Anda di halaman 1dari 37

MAKALAH

PEMERIKSAAN LABORATORIUM PENYAKIT KARDIOVASKULER

Nama : JULFANI

NIM : 1611304090

Kelas/Kel. : B/B3

Dosen : Tri Dyah Astuti, S.ST.,M.Kes.

PRODI DIV TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIK

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ‘AISYIYAH YOGYAKARTA

YOGYAKARTA

2019
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya
tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu
Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di akhirat nanti.

Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat


sehatNya, baik itu berupa sehar fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu
untuk menyelesaikan pembuatan makalah Pemeriksaan Laboratorium Respiratori
tentang Penyakit Difteri ini. Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh
dari kata sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya.
Untuk itu, penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini,
supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Demikian,
dan apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang
sebesar besarnya.

Wassalamu’alaikum wr,wrb

Yogyakarta, 25 maret 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ......................................................................................i

KATA PENGANTAR ................................................................................. ii

DAFTAR ISI ............................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1

1.1 Latar Belakang.......................................................................................... 1

1.2 Tujuan ....................................................................................................... 2

1.3 Manfaat ..................................................................................................... 3

BAB II PEMBAHASAN .............................................................................. 4

2.1 Definisi ..................................................................................................... 4

2.2 Pemeriksaan Penyaki Kardiovaskuler ...................................................... 5

BAB III PENUTUP .................................................................................... 33

3.1 Kesimpulan ............................................................................................. 33

DAFTAR PUSATAKA .............................................................................. 34

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyakit kardiovaskular adalah penyakit yang menyerang jantung dan pembuluh


darah, yang secara umum dibedakan atas penyakit jantung bawaan (congenital heart
diseases) dan penyakit jantung didapat (acquired heart diseases). Penyakit
kardiovaskular merupakan penyebab utama kesakitan dan kematian diseluruh dunia.
Pada tahun 2005, penyakit ini menyebabkan 17,5 juta kematian, yaitu sekitar 30% dari
total kematian pada tahun tersebut (Lindholm and Mendhis, 2007). Angka kematian
akibat kelainan kardiovaskular diperkirakan akan meningkat menjadi 25 juta orang pada
tahun 2020, atau sekitar 37% dari total kematian yang diperkirakan. Selain memiliki
angka kematian yang tinggi, penyakit kardiovaskular juga berkaitan dengan beban
kesehatan yang besar. Pada tahun 1990, penyakit ini menimbulkan 134 juta DALY
(disability adjusted life-years), yang merupakan 10% dari total DALY pada saat
tersebut. Nilai DALY akibat kelainan ini akan mencapai 204 juta pada tahun 2020 atau
sekitar 15% dari total DALY yang terjadi pada tahun tersebut (Neal, Chapman and
Patel, 2002).

Diantara penyakit kardiovaskular, penyakit jantung koroner atau PJK


(coronary artery diseases atau CAD) merupakan penyakit yang paling sering terjadi
dengan tingkat mortalitas yang tinggi. PJK merupakan penyebab utama kematian pada
hampir semua negara didunia. Di Amerika Serikat, tingkat kematian PJK adalah 144,4
per 100.000 populasi. American Heart Association (AHA) menyebutkan bahwa pada
tahun 2008, sekitar 770.000 orang Amerika mengalami serangan pertama jantung
koroner dan sekitar 430.000 orang menderita serangan berulang. Selain itu, sekitar
190.000 orang mengalami komplikasi penyakit koroner (infark miokard) setiap tahun.
AHA melaporkan bahwa setiap 26 detik, 1 orang Amerika akan mendapat penyakit
jantung koroner dan setiap menit, 1 orang Amerika meninggal karena penyakit ini. Pada
tingkat global, 3,8 juta laki- laki dan 3,4 juta wanita meninggal akibat PJK setiap tahun
(WHO, 2004).

1
Beban PJK bukan hanya terjadi pada negara-negara maju tetapi juga pada
negara berkembang. Sekitar 60% dari total kematian PJK terjadi di negara-negara
berkembang (Tardif, 2010). WHO menyebutkan bahwa pada tahun 2004, sekitar 80%
kematian dan beban PJK terjadi di negara-negara yang memiliki pendapatan rendah atau
menengah (WHO, 2007).

Mengatasi masalah penyakit pembuluh darah dibutuhkan kesadaran masyarakat


untuk lebih berhati-hati terutama saat menjelang usia 40 tahun. Masyarakat harus selalu
menjaga dan memeriksakan kesehatan secara rutin, disamping harus tahu cara-cara
hidup yang sehat. Usaha hidup sehat ini bukan hanya tugas pemerintah dalam
mengelola rumah sakit, melainkan tanggungjawab masyarakat itu sendiri. Seminar
Gerakan Hidup Sehat, di Jakarta telah dirumuskan pedoman hidup sehat. Maksudnya
adalah mengkonsumsi menu seimbang, tidak merokok, olahraga teratur, istirahat yang
cukup, dan menghindari stress (Wiryowidagdo dan Sitanggang, 2002).

Gizi atau menu seimbang artinya makan makanan yang sesuai dengan
kebutuhan, tidak lebih dan tidak kurang. Untuk memperoleh keseimbangan gizi,
masyarakat modern dalam kelompok umur rawan penyakit jantung dan darah tinggi,
yakni usia 40-70 tahun, harus mengurangi asupan lemak. Mereka perlu mengkonsumsi
protein dari daging, ikan, sayur, dan buah-buahan yang berserat untuk meningkatkan
metabolisme, sekaligus mencegah terjadinya penyumbatan pada pembuluh darah akibat
kolesterol jahat (Wiryowidagdo dan Sitanggang, 2002).

1.2 Tujuan
Tujuan dari makalah ini adalah:
1. Mahasiswa mampu memahami tentang penyakit kardiovaskuler
2. Mahasiswa mampu memahami macam-macam pemeriksaan laboratorium
penyakit kardiovaskuler
3. Mahasiswa mampu memahami berbagai metode pemeriksaan laboratorium
penyakit kardiovaskuler
4. Mahasiswa mampu memahami prosedur kerja, perhitungan dan interpretasi hasil
pemeriksaan laboratorium penyakit kardiovaskuler

2
1.3 Manfaat
Makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat khususnya pada penulis,
maupun para pembaca. Manfaat tersebut baik dari segi pengetahuan dan pemahaman
mendalam mengenai penyakit kardiovaskuler, macam-macam pemeriksaan penyakit
kardiovaskuler serta prosedur pemeriksaan penyakit kardiovaskuler.

