Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kulit merupakan bagian tubuh yang paling banyak berhubungan dengan
lingkungan, sehingga pada kulit tersebut ditemukan jasad renik berasal dari
tanah, air atau udara sebagai penghuni sementara. Jasad renik utama yang
biasa terdapat pada kulit adalah Staphylococcus albus non-hemolitik aerob
dan anaerob, basil berspora aerob, gram positif yang biasa terdapat pada air,
tanah dan udara, Streptococcus viridis dan Enterococcus, basil koliform,
gram negatif. Jamur dan ragi sering ditemukan pada lipatan kulit.
Salah satu proses penyakit infeksi yang paling sering ditemukan adalah
produksi eksudat purulent (kadang seropuluren) sebagai akibat invasi bakteri
pada kavitas (rongga), jaringan atau organ tubuh. Infeksi demikian mungkin
merupakan jerawat yang relative sederhana dan tidak berbahaya, atau
serangkaian kantung-kantung pus (nanah) yang ditemukan dalam abses pada
satu lokasi anatomis atau lebih.
Semua bakteri yang merupakan bagian flora normal atau yang
mendapatkan jalan masuk ke dalam tubuh, mungkin terlibat dalam produksi
eksudat. Beberapa jamur, khususnya yang mampu berkembang biak dalam
jaringan tubuh, juga dapat terlibat dalam produksi eksudat. Patogen yang
diperkirakan : Enterobacteriae, Propinibacterium, Staphylococcus sp,
Streptococcus sp, Pseudumonas sp, Pasteurella multocida, Clostridium
perfringens, Bacteriodes dan anaerob obligat lain, Bacillus antharcis bakteri
non-fermenter lainnya.
Isolasi adalah proses memisahkan mikroba yang berasal dari lingkungan
dan menumbuhkan sebagi kultur murni dalam suatu medium pembiakan.
Identifikasi adalah pencirian suatu mikroba berdasarkan ciri morfologi,
fisiologi dan reaksi biokimia.
Pembiakan adalah suatu proses memperbanyak organisme dengan
menyediakan kondisi lingkungan yang cocok. Mikroorganisme yang sedang
tumbuh, membuat replica dirinya sendiri, dan memerlukan unsur – unsur
yang terdapat dalam komposisi kimia tubuh mikroorganisme tersebut. Faktor-
faktor yang harus dikontrol selama pertumbuhan meliputi nutrient, pH, suhu,
aerasi, konsentrasi garan dan kekuatan ionikmedium.
Identifikasi, proses identifikasi bakteri secara konvensional berdasarkan
faktor fenotip bakteri seperti pewarnaan gram, morfologi koloni dan aktivitas
enzim seringkali tidak bersifat statis dan dapat berubah seiring dengan
jalannya evolusi. Kesalahan identifikasi sering kali terjadi dikarenakan
hadirnya karakteristik fenotip bakteri yang tidak bisa atau kurangnya
pengalaman dalam menginterpretasikan data karakter fenotip
Adapun yang melatar belakangi praktikum ini yaitu agar praktikan atau
mahasiswa dapat menambah wawasan pengetahuan dalam melakukan
praktikum identifikasi bakteri penyebab infeksi pada kulit normal maupun
tidak normal.
B. Rumusan Masalah
1. Bakteri apa sajakah yang dapat menginfeksi kulit?
2. Berapa jenis media apa sajakah yang dipakai untuk identifikasi bakteri
pada kulit?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui bakteri yang tumbuh termasuk dalam bakteri gram
positif atau negatif
2. Untuk mengetahui jenis media yang digunakan dalam isolasi bakteri dan
media yang dipakai dalam uji biokima
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Kulit
Kulit secara konstan berhubungan dengan bakteri dari udara atau dari
benda-benda, tetapi kebanyakan bakteri ini tidak tumbuh pada kulit karena
kulit tidak sesuai untuk pertumbuhannya. Kulit mempunyai keragaman yang
luas dalam hal struktur dan fungsi ekologis selektif, untuk menentukan tipe
dan jumlah mikroorganisme yang terdapat pada setiap situs kulit, (Irianto,
2006).
Pada umumnya beberapa bakteri yang ada pada kulit mampu bertahan
hidup lama karena kulit mengeluarkan substansi bakterisida. Sebagai contoh,
kelenjar keringat mengekskresikan lisozim, suatu enzim yang dapat
menghancurkan dinding sel bakteri. Kelenjar lemak mengekskresikan lipid
yang kompleks, yang mungkin diuraikan sebagian oleh beberapa bakteri,
asam-asam lemak yang dihasilkannya sangat beracun bagi bakteri-bakteri lain,
(Irianto, 2006).
Kulit merupakan bagian tubuh yang paling banyak berhubungan dengan
lingkungan, sehingga pada kulit tersebut ditemukan jasad renik berasal dari
tanah, air atau udara sebagai penghuni sementara. Jasad renik utama yang
biasa terdapat pada kulit adalah Staphylococcus albus non-hemolitik aerob
dan anaerob, basil berspora aerob, gram positif yang biasa terdapat pada air,
tanah dan udara, Streptococcus viridis dan Enterococcus, basil koliform,
gram negatif. Jamur dan ragi sering ditemukan pada lipatan kulit,
(Misnadiarly, 2014).
B. Definisi Bakteri
1. Pengertian Bakteri
Bakteri merupakan organisme yang berjumlah paling banyak dan
tersebar luas di bandingkan makhluk hidup lain dimuka bumi. Bakteri
memiliki ratusan ribu spesies yang hidup di darat hingga laut. Bakteri
merupakan organisme uniseluler, prokariotik, dan umumnya tidak
memiliki klorofil. Ukuran bakteri beragam, dari yang berdiameter 0,12
mikron hingga yang memiliki panjang ratusan mikron, (Yusdiani,dkk.,
2016).
2. Struktur Bakteri
Menurut Yusdiani, dkk mengemukakan bahwa struktur bakteri terdiri
sebagai berikut:
a) Inti sel (nucleus), badan inti tidak memiliki dinding dinding
inti/membrane inti. Di dalamnya terdapat benang DNA (kromosom)
dengan panjang 1 mm.
b) Sitoplasma, tidak memiliki mitokondria atau kloroplas sehingga
enzim untuk transport electron bekerja di membrane sel.
c) Membran plasma, adalah membrane yang menyelubungi sitoplasma.
