Anda di halaman 1dari 40

ASUHAN KEPERAWATAN

“PENYAKIT JANTUNG KORONER”

Oleh Kelompok 2:
1. Edi Kasturi (22632214)
2. Hiqmah Septi W. S. (22632215)
3. Nanang Agus H. (22632216)
4. Eka Yuniati (22632217)
5. Rani Putri Bestari (22632218)
6. Mohammad Rizal F. (22632219)
7. Riza ardiansyah (22632220)
8. Asna Atik M. (22632221)
9. Azhari Abdullah A. (22632222)
10.Seftian Darma W. (22632223)
11.Eriya Paranita (22632224)

S1 KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONOROGO
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.


Puji syukur atas kehadirat Allah SWT. yang telah melimpahkan rahmat
dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan “Asuhan Keperawatan
Penyakit Jantung Koroner” ini. Shalawat serta salam kita haturkan kepada Nabi
Muhammad SAW. yang telah membawa umatnya ke alam yang berilmu
pengetahuan seperti saat sekarang ini.
Makalah ini memuat tentang Asuhan Keperawatan Penyakit Jantung
Koroner. Dengan adanya makalah ini saya berharap kita semua dapat lebih
mengetahui dan memahami tentang bagaimana Penyakit Jantung Koroner.
Semoga dengan makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas lagi
kepada kita semua. Dalam penulisan makalah ini mungkin masih terdapat banyak
kesalahan dan kekurangan, oleh karena itu saya berharap pembaca dapat
memberikan kritikan dan saran yang membangun. Semoga makalah ini
bermanfaat bagi pembaca.
Wa’alaikummussalam Wr. Wb.

Ponorogo, 18 Oktober 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................................ii
BAB I...................................................................................................................................1
PENDAHULUAN..................................................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah.........................................................................................1
B. Rumusan Masalah..................................................................................................3
C. Tujuan Penulisan....................................................................................................3
BAB II..................................................................................................................................4
TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................................................4
A. Konsep Jantung Koroner........................................................................................4
1. Definisi...............................................................................................................4
2. Klasifikasi..........................................................................................................4
3. Etiologi...............................................................................................................5
4. Faktor Resiko Penyakit Jantung Koroner...........................................................6
5. Manifestasi Klinis..............................................................................................9
6. Patofisiologi.....................................................................................................10
7. Pemeriksaan Penunjang....................................................................................11
Menurut Nurhidayat, (2011) pemeriksaan penunjang pada PJK, yaitu :...................11
a. Laboratorium....................................................................................................11
8. Penatalaksanaan...............................................................................................13
9. Komplikasi.......................................................................................................15
10. Pencegahan...................................................................................................16
B. PATHWA.............................................................................................................17
C. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN..............................................................19
BAB III...............................................................................................................................33
PENUTUP..........................................................................................................................33
A. Kesimpulan..........................................................................................................33

B. Saran....................................................................................................................33
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................36

ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Penyakit jantung koroner (PJK) atau bisa disebut juga Coronary
Heart Disease (CHD) atau Coronary Artery Disease (CAD) adalah
penyakit dimana arteri koroner yang mengalami penyempitan akibat
adanya timbunan plak(thrombus)secara terus menerus sehingga jantung
mengalami kekurangan pasokan darah yang kaya oksigen. Faktor risiko
terjadinya penyakit jantung koroner disebabkan antara lain umur, jenis
kelamin, riwayat keluarga, sedangkan faktor risiko yang dapat diubah
antara lain obesitas, kurang olahraga, stres, konsumsi minuman
beralkohol, makanan yang tidak sehat, merokok yang dapat memicu
timbulnya penyakit jantung koroner. Indonesia memiliki masyarakat yang
gemar mengkonsumsi rokok sebagai alternative penghilang penat dan
stress. Masyarakat menjadikan merokok sebagai kebiasaan dalam
kehidupan sehari-hari dan membudaya rokok sebagai salah satu kebutuhan
yang wajib mereka konsumsi, terutama pada kaum laki-laki (Saesarwati &
Satyabakti, 2017).
Menurut World Healt Organization (WHO) menyebutkan
penyakit jantung koroner merupakan penyebab kematian terbesar dinegara
berkembang dan negara maju, statistic dunia menyebutkan 9,4
jutakematian setiap tahunnya disebabkan oleh penyakit kardiovaskular dan
45% disebabkan oleh jantung koroner. WHO sendiri memperkirakan
kematian yang disebabkan jantung dan pembuluh darah diseluruh dunia
akan bertambah menjadi 25 juta pada tahun 2030, pada tahun 2015
kematian akibat penyakit jantung dan pembuluh darah menjadi 20 juta
akan tetapi meningkat pada tahun 2030, sekitar 23,6 penduduk meninggal
akibat penyakit jantung dan pembuluh darah. Amerika serikat diperkirakan
sekitar 500.000 orang meninggal dunia akibat jantung koroner, sedangkan
eropa diperkirakan sekitar 20.000-40.000 orang (Karmilawati, Hernawan,
& Alamsyah, 2017). World health organization (WHO) menyebutkan
Indonesia merupakan salah satudari lima Negara dengan penduduk

1
perokok tertinggi di dunia perokok laki-laki mengalami peningkatan
sebanyak 51,2% di tahun 1995 menjadi 54,5%. 3 Dalam skala nasional
pravelensi merokok sebanyak 29% dengan provinsi tertinggi diduduki oleh
jawa barat 32,7%, sedangkan provinsi terendah yaitu papua 21,9% (Pusat
Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI, 2018). Menurut data
statistic pemuda provinsi jawatimur oleh badan statistic Jawa Timur
dengan rentan umur 16-20 tahun sebanyak 11,78% merokok setiap hari
dan 2,47% yang tidak merokok setiap hari, umur 21-25 sebanyak 25,41%
merokok setiap hari dan 3,65 dengan tidak merokok setiap hari, umur 26-
30% sebanyak 29,23 merokok setiap hari dan sebanyak 3,18% tidak
merokok setiap hari
Faktor resiko utama penyakit jantung koroner yaitu yang tidak
dapat diubah adalah Hereditas/keturunan, usia dan jenis kelamin.
Sedangkan faktor resiko utamanya yaitu yang dapat diubah adalah
kebiasaan merokok, kadar lemak darah yang cenderung tinggi
(hiperlipidemia), hipertensi, diabetes mellitus, obesitas, stress dan kurang
aktif bergerak atau berolahraga. Kebiasaan merokok sendiri masih
membudaya dimasyarakat sehingga mengakibatkan beresiko dua kali
menederita penyakit jantung koroner (PJK) dikarenakan kandungan zat
dan bahan kimia beracun yang dihasilkan oleh rokok antara lain tar,
karbon monoksida, Nikotin.
Dalam upaya mengurangi risiko dan menunjang proses
penyembuhan penyakit degeneratif penyakit jantung dan pembuluh darah,
peranan pola makan sehat dan gizi seimbang sangat penting salah satunya
adalah pola konsumsi buah dan sayur. Sayuran dan buah-buahan merupaka
sumber berbagai vitamin, mineral, dan serat pangan. sebagian vitamin,
mineral yang terkandung dalam sayuran dan buah-buahan berperan
sebagai antioksidan atau penangkal senyawa jahat dalam tubuh (Depkes,
2017). Pemerintah melalui Kementerian Kesehatan mencanangkan
Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (Germas) dengan salah satu fokus
kegiatannya adalah peningkatan konsumsi buah dan sayur untuk mencegah
berbagai penyakit degeneratif salah satunya adalah PJK.

