OLEH :
KELOMPOK 3
Kelompok 3
DAFTAR ISI
SAMPUL ................................................................................................. 1
KATAPENGANTAR ............................................................................... 1
A. KESIMPULAN .................................................................................. 11
B. SARAN ............................................................................................. 11
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Bakteri merupakan mikroorganisme bersel tunggall dengan
ukuran panjang 0,5-10µ dan lebar 0,5-2,5µ. Karakteristik bakteri dilihat
dari bentuknya, seperti bulat (cocci), batang (spirilli) koma (vibrios).
Tambahan struktur bakteri yang terpenting diketahui cambuk
(flagella), kapsul (capsule), dan endospora (endospore). Flagella
merupakan struktur tambahan di luar sel yang berbentuk cambuk
halus yang tidak terlihat di bawah mikroskop kecuali menggunakan
teknik pewarnaan khusus. Susunan flagella pada sel yang untuk
diidentifikasi dan dikelompokkan menjadi dua golongan, yaitu flagella
peitrichous dan flagella polar, (Apri, dkk 2017).
Bakteri memiliki struktur dan prganisasi dasar yang sama
meskipun dengan bentuk yang berbeda, sel yang terdiri atas lapisan
dinding sebagai luar yang kaku dan di bawahnya terdapat membran
sel semipermiabel. Di dalam membran sel tersapat suatu isi
sitoplasma yang termasuk dalam bahan inti dan berbagai komponen
serta enzim yang dibutuhkan untuk metabolisme dan pertumbuhan,
tergantung pada jenisnya. Bakteri terkadang memiliki struktur
tambahan, yaitu diantaranya yang penting adalah cambuk (flagella),
kapsul (capsule), dan endospora (endospores) struktur tersebut
berpengaruh penting untuk pengenalan dan identifikasi bakteri, (Apri,
dkk 2017).
Dalam analisa mikrobiologi, menghitung jasad renik
mikroorganisme suatu sediaan, harus diperhitungkan sifat-sifat dari
bahan yang akan diperiksa, terutama kelarutan kemungkinan ada 2
macam cara perhitungan jumlah mikroba/bakteri, yaitu perhitungan
secara langsung dan tidak langsung. Perhitungan jumlah mikroba
secara langsung yaitu jumlah mikroba dihitung secara keseluruhan,
baik yang mati atau yang hidup sedangakn perhitungan jumlah
mikroba secara tidak langsung, yaitu jumlah mikroba dihitung secara
keseluruhan baik yang mati atau yang hidup atau hanya untuk
menentukan jumlah mikroba yang hidup saja, (Volk, 2003).
Total mikroba yang terdapat pada suatu produk pangan dapat
digunakan sebagai indikator tingkat keamanan dan kerusakan produk.
Pertumbuhan mikroba yang tidak diinginkan menunjukkan bahwa di
dalam produk pangan telah terjadi kontaminasi dari luar ataupun
karena proses pengolahan. Analisis kuantitatif mikrobiologi pada
bahan pangan penting dilakukan untuk mengetahui mutu bahan
pangan tersebut, (Marwita, dkk 2018).
Beberapa cara dapat digunakan untuk menghitung atau
mengukur jumlah jasad renik di dalam suatu suspensi atau bahan,
salah satunya yaitu perhitungan jumlah sel dengan metode hitung
cawan pada suhu yang berbeda (30ºC, 35ºC dan 45ºC) selama
penyimpanan pada serbuk minuman. Perinsip dari metode ini adalah
jika sel mikroba masih hidup ditumbuhkan pada medium agar maka
sel tersebut akan berkembang biak dan membentuk koloni yang dapat
dilihat langsung tanpa menggunakan mikroskop, (Marwita, dkk 2018).