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi

Penyakit kardiovaskular (CVD) adalah istilah bagi serangkaian gangguan yang


menyerang jantung dan pembuluh darah, termasuk penyakit jantung koroner (CHD),
penyakit serebrovaskular, hipertensi (tekanan darah tinggi), dan penyakit vaskular
perifer (PVD). Definisi CVD juga menyangkut penyakit lain seperti rheumatic heart
disease (kerusakan jantung akibat rematik) dan penyakit jantung kongenital (kerusakan
bentuk struktur jantung sejak lahir). 17 juta orang meninggal setiap tahun akibat CVD.
Satu kematian terjadi akibat CVD setiap dua detik, satu orang meninggal dalam setiap
lima detik akibat serangan jantung. 17,5 juta kematian akibat CVD yang terjadi pada
tahun 2005, sekitar 7,6 juta diantaranya terjadi karena penyakit jantung koroner dan 5,7
juta karena stroke. 10 juta orang di seluruh dunia yang selamat dari stroke setiap
tahunnya, lebih dari 5 juta diantaranya mengalami cacat permanen sehingga membebani
keluarga dan masyarakat. Kematian global akibat CVD diperkirakan mencapai sekitar
25 juta pada tahun 2020 (Henri, 2008).

Penyakit jantung koroner (PJK) adalah suatu kelainan yang disebabkan oleh
adanya penyempitan dan penyumbatan arteri koronaria yang mengalirkan darah ke otot
jantung. Berdasarkan penelitian epidemiologis prospektif, salah satunya penelitian
Framingham (1960), Multiple Risk Factors Interventions Trial and Minister Heart Study
(PROCAM), diketahui bahwa faktor resiko seseorang untuk menderita PJK dibagi
menjadi dua kelompok, yaitu faktor resiko yang dapat dikendalikan dan yang tidak
dapat dikendalikan (Mamat, 2008).

Faktor resiko yang tidak dapat dikendalikan terdiri atas keturunan, usia dan jenis
kelamin. Sedangkan faktor resiko yang dapat dikendalikan antara lain, hipertensi,
kolesterol, rokok, diabetes melitus (DM), stress, obesitas, dan gaya hidup (aktivitas
fisik, pola makan). Tekanan darah yang tinggi dan menetap akan menimbulkan trauma
langsung terhadap dinding pembuluh darah arteri koronaria, sehingga memudahkan
terjadinya arterosklerosis (penyempitan pembuluh darah arteri) yang merupakan

4
penyebab PJK. Resiko PJK juga akan meningkat pada seorang dengan profil lipid yang
tinggi (kolesterol tinggi). Kandungan nikotin dalam rokok dapat merusak dinding
pembuluh darah (endotel) sehingga dapat terbentuk timbunan lemak yang akhirnya
terjadi penyumbatan pembuluh darah. Sedangkan DM dapat meningkatkan resiko
gangguan terhadap banyak sistem sirkulasi termasuk Coronary Heart Disease (CHD)
(Bustan, 1997).

2.2 Pemeriksaan Penyakit Kardiovaskuler

1. Pemeriksaan Kolestrol Total

Pemeriksaan kolesterol total adalah pemeriksaan kolesterol dalam


lipoprotein yang terdapat dalam plasma. Individu yang tidak puasa, kadar kolesterol
didapat dari jumlah kolesterol dalam lipoprotein kilomikron, VLDL, IDL, LDL,
dan HDL. Sedangkan individu yang melakukan puasa kadar kolesterol total didapat
dari jumlah kolesterol dalam lipoprotein VLDL, IDL, LDL, dan HDL tanpa
kilomikron (Nakajima, K., 2015).

Pengukuran kadar kolesterol total rutin dilakukan dengan metode enzimatik


yang diukur pada akhir reaksi (endpoint). Metode ini memiliki presisi dan akurasi
baik dan mudah diadaptasi untuk alat otomatis, sehingga mudah diterapkan untuk
pelayanan laboratorium klinik (Nugraha, 2018).

a) Prinsip
Ester kolesterol dihidrolisis dengan adanya enzim Cholesterol esterase (CHE)
akan membentuk asam lemak dan kolesterol bebas. Kolesterol bebas yang
terbentuk kemudian dirubah menjadi cholesterol-3-one dan Hydrogen
peroksida (H2O2) oleh enzim Cholesterol oxidase (CHO). Hydrogen peroksida
yang terbentuk, bersama-sama 4Aminoantipyrine dan fenol dengan bantuan
enzim peroksidase (POD) diubah menjadi quinoneimine yang berwarna merah
muda. Intensitas warna yang terbentuk sebanding dengan konsentrasi
kolesterol pada sampel.

5
b) Metode
CHOD-PAP (cholesterol oxidase-para aminophenazone) : enzymatic
photometric test.
c) Alat dan bahan
1. Spektrofotometer 5. Reagen Kolesterol
2. Mikropipet (1000 μL, 10 μL) 6. Standar
3. Blue dan yellow tip 7. Aquades
4. Stopwatch 8. Spesimen ( serum atau plasma)
d) Prosedur kerja
1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2. Pipet ke dalam kuvet
Blanko Standar Pemeriksaan
Spesimen (µl) - - 10 µl
Standar (µl) - 10 µl -
Akuades (µl) 10 µl - -
Reagen (µl) 1000 µl 1000 µl 1000 µl
3. Homogenkan kemudian diinkubasi 10 menit pada suhu kamar / 5 menit
pada suhu 37oC
4. Baca absorban sampel dan standar terhadap blanko reagen pada panjang
gelombang 500 nm (reaksi warna stabil selama 60 menit)
5. Hitung kadar kolesterol total dalam serum sebagai berikut :

Abs. pemeriksaan
Kadar kolestrol total (mg/dl) = 𝑥 Konsentrasi standar
Abs. standar

6
e) Interpretasi Hasil
Pemeriksaan Normal (mg/dl)
< 200
Kolestrol Total
200-239
Resiko rendah
≥ 240
Resiko tinggi

2. Pemeriksaan Trigliserida
Trigliserida merupakan lemak darah dibentuk oleh esterifikasi gliserol dan
tiga asam lemak, yang dibawa oleh lipoprotein serum. Proses pencernaan
trigliserida dari asam lemak dalam diet (eksogenus) dan diantarkan ke aliran darah
sebagai kilomikron (droplet lemak kecil yang diselubungi protein), yang
memberikan tampilan seperti susu atau krim pada serum setelah mengonsumsi
makanan yang tinggi kandungan lemaknya. Sebagian besar trigliserida disimpan
sebagai lemak dalam jaringan adiposa. Fungsi trigliserida adalah memberikan
energi pada otot jantung dan otot rangka (Kee, 2007).
Pemeriksaan trigliserida adalah pemeriksaan trigliserida dalam inti
lipoprotein pada plasma darah. Karakteristik kadar trigliserida sama dengan kadar
kolesterol total yang dipengaruhi oleh faktor puasa, karena individu tidak puasa
mengandung kilomikron yang kaya trigliserida. Pengukuran kadar trigliserida juga
umumnya dilakukan dengan menggunakan metode enzimatik end point (Nugraha,
2017).
a) Prinsip

Hidrolisis trigliserida oleh enzim lipoprotein lipase (LPL) menjadi gliserol dan
asam lemak bebas. Gliserol yang terbentuk mengalami fosforilasi dengan adanya
ATP dan dikatalisis oleh enzim gliserolkinase (GK) membentuk gliserol-3-fosfat
dan ADP. Gliserol-3-fosfat dioksidasi dengan bantuan enzim gliserol fosfat
oksidase (GPO) menjadi dihidrogen aseton fosfat dan hydrogen peroksida
(H2O2). Hydrogen peroksida yang terjadi akan mengoksidasi aminoantipirin dan

