terhadap penyakit ginjal
sangat diperlukan dalam medical checkup, (Intashofal, 2017)
Kreatinin merupakan produk penguraian kreatin. Kreatin disintesis di hati
dan terdapat dalam hampir semua otot rangka yang berikatan dengan dalam
bentuk kreatin fosfat (creatin phospate, CP), suatu senyawa penyimpanan energi.
Dalam sintesis ATP (adenosite triphosphate dari ADP (adenosi diphosphate).
Kreatin fosfat diubah menjadi kreatin dengan katalisasi enzim kreatin kinase
(creatin kinase, CK). Seiring dengan pemakaian energi, sejumlah kecil diubah
secara ireversibel menjadi kreatinin, yang selanjutnya difiltrasi oleh glomelurus
dan diekresikan dalam urin sehingga kreatinin dianggap sebagai suatu
pemeriksaan yang dapat dipercaya untuk memperkirakan laju filtrasi glomelurus
(LFG). Pada disfungsi ginjal nilainya menurun, (Nuari, 2017)
Kreatinin termasuk dalam golongan senyawa nitrogen, merupakan hasil
katabolisme dari protein di otot. Berbeda dengan ureum yang kadarnya dalam
darah diperngaruhi oleh intake (diet) kadar kreatinin di dalam darah tidak
dipengaruhi oleh diet, nilai kreatin ini sangat baik untuk menilai fungsi ginjal.
Nilai normal kreatinin pada laki-laki 0,5-1,2 mg/dl sedangkan pada perempuan
0,5-0,9 mg/dl. Jumlah kreatinin dalam urine per 24 jam (dalam miligram) dibagi
dengan berat badan (dalam Kg) menghasilkan koefesien kreatinin. Harga normal
koefesien kreatinin untuk laki-laki 20-26 sedangkan untuk perempuan 14-22,
(Djojodibroto, 2001)
Bila urea dan kreatinin di dalam darah meningkat dan urin ditemui kast,
protrin dan cell, apalgai bila ada ologouria. Maka sangat besar kemungkinan
adanya kelainan pada ginjal, (Djojodibroto, 2001)
.Pemeriksaan kreatinin dalam darah merupakan salah satu parameter
penting untuk mengetahui fungsi ginjal. Pemeriksaan ini juga sangat membantu
kebijakan melakukan terapi pada penderita gangguan fungsi ginjal. Tinggi
rendahnya kadar kreatinin dalam darah digunakan sebagai indikator penting dalam
menentukan apakah seorang dengan gangguan fungsi ginjal memerlukan tindakan
hemodialysis Pemilihan metode yang tepat juga banyak membantu dalam
melakukan pemeriksaan. Ada beberapa cara yang digunakan dalam Pemeriksaan
kreatinin dalam darah yakni cara deprotoeinisasi dan nondeproteinisasi. Ada
beberapa keuntungan pengukuran kreatinin cara deproteinisasi diantaranya
kandungan nitrogen dalam sampel seperti protein, dan ureum sudah terikat dengan
Trichlor Acetic Acid (TCA) sehingga supernatan terbebas dari bahan-bahan
nitrogen akan tetapi sampel yang dibutuhkan cukup banyak sedangkan beberapa
keuntungan kreatinin cara nondeproteinisasi yakni, waktu yang diperlukan cukup
singkat dan sampel yang diperlukan hanya sedikit, (Hadijah, 2018)
Cara nondeproteinisasi merupakan cara yang paling sering digunakan.
Selain faktor ekonomis, cara nondeproteinisasi lebih mudah digunakan. Namun
kekurangan dari metode ini adalah beberapa protein tidak diendapkan sehingga
dapat menyebabkan tinggi palsu pada kreatinin.Untuk itu perlu adanya
penambahan zat yang dapat mengendapkan protein tersebut. Salah satu cara yang
dapat digunakan yaitu cara deproteinisasi, (Hadijah, 2018)
Sintesis kratinin merupakan proses antar organ yaitu pelepasan
guanidinoasetat oleh ginjal dan pengambilan guanidinasetat oleh hati. Sintesisnya
sangat memerlukan arginin dan gugus metil dalam jumlah besar. Pembentukan
kreatinin sangat membutuhkan keberadaan gugus metil. Metilasi guanidinoasetat
menggunakan sekitar 40% gugus metil, (Firdaus, 2017)
Hispatologi ginjal tikus perlakuan yang berbeda diamati kerusakannya
berupa nekrosis, piknosisi dan kariolisis. Sel yang diamati pada ginjal adalah
bagian glomelurus. Hasil analisis kerusakan dari kedua sel yang terjadi tersebut
menunjukan skor histologis berbeda nyata, (Firdaus, 2017)