2
B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud Jantung Koroner?
2. Bagaimana Klasifikasi dari Jantung Koroner?
3. Bagaimana etiologi dari Jantung Koroner?
4. Apa saja faktor resiko dari Jantung Koroner?
5. Apa saja manifestasi klinis dari Jantung Koroner?
6. Bagaimana Patofisiologi dari Jantung Koroner?
7. Apa saja Pemeriksaan Penunjang dari Jantung Koroner?
8. Bagaimana Penatalaksanaan Jantung Koroner ?
9. Bagaimanakah Komplikasi dari Jantung Koroner?
10. Bagaimanakan Pencegahan terjadinya Jantung Koroner ?
11. Bagaimana WOC (pohon masalah) Jantung Koroner?
12. Bagaimana Konsep Asuhan Keperawatan pada Penyakit Jantung
Koroner?

C. Tujuan Penulisan
a. Untuk mengetahui apakah yang dimaksud dengan jantung koroner.
b. Untuk mengetahui Bagaimana Klasifikasi dari Jantung Koroner.
c. Untuk mengetahui Bagaimana etiologi dari Jantung Koroner.
d. Untuk mengetahui faktor resiko dari Jantung Koroner.
e. Untuk mengetahui manifestasi klinis dari Jantung Koroner.
f. Untuk mengetahui Bagaimana Patofisiologi dari Jantung Koroner.
g. Untuk mengetahui Pemeriksaan Penunjang dari Jantung Koroner.
h. Untuk mengetahui Penatalaksanaan Jantung Koroner.
i. Untuk mengetahui Komplikasi dari Jantung Koroner.
j. Untuk mengetahui Pencegahan terjadinya Jantung Koroner.
k. Untuk mengetahui Bagaimana WOC (pohon masalah) Jantung
Koroner.
l. Untuk mengetahui Konsep Asuhan Keperawatan pada Penyakit
Jantung Koroner.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Jantung Koroner

1. Definisi
Penyakit jantung koroner (PJK) atau bisa disebut Coronary Heart
Disease (CHD) atau penyakit Coronary Artery Disease (CAD)
merupakan penyakit yang disebabkan adanya plak yang menumpuk di
dalam arteri koroner sehingga terjadi penyempitan atau sumbatan yang
mensuplai oksigen (O2) ke otot jantung (Ghani, 2016). Penyakit jantung
koroner (PJK) terjadi karena adanya penyempitan pembuluh darah
koroner yang berimbas pada otot jantung yang kekurangan darah sehinga
terjadi gangguan fungsi jantung. PJK merupakan akibat adanya
penyumbatan pembuluh darah koroner (Putri, Nur ’Aeni, & Belinda,
2018).
Penyakit CAD terjadi akibat adanya penyempitan atau sumbatan
pada liang arteri koroner oleh karena proses artherosklerosis. Pada proses
atherosklerosis yang akan dialami usia muda sampai usia lanjut akan
terjadi perlemakan pada dinding arteri koroner. Itu umum dialami setiap
orang. Ada beberapa faktor resiko yang menyebabkan terjadinya infark,
tergantung dari individu masing-masing (Nurhidayat, 2011).
Penyakit Jantung Koroner (PJK) adalah suatu kelainan yang
disebabkan oleh penyempitan atau penghambatan pembuluh arteri yang
mengalirkan darah ke otot jantung dan merupakan kelainan mikroardium
yang disebabkan oleh insufisiensi aliran darah koroner. Penyebab paling
utama PJK adalah dislipidemia. Dislipidemia merupakan faktor resiko
yang utama penyakit jantung. Perubahan gaya hidup masyarakat erat
hubungannya dengan peningkatan kadar lipid (Irmalita, 2015).

2. Klasifikasi
Menurut Helmanu, (2015) penyakit jantung koroner dibagi menjadi
dua kelompok, yaitu :
a. Chronic Stable Angina (Angina Piktoris stabil (APS))

4
Ini merupakan bentuk awal dari penyakit jantung koroner yang
berkaitan dengan berkurangnya aliran darah ke jantung yang ditandai
dengan rasa tidak nyaman didada atau nyeri dada, punggung, bahu,
rahang, atau lengan tanpa disertai kerusakan sel-sel pada jantung.
Stress emosi atau aktivitas fisik biasanya bisa menjadi pencetus APS
namun itu bisa dihilangkan dengan obat nitrat. Pada penderita ini
gambar EKG tidak khas, melainkan suatu kelainan.
b. Acute Coronary Syndrome (ACS)
Merupakan suatu sindrom klinis yang bervariasi. ACS dibagi
menjadi 3, yaitu :
1) Unstable Angina (UA) atau Angina Piktoris Tidak Stabil (APTS)
APTS meskipun hampir sama namun ada perbedaan pada
sifat nyeri dan patofisiologi dengan APS. Sifat nyeri yang timbul
semakin lebih berat dari sebelumnya atau semakin sering muncul
pada saat istirahat, nyeri pada dada yang timbul pertama kalinya,
angina piktoris dan prinzmental angina setelah serangan jantung (
myocard infaction ). Kadang akan terdapat kelainan dan kadang
juga tidak pada gambaran EKG penderita.
2) Acute Non ST Elevasi Myocardinal Infarction (NSTEMI)
Ditandai dengan sel otot jantung seperti CKMB, CK, Trop
T, dan lain-lain yang didalamnya terdapat enzim yang keluar yang
merupakan tanda terdapat kerusakan pada sel otot jantung.
Mungkin tidak ada keainan dan yang paling jelas tidak ada
penguatan ST elevasi yang baru pada gambran EKG.
3) Acute ST Elevasi Myocardina Infarction (STEMI)
Sudah ada kelainan pada gambaran EKG berupa timbulnya
Bundle Branch Block yang baru atau ST elevasi baru. Kelainan ini
hampir sama denagn NSTEMI (Helmanu & Ulfai, 2015)

3. Etiologi
Menurut Pratiwi, (2011) penyebab terjadinya penyakit jantung
koroner pada perinsipnya disebabkan oleh dua faktor utama yaitu:
a. Aterosklerosis

5
Aterosklerosis paling sering ditemukan sebagai sebab terjadinya
penyakit arteri koroneria. Salah satu yang diakibatkan Aterosklerosis
adalah penimbunan jaringan fibrosa dan lipid didalam arteri
koronaria, sehingga mempersempit lumen pembuluh darah secara
progresif. Akan membahayakan aliran darah miokardium jika lumen
menyempit karena resistensi terhadap aliran darah meningkat.
b. Trombosis
Gumpalan darah pada mulanya berguna untuk pencegah
pendarahan berlanjut pada saat terjadi luka karena merupakan bagian
dari mekanisme pertahan tubuh. Lama kelamaan dinding pembuluh
darah akan robek akibat dari pengerasan pembuluh darah yang
terganggu dan endapan lemak. Berkumpulnya gumpalan darah
dibagian robek tersebut yang bersatu dengan kepingan-kepingan
darah menjadi trombus. Trombosis dapat menyebabkan serangan
jantung mendadak dan stroke (Pratiwi, 2011).