7
klorofenol dengan bantuan enzim peroksidase (POD) membentuk kuinonimin
yang berwarna merah muda.

b) Metode
Uji enzimatik kolorimetri menggunakan GPO-PAP (glycerol phosphate
oxidase-para aminophenazone)
c) Alat dan bahan
1. Spektrofotometer 5. Reagen Trigliserida
2. Mikropipet (1000 µl, 10 µl) 6. Standar
3. Blue dan yellow tip 7. Akuades
4. Stopwatch 8. Spesimen (Serum dan Plasma)
d) Prosedur Kerja
1. Siapkan alat dan bahan yang akan di gunakan
2. Pipet ke dalam kuvet
Blanko Standar Pemeriksaan
Spesimen (µl) - - 10 µl
Standar (µl) - 10 µl -
Akuades (µl) 10 µl - -
Reagen (µl) 1000 µl 1000 µl 1000
3. Homogenkan kemudian diinkubasi 10 menit pada suhu kamar / 5 menit pada
suhu 37oC
4. Baca absorban sampel dan standar terhadap blanko reagen pada panjang
gelombang 500 nm (reaksi warna stabil selama 60 menit)
5. Hitung kadar trigliserida dalam serum sebagai berikut

8
Abs. pemeriksaan
Kadar Trigliserida (mg/dl) = 𝑥 Konsentrasi standar
Abs. standar

e) Interpretasi Hasil
Usia (Tahun) Normal (mg/dl)

5-40
Bayi
10-135
5-11
10-140
12-29
20-150
30-39
30-160
40-49
40-190
50

3. Pemeriksaan HDL Direct


Pemeriksaan Kolesterol-HDL (Kolesterol-high density lipoprotein) adalah
pemeriksaan kadar kolesterol (ester kolesterol dan kolesterol bebas) dalam partikel
HDL yang terdapat pada plasma darah. HDL disebut juga sebagai kolesterol baik
karena mengangkut kolesterol dalam tubuh untuk dikeluarkan melalui hati. HDL
memiliki ukuran kecil dibandingkan partikel lipoprotein lainnya (Nugraha, 2018).
Peranan kolesterol HDL adalah membawa kembali kolesterol buruk ke
organ hati untuk pemrosesan lebih lanjut. Orang-orang dengan kadar tinggi dari tipe
kolesterol ini hanya sebagian yang terlindung dari penyakit jantung. Tentu saja,
seseorang yang mempunyai kadar kolesterol HDL dalam kategori sangat baik
masih beresiko terkena penyakit jantung. Sebagian cenderung mempunyai beberapa
faktor resiko lainnya, seperti tekanan darah tinggi, diabetes dan kebiasaan merokok
a) Metode
End point immunoinhibition method

9
b) Alat dan bahan
1. Spektrofotometer 5. Reagen HDL
2. Mikropipet (1000 µl, 10 µl) 6. Kalibrator
3. Blue Dan yellow tip 7. Akuades
4. Stopwatch 8. Spesimen (Serum dan Plasma)
c) Prosedur kerja
1. Siapkan alat dan bahan yang akan di gunakan
2. Pipet ke dalam kuvet
Blanko standar Sampel
10 µl
Akuades (µl)
10 µl
Standar (µl)
10 µl
Sampel (µl)
750 µl 750 µl 750 µl
Reagen 1 (µl)

3. Homgenkan kemudian inkubasi 5 menit pada suhu 37 oC


4. Baca absorbansi 1 (A1)
5. Kemudian tambahkan lagi ke dalam kuvet
Sampel/Kalibrator
250 µl
Reagen 2 (µl)

6. Homgenkan kemudian inkubasi 5 menit pada suhu 37 oC


7. Baca absorbansi 2 (A2)
8. Hitung kadar HDL dengan rumus :

ΔA Sampel
HDL (mg/dl) = 𝑥 Konsentrasi standar
ΔA standar

10
d) Interpretasi Hasil
Pemeriksaan Normal (mg/dl)
<40
Level rendah (risiko tinggi)
40-60
Level sedang (perbatasan)
≥ 60
Level tinggi (optimal)

4. Pemeriksaan HDL Indirect


Kolesterol HDL adalah lipoprotein kecil dan padat partikel yang
mengandung Apo I dan Apo II (K, Ashwini, 2007). HDL merupakan salah satu dari
tiga komponen lipoprotein yaitu kombinasi lemak dan protein, mengandung kadar
protein tinggi, sedikit trigliserida dan fosfolipid, mempunyai sifat umum protein
dan terdapat pada plasma darah, disebut juga lemak baik yang membantu
membersihkan penimbunan plak pada pembuluh darah (Kee, 2008).
Pemeriksaan Kolesterol-HDL (Kolesterol-high density lipoprotein) adalah
pemeriksaan kadar kolesterol (ester kolesterol dan kolesterol bebas) dalam partikel
HDL yang terdapat pada plasma darah. HDL disebut juga sebagai kolesterol baik
karena mengangkut kolesterol dalam tubuh untuk dikeluarkan melalui hati. HDL
memiliki ukuran kecil dibandingkan partikel lipoprotein lainnya (Nugraha, 2018).
a) Prinsip
Prinsip dalam pemeriksaan kadar HDL ini yaitu dimana presipitat dari
kilomikron, VLDL, dan LDL di endapkan dari penjumlahan phosphotugistic
acid dan magnesium klorida. Setelah supernatant di sentrifuge, cairan terdiri
sedikit HDL sedangkan kolestrol di tentukan dari proses enzimatis.
b) Metode
Secara kolirimetrik enzimatik

11
c) Alat dan bahan
1. Spektrofotometer 6. Reagen HDL
2. Mikropipet (1000 µl, 10 µl) 7. Reagen Kolestrol
3. Blue Dan yellow tip 8. Akuades
4. Stopwatch 9. Spesimen (Serum dan Plasma)
5. Standar
d) Prosedur Kerja
1. Siapkan alat dan bahan yang akan di gunakan
2. Lakukan pengendapan sampel :
a. Pipet 200 µl serum ke dalam tabung sentrifuge
b. Tambahkan 400 µl reagen presipitan
c. Homogenkan kemudian inkubasi 10 menit pada suhu kamar
d. Sentrifuge selama 10 menit dengan kecepatan 4000 rpm
3. Pipet ke dalam kuvet
Blanko Standar Pemeriksaan
- - 50 µl
Supernatan (µl)
- 50 µl -
Standar (µl)
50 µl - -
Akuades (µl)
1000 µl 1000 µl 1000 µl
Reagen kolestrol (µl)

4. Homogenkan kemudian inkubasi 10 menit pada suhu kamar / 5 menit pada


suhu 37 oC
5. Baca absorbansi sampel dan standar terhadap blanko reagen pada panjang
gelombang 500 nm ( reaksi warna stabil selama 60 menit )
6. Hitung kadar HDL dalam serum sebagai berikut :

