Anda di halaman 1dari 4

Korektor 1 Korektor 2

PEMERIKSAAN
C-REACTIVE PROTEIN (CRP)
METODE: AGLUTINASI

PROBANDUS

Nama : Tn. Fajar


Umur : 32 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki

1. TUJUAN : Untuk mengetahui aktivitas penyakit inflamasi pada seseorang

2. PRINSIP/REAKSI : Indirek aglutinasi, CRP didasarkan pada reaksi serologi antara protein C-
reaktif manusia dari specimen pasien atau serum control dengan antibody
CRP anti-manusia yang terikat pada partikel lateks yang sesuai. Reaksi
positif ditunjukkan dengan aglutinasi jelas terlihat dari partikel lateks dalam
lingkaran slide.

3. ALAT DAN BAHAN : Alat : Slide, batang pengaduk, pipet tetes, klinipet 50 µl, rotator.
Bahan : Reagen latex
Sampel : Serum

4. CARA KERJA : A. Kualitatif


1. Letakkan dan hangatkan reagen lateks, kontrol positif, control
negative, dan sampel serum pada suhu kamar.
2. Homogenkan reagen lateks dengan perlahan sebelum digunakan.
3. Pipet ke dalam lingkaran yang terpisah dari slide
4. Sampel serum 1 tetes (setara dengan 40/50 mikroliter).
Positif control: 1 tetes
Negative control: 1 tetes
5. Tambahkan reagen latex crp masing-masing 1 tetes.
6. Campur dengan batang pengaduk yang berbeda dan sebarkan
cairan ke seluruh area lingkaran slide
7. Goyangkan slide selama 2 menit agar campuran berputar perlaan
didalam lingkaran atau tempatkan slide pada rotator otomatis

Imunoserologi I D-IV TLM


dengan kecepatan 100 rpm.
8. Setelah 2 menit baca hasil dibawah cahaya lampu terang.

B. Semi Kuantitatif
1. Tambahkan 50 µL saline ke dalam lingkaran 2, 3, 4, dan 5
menggunakan pipet semiotomatis. Saline jangan diratakan
2. Tambahkan 50 µL sampel pasien ke dalam lingkaran 1 dan 2
3. Campur saline dan sampel dalam lingkaran 2 dengan cara
menghomogenkan naik turun secara perlahan untuk menghindari
adanya gelembung.
4. Pindahkan campuran 50 µL dari lingkaran 2 ke saline yang ada pada
lingkaran 3
5. Lakukan pengenceran serial dengan cara yang sama sampai
lingkaran terakhir. Buang 50 ul di akhir
6. Gunakan pipet atau pengaduk untuk meratakan sampel yang sudah
diencerkan di seluruh area dari setiap lingkaran dimulai dari
lingkaran 5 dan mundur secara berurutan sampai sampel di
lingkaran 1.
7. Lanjutkan sebagai test kualitatif dari tahap 3

Interpretasi hasil :
(+) terjadi aglutinasi dalam waktu 2 menit
(-) tidak terjadi aglutinasi dalam waktu 2 menit

5. Nilai normal : -

6. HASIL : Kualitatif : (+) terjadi aglutinasi dalam waktu 2 menit


Kuantitatif : (+) terjadi aglutinasi sampai pengenceran 1/32

7. KESIMPULAN : Dalam sampel laboratorium tersebut yang diperiksa, test C-RP secara
kualitatif (+) terjadi aglutinasi dalam waktu 2 menit sedangkan semi kuantitatif
(+) terjadi aglutinasi sampai pengenceran 1/32