Terdiri atas fosfolipid dan protein. Berfungsi sebagai transport bahan
makanan, tempat transport electron, biosintesis DNA dan
kemotaktik.
d) Dinding sel, terdiri dari lapisan peptidoglikan (lapisan
murein/mukopeptida) dan lipid. Berfungsi menjaga tekanan osmotic,
pembelahan sel, biosintesis, beberapa lapisan tertentu pada dinding
sel merupakan determinan dari antigen permukaan bakteri.
e) Ribosom adalah organel yang tersebar dalam sitoplasma, tersusun
atas protein dan RNA.
f) Kapsul, merupakan polimer ekstrasel (umumnya polisakarida) yang
disintesis oleh beberapa spesies bakteri. Kuman berkapsul tahan
terhadap efek fagositosis dari daya pertahanan tubuh hospes.
g) Flagel, merupakan alat gerak bakteri
h) Pili (fimbriae), merupakan rambut pendek dan keras di sekeliling
badan sel bakteri.
i) Endospora, beberapa genus dapat membentuk endospore. Bakteri ini
mengadakan diferensiasi membentuk spora jika keadaan lingkungan
menjadi buruk. Spora bersifat sangat resisten terhadap panas,
kekeringan dan zat kimiawi.
3. Bentuk Bakteri
Bakteri berbentuk bulat dapat berupa monokokus (sendiri atau
tunggal), diplokokus (berpasang dua-dua atau dua sel bakteri kokus
berdempetan), tetrakokus (empat sel bakteri berdempetan berbentuk segi
empat), sarkina (delapan sel bakteri kokus berdempetan membentuk
kubus), streptokkokus (lebih dari empat sel bakteri kokus berdempetan
membentuk rantai), dan stafilokokus (lebih dari empat sel bakteri kokus
berdempetan seperti buah anggur), (Yusdiani,dkk., 2016).
Bentuk bakteri batang, panjang beragam dari 1-2 kali diameter
bakteri tersebut. Ada tida jenis, yaitu monobasil (berupa sel bakteri basil
tunggal), diplobasil (berupa dua sel bakteri basil berdempetan), dan
streptobasil (beberapa sel bakteri basil berdempetan membentuk rantai),
(Yusdiani,dkk., 2016).
Bentuk berbentuk spiral terdiri atas vibrio (berbentuk batang
bengkok), spirilum (berbentuk spiral kasar dan kaku, tidak fleksibel, dan
dapat bergerak dengan flagel), dan spiroseta (berbentuk spiral halus,
elastis, dan fleksibel, serta dapat bergerak dengan aksial filament),
(Yusdiani,dkk., 2016).
4. Pertumbuhan dan perkembangan bakteri
Bakteri dapat tumbuh dan berkembang biak dengan cepat jika
keadaan menguntungkan. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan bakteri, yaitu suhu, pH, konsenttrasi garam, sumber nutrisi,
zat sisa metabo;isme, dan zat kimia. Jika faktor tersebut seimbang akan
terjadi pertumbuhan bakteri. Pertumbuhan bakteri dibagi menjadi empat
fase yaitu fase adaptasi, fase pertumbuhan, fase stasioner dan fase
kematian, (Yusdiani,dkk., 2016).
C. Infeksi Pada Kulit
Infeksi piogenik merupakan infeksi yang ditandai dengan terjadinya
peradangan lokal yang parah dan biasanya dengan pembentukan nanah (pus).
Infeksi piogenik dikarenakan adanya invasi dan multiplikasi mikroorganisme
pathogen di jaringan sehingga mengakibatkan luka pada jaringan dan berlanjut
menjadi penyakit, memlalui berbagai mekanisme seluler dan umunya
disebabkan oleh salah satu kuman piogenik, (Ekawati, dkk., 2018).
Infeksi piogenik menyebabkan beberapa penyakit umum, diantaranya
impetigo, osteomyelitis, sepis, artritis septik, spondylodiscitis, otitis media,
sistitis dan meningitis. Infeksi piogenik menghancurkan neutrophil melalui
pelepasan leukosidin sehingga terbentuk abses. Hal tersebut merupakan ciri
khas infeksi yang disebabkan oleh Staphylococcus aureus, (Ekawati, dkk.,
2018).
Komplikasi yang timbul dari infeksi kulit dan jaringan lunak karena
Staphylococcus aureus merupakan masalah klinis yang utama. Hal ini
dikarenakan tingginya kejadian infeksi dan munculnya strain kuman resisten
antibiotic secara luas. Oleh karena itu kuman yang menghasilkan leukosidin
disebut sebagai kuman piogenik, (Ekawati, dkk., 2018).
Luka infeksi pada permukaan kulit mudah dikolonisasi oleh berbagai
macam organisme. Beberapa penilitian menunjukkan adanya beberapa
macam kuman berbeda yang di isolasi dari pasien yang tinggal di area dengan
geografis berbeda. Mikroorganisme penyebab radang adalah golongan kuman
piogenik, (Ekawati, dkk., 2018).
D. Bakteri Patogen Pada Kulit
Staphylococcus aureus merupakan bakteri gram positif berbentuk bulat
berdiameter 0,7 – 1,2 µm, tersusun dalam kelompok-kelompok yang tidak
teratur menyerupai buah anggur, fakultatif anaerob, tidakmembentuk spora,
dan tidak bergerak. Staphylococcus aureus membentuk koloni berwarna abu-
abu hingga kuning emas tua. Selain itu, bakteri ini memberi hasil positif uji
katalase dan uji koagulase, memfermentasikan glukosa dalam keadaan
anaerobic fakultatif dan membentuk asam dari fermentasi manitol secara
anaerobic, (Kuswiyanti, 2016).
Pada manusia, Staphylococcus aureus menyebabkan lesi permukaan pada
kulit, yang tampak seperti lepuhan dan furunkonlosis. Bisul atau ebses
setempat, seperti jerawat dan borok, merupakan infeksi kulit di daerah folikel
rambut, kelenjar sebasea, atau kelenjar keringat. Kontaminasi langsung S.
aureus pada luka terbuka (seperti luka pasca bedah) atau infeksi setelah
trauma, seperti osteomyelitis kronis setelah fraktur terbuka dan meningitis
setelah fraktur tengkorak, merupakan penyebab infeksi nosocomial,
(Kuswiyanti, 2016).
Staphylococcus albus disebut juga dengan S. epidermis, yaitu spesies yang
tergolong koagulase-negatif. Kendati merupakan flora normal kulit,
Staphylococcus dapat menyebabkan infeksi parah pada kondisi kekebalan
pasien rendah dan dapat masuk ke dalam darah halus bawah kulit,
(Kuswiyati, 2016).
Bakteri ini secara alami hidup pada kulit dan membrane mukosa manusia.
