Systemic Lupus Erythematosus (SLE) adalah penyakit kronik, rumit dan menantang untuk mendiagnosis dan mengobati. Etiologi SLE tidak diketahui, tetapi faktor risiko tertentu telah diidentifikasi yang menyebabkan disfungsi sistem kekebalan dengan pembentukan antibodi dan deposisi kompleks imun. Disregulasi sistem kekebalan ini menyebabkan cedera organ, berkontribusi pada manifestasi variabel dan penyakit yang kambuh. Opsi perawatan terbatas pada beberapa obat untuk mengendalikan pandangan dan mengurangi kerusakan organ. Epidemiologi SLE SLE terlihat diseluruh dunia dengan tingkat kejadian dan prevalensi berbeda secara geografis. Tingkat kejadian SLE di seluruh dunia adalah sekitar 1 hingga 10 per 100.000 orang/tahun, sementara kisaran tingkat prevalensi 1 dari 20-70 per 100.000 orang/ tahun. SLE dominan mempengaruhi wanita, dengan rasio puncak perempuan ke laki-laki yang di laporkan 12 : 1 selama masa subur. Penyakit ini juga dapat dilihat pada anak-anak dan orang tua dengan distribusi gender yang lebih sempit. Dalam populasi ini, SLE cenderung lebih aktif dan parah dengan resiko kambuh yang lebih tinggi dan keterlibatan atau kerusakan sistem organ. Patogenesis SLE Etioologi SLE tidak diketahui. Faktor-faktor resiko tertentu telah diidentifikasi dan terbukti berkontribusi terhadap kerentanan penyakit atau mengaktifkan sistem kekebalan tubuh yang menyebabkan respons inflamasi, yang akhirnya mengarah pada perkembangan penyakit. Dominasi wanita pada SLE dapat dijelaskan sebagian oleh kontribusi hormon tertentu. Faktor lingkungan seperti merokok, paparan sinar ultraviolet, infeksi virus dan obat-obatan spesifik (misalnya antibiotik sulfonamid) diketahui dapat memicu SLE. Patogenesis SLE kompleks dengan kontribusi dari banyak komponen sistem kekebalan tubuh. Dengan kecenderungan genetik yang mendasarinya dan sebagai respons terhadap pemicu, keseimbangan sistem kekebalan bergeser ke arah bereaksi terhadap dirinya sendiri. Sel-sel T dan B menjadi teraktivasi, yang mengarah pada produksi antibodi dan pembentukan kompleks imun akhirnya. Kompleks ini bersirkulasi dan mengendap di jaringan kritis yang menyebabkan cedera organ. Manifestasi Klinis dan Laboratorium SLE SLE memiliki variabel khusus kambuh-remisi dan gejala klinis bervariasi antara pasien, tergantung pada sistem organ mana yang terpengaruh. Manifestasi SLE yang serius dengan peningkatan merbiditas dan mortilitas adalah lupus nephritis (LN). Pasien SLE juga mungkin memiliki kemorbiditas, yang selanjutnya memperumit penyakit mereka. Produksi antibodi merupakan hal mendasar bagi patogenesis SLE. Autoantibodi ini diarahkan terhadap antigen nuklir atau sitoplasma dan dikenal sebagai antibodi antinuklear (ANA). Antibodi anti-dsDNA dan komponen pelengkap (C3 dan C4) dapat digunakan untuk memantau aktivitas SLE. Obat-obatan antimalaria, seperti hydroxychloroquine (HCQ) telah terbukti bermanfaat dalam mengobati manifestasi lupus yang lebih ringan termasuk dermatitis, arthtritis dan gejala konstitusional. Dukungan untuk penggunaan HCQ sebagai terapi pada pasien SLE muncul setelah sebuha penelitian penting Kanada menemukan bahwa HCQ mengurangi flare pada pasien SLE. Analisis selanjutnya menghubungkan HCQ dengan pengurangan kerusakan organ. Deplotasi/Modulasi Sel B Sel B memainkan peran sentral dalam patogensis lupus aktif melalui produksi sitokin, presentasi atigen diri, aktivasi sel T dan produksi antibodi.