Abs. pemeriksaan
HDL Supernatan (mg/dl) = 𝑥 Konsentrasi standar
Abs. standar

Kadar HDL (mg/dl) = Kolesterol Total – HDL Supernatan

12
e) Interpretasi Hasil
Pemeriksaan Normal (mg/dl)
<40
Level rendah (risiko tinggi)
40-60
Level sedang (perbatasan)
≥ 60
Level tinggi (optimal)

5. Pemeriksaan LDL Direct


LDL (Low Density Lipoprotein) adalah pemeriksaan kadar kolesterol (ester
kolesterol dan kolesterol bebas) dalam partikel LDL yang terdapat pada plasma
darah. LDL disebut juga kolesterol jahat karena mengangkut kolesterol untuk
didistribusikan keseluruh tubuh dan menyebabkan pembentukan plak
aterosklerosis. Pemeriksaan kolesterol LDL digunakan bersama-sama parameter
pemeriksaan lipid lainnya guna menentukan risiko penyakit jantung koroner atau
digunakan untuk memantau efektivitas pengobatan (Nugraha, 2018).
Pemeriksaan kolesterol-LDL direk adalah teknik pengukuran LDL dengan
melakukan pengukuran langsung terhadap partikel LDL. Metode penukuran LDL
dilakukan dengan teknik presipitasi, antibody poliklonal dan asai homogen.
Pemeriksaan kolesterol LDL metode presipitasi sama seperti pemeriksaan
kolesterol HDL yaitu melakukan pengukuran secara selektif pada LDL dengan cara
memisahkan partikel non LDL, senyawa kimia yang ditambahkan untuk
pembentukan presipitasi umumnya polivinil sulfat atau heparin pada pH rendah
(Nugroho, 2018).
a) Prinsip
Low density lipoproteins (LDL) diendapkan dengan penambahan heparin. High
density lipoproteins (HDL) dan kepadatan sangat rendah lipoprotein (VLDL)
tetap dalam supernatan setelah sentrifugasi dan diukur secara enzimatis dengan
metode CHOD-PAP. Kadar kolesterol LDL dihitung sebagai perbedaan
kolesterol total dan kolesterol dalam supernatan.

13
b) Metode
CHOD-PAP (cholesterol oxidase-para aminophenazone) : enzymatic
photometric test
c) Alat dan bahan
1. Spektrofotometer 6. Reagen Kolestrol Total
2. Mikropipet (1000 µl, 10 µl) 7. Reagen LDL (presipitan)
3. Blue Dan yellow tip 8. Akuades
4. Stopwatch 9. Spesimen (Serum dan Plasma)
5. Standar
d) Prosedur Kerja
1. Siapkan alat dan bahan yang akan di gunakan
2. Lakukan pengendapan sampel:
a. Pipet 100 µl serum ke dalam tabung sentrifuge
b. Tambahkan 1000 µl reagen presipitan
c. Homogenkan kemudian inkubasi 15 menit pada suhu kamar
d. Sentrifuge selama 20 menit dengan kecepatan 2500 rpm
3. Pipet ke dalam kuvet
Blanko Standar Pemeriksaan
- - 100 µl
Supernatan (µl)
- 100 µl -
Standar (µl)
100 µl - -
Akuades (µl)
1000 µl 1000 µl 1000µl
Reagen kolestrol (µl)

4. Homogenkan kemudian inkubasi 10 menit pada suhu kamar / 5 menit pada


suhu 37 oC
5. Baca absorbansi sampel dan standar terhadap blanko reagen pada panjang
gelombang 500 nm ( reaksi warna stabil selama 60 menit )
6. Hitung kadar LDL dalam serum sebagai berikut :

14
Abs. pemeriksaan
Kolestrol Supernatan (mg/dl) = 𝑥 Konsentrasi standar
Abs. standar

Kadar LDL (mg/dl) = Kolesterol Total – Kolestrol Supernatan

e) Interpretasi Hasil
Kadar LDL (mg/dl)

< 100
Optimal
100-129
Mendekati optimal
130-159
Batas Tinggi
160-189
Tinggi
≥190
Sangat Tinggi

6. Pemeriksaan LDL Indirect


Pemeriksaan LDL indirek adalah teknik pengukuran kadar LDL tanpa
mengukur langsung kolesterol dalam partikel LDL. Salah satu teknik estimasi yang
sering digunakan untuk mengukur LDL yaitu dengan formula Friedewald. Formula
Friedewald menggunakan hasil pengukuran kolesterol total, Trigliserid, HDL untuk
menetapkan konsentrasi LDL (Nugroho, 2017).
Penerapan formula Friedewald dalam laboratorium klinik harus memenuhi
syarat pre-analitik, yaitu sampel tidak mengandung kilomikron (pasien puasa),
tidak memiliki konsentrasi trigliserida di atas 400 mg/dL dan pasien tidak
mengalami disbetalipoproteinemia (Nugroho, 2017).

15
a) Prinsip
Kolesterol total terdiri dari kolesterol-VLDL, LDL, dan HDL. Sehingga LDL
didapat dari kolesterol total dikurangi kolesterol-VLDL dan HDL. Dimana nilai
kolesterolVLDL diperkirakan menggunakan factor Trigliserida/5 yang telah
ditetapkan oleh Friedewald dkk.

b) Metode
Friedewald

c) Alat dan bahan


1. Spektrofotometer
2. Mikropipet (1000 µl, 100 µl, 25 µl, 10 µl, )
3. Blue Dan yellow tip
4. Stopwatch
5. Standar
6. Reagen Kolestrol Total
7. Reagen HDL (presipitan)
8. Reagen Trigliserida
9. Akuades
10. Spesimen (Serum dan plasma heparin atau plasma EDTA)

d) Prosedur Kerja
1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2. Lakukan prosedur pemeriksaan kolestrol total, trigliserida dan HDL
3. Hasil pemeriksaan kolestrol total, trigliserida dan HDL di gunakan untuk
menetapkan kadal LDL dengan persamaan sebagai berikut :

Trigliserida
Kadar LDL = (Kolestrol Total) − (HDL) − ( )
5

16
e) Interpretasi Hasil
Kadar LDL (mg/dl)

< 100
Optimal
100-129
Mendekati optimal
130-159
Batas Tinggi
160-189
Tinggi
≥190
Sangat Tinggi

7. Pemeriksaan CPK/CK
Creatinin Kinase (CK) merupakan enzim yang tersebar luas hamper di
seluruh jaringan, aktivitas enzim tertinggi ditemukan pada otot rangka, otot jantung,
dan jaringan otak. Aktivitas CK palling kecil ditemukan pada ginjal, paru-paru,
limpa, hati dan pancreas (Nugroho, 2018). CK ada dalam serum dalam bentuk
dimer sebagai CK-MM, CK-MB, CK-BB dan sebagai makroenzim. Nilai CK yang
dinaikkan adalah diamati pada kerusakan otot jantung dan penyakit otot rangka.
Pengukuran CK digunakan terutama dalam hubungannya dengan CK-MB untuk
diagnosis dan pemantauan infark miokard (Diasys, 2016).
Pemeriksaan aktivitas CK dilakukan secara kinetic dan menggabungkan
dengan enzim lain untuk menghasilkan produk yang berwarna. Tingkat CK
dianggap sebagai indicator sensitive infark miokard akut dan distrofi muscular
terutama tipe Duchenne. Tingkat CK ditemukan bervariasi berdasarkan masa otot,
oleh karena itu nilai normal dipengaruhi oleh jenis kelamin, ras, usia dan aktivitas
fisik (Nugroho, 2018).
a) Prinsip
Kreatinin kinase (CK) akan mengkatalisis keratin fosfat dan ADP menjadi
keratin dan ATP. ATP yang terbentuk bereaksi dengan glukosa dengan bantuan
enzim heksokinase (HK), membentuk glukosa-6-fosfat (G6P) dan ADP.
Glukosa-6-fosfat direaksikan dengan NADP yang dikatalis oleh enzim glukosa-

