Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PRAKTIKUM

KIMIA KLINIK I
PEMERIKSAAN KADAR KREATININ METODE JAFFE REACTION

DISUSUN OLEH

Nama : Arling
NIM : 18 3145 453 049
Kelas : 18B

PRODI DIII TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIK


FAKULTAS TEKNOLOGI KESEHATAN
UNIVERSITAS MEGA REZKY
2020
A. Deskripsi Singkat Kreatinin
Definisi kreatinin yang lain, adalah produk akhir metabolisme
kreatin. Kreatin sebagian besar dijumpai di otot rangka, tempat zat ini
terlihat dalam penyimpanan energi sebagai kreatin fosfat ( cp ), dalam
sintesis ATP dari ADP, kreatin fosfat diubah menjadi kreatin dengan
katalisasi enzim kreatin. Kreatinin adalah produk protein otot yang
merupakan hasil akhir metabolisme otot yang dilepaskan dari otot dengan
kecepatan yang hampir konstan dan diekskresi dalam urin dengan
kecepatan yang sama. Kreatinin diekskresikan oleh ginjal melalui
kombinasi filtrasi dan sekresi, konsentrasinya relatif konstan dalam plasma
dari hari ke hari, kadar yang lebih besar dari nilai normal mengisyaratkan
adanya gangguan fungsi ginjal.
Pemeriksaan kreatinin darah dapat menggunakan beberapa metode,
sebagai berikut : Jaffe reaction, dasar yang digunakan metode ini adalah
kreatinin dalam suasana alkalis dengan asam pikrat membentuk senyawa
kuning jingga dan menggunakan alat ukur photometer ; Kinetik, metode
ini relatif sama hanya dalam pengukuran dibutuhkan sekali pembacaan dan
alat yang digunakan autoanalyzer ; enzimatik darah , dasar metode ini
adalah adanya substrat dalam sampel bereaksi dengan enzim membentuk
senyawa substrat menggunakan alat photometer.Prinsip pemeriksaan
kreatinin dalam plasma ini menggunakan metode Jaffe reaction.
Dalam suasana alkalis, kreatinin bila ditambah asam pikrat akan
membentuk suatu warna komplek yang berwarna kuning – orange.
Intensitas warna sebanding dengan konsentrasi dan dapat diukur secara
fotometri, serta terjadi perubahan absorbsi pada panjang gelombang antara
505 nm dan 502 nm. Kadar normal kreatinin pada laki – laki adalah 0,6 –
1,2 mg/dL atau 53 – 106 µmol ; sedangkan pada wanita adalah 0,5 – 1,1
mg/dL atau 44 – 97 µmol /L. Dari hasil pemeriksaan pada praltikum kali
ini, didapat kadar kreatinin dalam plasma sebesar 0,715 mg/dL dengan
sampel darah B (wanita ).
B. Metode
Pemeriksaan kadar kreatinin menggunakan metode Jaffe Reaction
C. Perinsip
Kreatinin membentuk komplek berwarna merah – orange dalam
larutan alkali picrate. Absorbance yang terbentuk sebanding dengan kadar
kreatinin dalam sampel. Kreatinin dengan asam pikrat alkalis membentuk
kreatinin pikrat yang berwarna merah intensitas warna merah
menunjukkan kadar kreatinin bila dibaca pada fotometer.
D. Tujuan
Mahasiswa dapat mengetahui cara pemeriksaan kadar kreatinin
dalam plasma.
E. Pra – Analitik
1. Persiapan Pasien dan persiapan pembuatan serum
 Prosedur Pengambilan Darah Vena
a) Mensterilkan lokasi vena pungsi yaitu median cubiti
dengan kapas beralkohol dan biarkan mengering.
b) Memasang tourniquet pada lengan bagian atas dan
pasien mengepal dan membuka tangannya beberapa
kali agar vena terlihat jelas.
c) Menegangkan kulit atas vena tersebut dengan
tangan kiri supaya vena tidak bergeser. Dengan
lubang jarum menghadap keatas, vena ditusuk
perlahan sampai ujung jarum masuk ke lumen vena
d) Tourniquet dilepas dan pelan-pelan penghisap spuit
ditarik sampai didapatkan jumlah yang dikehendaki
e) Meletakan kapas di atas jarum, kemudian di cabut
jarumnya.
f) Meminta pasien untuk menekan tempat tusukan tadi
selama beberapa menit dengan kapas.
 Prosedur Pembuatan Serum
a) Mengambil darah vena ± 3 ml dimasukan ke dalam
tabung serologis tanpa diberi antikoagulan.
b) Dibiarkan dalam suhu kamar 10-15 menit sampai
membeku.
c) Kemudian centrifuge 3000 rpm selama 15 menit.
d) Memisahkan serum dengan sedimen kemudian diberi
label tanggal pengambilan, nama pasien, jenis kelamin
dan jenis pemeriksaaan.
 Alat dan Bahan
a) Alat
1) Spektrofotometer
2) Inkubasi
3) Tabung reaksi
4) Rak tabung reaksi
5) Selotip
6) Mikropipet 1000 µL
7) Mikropipet 250 µL
8) Mikropipet 50 µL
b) Bahan
1) Plasma darah 0,05 mL ( 50 µL )
2) Reagen kreatinin I ( NaOH 1 % ) 1 mL
3) Reagen kreatinin II ( asam pikrat ) 0,25 mL