4. Faktor Resiko Penyakit Jantung Koroner


Menurut Sumiati, dkk (2010) faktor resiko PJK dapat dibagi dua.
Pertama faktor resiko yang tidak dapat diubah (non-modifiable) yaitu :
usia, jenis kelamin,dan riwayat keluarga (genetik). Kedua foktor resiko
yang dapat diubah (modifiable) yaitu : hipertensi, hiperlipidemia, diabetes
melitus, merokok, obesitas, stress, dan kurang aktifitas fisik.
a. Faktor yang tidak bisa diubah:
1) Usia
Sebagian besar kasus kematian terjadi pada laki-laki umur
35-44 tahun dan meningkat seiring dengan bertambahnya umur,
terutama setelah umur 40 tahun. Pada laki-laki dan perempuan
kadar kolestrol mulai meningkat usia 20 tahun. Sebelum
mengalami menopause kadar kolestrol pada perempuan lebih
rendah daripada laki-laki yang memiki usia yang hampir sama.
Kadar kolestrol perempuan setelah mengalami menopause
biasanya akan meningkat lebih tinggi dari laki-laki. Semakin tua
umur maka semakin besar kemungkinan timbulnya plak yang

6
menempel di dinding arteri koroner.
2) Jenis Kelamin
Penyakit jantung koroner pada laki-laki resikonya 2 sampai
3 kali lebih besar dari perempuan. Tetapi pada perempuan yang
menoupose cenderung memiliki resiko terkena PJK secara cepat
sebanding dengan laki-laki. Adanya hormon esterogen endogen
pada perempuan yang bersifat protektif membuat risiko terserang
penyakit jantung bisa lebih rendah (Puput, Cholik, & Saiful,
2019).
3) Riwayat keluarga (genetik)
Orang tua yang mengalami PJK kemungkinan anaknya juga
bersiko memiliki penyakit ini. Jika seorang ayah terkena serangan
jantung sebelum usia 60 tahun atau ibu terkena sebelum 65 tahun,
keturunannya akan beresiko tinggiterkena PJK. Riwayat
keturunan mempunyai risiko lebih besar untuk terkena PJK
dibandingkan yang tidak mempunyai riwayat penyakit PJK dalam
keluarga (Andarmoyo, 2013).
c. Faktor yang dapat diubah (dikendalikan):
1) Hipertensi
Merupakan salah satu faktor resiko utama penyebab terjadinya
penyakit jantung koroner. Tekanan darah tinggi secara terus
menerus menyebabkan kerusakan sistem pembuluh darah dengan
perlahan-lahan. Komplikasi yang terdapat pada hipertensi esensial
biasanya terjadi akibat perubahan struktur arteri dan arterial
sistemik, utamanya pada kasus yang tak terobati. Pada awalnya
terjadi hipertropi dari tunika media lalu hialinisasi setempat serta
penebalan fibrosis dari tunika intima lalu berakhir dengan
terjadinya penyemepitan pembuluh darah.
2) Hiperlipidemia
Kolestrol, fosfolipid, trigliserida, dan asam lemak yang
merupakan bagian dari lipid plasma berasal endogen dari sintesis
lemak dan eksogen dari makanan. Triglserida dan kolestrol

7
merupakan 2 jenis lipid yang relatif mempunyai makna klinis
yang penting sehubungan dengan arteriogenesis. Lipid terikat
pada protein sabagai mekanisme transport dalam serum.
Meningkatnya kolestrol LDL sehubungan dengan peningkatan
resiko koronaria, sementara tingginya kadar kolestrol HDL
berperan sebagai faktor pelindung terhadap penyakit arteri
koronaria.
3) Penyakit Diabetes Melitus
Diabetes dapat meningkatkan resiko gangguan dalam
peredaran darah,termasuk PJK. Disebabkan oleh resistensi atau
kekurangan hormon insulin yang mengontrol penyebaran glukosa
melalui aliran darah ke sel-sel diseluruh tubuh. Diabetes
meningkatkan kadar lemak dalam darah, termasuk kolesterol
tinggi. Pada diabetes melitus timbul proses penebalan membran
kapiler dan arteri koronaria, sehingga terjadi penyempitan aliran
darah ke jantung. Penelitian menunjukkan penderita penyakit
diabetes militus pada laki-laki mempunyai resiko penyakit jantung
koroner 50% lebih tinggi dari pada orang normal, dan resikonya
menjadi 2 kali lipat pada perempuan.
4) Merokok
Efek rokok adalah menyebabkan beban miokard bertambah
karena rangsangan oleh katekolamin dan menurunnya konsumsi
oksigen akibat inhalasi karbondioksida, menyebabkan takikardi,
vasokonstruksi pembuluh darah (elastisitas pembuluh darah
berkurang sehingga meningkatkan pengerasan pembuluh darah
arteri), dan membuat sel-sel darah yang disebutplatelet menjadi
lebih lengket sehingga mempermudah terbentuknya gumpalan.
Orang yang merokok lebih dari satu bungkus perhari beresiko
mengalami masalah kesehatan khususnya gangguan jantung 2x
lebih besar daripada mereka yang tidak merokok (Muttaqin,
2009).
5) Obesitas

8
Obesitas merupakan kelebihan jumlah lemak pada tubuh lebih
dari 19% pada laki-laki dan lebih dari 21% pada perempuan.
Obesitas sering bebarengan dengan diabetes melitus, dan
hipertensi. Obesitas juga bisa meningkatkan kadar kolesterol dan
LDL kolesterol. Penyakit jantung koroner resikonya akan
meningkat jika berat badan sudah tidak ideal. Kolesterol tinggi
pada penderita gemuk dapat ditrunkan dengan diet dan olahraga.
6) Stres
Berdasarakan penelitian terdapat hubungan antara faktor stress
psikologik dengn penyakit jantung. Stress yang berkepanjangan
akan meningkatkan tekanan darah dan katekolamin dan dapat
mengakibatkan terajdinya penyempitan pembuluh darah arteri
koroner.
7) Kurang aktifitas fisik
Latihan Kadar HDL ( High Density Lipoprotein ) kolestrol
dapat ditingkatkan dan kolesterol koroner dapat diperbaiki dengan
latihan fisik ( exercise ) sehingga resiko penyakit jantung koroner
dapat diturunkan. Latihan fisik bermanfaat karena memperbaiki
fungsi paru dan pemberian oksigen menurunkan berat badan
sehingga lemak tubuh yang berlebihan berkurang bersama-sama
dengan menurunkan LDL (Low Density Lipoprotein) kolesterol,
membantu menurunkan tekanan darah, dan meningkatkan
kesegaran jasmani.