Infeksi Staphylococcus epidermis dapat terjadi karena bakteri ini membentuk
biofilm pada alat-alat medis di rumah sakit dan menulari orang-orang di
lingkungan rumah sakit tersebut disebut infeksi nosokomial. Secara klinis
bakteri ini menyerang individu yang rentan atau imunitas rendah, seperti
penderita AIDS, pasien kritis, pengguna obat terlarang (narkotika), bayi baru
lahir, dan pasien rumah sakit yang di rawat dalam waktu lama, (Kuswiyanti,
2016).
Organisme ini menghasilkan lender glikokalis yang bertindak sebagai
kapsul atau pelindung yang menyebabkan resisten terhadap fagositosif dan
antibiotic. S. epidermidis dapat bertahan di permukaan yang kering untuk
waktu yang lama. S. epidermidis hidup sebagai parasite pada manusia dan
hewan panas lainnya, (Kuswiyanti, 2016).
E. Metode Identifikasi Bakteri Pada Kulit
1. Isolasi
Isolasi mikroba adalah memisahkan satu jenis mikroba dengan
mikroba lain yang berasal dari campuran bermacam-macam mikroba. Hal
ini dapat dilakukan dengan menumbuhkan dalam media padat, sel-sel
mikroba akan membentuk koloni sel yang tetap pada tempatnya. Beberapa
cara atau metode untuk memperoleh biakan murni dari suatu biakan
campuran. Dua diantaranya yang paling sering digunakan adalah metode
cawan gores dan metode cawan tuang. Yang didasarkan pada prinsip
pengenceran dengan maksud untuk memperoleh spesies individu. Dengan
anggapan bahwa setiap koloni dapat terpisah dari satu jenis sel yang dapat
diamati, (Sabbathini, dkk., 2017).
2. Media
Media adalah bahan campuran yang terdiri dari bahan bakar organik
(terdiri dari makanan) dan anorganik. Media identifikasi asalah suatu
pembenihan yang digunakan untuk identifikasi suatu mikroorganisme.
Media berisi bahan-bahan yang berdasarkan fungsinya: nutrisi: protein/
peptide/ asam amino, energy: bahan yang dipakai adalah KH (glukosa),
logam dan mineral: natrium, kalium, kalsium, magnesium, besi, buffer:
fosfat, sitrat, asetat, indikator : BTB, bahan selektif: misalnya antibiotika,
dan gelling agent: Agar, (Kurniawan, 2017).
3. Media Pembenihan
Menurut Kurniawan, 2017 mengemukakan bahwa klasifikasi media
pembenihan berdasarkan (wujud) dibagi menjadi 3, yaitu:
a. Media cair (liqid)
Medium cair digunakan sebagai pembenihan dengan tujuan
memperkaya sebelum disebarkan pada media padat dan tidak cocok
gunakan untuk memperoleh biakan murni, juga tidak dapat digunakan
untukmempelajari koloni kuman. Misalnya: kaldu: cairan jernih
tembus cahaya dan berwarna kekuningan dibuat dari ekstrak daging,
nutrient broth, media gula-gula.
b. Media padat (solid)
Medium padat digunakan untuk mempelajari koloni bakteri, dan
penting dalam menginokulasikan bakteri untuk mendapatkan biakan
murni.
c. Media setengan padat (semisolid)
Media semisolid adalah media dengan penambahan zat pemadat
hanya 50% atau kurang dari yang seharusnya. Umumnya diperlukan
untuk pertumbuhan mikroba yang banyak memerlukan kandungan air,
dan untuk melihat motilitas bakteri.
4. Fungsi Media
Menurut Kurniawan, 2017 mengemukakan bahwa fungsi media dibagi
menjadi 4 jenis yaitu:
a. Media transport, melindungi bakteri agar tetap hidup apabila
pemeriksaan terpaksa ditunda. Misalnya Rectal swab, pus/ luka, swab
tenggorokan. Contoh: media cary and blair, media amies (media
transport bakteri gram +), media stuart (bakteri gram negative).
b. Media pemupuk, media yang menguntungkan pertumbuhan kuman-
kuman tertentu karena mengandung bahan-bahan tambahan atau
bahan penghambat yang menekan tumbuhnya competitor. Contoh:
media NaCl broth untuk bakteri Staphylococcus aureus, pepton alkali
untuk bakteri Vibrio cholera.
c. Media diferensial, media yang karena adanya komposisi kimiawi
dapat memberikan ciri khas pada genus kuman tertentu. Contoh:
media Mac Conkey unrtuk membedakan kuman-kuman yang meragi
laktosa dan kuman yang tidak meragi laktosa, media KIA: meragi
laktosa dan glukosa serta pembentukan H2S.
d. Media selektif, adalah media yang kompleks yang sangat selektif
terhadap kuman-kuman tertentu, contoh: TCBS untuk bakteri Vibrio
cholera, SSA untuk bakteri Salmonella sp dan Sahigella sp.
5. Uji Biokimia Untuk Identifikasi Kuman
Menurut Kurniawan, 2017 mengemukakan beberapa uji biokimia
untuk identifikasi bakteri yaitu:
a. Uji fermentasi Gula-gula, uji fermentasi gula-gula adalah media cair
yang terdiri dari pembenihan gula-gula (karbohidrat) seperti glukosa,
maltose, manosa, laktosa dan sukrosa dengan kadar 1% dengan
indikator BTB atau phenol red. Tujuan untuk melihat kemampuan
bakteri dalam memfermentasikan jenis karbohidrat tertentu yang
ditandai dengan terjadinya perubahan pH menjadi asam atau asam gas
yang dapat dilate dengan perubahan warna.
b. Uji Indol, untuk mengetahui kemampuan bakteri dalam memecah
asam amino triptofan menjadi indol.
c. Media MR, untuk mengetahui kemampuan bakteri dalam
membentuk asam campuran.
d. Media VP, untuk mengetahui kemampuan bakteri dalam
menghasilkan esetil, metil, karbinol (asetoin).
e. Uji sitrat, adalah menentukan apakah suatu organisme dapat
menggunakan sitrat sebagai satu-satunya sumber karbon untuk
metabolism dengan menghasilkan suasana asam.
f. Uji Urea, untuk mengetahui kemampuan bakteri dalam memecah
urea menjadi amoniak (NH3) dan CO2 dengan bantuan enzim
urease.
g. Uji pencairan gelatin, untuk menentukan kemampuan
mikroorganisme untuk membentuk enzim semacam proteolitik
(gelatinase) yang mencairkan gelatin.
h. Uji hydrogen sulfide, untuk menentukan apakah dilepaskan H2S
(oleh kerja enzim) dari suatu asam amino yang mengandung