Gambar. Fotomikograf glomelurus tikus normal

Kemampuan ginjal menyaring darah dinilai dengan penghitungan laju


filtrasi glomelurus (LFG) atau juga dikenal sebagai glomerular filtration rute
(GFR). Bila nilai LGF-nya 90. Fungsi ginjal masih dikategorikan 90% baik,
dianggap masuk dalam kriteria kondisi normal, (Alam, 2007)
BAB III
METODE KERJA
III.1 Pemeriksaan SGOT
A. Metode kinetik
B. Alat dan Bahan
1. Alat
a) Mikropipet 100 µl dan 1000 µl
b) Photometer
c) Centrifuge
d) Tabung reaksi
e) Rak tabung
f) Gelas kimia
g) Stopwatch
h) Tourniquet
2. Bahan
a) Asam pikrat
b) NaOH
c) Sampel serum
d) Spoit 3 cc
e) Alkohol swab
f) Tip kuning, biru dan putih
g) Label
C. Cara Kerja
1. Disiapkan alaat dan bahan yang akan digunakan
2. Dilakukan sampling, lalu sampel demasukkan ke tabung kimia (tabung
merah)
3. Didiamkan 5-10 menit (sampai membeku) kemudian dicentrifuge
4. Diberi pelabelan pada tabung reaksi yaitu tabung larutan kerja (Lk),
tabung blanko (Bl), tabung standar (St), dan tabung test (T)
5. Dilakukan pembuatan larutan kerja terlebih dahulu dengan
perbandingan 1:5 ( 1 bagian asam pikrat dan 5 bagian NaOH), lalu
homogenkan
6. Dipipet larutan kerja kreatin sebanyak 1,0 ml, masukkan kedalam
tabung blanko (Bl), tabung standar (St), dan tabung test (T)
7. Dipipet 50 µl sampel serum dan masukkan ke tabung reaksi test lalu
homogenkan
8. Dipipet 50 µl standar dan masukkan ke tabung reaksi standar lalu
homogenkan
9. Diamkan tabung reaksi tersebut pada suhu 30-37oC selama 60 detik
10. Ditekan parameter pemeriksaan kreatinin yang akan dilakukan
11. Dibaca absorbansi pertama (Abs Test1) dan 60 detik kemudian
dilakukan pembacaan absorbansi kedua (Abs Test2) terhadap blanko
dengan menggunakan panjang gelombang 510 nm
12. Dihitung selisih absorbansinya dan catat hasil yang diperoleh
BAB IV
HASIL PEMERIKSAAN
IV.1 Gambar Hasil Pemeriksaan