5. Manifestasi Klinis
Gejala utama penderita PJK pada pria yang sering dirasakan
umumnya sakit dada sebelah kiri, seperti terasa ditusuk, diremas,
tertindih, dan lainnya. Sedangkan pada wanita gejala utama seperti sesak
nafas, mengeluh sakit didaerah punggung bawah atau rahang dan
tenggorokan, terkadang terasa masuk angin, mual, dan kecapaian.
Gejala-gejala lain dirasakan pada penderita penyakit jantung
koroner sebagai berikut :
a. Nyeri dada

9
Nyeri sering dirasakan dibagian dada dan menyebar ke leher,
lengan dan bahu. Nyeri disertai rasa sepeti diremas , yang
disebabkan jantung keekurangan darah dan pasokan oksigen.
Terkadang nyeri pada sebagian orang tidak diraskan, tapi hanya
merasa tidak enak badan.
b. Sesak nafas
Sesak nafas dirasakan saat kesulitan bernafas yang disadari dan
memerlukan tambahan usaha untuk mengatasi kekurangan udara.
Bila jantung tidak dapat memompa sebagaimana mestinya, sehingga
cairan cenderung berkumpul dijaringan dan paru, menyebabkan
seseorang kesulitan bernafas saat berbaring.
c. Berdebar-debar
Keluhan lain yang biasa dirasakan seperti jantung berdebar yang
tidak seperti biasanya. Debaran jantng lebih keras daripada irama
jantung yang tidak teratur (aritmia). Terkadang rasa berdebar-debar
diikuti dengan keringat dingin, sakit dada, serta sesak nafas.

6. Patofisiologi
Menurut LeMone, Priscilla, dkk tahun (2019) penyakit jantung
koroner biasanya disebabkan oleh faktor resiko yang tidak bisa dirubah
(umur, jenis kelamin, dan riwayat keluarga) dan faktor resiko yang bisa
dirubah (hipertensi, hiperlipidemia, diabetes melitus, merokok, obesitas,
stress, dan kurang aktifitas fisik). Paling utama penyebab penyakit
jantung koroner adalah aterosklerosis. Aterosklerosis disebabkan oleh
factor pemicu yang tidak diketahui yang dapat menyebabkan jaringan
fibrosa dan lipoprotein menumpuk di dinding arteri. Pada aliran darah
lemak diangkut dengan menempel pada protein yang disebut apoprotein.
Keadaan hiperlipedemia dapat merusak endotelium arteri. Mekanisme
potensial lain cedera pembuluh darah mencakup kelebihan tekanan darah
dalam sistem arteri. Kerusakan endotel itu sendiri dapat meningkatkan
pelekatan dan agregasi trombosit serta menarik leukosit ke area tersebut.
Hal ini mengakibatkan Low Densitiy Lipoprotein (LDL) atau biasanya
disebut dengan lemak jahat yang ada dalam darah. Semakin banyak LDL

10
yang menumpk maka akan mengalami proses oksidasi (LeMone, Keren
M. Burke, & Gerene , 2019).
Plak dapat mengurangi ukuran lumen yang terdapat pada arteri
yang terangsang dan menggangu aliran darah. Plak juga dapat
menyebabkan ulkus penyebab terbentuknya trombus, trombus akan
terbentuk pada permukaan plak, dan penimbunan lipid terus menerus
yang dapat menyumbat pembuluh darah.
Lesi yang kaya lipid biasanya tidak stabil dan cenderung robek
serta terbuka. Apabila fibrosa pembungkus plak pecah (ruptur plak),
maka akan menyebabkan debris lipid terhanyut dalam aliran darah dan
dapat menyumbat arteri serta kapiler di sebelah distal plak yang pecah.
Akibatnya otot jantung pada daerah tersebut mengalami gangguan aliran
darah dan bisa menimbulkan aliran oksigen ke otot jantung berkurang.
Peristiwa tersebut mengakibatkan sel miokardium menjadi iskemik
sehingga hipoksia. Mengakibatkan proses pada miokardium berpindah ke
metabolisme anaerobik yang menghasilkan asam laktat sehingga
merangsang ujung saraf otot yang menyebabkan nyeri.
Jaringan menjadi iskemik dan akhirnya mati (infark) disebabkan
karena suplai darah ke area miokardium terganggu. Ketika sel
miokardium mati, sel hancur dan melepaskan beberapa iso enzim jantung
ke dalam sirkulasi. Kenaikan kadar kreatinin kinase (creatinine kinase),
serum dan troponin spesifik jantung adalah indikator infark mioardium.

7. Pemeriksaan Penunjang

Menurut Nurhidayat, (2011) pemeriksaan penunjang pada PJK, yaitu :

a. Laboratorium
Dilakukan pemeriksaan LDL (≥ 130 mg/dL), HDL (pria ≤ 40
mg/dL, wanita ≤ 50 mg/dL), kolesterol total (≥ 200 mg/dL), dan
trigliserida (≥ 150 mg/dL), CK (pria ≥ 5-35 Ug/ml, wanita ≥5-25
Ug/ml), CKMB (≥ 10 U/L), troponin (≥ 0,16 Ug/L), SGPT (pria ≥ 42
U/L, wanita 32 U/L), SGOT (pria ≥ 37 U/L, Wanita ≥ 31 U/L).
b. Elektrokardiogram (EKG)

11
Pada hasil pemeriksaan EKG untuk penyakit jantung koroner yaitu
terjadinya perubahan segmen ST yang diakibatkan oleh plak
aterosklerosis maka memicu terjadinya repolarisasi dini pada daerah
yang terkena infark atau iskemik. Hal tersebut mengakibatkan oklusi
arteri koroner yang mengambarkan ST elevasi pada jantung sehingga
disebut STEMI. Penurunan oksigen di jaringan jantung juga
menghasilkan perubahan EKG termasuk depresi segmen ST. dimana
gelombang T menggalami peningkatan, dan amplitudo gelombang
ST atau T yang menyamai atau melebihi amplitude gelombang QRS .
c. Foto rontgen dada
Foto rontgen dada dapat melihat ada tidaknya pembesaran
(kardiomegali), menilai ukuran jantung dan dapat meliat gambaran
paru. Yang tidak dapat dilihat adalah kelainan pada koroner. Dari
ukuran jantung yang terlihat pada foto rontgen dapat digunakan
untuk penilaian seorang apakah sudah mengalami PJK lanjut.
d. Echocardiography
Untuk mengambil gambar dari jantung memerlukan pemeriksaan
scanner menggunakan pancaran suara. Untuk melihat jantung
berkontraksi serta melihat bagian area mana saja yang berkontraksi
lemah akibat suplai darahnya berhenti (sumbatan arteri koroner).
e. Treadmill
Dengan menggunakan treadmill dapat diduga apakah seseorang
menderita PJK. Memang tingkat akurasinya hanya 84% pada laki-laki
dan 72% pada perempuan. Dapat diartikan dari 100 orang laki-laki
yang terbukti cuma 84 orang.
f. Katerisasi Jantung
Pemeriksaan katerisasi jantung dilakukan dengam memasukan
semacam selang seukuran lidi yang disebut kateter. Selang ini
langsung dimasukkan ke pembuluh nadi (arteri). Kemudian cairan
kontras disuntikan sehingga akan mengisi pembuluh koroner.
Kemudian dapat dilihat adanya penyempitan atau bahkan
penyumbatan. Hasil katerisasi ini akan dapat ditentukan untuk

12
penanganan lebih lanjut, yaitu cukup menggunakan obat saja atau
intervensi yang dikenal dengan balon.
g. Angiography
Pemeriksaan ini merupakan pemeriksaan yang rutin dan aman.
Cara langsung memeriksa keadaan jantung yaitu dengan sinar- X
terhadap arteri koroner yang dimasukan zat pewarna (dye) yang bisa
direkam dengan sinar-X. Karena jantung terus bergerak (berdenyut)
maka dilakukan pengambilan gambar dengan video. Untuk
pengambilan gambar ini melakukan tindakan katerisasi jantung.

8. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada PJK menurut LeMone, Priscilla, dkk
(2019)yaitu pengobatan farmakologi, non farmakologi dan revascularisasi
miokardium. Perlu diketahui bahwa tidak ada satupun cara pengobatan
sifatnya menyembuhkan. Dengan kata lain diperlukan modifikasi gaya
hidup agar dapat mengatasi faktor penyebab yang memicu terjadinya
penyakit. Penatalaksanaan yang perlu dilakukan meliputi :
a. Pengobatan farmakologi
1) Nitrat
Nitrat termasuk nitrogliserin dan preparat nitrat kerja lama,
digunakan untuk mengatasi serangan angina dan mencegah
angina. Karena nitrat mengurangi kerja miokardium dan
kebutuhan oksigen melalui dilatasi vena dan arteri yang pada
akhirnya mengurangi preload dan afterload. Selain itu juga dapat
memperbaiki suplai oksigen miokardium dengan mendilatasi
pembuluh darah kolateral dan mengurangi stenosis.
2) Aantiplatelet
Terapi antiplatelet diberikan untuk mencegah trombosis
koroner oleh karena keuntungannya lebih besar dibandingkan
resikonya. Aspirin dosis rendah (75-150mg) merupakan obat
pilihan kebnyakan kasus. Clopidogrel mungkin dapat
dipertimbangkan sebagai alternative pada pasien yang alergi
aspirin, atau sebagai tambahan pasca pemasangan sent, atau

13
setelah sindrom koroner akut. Pada pasien riwayat perdarahan
gastrointestinal aspirin dikombinasi dengan inhibisi pompa pronta
lebih baik dibandingkan dengan clopidogrel. Untuk clopidogrel
dengan dosis 75 mg satu kali sehari.
3) Penyekat beta (bloker)
Obat ini menghambat efek perangsang jantung norepinefrin
dan epinefrin, mencegah serangan angina dengan menurunkan
frekuensi jantung, kontraktilitas miokardium, dan tekanan darah
sehingga menurunkan kebutuhan oksigen miokardium.
4) Antagonis kalsium
Obat ini mengurangi kebutuhan oksigen miokardium dan
meningkatkan suplai darah dan oksigen miokardium. Selain itu
juga merupakan vasodilator koroner kuat, secara efektif
meningkatkan suplai oksigen.
5) Anti kolesterol
Statin dapat menurunkan resiko komplikasi aterosklerosis
sebesar 30% yang terjadi pada pasien angina. Statin juga dapat
berperan sebagai anti trombotik , anti inflamasi,dll.
6) Revaskularisasi miokardium
Aliran darah yang menuju miokardium setelah suatu lesi
arterosklerotis pada arteri koroner bisa diperbaiki dengan operasi
untuk mengalihkan aliran dan bagian yang tersumbat dengan
suatu cangkok pintas atau dengan cara meningkatkan aliran di
dalam pembuluh yang mengalami sakit melalui pemisahan
mekanik serta kompresi atau pemakaian obat yang dapat
merilisiskan lesi. Cangkok pintas ini disebut dengan Coronary
Artery Bypass Grafting (CABG). Pembedahan untuk penyakit
jantung koroner melibatkan pembukaan vena atau arteri untuk
menciptakan sambungan antara aorta dan arteri koroner melewati
obstruksi. Kemudian memungkinkan darah untuk mengaliri
bagian iskemik jantung.
Balon arteri koroner merupakan suatu teknik untuk membuka

14
daerah sempit di dalam lumen arteri coroner menggunakan sebuah
balon halus yang dirancang khusus. Apabila pada katerisasi
jantung ditemukan adanya penyempitan yang cukup signifikan
misalnya sekitar 80%, maka dokter jantung biasanya menawarkan
dilakukannya balonisasi dan pemasangan stent. Percutaneous
Transluminal Coronary Angioplasty (PTCA) merupakan istilah
dari balon arteri koroner yang digunakan para kedokteran
(Nurhidayat S, 2011).
b. Non Farmakologi
1) Memodifikasi pola hidup yang sehat dengan cara olahraga
ringan.
2) Mengontrol faktor resiko yang menyebabkan terjadinya PJK,
seperti pola makan, dll.
3) Melakukan teknik distraksi dengan cara mendengarkan musik
dan relaksasi dengan cara nafas dalam.
4) Membatasi aktivitas yang memperberat aktivitas jantung.

9. Komplikasi
a. Gagal Jantung Kongestif
Gagal jantung kongestif merupakan kongesti pada sistem sirkulasi
miokardium. Gagal jantung kongestif merupakan suatu keadaan dimana
jantung tidak dapat memompa darah yang cukup untuk memenuhi
kebutuhan metabolisme jaringan (Wicaksono, 2019).
b. Syok Kardiogenik
Syok kardiogenik ini ditandai oleh adanya gangguan fungsi pada
ventrikel kiri yang di sebabkan oleh infark miokardium
mengakibatkan gangguan berat pada perfusi jaringan dan
penghantaran oksigen ke jaringan yang khas (Nurhidayat S, 2011).
c. Edema Paru
Edema paru merupakan suatu cairan abnormal yang tertimbun pada
paru baik dalam alveoli atau dirongga intersitial. Paru menjadi kaku
dan tidak dapat mengembang karena tertimbun cairan, sehingga udara
tidak bisa masuk maka terjadi hipoksia berat (Wicaksono, 2019).

15
d. Pericarditis Akut
Pericarditis akut adalah penyakit yang biasa di sebut dengan
peradangan pada pericardium yang bersifat jinak dan terbatas sendiri
dan dapat terjadi manifestasi dari penyakit sistemik. Efek yang
ditimbulkan dari pericarditis adalah efusi prikardinal yang memicu
tamponade jantung (Wicaksono, 2019).