belerang (sulfur) yang membentuk warna hitam yang dapat dilate.
i. Tes katalase, untuk mengetahui bakteri menghasilkan enzim
katalase atau tidak dan untuk membedakan bakteri Staphylococcus
dan Streptococcus.
j. Tes koagulase, untuk mengetahui apakah bakteri menghasilkan
enzim koagulase atau tidak dan membedakan bakteri pathogen dan
nonpatogen,
BAB III
METODE PRAKTIKUM
A. Waktu dan Tempat
1. Waktu
Adapun waktu dilaksanakannya praktikum isolasi dan identifikasi
bakteri pada kulit yaitu:
Hari : Sabtu
Tanggal : 4 Desember 2019
Pukul : 10.00 – 13.00 WITA
2. Tempat
Adapun tempat dilaksanakannya praktikum isolasi dan identifikasi
bakteri pada kulit yaitu di Laboratorium Mikrobiologi, Gedung D Lantai
1 Universitas Megarezky Makassar.
B. Alat dan Bahan
1. Alat
Adapun alat yang digunakan pada praktikum isolasi dan
identifikasi bakteri yaitu inkubator, objek glass, bunsen, kaki tiga,
mikroskop, ose bulat, ose lurus, cawan petri, neraca digital, autoclave,
laminari air flow, gelas kimia, tabung reaksi, dan rak tabung
2. Bahan
Adapun bahan yang digunakan pada praktikum ini yaitu media
sampel jerawat, katenbat, Mac Conkay (MAC), media Blood Agar Plate
(BAP), media Triple Sugar Iron Agar (TSIA), media biokimia meliputi,
(media Simmon sitrat Agar (SCA), media Motiliti Indol Ornitin (MIO),
media urea, media Methyl Red (MR), media Voges Proskauer (VP),
aquadest pH 7,2, pH 7, pH 6,8, darah 10 ml, larutan KOH 40 %, napthol
5 %, methyl red, Hcl 10 %, plastik bening, kristal violet, safranin, lugol,
alkohol 96 %, bubuk BAP 5 gram, bubuk MAC 6,25 gram, bubuk TSIA
8,45 gram, bubuk MIO 2,63 gram, bubuk urea 2,82 gram, bubuk SCA
2,57 gram, bubuk MR dan VP sebanyak 2,8 gram dan kapas.
C. Cara Kerja
1. Pembuatan Media
Media Blood agar plate (BAP), disiapkan alat dan bahan yang akan
digunakan, kemudian disterilkan alat-alat yang akan digunakan pada
autoclave selama 15 menit dengan suhi 121o C, setelah itu ditimbang
bubuk media BAP sebanyak 5 gram menggunakan neraca digital dan
dimasukkan bubuk media yang telah ditimbang ke dalam erlenmeyer,
selanjutnya diukur pH aquadest 7,2 bila terlalu basa ditambahkan Hcl dan
bila terlalu asam ditambahkan KOH, kemudian dilarutkan bubuk media
dengan menambahkan aquadest sebanyak 125 ml dan dipanaskan pada
api bunsen sempai mendidih, selelah itu di sterilisasi media pada
autoclave selama 15 menit dengan suhu 121o C, selanjutnya dikeluarkan
media dari autoclavedan di dinginkan, langkah berikutnya diambil darah
sebanyak 10 ml dan dimasukkan kedalam gelas kimia dihomogenkan
sampai lisis, lalu dimasukkan kedalam erlenmeyer yang berisi media
sebanyak 10 ml yang di aduk dengan menggunakan batang pengaduk
hingga tercampur, berikutnya dimasukkan media BAP ke dalam cawan
petri yang telah disterilkan lalu dibiarkan media hingga memadat dan
setelah media memadat dimasukkan ke dalam kulkas dengan
membungkus media dengan menggunakan plastik bening.
Media Mac Conkay (MAC), disiapkan alat dan bahan yang akan
digunakan, kemudian disterilkan alat-alat yang akan digunakan pada
autoclave selama 15 menit dengan suhu 121o C, setelah itu ditimbang
bubuk media MCA sebanyak 6,25 gram menggunakan neraca digital dan
dimasukkan bubuk media yang telah ditimbang ke dalam erlenmeyer,
selanjutnya diukur pH aquadest 7,2 bila terlalu basa ditambahkan Hcl dan
bila terlalu asam ditambahkan KOH, kemudian dilarutkan bubuk media
dengan menambahkan aquadest sebanyak 125 ml dan dipanaskan pada
api bunsen sempai mendidih, selelah itu di sterilisasi media pada
autoclave selama 15 menit dengan suhu 121o C, selanjutnya dikeluarkan
media dari autoclave, berikutnya dimasukkan media MCA ke dalam
cawan petri yang telah disterilkan lalu dibiarkan media hingga memadat
dan setelah media memadat dimasukkan kedalam kulkas dengan
membungus media menggunakan plastik bening.
Media Triple Sugar Iron Agar (TSIA), disiapkan alat dan bahan
yang akan digunakan, kemudian disterilkan alat-alat yang akan
digunakan pada autoclave selama 15 menit dengan suhu 121o C, setelah
itu ditimbang bubuk media TSIA sebanyak 8,45 gram menggunakan
neraca digital dan dimasukkan bubuk media yang telah ditimbang ke
dalam erlenmeyer, selanjutnya diukur pH aquadest 7,2 bila terlalu basa
ditambahkan Hcl dan bila terlalu asam ditambahkan KOH, kemudian
dilarutkan bubuk media dengan menambahkan aquadest sebanyak 130 ml
dan dipanaskan pada api bunsen sempai mendidih, selelah itu di
sterilisasi media pada autoclave selama 15 menit dengan suhu 121o C,
selanjutnya dikeluarkan media dari autoclave, berikutnya dimasukkan
media TSIA ke dalam tabung reaksi telah disterilkan dengan cara
dimiringkan lalu dibiarkan media hingga memadat dan setelah media
memadat dimasukkan kedalam kulkas dengan membungus media
menggunakan plastik bening.
Media Motiliti Indol Ornitin (MIO), disiapkan alat dan bahan yang
akan digunakan, kemudian disterilkan alat-alat yang akan digunakan
pada autoclave selama 15 menit dengan suhu 121o C, setelah itu
ditimbang bubuk media MIO sebanyak 2,63 gram menggunakan neraca
digital dan dimasukkan bubuk media yang telah ditimbang ke dalam
erlenmeyer, selanjutnya diukur pH aquadest 6,5 bila terlalu basa
ditambahkan Hcl dan bila terlalu asam ditambahkan KOH, kemudian
dilarutkan bubuk media dengan menambahkan aquadest sebanyak 85 ml
dan dipanaskan pada api bunsen sempai mendidih, selelah itu di
sterilisasi media pada autoclave selama 15 menit dengan suhu 121o C,
selanjutnya dikeluarkan media dari autoclave, berikutnya dimasukkan
