Anda di halaman 1dari 6

Ginjal termasuk salah satu organ tubuh manusia yang vital.

Organ ini berperan penting dalam


metabolisme tubuh seperti fungsi ekskresi, keseimbangan air dan elektrolit, serta endokrin. Fungsi ginjal
secara keseluruhan didasarkan oleh fungsi nefron dan gangguan fungsi ginjal disebabkan oleh
menurunnya kerja nefron.

Fungsi ginjal secara keseluruhan didasarkan oleh fungsi nefron dan gangguan fungsinya disebabkan oleh
menurunnya kerja nefron. Beberapa pemeriksaan laboratorium telah dikembangkan untuk
mengevaluasi fungsi ginjal dan identifi kasi gangguannya sejak awal. Hal ini dapat membantu klinisi
untuk melakukan pencegahan dan penatalaksanaan lebih awal agar mencegah progresivitas gangguan
ginjal menjadi gagal ginjal.

FUNGSI GINJAL Pembuangan Non-protein Nitrogen Compound (NPN) Fungsi ekskresi NPN ini merupakan
fungsi utama ginjal. NPN adalah sisa hasil metabolisme tubuh dari asam nukleat, asam amino, dan
protein. Tiga zat hasil ekskresinya yaitu urea, kreatinin, dan asam urat.

Klirens Kreatinin Klirens suatu zat adalah volume plasma yang dibersihkan dari zat tersebut dalam waktu
tertentu. Klirens kreatinin dilaporkan dalam mL/menit dan dapat dikoreksi dengan luas permukaan
tubuh. Klirens kreatinin merupakan pengukuran GFR yang tidak absolut karena sebagian kecil kreatinin
direabsorpsi oleh tubulus ginjal dan sekitar 10% kreatinin urin disekresikan oleh tubulus. Namun,
pengukuran klirens kreatinin memberikan informasi mengenai perkiraan nilai GFR.

Keterangan:

Ccr : klirens kreatinin

Ucr : kreatinin urin

Vur : volume urin dalam 24 jam

Pcr : kadar kreatinin serum

1,73/A : faktor luas permukaan tubuh

A adalah luas permukaan tubuh yang diukur dengan menggunakan tinggi dan berat tubuh. Luas
permukaan tubuh pasien bervariasi berdasarkan keadaan tertentu seperti obesitas ataupun anak-anak.

Nilai rujukan:

Laki-laki : 97 mL/menit – 137 mL/menit per 1,73 m2

Perempuan : 88 mL/menit – 128 mL/menit per 1,73 m2

Pengukuran klirens kreatinin dengan menggunakan perhitungan telah menjadi standar untuk
menentukan GFR. Perhitungannya tergantung pada kadar kreatinin serum dibandingkan dengan kadar
kreatinin urin yang diekskresikan dalam 24 jam. Pengumpulan bahan urin untuk pemeriksaan GFR
dilakukan dalam 24 jam. Wadah yang digunakan untuk pengumpulan urin sebaiknya bersih, kering, dan
bebas dari zat pengawet. Bahan urin yang dikumpulkan disimpan dalam refrigerator selama
pengumpulan sebelum diperiksakan. Volume urin yang dikumpulkan diukur keseluruhan untuk
kemudian dimasukkan ke dalam formula perhitungan.

The National Kidney Foundation merekomendasi bahwa estimated GFR (eGFR) dapat diperhitungkan
sesuai dengan kreatinin serum. Perhitungan GFR berdasarkan kreatinin serum, usia, ukuran tubuh, jenis
kelamin, dan ras tanpa membutuhkan kadar kreatinin urin menggunakan persamaan Cockcroft and
Gault.

Klirens kreatinin merupakan pemeriksaan yang mengukur kadar kreatinin yang difiltrasi di ginjal. GFR
dipergunakan untuk mengukur fungsi ginjal.1,18 The Abbreviated Modifi cation of Diet in Renal Disease
(MDRD) mempunyai persamaan untuk mengukur GFR dengan meliputi empat variabel, yaitu kreatinin
plasma, usia, jenis kelamin, dan ras.