Imunoserologi I D-IV TLM


8. PEMBAHASAN
C-Reactive Protein (CRP) adalah salah satu protein fase akut yang terdapat dalam serum normal
walaupun dalam jumlah amat kecil. Dalam beberapa keadaan tertentu dengan reaksi radang atau
kerusakan jaringan (nekrosis), baik yang disebabkan oleh penyakit infeksi maupun yang bukan oleh karena
infesi. CRP merupakan penanda inflamasi dan salah satu protein fase akut yang disintesis di hati untuk
memantau secara non-spesifik penyakit lokal maupun sistemik. Kadar CRP meningkat setelah adanya
trauma, infeksi bakteri, dan inflamasi. Sebagai biomarker, CRP dianggap sebagai respon peradangan fase
akut yang mudah dan murah untuk diukur dibandingkan dengan penanda inflamasi lainnya. CRP juga
dijadikan sebagai penanda prognostik untuk inflamasi.
Pemeriksaan C-Reactive Protein (CRP) mengunakan Metode Aglutinasi Lateks. Prinsip pemeriksaan
CRP dengan metode Aglutinasi lateks adalah antibodi yang disalutkan pada partikel untuk menentukan
adanya antigen di dalam spesimen serum. Pada pengujian ini dilakukan dengan menambahkan suspensi
partikel lateks yang dilapisi dengan antibodi anti-human CRP kepada spesimen serum yang diuji. Dengan
adanya aglutinasi yang terlihat mengindikasikan adanya peningkatan kadar CRP ke tingkat klinis yang
signifikan (CRP Latex Test Kit, 2013). Pemeriksaan CRP dengan metode lateks aglutination ini digunakan
slide test berlatar belakang gelap yang telah berisi beberapa lingkaran sebagai tempat mereaksikan antigen
dalam sampel serum dan antibodi anti-CRP pada reagen lateks. Latar belakang gelap bertujuan untuk
mempermudah pengamatan, karena campuran yang terbentuk dari homohenisasi reagen lateks dan serum
berwarna putih. Pada pemeriksaan CRP ini dilakukan test kualitatif dan semi kuantitatif. Pemeriksaan CRP
secara kualitatif dilakukan untuk mengetahui secara kasar ada tidaknya antigen CRP di dalam sampel serum
yang diperiksa. Jika dalam pemeriksaan CRP secara kualitatif diperoleh hasil positif, maka dilanjutkan dengan
pemeriksaan secara semi-kuantitatif untuk menentukan kadar CRP di dalam sampel serum tersebut
Eisenhardt dkk pada tahun 2009 menemukan bahwa C-Reactive Protein terdapat dalam 2 bentuk, yaitu
bentuk pentamer (pCRP) dan monomer (mCRP). Bentuk pentamer dihasilkan oleh sel hepatosit sebagai
reaksi fase akut dalam respon terhadap infeksi, inflamasi dan kerusakan jaringan. Bentuk monomer berasal
dari pentamer CRP yang mengalami dissosiasi dan mungkin dihasilkan juga oleh sel-sel ekstrahepatik
seperti otot polos dinding arteri, jaringan adiposa dan makrofag.
Fungsi dan peranan CRP di dalam tubuh ( in vivo ) belum diketahui seluruhnya, banyak hal yang masih
merupakan hipotesis. Meskipun CRP bukan suatu antibodi, tetapi CRP mempunyai berbagai fungsi biologis
yang menunjukkan peranannya pada proses peradangan dan mekanisme daya tahan tubuh terhadap
infeksi. Beberapa hal yang diketahui tentang fungsi biologis CRP ialah
1. CRP dapat mengikat C-polisakarida (CPS) dari berbagai bakteri melalui reaksi presipitasi/aglutinasi.
2. CRP dapat meningkatkan aktivitas dan motilitas sel fagosit seperti granulosit dan monosit/makrofag.
3. CRP dapat mengaktifkan komplemen baik melalui jalur klasik mulai dengan C1q maupun jalur alternatif.
4. CRP mempunyai daya ikat selektif terhadap limfosit T.
5. CRP mengenal residu fosforilkolin dari fosfolipid, lipoprotein membran sel rusak, kromatin inti dan
kompleks DNA-histon.
6. CRP mengikat dan mendetoksikasi bahan toksin endogen yang terbentuk sebagai hasil kerusakan
jaringan

Imunoserologi I D-IV TLM


9. Daftar Pustaka
Dewi N C Hendrika,. Dkk. 2016. Gambaran kadar C-reactive protein (CRP) serum pada perokok
aktif usia >40 tahun. Jurnal e-Biomedik (eBm), Volume 4, Nomor 2.
Eisenhardt SU, Habersberger J, Murphy A, et al. Dissociation of pentameric to monomeric C-
Reactive protein on Activated Platelets Localizes Inflanmmation to Atherosclerotic Plaquest.
Circ Tes. 2009. 105:128:37
Kalma. 2018. Studi Kadar C-Reactive Protein (Crp) Pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2. Jurnal
Media Analis Kesehatan, Vol. 1, Edisi 1.

Imunoserologi I D-IV TLM

Anda mungkin juga menyukai