B. TUJUAN
1. Untuk mengetahui cara menghitung jumlah bakteri
2. Untuk mengetahui cara menghitung bakteri secara langsung
3. Untuk mengetahui cara menghitung bakteri secara tidak langsung
C. MANFAAT
1. Mahasiswa dapat menghitung jumlah bakteri
2. Mahasiswa dapat menghitung bakteri secara langsung
3. Mahasiswa dapat menghitung bakteri secara tidak langsung
BAB II
PEMBAHASAN
Bakteri normal adalah mikroorganisme yang menempati suatu
daerah tanpa menimbulkan penyakit pada inang yang ditempati. Tempat
paling umum dijumpai bakteri normal adalah tempat yang terpapar dengan
dunia luar yaitu kulit, mata, mulut, saluran pernafasan atas, saluran
pencernaan dan saluran urogenital, (Baiq, dkk 2016).
Bakteri normal berperan penting dalam mensintesis vitamin,
mensekresi enzim, dan membantu pencernaan nutrien. Bakteri normal
dapat menekan pertumbuhan bakteri patogen sehingga dapat melindungi
inang dari serangan penyakit serta merangsang fungsi kekebalan tubuh.
Keseimbangan bakteri normal merupakan salah satu faktor yang sangat
menentukan status kesehatan pada inang, (Baiq, dkk 2016).
Salah satu permasalah yang terdapat dibidang kesehatan adalah
tingkat tingginya kontaminasi pihak penjual, mulai dari pedagang kaki lima
(PKL), restoran, dan industri makanan. Jika makanan kita terkontaminasi
bakteri akan memberikan dampak negatif bagi kita dan masyarakat yang
mengonsumsi makanan terkontaminasi. Dan salah satu alasan makanan
tersebut terkontaminasi karena adanya bakteri yang tumbuh pada
makanan tersebut yang melebihi batas pencemaran maksimal, salah satu
bakteri yang dapat menyebabkan makanan tersebut terkontaminasi
adalah bakteri Escherichia coli, (Ari dan Rian, 2016).
Jumlah bakteri dihitung secara keseluruhan baik yang mati atau
yang hidup atau hanya untuk menentukan jumlah mikroba yang hidup
saja, ini tergantung cara-cara yang digunakan. Untuk menentukan jumlah
bakteri yang hidup dapat dilakukan setelah larutan bahan atau biakan
bakteri diencerkan dengan faktor pengenceran tertentu dan ditumbuhkan
dalam media dengan cara-cara tertentu tergantung dari macam dan sifat-
sifat bakterinya, (Ari dan Rian, 2016).
Jumlah bakteri masih belum mendekati hasil maksimal,
dikarenakan setiap cara perhitungan diatas masih ada kelemahan masing-
masing mulai dari perhitungan yang melibatkan sel hidup dan sel mati
bakteri, keterbatasan alat, keperluan persiapan yang cukup panjang,
ketelitian penelitian dan lain-lain. Untuk menjawab persoalan diatas, maka
penulis membuat solusi dengan membangun sebuah sistem perhitungan
bakteri yang dapat memberikan tanda (Mark) terhadap bakteri yang
muncul pada setiap rentang waktu tertentu, sehingga setiap bakteri yang
tumbuh bertambah banyak, sistem akan selalu memberi tanda (Mark)
pada setiap bakteri selesai, sistem akan mengkalkulasi jumlah
keseluruhan bakteri yang terdeteksi, (Ari dan Rian, 2016).
Jumlah mikroba suatu bahan dapat ditentukan dengan bermacam-
macam cara, tergantung pada bahan dan jenis mikroba yang ditentukan.
Dalam analisa mikrobiologi, menghitung jasad renik mikroorganisme suatu
sediaan, harus diperhitungkan sifat-sifat dari bahan yang akan diperiksa,
terutama: kelarutan, kemungkinan adanya zat anti mikroba, dan derajat
kontaminasi yang dperkirakan.
Penyebaran mikroorganisme yang tumbuh pada bahan hasil
pertanian pada hasil olahnya pada umumya terdiri dari bakteri,
jamur/kapang, virus dan disamping itu terdapat juga binatang satu sel.