17
6-fosfat dehidrogenase (G6P-DH) menghasilkan Glukonat-6-fosfat, NADPH dan
H+. Peningkatan NADPH yang terbentuk sesuai dengan aktivitas katalitik CK.
b) Metode
Kinetik Enzimatik - IFCC (International Federation of Cinical Chemistry and
Laboratory Medicine)
c) Alat dan bahan
1. Spektrofotometer
2. Mikropipet (1000 µl, 100 µl, 50 µl, 10 µl, )
3. Blue Dan yellow tip
4. Stopwatch
5. Reagen CK
6. Akuades
7. Spesimen (Serum dan plasma heparin atau plasma EDTA)
d) Prosedur Kerja
1. Siapakan alat dan bahan yang akan di gunakan
2. Substrate starat
a. Memipet ke dalam kuvet
Blanko Pemeriksaan
- 50
Sampel/kalibrator (µl)
50 -
Akuades (µl)
1000 1000
Reagen 1 (µl)

Homogenkan, inkubasi selama 3 menit


250 250
Reagen 2 (µl)

Homogenkan, inkubasi selama 3 menit

Baca absorbansi pada panjang gelombang 340 nm setelah 1, 2, 3


menit

18
Sampel start
a. Campurkan 4 bagian R1 dan 1 bagian R2 (monoreagen)
b. Pipet ke dalam kuvet
Blanko Pemeriksaan
- 40
Sampel/kalibrator (µl)
40 -
Akuades (µl)
1000 1000
Monoreagen (µl)

c. Homogenkan, inkubasi selama 3 menit


d. Baca absorbansi pada panjang gelombang 340 nm setelah 1, 2, 3
menit
3. Hitung hasi pemeriksaan aktivitas CK sebagai berikut
Dengan factor teoritis :
Aktivitas CK (U/L) = (∆Abs/menit) x Faktor
(Faktor untuk panjang gelombang 340 nm adalah 4127)
Dengan kalibrator

(∆Abs/menit) Pemeriksaan
Aktivitas CK (U/L) = 𝑥 Konsentrasi kalibrator
(∆Abs/menit) standar

e) Interpretasi Hasil
Jenis Kelamin Normal (U/L)
≤ 171 U/L
Laki-laki
≤ 145 U/L
Perempuan

19
8. Pemeriksaan CKMB
CKMB (Creatine Kinase MB) adalah enzim jantung yang disusun oleh
subunit M dan/atau B. CK berperan sebagai pengatur produksi fosfat berenergi
tinggi dan pemanfaatannya untuk kontraksi jaringan. Secara umum, CK berperan
sebagai perantara ikatan fosfat berenergi tinggi melalui kreatin fosfat dari
mitokondria ke sitoplasma. Sehingga, enzim ini terdapat pada jaringan yang
memiliki kebutuhan energi yang tinggi seperti di tubulus ginjal dan otot jantung
(Kemp MJ, 2004).
CKMB banyak ditemukan di otot jantung, sehingga total serum CK dan
konsentrasi CKMB meningkat ketika terjadi cedera pada mitokondria, namun
CKMB lebih spesifik pada cedera miokardium dibandingkan CK (Kemp MJ, 2004).
Pemeriksaan CKMB dapat dilakukan menggunakan elektroforesis, tetapi metode
yang sering diterapkan pada laboratorium klinik menggunakan metode imunoasai
dan fotometrik.
a) Prinsip
Kreatinin B mengkatalis transfer gugus fosfat dari substrat keratin ke ATP.
Pembentukan ATP selanjutnya diukur melalui penggunaan dua reaksi gabungan
yang dikatalisis oleh hekdokinase (HK) dan glukosa-6-fosfat dehidrogenase dari
NADP. Laju absorbansi meningkat pada 450 nm berbanding lurus dengan
aktivitas keratin kinase-B
b) Metode
Kinetik Enzimatik - IFCC (International Federation of Cinical Chemistry and
Laboratory Medicine)
c) Alat dan bahan
1. Spektrofotometer
2. Mikropipet (1000 µl, 100 µl, 50 µl, 25 µl, )
3. Blue Dan yellow tip
4. Stopwatch
5. Reagen CKMB
6. Akuades
7. Spesimen (Serum dan plasma heparin atau plasma EDTA)

20
d) Prosedur Kerja
1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2. Sample start
a. Campurkan 4 bagian R1 dan 1 bagian R2 (monoreagen)
b. Pipet ke dalam kuvet
Blanko Pemeriksaan
- 40
Sampel/kalibrator (µl)
40 -
Akuades (µl)
1000 1000
Monoreagen (µl)

c. Homogenkan, inkubasi selama 5 menit


d. Baca absorbansi pada panjang gelombang 340 nm setelah 1, 2, 3, 4, dan
5 menit
3. Hitung hasil pemeriksaan aktivitas CKMB sebagai berikut :
Dengan factor teoritis :
Aktivitas CKMB (U/L) = (∆Abs/menit) x Faktor
(Faktor untuk panjang gelombang 340 nm adalah 4127)

Dengan kalibrator

(∆Abs/menit) Pemeriksaan
Aktivitas CKMB (U/L) = 𝑥 Konsentrasi kalibrator
(∆Abs/menit) standar

e) Interpretasi Hasil
Tipe sampel Normal (U/L
≤ 24 U/L
Serum

21
9. Pemeriksaan LDH
Lactate dehydrogenase (LDH) adalah enzim, yang terdiri dari lima isoenzim
berbeda yang mengkatalisis interkonversi L-laktat dan piruvat. LDH hadir dalam
sitoplasma semua jaringan manusia dengan konsentrasi yang lebih tinggi di hati,
jantung dan tulang otot, dan nilai yang lebih rendah pada eritrosit, pankreas, ginjal
dan perut. Peningkatan aktivitas LDH ditemukan dalam berbagai kondisi patologis
seperti infark miokard, penyakit hati, penyakit darah, dan penyakit kanker atau otot.
Namun, karena kurangnya spesifisitas organ, penentuan isoenzimnya atau enzim
lain seperti alkali fosfatase atau ALAT / ASAT diperlukan untuk diagnosis banding
(Diasys, 2018).
Uji aktivitas LDH dilakukan secara kinetic menggunakan fotometer. LDH
akan mengkatalis asam laktat menjadi piruvat dengan bantuan NAD+ yang terdapat
pada reagen (Nugroho, 2018)
a) Prinsip
Laktat dehidrogenase (LDH) mengkatalisis konversi L-laktat menjadi piruvat.
Dalam prosesnya, NAD+ dioksidasi menjadi NADH. Perubahan absorbansi ini
berbanding lurus dengan aktivitas LDH dalam sampel.
b) Metode
Kinetik Enzimatik - IFCC (International Federation of Cinical Chemistry and
Laboratory Medicine)
c) Alat dan bahan
1. Spektrofotometer
2. Mikropipet
3. Blue Dan yellow tip
4. Stopwatch
5. Reagen LDH
6. Akuades
7. Spesimen (Serum dan plasma heparin atau plasma EDTA)
d) Prosedur Kerja
1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2. Substrate Start