Kreatinin dapat diukur dari plasma, serum, atau urin. Bahan pemeriksaan yang hemolisis dan ikterik
harus dihindari jika menggunakan metode Jaff e. Bahan pemeriksaan yang lipemik dapat mengganggu
perubahan warna yang terjadi saat reaksi berlangsung. Tidak diperlukan puasa untuk pemeriksaan
kreatinin karena tidak dipengaruhi oleh diet protein.

Kreatinin adalah produk akhir dari metabolisme kreatin. Kreatin sebagian besar dijumpai di otot rangka
tempat zat ini terlibat dalam penyimpanan energi sebagai kreatin fosfat (CP). Jumlah kreatinin yang
dihasilkan tergantung dengan masa otot. Kreatin fosfat diubah menjadi kreatinin dengan katalisasi
enzim kreatin kinase (CK) dalam sintesis Adenosin Triphospat (ATP) dari Adenosin Diphosphat (ADP).
Sejumlah kecil kreatin diubah secara irreversibel menjadi kreatinin, yang akan dikeluarkan oleh ginjal
(Sacher dan McPherson, 2004).

Klirens suatu zat adalah membersihkan plasma atau serum dari zat tersebut dalam waktu tertentu.
Klirens kreatini adalah pengukuran Laju Filtrasi Glomerulus (GFR) yang tidak absolut karena sebagian
kecil kreatinin direabsorpsi oleh tubulus ginjal dan kurang lebih 10% kreatinin urin disekresikan oleh
tubulus. Satuan klirens kreatinin adalah mL/menit (Verdiansyah, 2016). Untuk melakkan pemeriksaan
ini, cukup mengumpulkan spesimen urin 24 jam dan spesimen darah yang diambil 24 jam yang sama
(Price dan Wilson, 2005).

Metode pemeriksaan

1) Metode Jaffe
Metode Jaffe pertama kali ditemukan oleh M. Jaffe pada tahun 1886. Metode ini dilakukan
dengan cara mereaksikan kreatinin dalam serum dengan asam pikrat dalam suasana basa
sehingga menghasilkan kompleks pikrat-kreatinin yang berwarna orange. Kompleks pikrat-
kreatinin ini kemudian dianalisis dengan cara spektrofotometri pada panjang gelombang 485
nm. Bahan pemeriksaan berupa serum yang mengalami lipemik, ikterik dan hemolisis tidak
boleh digunakan untuk pemeriksaan kreatinin metode Jaffe dikarenakan dapat mengganggu
perubahan warna yang terjadi saat reaksi berlangsung. Kandungan bilirubin yang tinggi dalam
serum ikterik dapat menurunkan kadar kreatinin pada metode Jaffe maupun metode enzimatik.
Kreatinin + Asam pikrat  Kreatinin pikrat
2) Metode Enzimatik
Menurut Drion, dkk., (2012) melaporkan bahwa teknik enzimatik memberikan hasil yang lebih
akurat daripada metode Jaffe sehingga teknik enzimatik lebih spesifik dan lebih dipilih untuk
praktek klinis. Metode enzimatik memiliki kelemahan yaitu biaya pemeriksaan metode
enzimatik mahal dan masa pakai dari sensor enzimatik terbatas, bergantung pada aktivitas
enzim tersebut.

Nilai Rujukan kadar Kreatinin metode Jaffe dan metode Enzimatik.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kadar kreatinin antara lain :

1) Konsumsi obat tertentu sehingga dapat meningkatkan kadar kreatinin. Obat yang dapat berpengaruh
antara lain : amfoterisin B, sefalosporin, sefalotin, gentamisin, kanamisin, metisilin, asam askorbat,
barbiturat, litium karbonat, mitramisin, metildopa (Kee, 2008). Pasien yang meminum antibiotik
sefalosporin dapat menyebabkan kadar kreatinin menjadi tinggi palsu. Sedangkan, obat dopamine juga
memberikan hasil kradar kreatinin tinggi palsu (Verdiansyah, 2016).