10. Pencegahan
Menurut Brunner & Suddarth (2015), yaitu :
a. Pencegahan primordial, merupakan upaya pencegahan munculnya
faktor predisposisi terhadap PJK pada suatu wilayah dimana belum
tampak adanya faktor yang menjadi resiko PJK.
b. Pencegahan primer merupakan upaya awal pencegahan PJK.
Dilakukan dengan pendekatan komunitas berupa penyuluhan faktor-
faktor risiko PJK terutama pada kelompok usia tinggi. Pencegahan
primer ditujukan kepada pencegahan terhadap berkembangnya proses
artherosklerosis secara dini, dengan demikian sasaranya adalah
kelompok usia muda.
c. Pencegah sekunder merupakan upaya pencegahan PJK yang pernah
terjadi untuk berulang atau menjadi lebih berat. Pada tahap ini
diperlukan perubahan pola hidup dan kepatuhan berobat bagi mereka
yang pernah menderita PJK. Upaya peningkatan ini bertujuan untuk
mempertahankan nilai prognostik yang lebih baik dan menurunkan
mortalitas.
d. Pencegan tersier merupakan upaya mencegahan komplikasi yang
lebih berat atau kematian.

16
B. PATHWAY

17
18
C. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Identitas Pasien
Usia ≥ 40 tahun beresiko terkena penyakit jantung koroner
(PJK) dan lebih banyak terjadi pada laki-laki daripada perempuan.
b. Keluhan Utama
Keluhan yang paling sering dijadikan alasan pasien merasa
nyeri pada dada, jantung berdebar-debar bahkan sampai sesak
nafas.
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Riwayat penyakit sekarang dikaji dimulai dari keluhan yang
dirasakan pasien, sebelum masuk rumah sakit, ketika mendapatkan
perawatan di rumah sakit sampai dilakukannya pengkajian. Pada
pasien penyakit jantung koroner biasanya didapatkan adanya
keluhan seperti nyeri pada dada. Keluhan nyeri dikaji
menggunakan PQRST sebagai berikut :
1) Provocatif : nyeri timbul pada saat beraktivitas
2) Quality : nyeri yang dirasakan seperti ditekan, rasa terbakar,
ditindih benda berat seperti ditusuk, rasa diperas dan dipelintir
3) Region : nyeri dirasakan di dada dan bisa menyebar ke bahu
4) Severity : skala nyeri di ukur dengan rentang nyeri 1-10 atau
bisa dilihat dengan ekspresi wajah
5) Timing: nyeri timbul secara tiba-tiba dengan durasi ≤ 30 menit
d. Riwayat Penyakit Dahulu
Dalam hal ini yang perlu dikaji atau di tanyakan pada klien
tentang penyakit apa saja yang pernah di derita seperti nyeri dada,
hipertensi, DM dan hiperlipidemia dan sudah berapa lama
menderita penyakit yang dideritanya,tanyakan apakah pernah
masuk rumah sakit sebelumnya.
e. Riwayat Penyakit Keluarga
Untuk mengetahui riwayat penyakit keluarga tanyakan pada
pasien mengenai riwayat penyakit yang dialami keluarganya.

19
Seperti penyakit keturunan (diabetes melitus, hipertensi, asma,
jantung ) dan penyakit menular (TBC, hepatitis).
f. Riwayat Psikososial
Pada pasien penyakit jantung koroner didapatkan
perubahan ego yaitu pasrah dengan keadaan, merasa tidak berdaya,
takut akan perubahan gaya hidup dan fungsi peran, ketakutan akan
kematian, menjalani operasi, dan komplikasi yang timbul. Kondisi
ini ditandai dengan menghindari kontak mata, insomnia, sangat
kelemahan, perubahan tekanan darah dan pola nafas, cemas, dan
gelisah.
g. Pola Kebiasaan Sehari- hari
1) Nutrisi
Pada pasien penyakit jantung koroner mengalami nafsu
makan menurun dan porsi makan menjadi berkurang
(Nurhidayat, 2011).
2) Istirahat
Pola tidur dapat terganggu, tergantung bagaimana presepsi
klien terhadap nyeri yang dirasakannya.
3) Eliminasi
BAK : normal seperti biasanya berkemih sehari 4-6 x
dengan konsisitensi cair
BAB : normal seperti biasanya sehari 1-2x dengan
konsistensi padat
4) Hygiene
Upaya untuk menjaga kebersihan diri cenderung kurang.
5) Aktivitas
Aktivitas yang dilakukan sehari-hari berkurang bahkan
berhenti melakukan aktivitas yang berat.
2. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
Keadaan umum klien mulai saat pertama kali bertemu
dengan klien dilanjutkan mengukur tanda-tanda vital. Kesadaran

20
klien juga diamati apakah kompos mentis (GCS : 14-15 = E4,V5,
M6), apatis (GCS: 12-13), delirium (GCS : 10-11), samnolen (GCS
: 7-9), sopor (GCS : 5-6), semi koma (GCS : 4) atau koma (GCS :
3 = E1,V1, M1).
b. Tanda tanda vital
Pasien mengalami peningkatan pada tekanan darah, nadi,
dan respirasinya. Tekanan darah serkisar antara 124/91 mmHg –
137/97 mmHg, RR sekitar 16-20 x/menit,nadi seerkisar 100-112
x/menit.. Terjadi perubahan sesuai dengan aktivitas dan rasa nyeri
yang timbul (Nurhidayat, 2011).
c. Kepala dan muka
Inspeksi : bentuk kepala bulat/lonjong, wajah simetris/tidak,
rambut bersih/tidak, muka edema/tidak, lesi pada muka ada/tidak,,
ekspresi wajah meringis/menangis/tersenyum.
Palpasi : rambut,rontok/tidak, benjolan pada kepala ada/tidak
d. Mata
Inspeksi : mata kanan dan kiri simetris/tidak, mata juling ada/tidak,
konjungtiva merah muda/anemis, sklera ikterik/putih , pupil kanan
dan kiri isokor (normal), reflek pupil terhadap cahaya
miosis(mengecil)/ midriasis (melebar)
Palpasi : nyeri/tidak, peningkatan tekanan intraokuler pada kedua
bola mata/tidak.
e. Telinga
Inspeksi : telinga kanan dan kiri simetris/tidak, menggunakan alat
pendengaran/tidak, warna telinga dengan daerah merata/tidak,lesi
ada/tidak, perdarahan ad/tidak, serumenada/tidak
f. Hidung
Inspeksi : keberadaan septum tepat di tengah/ tidak,
secret ada/tidak.
Palpasi : fraktur ada/tidak dan nyeri ada/tidak
g. Mulut
Inspeksi : bibir ada kelainan kogenital (bibir sumbing)/tidak, warna

21
bibir hitam/meah muda, mukosa bibir lembab/kering,
sianosis/tidak, oeeme/tidak, lesi/tidak, stomatitis ada/tidak, gigi
berlubang/tidak, warna gigi putih/kuning, lidah bersih/kotor.
Palpasi : nyeri tekan/tidak pada bibir
h. Leher
Inspeksi : luka/tidak,
Palpasi : ada pembesaran vena jugularis/tidak, ada pembesaran
kelenjar tiroid/tidak
i. Payudara & ketiak
Inspeksi : payudara kanan kiri simetris/tidak, ketiak bersih/tidak,
ada luka/tidak
Palpasi : ada nyeri saat ditekan pada ketiak /tidak
j. Thorak :
1) Paru-paru
Inspeksi : dada simetris/tidak, bentuk/postur dada, gerakan
nafas (frekuensi naik/turun, irama normal/abnormal,
kedalaman, dan upaya pernafasan/penggunaan otot- otot bantu
pernafasan/tidak), warna kulit merata/tidak, lesi/tidak, edema,
pembengkakan/ penonjolan, RR mengalami peningkatan
Palpasi : getaran vocal fremitus kanan dan kiri
sama/atau tidak, ada fraktur pada costae/tidak
Perkusi : normalnya berbunyi sonor.
Auskultasi : normalnya terdengar vasikuler pada kedua paru
dan ada suara tambahan/tidak
2) Jantung
Inspeksi : ictus cordis tampak atau tidak
Palpasi : teraba atau tidaknya ICS
Perkusi : normalya terdengar pekak
Auskultasi :S3/S4 murmur
k. Abdomen
Inspeksi : luka/tidak, jaringan parut ada/tidak,umbilikus
menonjol/masuk kedalam , amati warna kulit merata/tidak.