22
a. Memipet ke dalam kuvet
Blanko Pemeriksaan
- 20
Sampel/kalibrator (µl)
20 -
Akuades (µl)
1000 1000
Reagen 1 (µl)

Homogenkan, inkubasi selama 1-5 menit


250 250
Reagen 2 (µl)

Homogenkan, inkubasi selama 3 menit

Baca absorbansi pada panjang gelombang 340 nm setelah 1, 2, 3


menit

Sample Start
a. Campurkan 4 bagian R1 dan 1 bagian R2 (monoreagen)
b. Pipet ke dalam kuvet
Blanko Pemeriksaan
- 20
Sampel/kalibrator (µl)
20 -
Akuades (µl)
1000 1000
Monoreagen (µl)

c. Homogenkan, inkubasi selama 3 menit


d. Baca absorbansi pada panjang gelombang 340 nm setelah 1, 2, 3
menit
3. Hitung hasi pemeriksaan aktivitas LDH sebagai berikut
Dengan factor teoritis :
Aktivitas LDH (U/L) = (∆Abs/menit) x Faktor

23
(Faktor untuk panjang gelombang 340 nm dengan substrate start
adalah 10080 dan dengan sample start adalah 8095)

Dengan kalibrator

(∆Abs/menit) Pemeriksaan
Aktivitas LDH (U/L) = 𝑥 Konsentrasi kalibrator
(∆Abs/menit) standar

e) Interpretasi Hasil
Jenis Kelamin Normal (U/L)
≤ 248 U/L
Laki-laki
≤ 247 U/L
Perempuan

10. Pemeriksaan HBDH


α-Hydroxybutyrate dehydrogenase (α-HBDH) adalah isoenzim lactate
dehydrogenase (LDH), yang menggunakan α-hydroxybutyrate sebagai substrat
tambahan. Dibandingkan dengan isoenzim lainnya dari LDH itu terjadi pada
tingkat yang lebih tinggi di jaringan otot jantung dan karenanya agak lebih
sensitif dan lebih spesifik dalam diagnosis infark miokard. Untuk diferensiasi
antara penyakit hati dan jantung rasio HBDH / LDH dapat dihitung. Penurunan
rasio HBDH / LDH menunjukkan penyakit hati parenkim, sementara
peningkatan rasio dapat diukur dalam infark miokard (Diasys, 2014).
a) Reaksi

b) Metode
Tes UV dioptimalkan menurut DGKC (German Society of Clinical Kimia)

c) Alat dan bahan

24
1. Spektrofotometer 5. Reagen HBDH
2. Mikropipet 6. Akuades
3. Blue Dan yellow tip 7. Specimen (serum dan plasma)
4. Stopwatch
d) Prosedur kerja
1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2. Substrate start
a. Memipet ke dalam kuvet
Blanko Pemeriksaan
- 20
Sampel/kalibrator (µl)
20 -
Akuades (µl)
1000 1000
Reagen 1 (µl)

Homogenkan, inkubasi selama 1-5 menit


250 250
Reagen 2 (µl)

Homogenkan, inkubasi selama 1 menit

Baca absorbansi pada panjang gelombang 340 nm setelah 1, 2, 3


menit

Sample start
a. Campurkan 4 bagian R1 dan 1 bagian R2 (monoreagen)
b. Pipet ke dalam kuvet
Blanko Pemeriksaan
- 20
Sampel/kalibrator (µl)
20 -
Akuades (µl)
1000 1000
Monoreagen (µl)

25
c. Homogenkan, inkubasi selama 1 menit
d. Baca absorbansi pada panjang gelombang 340 nm setelah 1, 2, 3
menit
3. Hitung hasi pemeriksaan aktivitas HBDH sebagai berikut :
Dengan faktor teoritis :
Aktivitas HBDH (U/L) = (∆Abs/menit) x Faktor
(Faktor untuk panjang gelombang 340 nm dengan substrate start
adalah 10080 dan dengan sample start adalah 8095)
e) Interpretasi Hasil
Usia Normal (U/L)
< 140 U/L
Dewasa

11. Pemeriksaan Troponin I


Troponin I merupakan protein yang dilepaskan ke dalam darah ketika
terjadi kerusakan pada otot jantung, sehingga menjadi indikator infark miokard
yang sangat sensitif dan spesifik. Pemeriksaan Troponin I mendeteksi adanya
Troponin I dalam darah untuk membantu menentukan apakah seseorang
mengalami serangan jantung. Pemeriksaan Troponin I segera dilakukan selama
beberapa jam ketika seseorang mengalami tanda dan gejala yang mungkin
disebabkan oleh serangan jantung, seperti rasa sakit di dada, bahu, leher, rahang,
dan/atau sesak nafas; ketika kondisi angina (sakit dada yang berhubungan dengan
masalah jantung) memburuk, terutama bila dengan istirahat tidak kunjung
membaik (Prodia, 2019).
Bersama dengan troponin T (TnT) dan troponin C (TnC), TnI
membentuk troponin complex di dalam hati yang memainkan peran fundamental
dalam pengiriman intracellular calcium signal actin-myosin interaction. Meskipun
troponin I juga ditemukan di dalam otot kerangka, cardiac troponin I (cTnI)
memiliki residue asam amino tambahan pada terminal N-nya yang
membedakannya dari bentuk otot kerangka, yang mana membuat cTnI sebagai

26
penanda spesifik untuk mengindikasi penyumbatan jantung. cTnI dilepaskan
secara cepat kedalam aliran darah segera setelah serangan penyumbatan jantung
yang akut (AMI). Pola pelepasannya mirip dengan CK-MB ( 4-6 jam setelah
serangan AMI). Namun, level CK-MB kembali normal setelah 36 – 48 jam,
sementara level cTnI tetap tinggi hingga 6 – 10 hari. Level cTnI dibawah
0.06ng/L dalam angka rata-rata orang normal, substansi ini juga tidak terdeteksi
pada pasien yang menderita cedera otot kerangka. Sehingga cTnI menjadi
penanda spesifik untuk diagnosa dari pasien AMI. Level cTnI bisa mencapai 100-
1300ng/ml di beberapa pasien AMI.
a) Prinsip
Saat serum atau sampel plasma ditambahkan pada pad sampel, serum/ sampel
plasma bergerak melalui pad conjugate dan mengaktifkan conjugate anti-cTnI
emas yang dibalut pada pad conjugate Campuran ini bergerak melalui
membran dengan gerakan capillary dan bereaksi dengan antibodi anti-cTnI
yang dibalut pada regio tes. Jika cTnI ada pada level 1.0ng/ml atau lebih tinggi
lagi, hasilnya adalah formasi garis berwarna pada regio tes. Jika tidak ada cTnI
di dalam sampel, regionya tidak menimbulkan warna. Sampel terus bergerak
menuju area kontrol dan membentuk warna pink yang mengindikasikan bahwa
tes sedang bekerja dan hasilnya valid.
b) Metode
Imunokromatografi
c) Alat dan bahan
1. Rapid Test Cassete
2. Spesimen (serum, plasma heparin atau plasma EDTA)
d) Prosedur kerja
Melakukan prosedur uji tersebut, peralatan dan spesimen harus pada
suhu ruangan (sampel sebaiknya baru dan bila disimpan di pendingin, harus
ditunggu sampai tercapai suhu ruangan). Sampel diteteskan secara vertikal
pada sumur sampel sebanyak 2-3 tetes (100-150 ul). Hasil dibaca antara 5
sampai 15 menit.