media MIO ke dalam tabung reaksi telah disterilkan lalu dibiarkan media
hingga memadat dan setelah media memadat dimasukkan kedalam
kulkas dengan membungus media menggunakan plastik bening.
Media Simmon Sitrat Agar (SCA), disiapkan alat dan bahan yang
akan digunakan, kemudian disterilkan alat-alat yang akan digunakan
pada autoclave selama 15 menit dengan suhu 121o C, setelah itu
ditimbang bubuk media SCA sebanyak 2,57 gram menggunakan neraca
digital dan dimasukkan bubuk media yang telah ditimbang ke dalam
erlenmeyer, selanjutnya diukur pH aquadest 7 bila terlalu basa
ditambahkan Hcl dan bila terlalu asam ditambahkan KOH, kemudian
dilarutkan bubuk media dengan menambahkan aquadest sebanyak 112 ml
dan dipanaskan pada api bunsen sempai mendidih, selelah itu di
sterilisasi media pada autoclave selama 15 menit dengan suhu 121o C,
selanjutnya dikeluarkan media dari autoclave, berikutnya dimasukkan
media SCA ke dalam tabung reaksi telah disterilkan lalu dibiarkan media
hingga memadat dalam keadaan dimiringkan dan setelah media memadat
dimasukkan kedalam kulkas dengan membungus media menggunakan
plastik bening.
Media Urea, disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan,
kemudian disterilkan alat-alat yang akan digunakan pada autoclave
selama 15 menit dengan suhu 121o C, setelah itu ditimbang bubuk media
Urea sebanyak 2,82 gram menggunakan neraca digital dan dimasukkan
bubuk media yang telah ditimbang ke dalam erlenmeyer, selanjutnya
diukur pH aquadest 6,8 bila terlalu basa ditambahkan Hcl dan bila terlalu
asam ditambahkan KOH, kemudian dilarutkan bubuk media dengan
menambahkan aquadest sebanyak 112 ml dan dipanaskan pada api
bunsen sempai mendidih, selelah itu di sterilisasi media pada autoclave
selama 15 menit dengan suhu 121o C, selanjutnya dikeluarkan media dari
autoclave, berikutnya dimasukkan media Urea ke dalam tabung reaksi
telah disterilkan lalu dibiarkan media hingga memadat dan setelah media
memadat dalam keadaan dimiringkan dimasukkan kedalam kulkas
dengan membungus media menggunakan plastik bening.
Media Voger Proskauer (VP), disiapkan alat dan bahan yang akan
digunakan, kemudian disterilkan alat-alat yang akan digunakan pada
autoclave selama 15 menit dengan suhu 121o C, setelah itu ditimbang
bubuk media VP sebanyak 2,8 gram menggunakan neraca digital dan
dimasukkan bubuk media yang telah ditimbang ke dalam erlenmeyer,
selanjutnya diukur pH aquadest 7 bila terlalu basa ditambahkan Hcl dan
bila terlalu asam ditambahkan KOH, kemudian dilarutkan bubuk media
dengan menambahkan aquadest sebanyak 165 ml dan dipanaskan pada
api bunsen sempai mendidih, selelah itu di sterilisasi media pada
autoclave selama 15 menit dengan suhu 121o C, selanjutnya dikeluarkan
media dari autoclave, berikutnya dimasukkan media VP ke dalam tabung
reaksi telah disterilkan lalu dibiarkan media hingga memadat dan setelah
media memadat dimasukkan kedalam kulkas dengan membungus media
menggunakan plastik bening.
Media Metyl Red (MR) disiapkan alat dan bahan yang akan
digunakan, kemudian disterilkan alat-alat yang akan digunakan pada
autoclave selama 15 menit dengan suhu 121o C, setelah itu ditimbang
bubuk media MR sebanyak 2,8 gram menggunakan neraca digital dan
dimasukkan bubuk media yang telah ditimbang ke dalam erlenmeyer,
selanjutnya diukur pH aquadest 7 bila terlalu basa ditambahkan Hcl dan
bila terlalu asam ditambahkan KOH, kemudian dilarutkan bubuk media
dengan menambahkan aquadest sebanyak 165 ml dan dipanaskan pada
api bunsen sempai mendidih, selelah itu di sterilisasi media pada
autoclave selama 15 menit dengan suhu 121o C, selanjutnya dikeluarkan
media dari autoclave, berikutnya dimasukkan media MR ke dalam
tabung reaksi telah disterilkan lalu dibiarkan media hingga memadat dan
setelah media memadat dimasukkan kedalam kulkas dengan membungus
media menggunakan plastik bening.
2. Isolasi Pada Media Mac Conkay (MAC) dan Blood Agar Plate (BAP)
Isolasi pada media Mac Conkay (MAC), disiapkan alat dan bahan
yang akan digunakan, kemudian diambil sampel kulit normal dan kulit
luka dengan metode streaking (goresan) sinambung menggunakan
katenbat, setelah itu diinkubasi pada suhu 37o C selama 24 – 48 jam
dengan suhu 37o C.
Isolasi sampel pada media Blood Agar Plate (BAP), disiapkan alat
dan bahan yang akan digunakan, kemudian sampel kulit normal dan kulit
luka dengan metode streaking (goresan) sinambung menggunakan
katenbat, setelah itu diinkubasi pada suhu 37o C selama 24 – 48 jam
dengan suhu 37o C.
3. Pengamatan Pada Media Mac Conkay (MAC) dan Blood Agar Plate
(BAP)
Pengamatan koloni yang tumbuh pada media Mac Conkay (MAC),
dikeluarkan media MAC yang telah diinkubasi selama 24 jam, setelah itu
diamati adanya koloni pada media tersebut, kemudian diamati jika media
memfermentasikan laktosa atau tidak dan dicatat hasil yang diperoleh.
Pengamatan koloni yang tumbuh pada media Blood Agar Plate
(BAP), dikeluarkan media BAP yang telah diinkubasi selama 24 jam,
setelah itu diamati adanya koloni pada media tersebut, kemudian diamati
jika terbentuk pelisisan (alfa, beta, gamma) dan dicatat hasil yang
diperoleh.
4. Pewarnaan Gram
Pewarnaan gram pada koloni media Mac Conkay (MAC),
disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan, setelah itu disterilkan
objek glass yang akan digunakan serta difiksasi ose sampai memijar,
kemudian diteteskan 1 tetes NaCl pada objek glass, selanjutnaya diambil
1 – 2 ose koloni yang tumbuh dan dibuat suspensi pada objek glass, lalu