22
Auskultasi : bising usus normal atau tidak (5-20x/menit) Palpasi :
nyeri tekan pada abdomen/tidak.
Perkusi : suara timpani atau hipertimpani
l. Intergumen
Inspeksi : warna kulit hitam/sawo matang, lembap/tidak,
amati turgor kulit baik/menurun.
Palpasi : akral hangat /dingin, CRT (Capilary Refil Time) pada jari
normalnya < 2 detik.
m. Ekstermitas
Inspeksi : tonus otot kuat/tidak, jari-jari lengkap/tidak, fraktur/tidak
. Palpasi : oedema/tidak
n. Genetalia
Inspeksi : terpasang kateter atau tidak
3. Analisa Data
Data - data yang telah dikumpulkan mulai dari data subjektif dan
data objektif kemudian dianalisa untuk menentukan masalah pada
klien. Analisa data adalah kemampuan mengait data dan
menghubungkan data tersebut dengan konsep, teori dan prinsip yang
relavan untuk membuat kesimpulan dalam menentukan masalah
kesehatan dan keperawatan klien (Wahyuni, 2016).
4. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan cara memutuskan masalah
kesehatan aktual atau potensial sebagai dasar untuk menyeleksi respon
individu pasien atau masyarakat tentang intervensi keperawatan dalam
mencapai tujuan asuhan keperawatan sesuai dengan kewenangan
(Wahyuni, 2016). Diagnosa yang muncul pada pasien penyakit jantung
koroner (PJK) yaitu:
a. Nyeri akut berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai darah
dan oksigen ke miokardium.
b. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan
kontraktilitas miokardium.
c. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan

23
kebutuhan oksigen ke miokardium berkurang.
d. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan proses asidosis
respatorik
e. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan peningkatan
natrium dan air.
f. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan
suplai darah dan oksigen ke miokard.
g. Ansietas berhubungan dengan rasa ketakutan akan, ancaman,
dan perubahan kesehatan atau kematian.

24
5. Intervensi

NO. Diagnosa (SDKI) Tujuan dan Kriteria Hasil (SLKI) Intervensi (SIKI)
1. Nyeri Akut (D.0077) Tingkat Nyeri (L.08066) Menejemen nyeri (I. 08238)
Ekspresi menurun Observasi :
Definisi: 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
Pengalaman sensorik atau Kriteria Hasil : frekuensi, kualitas, intensitas atau berat nyeri,
emosional yang berkaitan 1. Kemampuan menuntaskan aktivitas dan faktor pencetus
dengan kerusakan jaringan meningkat 2. Identifikasi skala nyeri
aktual atau fungsional, dengan 2. Keluhan nyeri menurun 3. Identikasi respons nyeri non verbal
onset mendadak atau lambat dan 3. Meringis menurun 4. Identifikasi faktor yang dapat memperberat
berintensitas ringan hingga berat 4. Sikap protektif menurun dan memperingan nyeri
yang berlangsung kurang dari 3 5. Gelisah menurun 5. Identifikasi pengetahuan dan keyakinan
bulan. 6. Kesulitan tidur menurun tentang nyeri
7. Menarik diri menurun 6. Ientifikasi pengaruh budaya terhadap
Penyebab: 8. Berfokus pada diri sendiri menurun respons nyeri
1. Agen pencedera fisiologis 9. Diaforesis menurun 7. Monitor keberhasilan terapi komplementer
2. Agen pencedera kimiawi 10. Anoreksia menurun yang sudah diberikan
3. Agen pencedera fisik 11. Muntah menurun 8. Monitor efek samping peggunaan analgetik
12. Mual menurun
Gejala dan Tanda Mayor: 13. Pola nafas membaik Terapeutik :
Subjektif: Mengeluh nyeri 14. Tekanan darah membaik 1. Berikan Teknik non farmakologi untuk
Objektif : 15. Proses berfikir membaik mengurangi rasa nyeri (mis TENS, hiposis,
1. Tampak meringis 16. Fokus membaik akupresur, terapi musik, biofeedback, terapi
2. Bersikap protektif 17. Perilaku membaik pijat, aromaterapi, teknik imajinasi terbimbing,
3. Gelisah 18. Nafsu makan membaik kompres hangat/dingin, terapi bermain)
4. Frekuensi nadi meningkat 19. Pola tidur membaik 2. Berikan terapi murottal Al-Quran
5. Sulit tidur 3. Kontrol lingkungan yang memperberat rasa

25
nyeri (mis kebisingan, pencahayaan, suhu
Gejala dan Tanda Minor: ruangan)
Subjektif : (tidak tersedia) 4. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam
Objektif : pemilihan strategi meredakan nyeri
1. Tekanan darah meningkat 5. Fasilitasi istirahat dan tidur
2. Pola nafas berubah Edukasi :
3. Nafsu makan berubah 1. Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
4. Proses berfikir terganggu 2. Jelaskan penyebab, periode dan pemicu nyeri
5. Menarik diri 3. Ajarkan Teknik nonfarmakologi untuk
6. Berfokus pada diri sendiri mengurangi rasa nyeri
7. Diaforesis 4. Jelaskan stretegi meredakan nyeri
5. Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
Kondisi Klinis Terkait:
1. Kondisi pembedahan Kolaborasi :
2. Cedera traumatis Kolaborasi pemberian analgetik
3. Infeksi Pemberian analgetik
4. Sindrom koroner akut Observasi :
5. Glaukoma 1. Identifikasi karakteristik nyeri (mis lokasi,
pencetus,intensitas, Pereda, frekuensi, kualitas,
durasi)
2. Identifikasi Riwayat alergi obat c.Identifikasi
kesesuan jenis analgesic (narkotika, non-
narkotik, atau NSAID) dengan tingkat
keparahan nyeri
3. Monitor efektifitas analgesik
4. Monitor tanda-tanda vital sebelum dan sesudah
pemberian analgesik
Terapeutik :