Pertumbuhan dan perkembangan mikroorganisme dalam bahan
(makanan), akan menyebabkan perubahan-perubahan tertentu yaitu :
perubahan yang bersifat fisik dan dan kimiawi, sebagai contoh yaitu:
konsistensi bahan menjadi lunak, timbul gas atau aroma tertentu dan zat
racun yang membahayakan. Jumlah penyebaran bakteri/mikroorganisme
pada bahan (makanan) yang sedang mengalami pembusukan sangat
bervariasi jumlahnya dan tidak sama jenis (species)-nya serta tergantung
pada: varietas, habitat, susunan kimia, cara penanganan, suhu
penyimpanan, dan lain-lain.
Pertumbuhan mikroorganisme yang membentuk koloni dapat
dianggap bahwa setiap koloni yang tumbuh berasal dari satu sel, maka
dengan menghitung jumlah koloni dapat diketahui penyebaran bakteri
yang ada pada bahan. Jumlah mikroba pada suatu bahan dapat dihitung
dengan berbagai macam cara, tergantung pada bahan dan jenis
mikrobanya.
Metode hitung cawan merupakan cara yang akurat untuk
menentukan jumlah mikrob karena hanya sel yang masih hidup yang
dihitung. Selain itu, beberpa jenis mikrob dapat dihitung sekaligus dan
dapat digunakan untuk isolasi dan identifikasi mikrob. Bakteri harus dapat
tumbuh dalam medium padat dan membentuk koloni yang kompak dan
jelas (tidak menyebar) dan memerlukan persiapan waktu inkubasi relatif
lama sehingga pertumbuhan koloni dapat dihitung, (Raden, dkk 2015).
Luas preparat berpengaruh pada hasil penghitungan bakteri,
karena itu luas preparat efektif harus disesuaikan dengan ukuran bakteri
yang akan dihitung, sehingga meminimalkan kemungkinan bakteri yang
tidak terhitung dalam suatu proses, (Raden, dkk 2015).
Prinsip dari metode hitung cawan adalah jika sel jasad renik yang
masih hidup ditumbuhkan pada medium agar maka sel jasad renik
tersebut akan berkembang biak dan membentuk koloni yang dapat
langsung dihitung menggunakan mata tanpa menggunakan mikroskop.
Metode hitung cawan dapat dibedakan atas dua cara yaitu meode tuang
(pour plate) dan metode permukaan (surface/spread plateI), (Raden, dkk
2015).
Dalam metode hitung cawan, sampel yang diperkirakan
mengandung lebih dari 300sel/ml memerlukan pengenceran sebelum
ditumbuhkan di dalam cawan petri. Setelah diinkubasi akan terbentuk
koloni pada cawan tersebut dalam jumlah yang masih dapat dihitung,
dimana jumlah yang terbaik adalah diantara 30-300 koloni, (Raden, dkk
2015).
Kuantifikasi populasi mikroorganisme sering dilakukan untuk
mendapatkan jumlah kuantitatif mikroorganisme target. Kuantifikasi
tersebut dapat berupa penentuan jumlah sel dan penentuan massa sel.
Penentuan jumlah sel dapat dilakukan pada mikroorganisme bersel
tunggal. Penentuan massa sel dilakukan bagi mikroorganisme bersel
tunggal dan mikroorganisme berfilamen, (Raden, dkk 2015).
Perhitungan jumlah sel dapat dilakukan dengan beberapa cara
diantaranya metode hitung preparat (Total Plate Count) dan hitungfan
mikroskopis langsung (Direct Count). Cara lain penentuan jumlah sel
adalah dengan menyaring sampel dengan saringan membran kemudian
saring tersebut diinkubasi pada permukaan media yang sesuai. Koloni-
koloni yang terbentuk berasal sari satu sel tunggal yang dapat hidurp,
(Raden, dkk 2015).
Metode hitung preparat menggunakan anggapan bahwa setiap sel
akan hidup berkembang manjadi satu koloni. Jumlah koloni yang muncul
menjadi indeks bagi jumlah organisme yang terkndung di dalam sampel.