difiksasi preparat diatas api bunsen, berikutnya ditetetskan kristal violet
1-2 tetes diamkan selama 1 menit dan cuci pada air mengalir, selanjutnya
diteteskan 1-2 tetes lugol diamkan selama 1 menit dan cuci pada air
mengalir, tahap berikutnya diteteskan 1-2 tetes alkohol 96 % diamkan
selama 30 detik dan cuci pada air mengalir, kemudian diteteskan 1 – 2
tetes safranin diamkan selama 1 menit dan bilas pada air mengalir,
setelah itu dikeringkan preparat, dan diamati dibawah mikroskop dengan
perbesaran 10x, 10x, dan 100x dengan penambahan oil emersi.
Pewarnaan gram pada koloni Media Blood Agar Plate (BAP),
disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan, setelah itu disterilkan
objek glass yang akan digunakan serta difiksasi ose sampai memijar,
kemudian diteteskan 1 tetes NaCl pada objek glass, selanjutnaya diambil
1 – 2 ose koloni yang tumbuh dan dibuat suspensi pada objek glass, lalu
difiksasi preparat diatas api bunsen, berikutnya ditetetskan kristal violet
1-2 tetes diamkan selama 1 menit dan cuci pada air mengalir, selanjutnya
diteteskan 1-2 tetes lugol diamkan selama 1 menit dan cuci pada air
mengalir, tahap berikutnya diteteskan 1-2 tetes alkohol 96 % diamkan
selama 30 detik dan cuci pada air mengalir, kemudian diteteskan 1 – 2
tetes safranin diamkan selama 1 menit dan bilas pada air mengalir,
setelah itu dikeringkan preparat, dan diamati dibawah mikroskop dengan
perbesaran 10x, 10x, dan 100x dengan penambahan oil emersi.
5. Inokulasi pada media Triple Sugar Iron Agar (TSIA)
Inokulasi koloni dari media Mac Conkay (MAC) ke media Triple
Sugar Iron Agar (TSIA), disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan,
kemudian diambil koloni yang tumbuh pada media MAC 1-2 ose
menggunakan ose lurusang telah dipijarkan, lalu dimasukkan ke dalam
media TSIA dengan cara ditusuk lurus pada bagian tengah dan jangan
sampai menyentuh dasar tabung serta dilakukan penggoresan,
selanjutnya diinkubasi media TSIA selama 24 jam dengan suhu 37o C.
Inokulasi koloni dari media Blood Agar Plate (BAP) ke media
Triple Sugar Iron Agar (TSIA), disiapkan alat dan bahan yang akan
digunakan, kemudian diambil koloni yang tumbuh pada media BAP 1-2
ose menggunakan ose lurus yang telah dipijarkan, lalu dimasukkan ke
dalam media TSIA dengan cara ditusuk lurus pada bagian tengah dan
jangan sampai menyentuh dasar tabung serta dilakukan penggoresan,
selanjutnya diinkubasi media TSIA selama 24 jam dengan suhu 37o C.
6. Pengamatan Pada Media Triple Sugar Iron Agar (TSIA)
Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan, kemudian
dikeluarkan media yang telah diinkubasi selama 24 jam dengan suhu 37o
C, setelah itu diamati adanya perubahan warna, pembentukan gas, H2S
pada media, dan dicatat hasil yang di dapatkan.
7. Isolasi Pada Media Uji Biokimia
Media Motiliti Indol Ornitin (MIO), disiapkan alat dan bahan yang
akan digunakan, Diambil Koloni dari media TSIA sebanyak 1-2 ose
lurus, kemudian dimasukkan ke dalam media MIO dengan cara ditusuk
pada bagian tegah dari media jangan sampai menyentuh dasar tabung,
dan diinkubasi selama 24 jam dengan suhu 37o C.
Media Simmon Sitrat Agar (SCA), disiapkan alat dan bahan yang
akan digunakan, diambil koloni dari media TSIA 1-2 ose, kemudian
dimasukkan ke media SCA dengan cara ditusuk pada bagian tengah
media jangan sampai menyentuh dasar tabung lalu dilakukan
penggoresan, dan diinkubasi selama 24 jam dengan suhu 37o C.
Media Urea, disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan,
diambil koloni dari media TSIA 1-2 ose, kemudian dimasukkan ke media
Urea dengan cara ditusuk pada bagian tengah media jangan sampai
menyentuh dasar tabung lalu dilakukan penggoresan, dan diinkubasi
selama 24 jam dengan suhu 37o C.
Media Voges Proskauer (VP), disiapkan alat dan bahan yang akan
digunakan, kemudian diambil 1 - 2 ose koloni pada media TSIA, setelah
itu dimasukkan ke media Voges Proskauer (VP) dengan cara diaduk -
aduk jangan sampai menyentuh dasar tabung, dan diinkubasi selama 24
jam dengan suhu 37o C.
Media Methyl Red (MR), disiapkan alat dan bahan yang akan
digunakan, kemudian diambil 1-2 ose koloni pada media TSIA, setelah
itu dimasukkan ke media Methyl Red (MR) dengan cara diaduk- aduk
jangan sampai menyentuh dasar tabung, dan diinkubasi selama 24 jam
dengan suhu 37o C.
8. Pengamatan Uji Biokimia
Media Motiliti Indol Ornitin, dikeluarkan media yang telah
diinkubasi selama 24 jam dengan suhu 37o C dan dilihat adanya ornitin
(perubahan warna) ungu menjadi kuning, motiliti (pergerakan bakteri)
bekas tusukan yang keruh dan berbentuk seperti akar, indol
(kemampuan bakteri membentuk cicin merah setelah penambahan
larutan kovach.
Media Simmon Sitrat Agar (SCA), dikeluarkan media yang telah
diinkubasi selama 24 jam dengan suhu 37o C dan diamati adanya
perubahan warna hijau menjadi biru pada media SCA.
Media Urea, dikeluarkan media yang telah diinkubasi selama 24
jam dengan suhu 37o C dan diamati adanya perubahan warna orange
menjadi merah muda pada media urea.
Media Voges Peoskaur, dikeluarkan media yang telah diinkubasi
selama 24 jam dengan suhu 37o C dan diamati adanya perubahan warna
kuning menjadi merah setelah penambahan larutan KOH 40 % dan
Napthol 5 %.
Media Methyl Red (MR), dikeluarkan media yang telah
diinkubasi selama 24 jam dengan suhu 37o C dan diamati adanya
perubahan warna kuning menjadi merah setelah penambahan larutan
methyl red.
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Hasil Praktikum
1. Tabel hasil pengamatan
NO Kode sampel BAP MAC
1. K.N α TT
2. K.L Gamma F