Hasil Photometer pemeriksaan Kreatinin


BAB V
PEMBAHASAN
Disiapkan alaat dan bahan yang akan digunakan Test kreatinin ini
dilakukan untuk mengetahui kadar kreatinin dalam darah, dimana merupakan
salah satu parameter pada penyakit gagal ginjal. Kreatinin adalah sisa
metabolisme otot yang hanya dikeluarkan dari ginjal, pada ginjal rusak kreatinin
akan ditahan bersama nitrogen nonprotein di darah, sehingga terjadi penurunan
kadar kreatinin di urin dan peningkatan kadar kreatinin di darah.
Dilakukan sampling kepada pasien, lalu sampel dimasukkan ke tabung
kimia (tabung merah). Didiamkan 5-10 menit (sampai membeku) kemudian
dicentrifuge. Selanjutnya diberi pelabelan pada tabung reaksi yaitu tabung larutan
kerja (Lk), tabung blanko (Bl), tabung standar (St), dan tabung test (T)
Dilakukan pembuatan larutan kerja terlebih dahulu dengan perbandingan
1:5 ( 1 bagian asam pikrat dan 5 bagian NaOH), lalu homogenkan. Dipipet larutan
kerja kreatin sebanyak 1,0 ml, masukkan kedalam tabung blanko (Bl), tabung
standar (St), dan tabung test (T), dipipet 50 µl sampel serum dan masukkan ke
tabung reaksi test lalu homogenkan, dipipet 50 µl standar dan masukkan ke
tabung reaksi standar lalu homogenkan dan diamkan tabung reaksi tersebut pada
suhu 30-37oC selama 60 detik. Ditekan parameter pemeriksaan kreatinin yang
akan dilakukan
Dibaca absorbansi pertama (Abs Test1) dan 60 detik kemudian dilakukan
pembacaan absorbansi kedua (Abs Test2) terhadap blanko dengan menggunakan
panjang gelombang 510 nm. Alasan pengukuran dilakukan 2 kali untuk
mengetahui selisih absorbansi pada konsentrasi awal (pengukuran pertama)
dengan absorbansi pada konsentrasi akhir (pengukuran kedua), sebab kreatinin
akan bereaksi, berbanding lurus dengan waktu, dengan persamaan reaksi. Setelah
itu dihitung selisih absorbansinya dan catat hasil yang diperoleh.
Adapun hasil yang diperoleh dari praktikum pemeriksaan kreatinin yaitu
0,61 mg/dl dan hal ini menunjukkan kadar kreatinin yangm normal.
DAFTAR PUSTAKA
Alam, Syamsir, dkk. 2007. Gagal Ginjal. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Firdaus, Muhammad. 2017. Diabetes dan Rumput Laut Cokelat. Jakarta: UB Press

Djojodibroto, Darmanto. 2001. Seluk Beluk Pemeriksaan Kesehatan General


Medical Check Up Bagaimana Menyikapi Hasilnya. Jakarta: Pustaka
Populer Obor

Hadijah, Sitti. 2018. Analisis Hasil Perbandingan Pemeriksaan Kreatinin Darah


Dengan Deproteinisasi dan Nondeproteonisasi Metode Jaffe Reaction.
Makassar: Analis Kesehatan Poltekkes Kemenkes Makassar
http://journal.poltekkes-mks.ac.id/ojs2/index.php/mediaanalis/article/view/120

Intashofal, dkk. 2017. Korelasi Kadar Kreatinin Serum Dengan Hasil Test
Albumin Urine Pada Pasien Dengan Penyakit Ginjal Di RSUD dr.
Soegiri Lamongan. Surabaya : Universitas PGRI Adibuana Surabaya
https://journal2.unusa.ac.id/index.php/MHSJ/article/view/599

Kurniawati, Aniek, dkk. 2018. Gambaran Tingkat Pengetahuan Penyakit Ginjal


Dan Terapi Diet Ginjal Dan Kualitas Hidup Pasien Hemodialisis Di
Rumkital Dr. Ramelan Surabaya. Surabaya : RSUD Soetomo Surabaya
https://e-journal.unair.ac.id/AMNT/article/view/5906

Nuari, Nian, dkk. 2017. Gangguan Pada Sistem Perkemihan & Penatalaksanaan
Keperawatan. Yogyakarta: Deepublish

Anda mungkin juga menyukai