Teknik penghitungan ini membutuhkan kemampuan melakukan
pengenceran dan dipreparatkan hasil pengenceran preparat tersebut
kemudian diinkubasi dsan kemudian dihitung jumlah koloni yang
terbentuk. Preparat yang dipilih untuk penghitungan koloni, sesuai dengan
kaidah statistik. Jumlah mikroorgansime yang terdapat dalam sampel asal
dihitung dengan cara mengendalikan jumlah koloni yang terbentuk
dengan faktor pengenceran poada preparat bersangkutan, (Raden, dkk
2015).
Sampel didasarkan pada asumsi bahwa setiap sel bakteri hidup
dalam suspensi akan tumbuh menjadi satu koloni setelah ditumbuhkan
dalam media pertumbuhan dan lingkungan yang sesuai. Setelah
diinkubasi, jumlah koloni yang tumbuh dihitung dan merupakan perkiraan
atau dugaan dari jumlah mikroorganisme dalam suspensi tersebut. Koloni
yang tumbuh tidak selalu berasal dari satu sel mikroorgansime yang
karena beberapa mikroorgansime tertentu cenderung membentuk
kelompok atau berantai. Berdasarkan hal tersebut digunakan istilah coloni
forming unist perm ml. Koloni yang tumbuh bersala dari suspensi yang
diperoleh menggunakan pengenceran bertingkat dari sebuah sampel yang
ingin diketahui jumlah bakterinya, (Raden, dkk 2015).
Menurut Misbahul dan Maria, 2015. Beberapa faktor yang dapat
menyebabkan kontaminasi yaitu :
1. Pencucian alat dan wadah, baik untuk menyimpan makanan
maupun mengolah makanan tidak bersih. Pencucian yang tidak
bersih dan tidak teratur serta tidak menggunakan deterjen atau
sabun pada semua alat pengolahan dan wadah dapat
memungkinkan partikel-partikel bahan pangan masih tertinggal
setelah dilakukan pencucian. Hal tersebut merupakan sumber
pencemaran mikroorganisme dalam makanan.
2. Air yang digunakan untuk pencucian dan pembersihan bukan
menggunakan air bersih. Penggunaan air yang tidak bersih atau
tercemar dapat menyebabkan penularan penyakit yang diakibatkan
oleh mikroorganisme yang terdapat dalam air seperti E.coli serta
kelompok bakteri koliform lainnya yang merupakan indikator
pencemaran air oleh kotoran manusia atau hewan.
3. Penyimpanan makanan pada wadah yang tidak tertutup, tempet
penyimpanan makanan yang tidak tertutup akan menyebabkan
pencemaran oleh debu, kotoran, dan mikroorganisme yang berasal
dari lingkungan
4. Kebiasaan pribadi para pekerja yang menangani makanan
mempunyai kebiasaan yang tidak higienis. Beberapa persitiwa
keracunan bahan pangan yang tercemar oleh bakteri telah
diakibatkan oleh higiene yang buruk dari pengelola bahan pangan
seperti tidak membersihkan atau mencuci tangan sebelum
menangani pangan dan mengolah pangan seperti tidak
membersihkan atau mencuci tangan sebelum menangani pangan
dan mengolah pangan, terdapat luka-luka atau iritasi pada kulit dan
batuk serta bersin disekitar bahan pangan
5. Makanan yang telah kadaluarsa. Proses kadaluarsa terjadi karena
adanya aktivitas mikrobiologi yang berkembang pada makanan
tersebut atau proses fermentasi dari mikroorganisme patogen.
Proses ini terjadi karrena daya tahan makanan tersebut telah
berkurang sehingga mikroorganisme dapat hidup dan berkembang
serta dapat menyebabkan kerusakan makanan (pembusukan).
Makanan kadaluarsa sudah terkontaminasi oleh bakteri yang
berbahaya dapat menyebabkan keracunan
Ada 2 macam cara perhitungan jumlah mikroba/bakteri, yaitu
perhitungan secara langsung (direct method) dan tidak langsung (indirect
method).