2) Syok berkepanjangan

3) Penurunan GFR Glomerulo Filtration Rate) juga menjadi penyebab peningkatan kreatinin plasma yang
bersumber dari post renal-pre renal : a) Gangguan fungsi ginjal. b) Hilangnya fungsi nefron. c)
Peningkatan tekanan pada sisi tabung nefron.

Kreatinin adalah produk protein otot yang merupakan hasil akhirmetabolisme otot yang dilepaskan dari
otot dengan kecepatan hampir konstandan diekskresi dalam urin dengan kecepatan yang sama.
Kreatinin diekskresikan oleh ginjal melalui kombinasi filtrasi dan sekresi, konsentrasinya relatif sama
dalam plasma hari ke hari, kadar yang lebih besar dari nilai normal mengisyaratkan adanya gangguan
fungsi ginjal (Corwin J.E, 2001).
Faktor yang mempengaruhi kadar kreatinin

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kadar kreatinin dalam darah, diantaranya adalah

1. Perubahan massa otot


2. Diet kaya daging meningkatkan kadar kreatinin sampai beberapa jamsetelah makan
3. Aktifitas fisik yang berkebihan dapat meningkatkan kadar kreatinin darah
4. Obat-obatan seperti sefalosporin, aldacton, aspirin dan co-trimexazole dapat mengganggu
sekresi kreatinin sehingga meninggikan kadar kreatinin darah
5. Kenaikan sekresi tubulus dan destruksi kreatinin internal
6. Usia dan jenis kelamin pada orang tua kadar kreatinin lebih tinggi daripada orang muda, serta
pada laki-laki kadar kreatinin lebih tinggi daripada wanita.

Kreatinin klirens untuk mengukur berapa banyak kreatinin yang dibersihkanoleh tubuh, atau
seberapa baik fungsi penyaringan filter. Kreatinin Klirens adalah kombinasi dari pemeriksaan urin
dan darah. Nilai kreatinin klirens normal untuk pria adalah antara 97-137 mililiter per menit, dan
nilai normal pada wanita adalah 88-128 mililiter per menit.

Nilai normal Klirens kreatinin secara umum :

Derajat kegagalan ginjal Klirens kreatinin (ml/menit)


Normal >80
Ringan 57 – 79
Moderat 10 – 49
Berat <10
Anuria 0

APLIKASI KLINIS KREATININ

Aplikasi klinis kreatinin seperti dibawah ini :

• Konsentrasi kreatinin serum meningkat pada gangguan fungsi ginjal baik karena gangguan fungsi
ginjal disebabkan oleh nefritis, penyumbatan saluran urine, penyakit otot atau dehidrasi akut

• Konsentrasi kreatinin serum menurun akibat distropi otot, atropi, malnutrisi atau penurunan masa
otot akibat penuaan

• Obat-obat seperti asam askorbat, simetidin, levodopa dan metildopa dapat mempengaruhi nilai
kreatinin pada pengukuran laboratorium walaupun tidak berarti ada gangguan fungsi ginjal

• Nilai kreatinin boleh jadi normal meskipun terjadi gangguan fungsi ginjal pada pasien lanjut usia
(lansia) dan pasien malnutrisi akibat penurunan masa otot

• Kreatinin mempunyai waktu paruh sekitar satu hari. Oleh karena itu diperlukan waktu beberapa
hari hingga kadar kreatinin mencapai kadar normal untuk mendeteksi perbaikan fungsi ginjal yang
signifikan.

Faktor yang mempengaruhi pemeriksaan kreatinin


Pemeriksaan laboratorium membutuhkan ketelitian dan ketepatan yang tinggi. Akurasi hasil
pemeriksaan kadar kreatinin sangat tergantung dari ketepatan perlakuan pada tahap pra analitik, tahap
analitik dan paska analitik.