NO Kode Sampel P. Gram TSIA


1. K.N (BAP) (+) basil Alkali-Acid
(-) gas
(-) H2S
2. K.L (BAP) (+) basil Alkali-alkali
(-) gas
3. K.L (MAC) (-) coccus Alkali-alkali
(-) gas
(+) H2S

Uji Biokimia
NO Kode sampel MIO SCA UREA VP MR
1. K.N (BAP) Motiliti (+) (+) (-) (+)
(+)
Indol (-)
Orniti (+)
2. K.L (MCA) Motiliti (+) (-) (-) (-)
(+)
Indol (-)
Orniti (+)
3. K.L (BAP) Motiliti (+) (+) (-) (+)
(+)
Indol (-)
Orniti (+)
Keterangan:
a. BAP: Blood Agar Plate
b. MAC: Mac Conkay
c. SCA: Simmon Citrat Agar
d. MIO: Motiliti Indol Orniti
e. VP: Vogas Proskauer
f. MR: Methyl Red
g. TSIA: Triple Sugar Iron Agar
h. K.N: Kulit Normal
i. K.L: Kulit Luka
j. H2S: Asam Sulfida
k. α: Alfa
l. TT: Tidak Tumbuh
m. F: Fermentasi
n. (-): negative
o. (+): positif
B. Pembahasan
Adapun waktu dan tempat dilaksanakannya praktikum isolasi dan
identifikasi bakteri pada kulit, sabtu 4 november 2019 pukul 10.00 – 13.00
WITA di Laboraturium Mikrobiologi Gedung D Universitas Megarezky
Makassar.
Berdasarkan hasil tabel diatas menunjukkan bahwa pada sampel K.N
(kulit normal) memiliki memiliki pertumbuhan pada media BAP dikarenakan
terdapat bakteri pada kulit normal. Dan juga terdapat hasil alfa yang dimana
media BAP di hidrolisis sebagian yaitu warna koloninya berwarana hijau
keabu-abuan. Karena pada media BAP digunakan bertujuan untuk melihat
kemampuan bakteri dalam menghidrolisis media, baik itu alfa (melisiskan
sebagian), betta (melisiskan semua media) dan gamma (tidak melisiskan)
berdasarkan kemampaun untuk melisiskan sel darah. Sedangkan pada media
Mac Conkay tidak terjadi fermentasi laktosa karena tidak ditumbuhi oleh
bakteri. Media ini digunakan untuk membedakan bakteri yang
memfermentasikan laktosa. Koloni bakteri yang memfermentasi laktosa
berwarna merah bata dan dapat dikelilingi oleh endapan garam empedu.
Bakteri yang hanya tumbuh pada media ini hanyalah bakteri gam (-).
Kemudian pada sampel K.L (kulit luka) pada media BAP yaitu tidak
terjadi hemolysis atau disebut dengan gamma karena bakteri tidak dapat
mampu menghidrolisis sel darah dalam media sehingga hasil dari media
tersebut tidak berubah. Kemudian pada media MAC mempunyai hasil
fermentasi yaitu bakteri dapat memfermentasi laktosa pada media MAC yang
berwarna merah bata. Warna dari koloni ini berwarna merah dikarenakan
media MCA mengandung garam empedu yang hanya menumbuhkan bakteri
gram (-) dan memperlambat pertumbuhan bakteri gram (+).
Pada hari kedua dilakukan pewarnaan gram dan diperoleh hasil pada KN
media Blood Agar Plate (BAP) dan pada K.L pada media BAP terdapat
bakteri gram (+) berwarna ungu bentuk basil atau batang yang artinya bakteri
ini mempertahankan zat warna pertama yaitu Kristal violet meskipun
dilunturkan dengan larutan peluntur yaitu alkohol 96%. Bakteri gram positif
memiliki komposisi peptidoglikan yang tebal dibandungkan dengan bakteri
gram negative dan memiliki asam teikoat.Sedangkan pada K.L media MAC
terdapat bakteri gram (-) berwarna merah dengan bentuk coccus (bulat)
dikarenakan kompleks warna Kristal violet tersebut larut pada saat di
Tambahkan alkohol 96% sehingga bakteri tersebut mengambil zat warna
kedua yaitu safranin. Bakteri gram negative memiliki dinding sel terdiri dari
lipopolisakarida dan tidak mengandung asam teikoat.
Pada hari ketiga dilakukan inokulasi koloni yang tumbuh pada media
Triple Sugar Iron Agar (TSIA), diperoleh hasil pada sampel K.N media BAP
terbentuk warna kuning pada lereng media dan merah pada dasar media
(alkali - acid) artinya bakteri memfermentasikan satu jenis gula yaitu glukosa.
Karena pada media TSIA ini bertujuan untuk melihat kemampuan bakteri
memfermentasikan jenis gula. Sedangkan pada sampel K.L media BAP
mempunyai hasil berwarna merah pada lereng media dan dasar media (alkali-
alkali) yang dimaka bakteri tidak memfermentasikan 3 jenis gula yaitu
laktosa, sukrosa dan glukosa, tidak terjadi pembentukan gas dan asam sulfide
pada kedua media sampel tersebut. Kemudian pada sampel K.L media MAC
diperoleh hasil alkali-alkali atau lereng dan dasar media berwarna merah,
disebabkan bakteri tidak memfermentasi 3 jenis gula. Dan juga terbentuk