PERHITUNGAN JUMLAH MIKROBA SECARA LANGSUNG
Cara ini dipakai untuk menentukan jumlah mikroba dihitung secara
keseluruhan, baik yang mati atau yang hidup.
Berbagai cara perhitungan mikroba secara langsung
menggunakan:
1. Menggunakan Kamar Hitung (Counting Chamber)
Perhitungan ini dapat menggunakan hemositometer. Peteroff
Hauser Bacteria Counter atau alat-alat lain yang sejenis. Dasar
perhitungannya ialah dengan menempatkan satu tetes suspense
bahan atau biakanmikroba pada alat tersebut ditutup dengan gelas
penutup kemudian diamati dengan mikroskop yang perbesarannya
tergantung pada besar kecilnya mikroba. Dengan menentukan jumlah
sel rata-rata tiap petak (ruangan) yang telah diketahui volumenya, dari
alat tersebut dapat ditentukan jumlah sel mikroba tiap cc.
Prinsip dari perhitungan Petroff-Hauser yaitu melakukan
perhitungan dengan pertolongan kotak-kotak skala, di mana dalam
setiap ukuran skala seluas 1 mm2 terdapat 25 buah kotak besar
dengan luas 0,04 mm2, dan setiap kotak besar terdiri dari 16 kotak
kecil. Alat haemocytometer digunakan di bawah mikroskop, sisinya
mempunyai ukuran 0,05 mm. Sedangkan satu kotak sedang
berukuran nilai 0,2 mm. Dan tebal nya adalah 0,1 mm.
2. Menggunakan Hemasitometer
Hemositometer adalah metode perhitungan secara
mikroskopis. Ruang hitung terdiri dari 9 kotak besar dengan luas 1
mm². Satu kotak besar di tengah, dibagi menjadi 25 kotak sedang
dengan panjang 0,05 mm. Satu kotak sedang dibagi lagi menjadi 16
kotak kecil. Dengan demikian satu kotak besar tersebut berisi 400
kotak kecil. Tebal dari ruang hitung ini adalah 0,1 mm. Sel bakteri
yang tersuspensi akan memenuhi volume ruang hitung tersebut
sehingga jumlah bakteri per satuan volume dapat diketahui.
Kelebihan perhitungan sel dengan menggunakan
hemasitometer adalah dapat menghitung jumlah sel yang hidup
maupun yang mati, tergantung dari pewarna yang digunakan.
Misalnya. Bila pewarna trypan blue dicampurkan kedalam larutan sel
maka sel yang hidup tidak akan berwarna dan sel yang mati akan
berwarna biru. Kelebihan lainnya adalah morfologi sel dapat diamati,
dapat mengevaluasi homogenitas dan data mendeteksi.
3. Menggunakan Cara Pengecatan dan Pengamatan Mikroskopik
Pada cara ini mula-mula dibuat preparat mikroskopik pada
gelas benda, suspensi bahan atau biakan mikroba yang telah
diketahui volumenya diratakan diatas gelas benda pada suatu luas
tertentu. Setelah itu preparat dicat dan dihitung jumlah rata-rata sel
mikroba tiap bidang pemandangan mikroskopik. Luas bidang
pemandangan mikroskopik dihitung dengan mengukur garis
tengahnya. Jadi jumlah mikroba yang terdapat pada gelas benda
seluruhnya dapat dihitung. Dengan perhitungan dapat diperoleh
jumlah mikroba tiap cc bahan/cairan yang diperiksa.
Cara yang hampir sama dan biasa dipakai untuk menghitung
jumlah bakteri , ialah dengan mencampurkan 1 cc biakan bakteri
dengan 1 cc darah manusia. Setelah homogen dibuat preparat
mikroskopik. Dari perbandingan jumlah rata-rata jumlah sel bakteri
dan jumlah sel darah merah dalam tiap bidang pemandangan, jumlah
bakteri tiap cc dapat dihitung ,sebab darah manusia yang normal
mengandung 5 juta sel darah merah tiap cc.Perbandingan darah
dengan bakteri yaitu 1:1.