1. Faktor Pra Analitik

a. Persiapan pasien

Sebelum pengambilan sampel sebaiknya pasien menghindari aktifitas fisik yang berlebihan. Mencegah
asupan makanan yang mengandung protein tinggi dan lemak yang mengakibatkan sampel lipemik,
karena mengganggu interpreatsi hasil pemeriksaan.

b. Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel sering terjadi kesalahan, menyebabkan sampel darah yang hemolisis akan
memberikan hasil tinggi palsu pada pemeriksaan kadar kreatinin.

c. Penanganan Sampel Preparasi dalam pemisahan serum dari bekuan darah harus dilakukan dengan
cara yang benar, sehingga diperoleh sampel bermutu baik. Potensi kesalahan yang sering muncul pada
tahap ini adalah kesalahan kecepatan (rpm) saat sentrifuge, pemisahan serum sebelum darah benar-
benar membeku mengakibatkan terjadinya hemolisis, dan serum yang menjedal mengakibatkan kadar
kreatinin tinggi.

2. Faktor Analitik

Faktor analitik relatif lebih mudah dikendalikan oleh petugas laboratorium karena terjadi di ruang
pemeriksaan. Faktor ini dipengaruhi oleh keadaan alat, reagen, dan pemeriksaannya sendiri. Proses
memerlukan pengawasan instrumen dan faktor manusia juga ikut menentukan.

3. Faktor Pasca Analitik

Pencatatan hasil pemeriksaan, perhitungan, dan pelaporan merupakan akhir dari proses pemeriksaan
ini.

Klirens kreatinin adalah la"u bersihan kreatinin menggambarkan olume  plasma darah ang dibersihkan
dari kreatinin melalui iltrasi gin"al per menit. ersihan kreatinin biasana dinatakan dalam mililiter per
menit. (arena kreatinin dieliminasi dari tubuh terutama melalui iltrasi gin"al% maka menurunna
kiner"a gin"al akan men ebabkan peningkatan kreatinin serum akibat berkurangn a la"u bersihan
kreatinin. ,osis obat perlu diukur berdasarkan ungsi gin"al. &emakin buruk ungsi gin"al% akan
semakin rendah pula dosis ang dibutuhkan% untuk itu pemeriksaan ungsi gin"al amatlah  penting.
emeriksaan ang biasa digunakan sebagai acuan adalah pemeriksaan

Pemeriksaan kreatinin darah dengan kreatinin urin bisa digunakan untukmenilai kemampuan laju filtrasi
glomerolus, yaitu dengan melakukan tes klirens. Selain itu tinggi rendahnya kadar kreatinin darah juga
memberi gambarantentang berat ringannya gangguan fungsi ginjal. Hemodialisis dilakukan
padagangguan fungsi ginjal yang berat yaitu jika kadar kreatinin lebih dari 7 mg / dL serum.
Pada penelitian ini pada kelompok dengan fungsi ginjal normal didapatkan kadar kreatinin serum dan
klirens kreatinin dipengaruhi oleh jenis kelamin, umur dan indeks masa tubuh. Hal ini disebabkan karena
banyak faktor yang mempengaruhi sensitivitas, spesifisitas dan ketepatan pemeriksaan kreatinin sebagai
zat endogen untuk perkiraan GFR. Faktor tersebut antara lain pengaruh masa otot pada produksi
kreatinin, sehingga pada orang usia lanjut kadar kreatinin cenderung rendah karena berkurangnya masa
otot dan pada perempuan indeks masa tubuhnya lebih kecil dibandingkan laki-laki sehingga hasil
kreatinin pada perempuan juga lebih rendah. GFR akan menurun sesuai dengan peningkatan usia
seseorang. Penurunan GFR bervariasi, kira-kira 1 mL/menit/tahun.

Lestari, Y D. 2017. Kreatinin. [pdf online] http://repository.unimus.ac.id/1167/3/BAB%20II.pdf. Diakses


pada tanggal 8 April 2020.

Halawiya, Wiya. 2016. Kreatinin. [pdf online] https://www.academia.edu/26103008/KREATININ. Diakses


pada tanggal 8 April 2020.

Verdiansah. 2016. Pemeriksaan Fungsi Ginjal. CDK-237, vol(43) no(2), 149-154.

Pusparini. 2007. Perbandingan Cystatin C Dengan Parameter Uji Fungsi Ginjal Lainnya. Indonesian
Journal Of Clinical Pathology And Medical Laboratory, vol(14) no(1), 16-19.

Ruqbah, Gina. 2014.

Anda mungkin juga menyukai