27
e) Interpretasi Hasil
Interpretasi meliputi positif dan valid bila 2 pita warna tampak dalam 15
menit (hasil tes dapat dibaca segera setelah pita warna tampak pada area tes);
negatif bila area tes tanpa pita warna dan area kontrol tampak pita warna dan
invalid, jika tak terbentuk pita warna pada regio kontrol.

12. Pemeriksaan Troponin T


Tropinin T kardiak adalah suatu polipeptide dengan berat molekul 37 kDa,
terdapat pada filamen tipis dari serat otot melintang dan berfungsi sebagai protein
yang mengatur kontraksi. Tropinin T dapat ditemukan baik pada otot jantung
maupun skelet namun susunan asam amino agak berbeda antara kedua jenis otot
tersebut, sehingga dapat dibedakan melalui teknik imunologik.
Berbagai penelitian klinik telah membuktikan bahwa pemeriksaan tropinin
T mempunyai sensitifitas dan spesifitas yang tinggi dalam mendeteksi kerusakan
miokard, sehingga pada tahun 1994 oleh “Food and Drug Administration” di
Amerika Serikat telah menyetujui penggunaan pemeriksaan tropinin T di klinik.
Berbagai aplikasi klinik tropinin T antara lain digunakan untuk :
1. Diagnosis infark miokard akut

28
2. Diagnosis dan prognostik pada angina pektoris tak stabil.
3. Diagnosis IMA perioperatif.
4. Penilaian keberhasilan reperfusi coroner
5. Mendeteksi kerusakan miokard minor setelah PTCA
6. Diagnosis kontusio jantung
a) Prinsip pemeriksaan Troponin T secara Elisa
Pemeriksaan kadar TnT Elisa dengan prinsip Sandwich menggunakan
teknik biotin – Streptavidin. Pada tabung bagian dalamnya di lapisi
streptavidin dimasukan serum penderita dan larutan inkubasi yang antara lain
mengandung anti berlabel biotin dan anti biotin TnT berlabel enzim. Biotin
akan berikatan dengan streptavidin. Selanjutnya TnT yang terdapat pada
serum penderita akan berikatan dengan anti TnT berlabel dengan anti TnT
berlabel Biotin yang terikat streptavidin pada satu sel dan pada sisi lainnya
berikatan dengan anti TnT berlabel enzim. Setelah itu tabung di cuci dengan
larutan pencuci dan kemudian ditambahkan subtrat ABTS dan H2O2. bila
dalam serum penderita terdapat TnT yang dapat di baca dengan fotometer
pada panjang gelombang 405 nm,(1,3,9,10) pemeriksaan TnT Elisa
menggunakan alat Automotik Elisa Analyzer ES 33.
Prosedur pemeriksaan Troponin Tsecara Elisa
Setelah alat dinyalakan masukkan selang – selang yang tersedia
kedalam tabung – tabung yang berisi reagensi menurut urutan yang
ditunjukan pada layar monitor. Pipet masing – masing 200 uL 6 standar, 2
kontrol Tnt dan sampel yang akan di periksa masing – masing ke dalam
tabung streptavidin. Selanjutnya alat akan bekerja secara otomatis sampai
didapatkan hasil pada kertas printer berupa kadar TnT dalam satuan ng/mL.
Lamanya waktu yang diperlukan untuk pemeriksaan TnT secara Elisa ini
minimal 2 jam.
b) Prinsip pemeriksaan TnT Kualitatif Secara Immuno Assay TnT-RA
Troponin T RA dilakukan dengan metode Elisa cara dry Chemistry,
berdasarkan prinsip sandwich dan hasil dinyatakan secara kualitatif. Pada
Troponin T RA terdapat dua monoclonal anti bodi spesifik yang berbeda

29
label. Satu di antaranya berlabel emas dan yang lainnya berlabel biotin. Bila
terdapat TnT dalam plasma akan berkaitan dengan kedua jenis monoklonal
antibody tersebut membentuk kompleks sandwich. Kompleks sandwich itu
akan melalui zona deteksi di mana biotin pada kompleks sandwich berikatan
dengan sreptavidin yang terdapat pada garis signal dan tabel emas pada
kompleks sandwich akan membentuk garis yang berwarna merah. Antibody
berlabel emas yang berlebih akan berkaitan dengan TnT sintetik yang
terdapat pada garis kontrol dan memberikan warna merah. Ini membuktikan
bahwa pemeriksaan berjalan baik.

Prosedur pemeriksaan TnT Kualitatif Secara Immuno Assay TnT-RA

Prosedur pemeriksaan troponin T RA adalah ke dalam sumur sampel kit yang


di letakan mendatar, lalu diteteskan darah Na2EDTA sebanyak 150 uL
dengan pipet yang telah disediakan pada kit. Kemudian di tutup dengan stiker
yang telah tersedia pula. Setelah 20 menit hasil pemeriksaan di baca. Adanya
garis merah pada zona deteksi baik jelas maupun samar dinyatakan positif.
Keabsahan dari pemeriksaan di tandai dengan adanya garis kontrol yang
berwarna merah. Batas nilai ambang minimal untuk deteksi TnT
menggunakan Troponin T RA adalah kadar TnT 0,3 ng.

13. Pemeriksaan NT-Pro BNP


N-Terminal-pro Brain Natriuretic Peptide (NTproBNP) adalah pecahan
terakhir (fragmen terminal) NH2 prohormon BNP yang dirembih (sekresi) miosit
jantung karena rangsangan batas daya tahan (stimulus stress) dinding jantung
berupa regangan dinding ventrikel dan tekanan pengisian jantung yang
ditimbulkan oleh berbagai penyebab. Di samping digunakan sebagai petanda
hayati (biomarker) untuk gagal jantung akut dan kronis, NT-proBNP juga dapat
digunakan untuk menemukan (deteksi) penurunan fungsi ventrikel kiri penderita
(pasien) asimptomatik dengan faktor risiko penyakit kardiovaskuler (Zhang,
2004).