4. Menggunakan Filter Membran
Mula-mula disaring sejumlah volume tertentu suatu suspensi
bahan atau biakan mikroba, kemudian disaring dengan filter membran
yang telah disterilkan terlebih dahulu. Dengan menghitung jumlah sel
rata-rata tiap saat satuan luas pada filter membran, dapat dihitung
jumlah sel dari volume suspense yang disaring. Jika perhitungan
secara biasa susah, perlu dilakukan pengecatan pada filter membran,
kemudian filter membran dijenuhi dengan minyak imersi supaya
tampak transparan. Keuntungan metode ini ialah pelaksanaannya
cepat dan tidak memerlukan banyak peralatan.
Kelemahannya sebagai berikut:
a. Sel-sel mikroba yang telah mati tidak dapat dibedakan dari sel
yang hidup. Karena itu keduanya terhitung. Dengan kata lain hasil
yang diperoleh ialah jumlah total sel yang ada di dalam populasi.
Pada beberapa macam sel eukariotik, penambahan zat warna
tertentu (misalnya biru metilen sebanyak 0,1 %) pada sampel
yang akan dihitung dapat membedakan sel hidup dari sel mati.
Pada sel khamir misalnya baik sel hidup maupun sel mati akan
menyerap biru metilen namun hanya sel hidup mampu mereduksi
zat warna tersebut secara enzimatik menjadi tidak berwarna; jadi
sel-sel mati akan tampak biru.
b. Sel-sel yang berukuran kecil sukar dilihat di bawah mikroskop,
seperti bakteri karena ketebalan hemasitometer tidak
memungkinkan digunakannya lensa obyektif celup minyak,
sehingga kalau tidak teliti tidak terhitung. Hal ini biasanya diatasi
dengan cara mewarnai sel sehingga menjadi lebih mudah dilihat.
c. Untuk mempertinggi ketelitian, jumlah sel di dalam suspensi harus
cukup tinggi, minimal untuk bakteri 106 sel/mL. Hal ini disebabkan
dalam setiap bidang pandang yang diamati harus terdapat
sejumlah sel yang dapat dihitung
d. Tidak dapat digunakan untuk menghitung sel mikroba di dalam
bahan yang banyak mengandung debris atau ekstrak makanan,
karena hal tersebut akan mengganggu dalam perhitungan sel.
e. Kelemahan lain adalah sulitnya menghitung sel yang berukuran
sangat kecil seperti bakteri karena ketebalan hemasitometer tidak
memungkinkan digunakannya lensa obyektif celup minyak. Hal ini
biasanya diatasi dengan cara mewarnai sel sehingga menjadi
lebih mudah dilihat. Kadang-kadang sel cenderung bergerombol
sehingga sukar membedakan sel-sel individu. Cara mengatasinya
ialah mencerai-beraikan gerombolan sel-sel tersebut dengan
menambahkan bahan anti gumpal seperti dinatrium etilen diamin
tetraasetat dan Tween 80 sebanyak 0,1 %.
Baiq, Nufus. dkk, 2016. Populasi Bakteri Normal dan Bakteri Kitinolik
Pada Saluran Pencernaan Lobster Pasir (Panulirus homarus
L.) Yang Diberi Kitosan. Mataram : Universitas Majapahit
Maria, Huda Misbahul. 2015. Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan
Jumlah Mikroba Pada Kecap Manis Isi Ulang Yang
Digunakan Penjual Bakso Di Kecamatan Way Halim Kota
Bandar Lampung. Tanjungkarang : Jurnal analis kesehatan
Rian Dan Wibowo Ari. 2016. Perhitungan Jumlah Bakteri Escherichia Coli
Dengan Pengolahan Citra Melalui Metode Thresholding Dan
Counting Morphology. Bandung : JITTCR
Raden, Wijaya. dkk, 2015. Perancangan Alat Penghitung Bakteri.
Yogyakarta : Universitas Respati
LAMPIRAN