adanya H2S pada bekas tusukan berwarna hitam menandakan kemampuan
bakteri dalam mebentuk asam sulfide. Pembentukan H2 S oleh
mikroorganisme menunjukkan adanya penguraian asam amino.
Pada hari keempat dilakukan inokulasi koloni pada media TSIA ke media
uji biokimia yaitu diperoleh hasil pada uji MIO pada sampel K.L media
MCA, K.L media BAP, dan K.N media BAP memiliki hasil yaitu motility (+)
terdapat pergerakan bakteri yang ditandai dengan adanya kekeruhan pada
bekas tusukan dan bekas tusukan terlihat menyebar. Hasil orniti terdapat (+)
yaitu ditandai dengan perubahan warna dari ungu ke kuning. Hal ini
dikarenakan dekarbosida bakteri yang melepaskan CO2 sehingga terjadi
kenaikan pH yang menyebabkan perubahan warna dari ungu ke kuning.
Sedangkan pada uji Indol diperoleh hasil (-) karena tidak terdapat adanya
cincin berwarna merah pada bagian atas media dengan penambahan larutan
kofatch
Uji Sitrat dengan sampel K.N media BAP, K.L media MCA dan K.L
media BAP pada media SCA memiliki hasil yang (+) ditandai dengan
perubahan warna dari hijau ke biru dikarenakan bakteri mampu menggunakan
sitrat, yang menghasilkan karbon sebagai sumber utamanya dan
menyebabkan peningkatan pH dan mengubah warna media dari hijau ke biru.
Uji urea dengan sampel K.N media BAP dan K.L media BAP di peroleh
hasil (+) yaitu perubahan warna dari jingga ke pink dikarenakan bakteri dapat
menghidrolisis urea dan membentuk ammonia dengan menimbulkan warna
merah karena indikator phenol. Terbentuknya ammonia menyebabkan nilai
pH menjadi alkali yang dibantu dengan enzim urease yang dihasilkan oleh
bakteri, sedangkan pada sampel K.L media MCA diperoleh hasil yang (-)
dikarenakan bakteri tidak dapat mampu mengubah urea menjadi ammonia
karena bakteri tersebut tidak mengeluarkan enzim urease untuk membantunya
dalam menghidrolisis urea menjadi amonia
Uji VP (Voges Proskauer) pada sampel K.N media BAP, K.L media
BAP dan K.L media MCA memiliki hasil yang (-) karena pada media VP
bakteri tidak memproduksi adanya asetil, metil dan karbinol dan bakteri tidak
memfermentasikan karbohidrat dengan penambahan larutan KOH 40% dan
A. Napthol 5%.
Uji MR (methyl red) pada sampel K.N dan K.L media BAP diperoleh
hasil (+) yang ditandai dengan perubahan warna dari kuning menjadi merah
dikarenakan bakteri mampu memfermentasikan asam campuran yang
dihasilkan dari hasil fermentasi glukosa sehingga akan menurunkan pH
menjadi 5,0 atau lebih rendah. Penambahan indikator pH (methyl red) dapat
menunjukkan adanya perubahan pH menjadi asam.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang dilakukan dapat diambil kesimpulan:
1. Pada sampel K.L media MCA terdapat bakteri gram (-) bentuk coccus atau
bulat. Pada sampel K.N dan K.L media BAP terdapat bakteri gram (+)
bentuk basil atau batang.
2. Media isolasi yaitu media MCA dan BAP, sedangkan uji Biokimia yaitu:
MIO, SCA, UREA, VP, dan MR
B. Saran
Diharapkan pada praktikum selanjutnya menggunakan jenis sampel lain
selain kulit agar dapat menambah wawasan dan pengetahuan yang luas bagi
praktikan.
DAFTAR PUSTAKA
Ekawati.R. Evy, dkk., 2018 “Identifikasi Kuman Pada Pus Dari Luka Infeksi
Kulit” Vol. 2, No. 1.

Irianto.Koes, 2006, “Mikrobiologi” Bandung: CV. YMARA WIDYA


Kurniawan dan Sahli, 2017 “ Bakteriologi Praktikum Teknologi Laboratorium
Medik” Jakarta: EGC

Kuswiyanto, 2015 “Bakteriologi Buku Ajar Analis Kesehatan” Jakarta: EGC


Misnadiarly dan Djajaningrat, 2014 “Mikrobiologi Untuk Klinik dan
Laboratorium” Jakarta: RINEKA CIPTA

Sabbathini.C.Gabriela, dkk., 2017 “Isolasi Dan Identifikasi Bakteri Genus


Sphingomonas Dari Daun Padi (Oryza Sativa) Di Area Persawahan
Cibinong) Vol, 6, No.1

Yusdiani.D, dkk., 2016 “Bakteriologi” Jakarta: EGC


LAPORAN PEAKTIKUM
BAKTERIOLOGI II
(ISOLASI DAN IDENIFIKADI BAKTERI PADA KULIT)

Oleh:

Nama : Theofany Wattimena


Nim : 18 3245 353 040
Kelas : 2018 A
Kelompok : III (Tiga)

LABORATORIUM MIKROBIOLOGI
PROGRAM STUDI DIV TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS
FAKULTAS FARMASI, TEKNOLOGI RUMAH SAKIT &
INFORMATIKA
UNIVERSITAS MEGAREZKY
MAKASSAR
2019

Anda mungkin juga menyukai