30
Brain natriuretic peptide (BNP) adalah salah satu keluarga dari peptida
natriuretik yang berperan sebagai hormon polipeptida pada keseimbangan cairan
tubuh dan tonus pembuluh darah. BNP dikeluarkan oleh otot jantung di atrium
dan ventrikel, terutama oleh ventrikel kiri. BNP dikeluarkan sebagai hormon pre-
proBNP yang kemudian dipecah menjadi proBNP yang tersimpan dalam sel otot
jantung. Adanya rangsangan, seperti peregangan otot jantung, menyebabkan
pecahnya proBNP menjadi BNP dan NT-proBNP yang dilepas ke sirkulasi. BNP
dianggap aktif secara biologis sebagai neurohormon, sedangkan NT-proBNP tidak
aktif.

Pengukuran dan Nilai Plasma BNP


Terdapat dua metode dalam pemeriksaan BNP, yaitu metode
radioimmunoassay (RIA) dan immunoradiometricassay (IRMA) atau fluorescence
immunoassay (FI). Metode RIA telah diperkenalkan sejak 10 tahun lalu, metode
ini dilakukan secara tidak langsung yaitu melalui ektraksi, sample pertama kali
diinkubasi dengan BNP-antibody selama 24 jam kemudian ditambahkan 125I-
BNP, diinkubasi lagi 24 jam untuk meningkatkan sensitifitas. Antigen bebas
biasanya dipisahkan dari kompleks antigenantibody dengan polyethyleneglycol
dengan cara sentrifuge.
Ketika akan dipersiapkan untuk pemeriksaan ekstrak dibutuhkan volume
plasma yang cukup besar dan tekanan yang lebih tinggi. Untuk kebanyakan
radioimmunoissay tekanan tergantung pada konsentrasi, tetapi beberapa penelitian
melaporkan profilnya secara tepat pada kurva dosis-respon. Level plasma BNP
pada manusia tidak didistribusikan secara normal, tetapi kebanyakan penulis
memberikan nilai rata-rata: means ± SD, dengan nilai rata-rata dari laboratorium
yang berbeda berkisar 2-22 pg/mL. Dari beberapa sumber variasi harga normal
yang dilaporkan beberapa laboratorium yang berbeda membuat sulit untuk
menentukan standart BNP internasional, tetapi factor lain seperti perbedaan
metode juga penting untuk diperhatikan. Pada kondisi klinik yang berhubungan
dan level plasma yang muncul pada gangguan jantung bergantung pada keparahan
kondisi dan dapat menjadi tinggi. Level bisa menjadi 20X lebih tinggi pada CRF
yang didialisis, dan > 100X pada penderita dengan kardiomyopati obstruktif
hipertropi. Tetapi ini bergantung juga pada variasi individu dan tingkat keparahan

31
dari kerusakan jantung dan atau ginjal. Metode ini memerlukan waktu sekitar 3
hari dengan jumlah sample lebih dari 10 mL, sehingga menjadi problem jika
hasilnya diperlukan secepatnya.
Pada metode IRMA tidak diperlukan ektraksi, jadi merupakan metode
langsung atau direct assay, menggunakan dua monoclonal antibody dan
membutuhkan inkubasi selam 20 jam, sample yang dibutuhkan hanya 100uL.
Secara keseluruhan metode IRMA lebih sensitive dan mempunyai profil yang
lebih bagus dari RIA.
Sample darah diambil dari darah vena, kemudian ditambah EDTA
dimasukkan tabung lalu disentrifuge pada suhu 4 0C, plasma dimasukkan dalam
tabung plastik dan didinginkan pada suhu –20 0C. Peptida stabil pada suhu –20
0C selama 2-3 bulan, jika diperlukan disimpan lebih lama maka disarankan
disimpan pada suhu yang lebih rendah lagi. Nilai range BN sekitar 3 sampai 1300
pg/mL, dengan cut off 100 pg/mL, nilai ini bervariasi (6,11,12). Konsentrasi
plasma BNP meningkat pada pasien yang secara klinis didiagnosis CHF
dibanding pasien tanpa CHF (675 pg/mL lawan 110 pg/mL). Pada pasien dengan
disfungsi ventrikel kiri tanpa exaserbasi akut nilai plasma BNP 346 pg/mL.
Plasma BNP . 100 pg/mL diagnosis CHF dengan sensitivitas 90%, spesifisitas
76%, dan nilai prediksi 83%.
Ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan dan berpengaruh terhadap
kenaikan nilai level BNP, yaitu: usia, jenis kelamin, pasien sirosis hati, gagal
ginjal, hipertropi ventrikel kiri, atau kondisi lain seperti myokarditis, hipertensi
pulmonal primer, hiperaldosteronisme primer, sindroma cushing.

32
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Penyakit kardiovaskular (CVD) adalah istilah bagi serangkaian gangguan
yang menyerang jantung dan pembuluh darah, termasuk penyakit jantung koroner
(CHD), penyakit serebrovaskular, hipertensi (tekanan darah tinggi), dan penyakit
vaskular perifer (PVD). Diantara penyakit kardiovaskular, penyakit jantung koroner
atau PJK (coronary artery diseases atau CAD) merupakan penyakit yang paling
sering terjadi dengan tingkat mortalitas yang tinggi. Ada beberapa parameter yang
dapat digunakan untuk mendiagnosis penyakit kardiovaskuler yaitu ;
1. Pemeriksaan kolestrol total
2. Pemeriksaan Trigliserida
3. Pemeriksaan HDL
4. Pemeriksaan LDL
5. Pemeriksaan CPK/CK
6. Pemeriksaan CKMB
7. Pemeriksaan LDH
8. Pemeriksaan HBDH
9. Pemeriksaan NT-Pro BNP
10. Pemeriksaan Troponin T
11. Pemeriksaan Troponin I

33
DAFTAR PUSTAKA

K, Ashwini dan Syed Abdul J. 2017. Comparative study of direct and indirect methods
for estimation of serum HDL cholesterol. IJAPB: Volume: 4.

Kee, Joyce LeFever. 2017. Pedoman Pemeriksan Laboratorium dan Diagnostik, Ed. 6.
Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Nugraha, Gilang dan Imaduddin B. 2018. Pedoman Teknik Pemeriksaann


Laboratorium Klinik untuk Mahasiswa Teknologi Laboratorium Medik. Jakarta
: Trans Info Media.

Nugraha, Gilang. 2017. LIPID : Klasifikasi, Metabolisme, Arterosklerosis dan Analisis


Laboratorium. Jakarta : Trans Info Media.

Zhang XY, Zhu JH. Clinical significance of N. Terminal pro-Brain natriuretic peptide.
Chin Med J. 2004; 117(11): 1716–22.

Anomymus. A milestone in The Diagnosis of Myocardial Ischemic Troponin RA.


Boehringer Mannheim

Junus Alkatiri, Pendrik Tandean. Pemeriksaan Troponin T pada penderita Infrak


Miokard Akut di ICCU RS pendidikan di Ujung Pandang Universitas
Hasanuddin, Ujung Pandang.

Katus HA, Rempis A, Neimann FJ, et Al. Diagnostic Efficiency of Troponin T


measuremenhts in Acut Myocardiol Infarction. Circulation 1991: 83 902-12.

34

Anda mungkin juga menyukai