F. Analitik
2. Prosedur Kerja
 Pipet plasma sebanyak 0,05 mL masukkan ke dalam tabung
reaksi
 Ditambahkan 1 mL reagen warna kreatinin I ( NaOH 1 % )
 Inkubasi 5 menit dengan temperatur 37 0C
 Ditambah 0,25 mL reagen warna kreatinin II ( asam pikrat )
 Baca pada spektrofotometer dengan λ = 546 nm dan f = .2
 Nilai Rujukan
 wanita : 0,9 – 1,3 mg/dL
 Laki – Laki : 0,6 – 1,1 mg/dL
G. Pasca Analitik
3. Interpretasi Hasil
 Kreatinin Meningkat
Kreatinin darah meningkat jika fungsi menurun. Selain itu
kreatinin darah meningkat karena kegagalan ginjal akut atau
kronis, syok yang lama, kanker, lupus, diabetik, gagal jantung, diet
( contohnya : daging sapi tinggi, unggas dan ikan ). Sedangkan
penurunan kreatinin dapat dijumpai pada distrofiotot ( tahap akhir )
dan myastenia gravis. Kadar kreatinin dapat meningkat karena
penyakit kanker, lupus, diabetik, syok yang lama dan gagal
jantung.
 Kreatinin Menurun
Sedangkan kadar kreatinin dapat menurun karena distrofi
obat ( tahap akhir ) dan myastenia gravis. Jumlah kreatinin yang
dikeluarkan seseorang tergantung pada massa otot daripada
aktivitas otot atau tingkat metabolisme protein, walaupun keduanya
juga menimbulkan efek. Pembentukan kreatinin harian umumnya
tetap, kecuali jika terjadi cedera fisik atau penyakit degeneratif
yang menyebabkan kerusakan masif otot.
H. Pembahasan
kreatinin adalah produk akhir metabolisme kreatin. Kreatin
sebagian besar dijumpai di otot rangka, tempat zat ini terlihat dalam
penyimpanan energi sebagai kreatin fosfat (cp ), dalam sintesis ATP dari
ADP, kreatin fosfat diubah menjadi kreatin dengan katalisasi enzim
kreatin. Pemeriksaan kadar kreatinin dalam darah merupakan salah satu
parameter yang digunakan untuk menilai fungsi ginjal, karena konsentrasi
dalam plasma dan eksresinya di urin dalam 24 jam relatif konstan. Kadar
kreatinin darah yang lebih besar dari normal mengisyaratkan adanya
gangguan fungsi ginjal. Nilai kreatinin normal pada metode Jaffe reaction
adalah laki – laki : 0,8 – 1,2 mg/dL ; dan wanita : 0,6 – 1,1 mg/dL.
penentuan kadar kreatinin plasma menggunakan sampel plasma
darah, serta hasil praktikumnya diukur dengan spektrofotometer dan akan
diperoleh rata – rata dari kelompok kami (sembilan ) sebesar 0,715 mg/dL
untuk sampel darah B (wanita ), jika ditinjau dari nilai normal kadar
kreatinin plasma tersebut tergolong normal. Sedangkan dari hasil
pemeriksaan seluruh kelompok normal dengan sampel wanita yang
berkisar antara 0,6 – 1,1 mg/dL.
kadar kreatinin dalam plasma sebesar 0,715 mg/dL dengan sampel
darah B (wanita ). Kadar kreatinin plasma di kelompok kami ( sembilan )
masuk dalam kategori normal. Seluruh kelompok yang praktikum bersama
kami ( shift A) juga termasuk dalam kategori normal, karena semua nilai
kadar kreatinin plasma berkisar antara 0,6 – 1,1 mg/dL dengan sampel
darah wanita semua. Hal ini menunjukkan bahwa kondisi ginjal dalam
keadaan bagus atau tidak ada gangguan pada ginjal.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kadar kreatinin dalam
darah, diantaranya adalah :
 Perubahan massa otot.
 Diet kaya daging meningkatkan kadar kreatinin sampai beberapa jam
setelah makan.
 Aktivitas fisik yang berlebihan dapat meningkatkan kadar kreatinin darah.
 Obat – obatan seperti sefalosporin, aldacton, aspirin dan co – trimexazole
dapat mengganggu sekresi kreatinin sehingga meninggikan kadar kreatinin
darah.
 Kenaikan sekresi tubulus dan destruksi kreatinin internal.
 Usia dan jenis kelamin pada orang tua kadar kreatinin lebih tinggi
daripada orang muda, serta pada laki – laki kadar kreatinin lebih tinggi
daripada wanita.
I. Kesimpulan
Pemeriksaan kreatinin darah dapat menggunakan beberapa metode,
sebagai berikut : Jaffe reaction, dasar yang digunakan metode ini adalah
kreatinin dalam suasana alkalis dengan asam pikrat membentuk senyawa
kuning jingga dan menggunakan alat ukur photometer ; Kinetik, metode
ini relatif sama hanya dalam pengukuran dibutuhkan sekali pembacaan dan
alat yang digunakan autoanalyzer ; enzimatik darah , dasar metode ini
adalah adanya substrat dalam sampel bereaksi dengan enzim membentuk
senyawa substrat menggunakan alat photometer.
DAFTAR PUSTAKA

Baradero. 2009. Klien Gangguan Ginjal. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

Callaghan. 2006. At A Glance Sistem Renal. Jakarta: Erlangga.

Loho. 2016. Gambaran Kadar Ureum pada Pasien Penyakit Ginjal


Kronik Stadium 5 Non Dialisis.

Rubenstein, D., et al. 2007. Kedokteran Klinis. Jakarta: Erlangga.

Wilson. 2006. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.


Jakarta : Buku Kedokteran EGC.

Anda mungkin juga menyukai