26
1. Tetapkan target efektifitas analgesic untuk
mengoptimalkan respon pasien
2. Diskusikan jenis analgesic yang disukai untuk
mencapai analgesia optimal, jika perlu
3. Pertimbangkan pengunakan infus kontinu
4. Dokumentasikan respon terhadap efek anlgesik
dan efek yang tidak diingnkan
Edukasi :
Jelaskan efek terapi dan efek samping oba
Kolaborasi :
Kolaborasi pemberian dosis dan jenis analgesic
2. Penurunan Curah Jantung Curah Jantung (L.02008) Perawatan Jantung (I.02075)
(D.0008) Ekspektasi meningkat Observasi:
 Identifikasi tanda dan gejala primer penurunan
Definisi: Kriteria Hasil: curah jantung (meliputi dispnea, kelelahan,
Ketidakadekuatan jantung 1. Kekuatan nadi perifer meningkat edema, ortopnea, peningkatan CVP)
memompa darah untuk 2. Ejection fraction (EF)  Identifikasi tanda/gejala sekunder penurunan
memenuhi kebutuhan meningkat curah jantung (meliputi kenaikan berat badan,
metabolisme tubuh. 3. Left Ventriculer stroke work hepatomegali, distensi vena jugularis, palpitasi,
index (LVSWI) meningkat ronkhi basah, oliguria, batuk, kulit pucat).
Penyebab: 4. Stroke volume index (SVI)  Monitor tekanan darah
1. Perubahan irama jantung meningkat  Monitor berat badan setiap hari pada waktu
2. Perubahan frekuensi jantung 5. Palpitasi menurun yang sama
3. Perubahan kontraktilitas 6. Bradikardia menurun  Monitor saturasi oksigen
4. Perubahan preload 7. Takikardia menurun  Monitor keluhan nyeri dada
5. Perubahan afterload 8. Gambaran EKG aretmia
 Monitor EKG 12 sadapan
menurun
 Monitor aritmia (kelainan irama dan frekuensi)
Gejala dan Tanda Mayor: 9. Lelah menurun
 Monitor nilai laboratorium jantung (misal

27
Subjektif: 10. Edema menurun elektrolit, enzim jantung, BNP. Ntpro-BNP)
1. Perubahan irama jantung 11. Oliguria menurun  Monitor fungsi alat picu jantung
 palpitasi 12. Distensi vena jugularis menurun  Periksa tekanan darah dan frekuensi nadi
2. Perubahan preload 13. Dispnea menurun sebelum dan sesudah aktivitas
 lelah 14. Pucat/sianosis menurun  Periksa tekanan darah dan frekuensi nadi
3. Perubahan afterload 15. Ortopnea menurun sebelum pemberian obat (misal beta blocker,
 dispnea 16. Batuk menurun ACE inhibilator, calcium channel blocker,
4. Perubahan kontraktilitas 17. Suara jantung S3 menurun digoksin)
 paroxysmal nocturnal 18. Suara jantung S4 menurun Terapeutik:
dyspnea (PND) 19. Murmur jantung menurun  Posisikan pasien semi-Fowler dengan kaki ke
 ortopnea 20. Berat badan menurun bawah atau posisi nyaman
 batuk 21. Hepatomegaly menurun  Berikan diet jantung yang sesuai (misal: batasi
22. Tekanan darah membaik asupan kafein, natrium, kolesterol, dan
Objektif: 23. CRT membaik makanan tinggi lemak)
1. Perubahan irama jantung 24. Pulmonary artery wedge  Gunakan stocking elastis atau pneumatik
pressure (PAWP) membaik
 Bradikardia/ takikardia intermiten, sesuai indikasi
25. Central venous pressure (CVP)
 Gambaran EKG aritmia  Fasilitasi pasien dan keluarga untuk modifikasi
membaik
2. Perubahan preload gaya hidup sehat
 Edema  Berikan terapi relaksasi untuk mengurangi
 Distensi vena jugularis stres, jika perlu
 Central venous pressure Edukasi:
(CVP) meningkat  Anjurkan beraktivitas fisik sesuai toleransi
/menurun  Anjurkan beraktivitas fisik secara bertahap
 Hepatomegali  Anjurkan berhenti meroko
3. Perubahan afterload  Anjurkan pasien dan keluarga mengukur berat
 Tekanan darah badab harian
meningkat / menurun  Anjurkan pasien dan keluarga mengukur intake

28
 Nadi perifer teraba dan output cairan harian
lemah Kolaborasi:
 CRT >3 detik  Kolaborasi pemberian antiaretmia, jika perlu
 Oliguria  Rujuk ke program rehabilitasi jantung
 Warna kulit pucat dan
atau sianosis
4. Perubahan kontraktilitas
 Terdengar suara jantung
S3 dan atau S4
 Ejection fraction (EF)
menurun

Gejala dan Tanda Minor:


Subjektif:
1. Perubahan kontraktilitas
(tidak tersedia)
2. Perubahan preload (tidak
tersedia)
3. Perubahan afterload (tidak
tersedia)
4. Perilaku / emosional
 Cemas
 gelisah

Objektif:
1. Perubahan kontraktilitas
 Cardiac Index (CI)
menurun

29
 Left Ventriculer stroke
work index (LVSWI)
menurun
 Stroke volume index
(SVI) menurun
2. Perubahan afterload
 Pulmonary vascular
resistence (PVR)
meningkat atau menurun
 Systemic vasculer
resitance (SVR)
meningkat atau menurun
3. Perubahan preload
 Murmur jantung
 Berat badan bertambah
 Pulmonary artery wedge
pressure (PAWP)
menurun
4. Perilaku / emosional (tidak
tersedia)

Kondisi Klinis Terkait


1. Gagal jantung kongesif
2. Sindrom koroner akut
3. Stenosis aorta
4. Regurgitasi aorta
5. Stenosis mitral
6. Regurgitasi mitral

30
7. Stenosis trikuspidal
8. Regurgitasi trikuspidal
9. Stenosis pulmonal
10.Regurgitasi pulmonal
11.Aritmia
12.Penyakit jantung bawaan

31
5. Implementasi

Implementasi merupakan pengolahan dan perwujudan dari suatu rencana

keperawatan yang telah di susun pada tahap intervensi atau perencanaan. Fokus

pada intervensi keperawatan antara lain menemukan perubahan sistem tubuh,

mempertahankan daya tahan tubuh,menetapkan hubungan klien dengan

lingkungan,mencegah komplikasi, implementasi pesan dokter (Wahyuni, 2016).

6. Evaluasi

Evaluasi atau tahap penilaian merupakan tindakan perbandingan yang

sistematis dan terencana yang memiliki tujuan tentang kesehatan pasien.

Dilakukan dengan cara bersinambungan dengan melibatkan klien, keluarga, dan

tenaga kesehatan. Tujuan dari evaluasi yaitu untuk mengetahui kemampuan klien

dalam mencapai tujuan yang telah direncanakan dengan kriteria hasil pada tahap

perencanaan (Wahyuni, 2016).

32
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Penyakit jantung koroner (PJK) atau bisa disebut Coronary Heart Disease
(CHD) atau penyakit Coronary Artery Disease (CAD) merupakan penyakit
yang disebabkan adanya plak yang menumpuk di dalam arteri koroner
sehingga terjadi penyempitan atau sumbatan yang mensuplai oksigen (O2) ke
otot jantung.

Faktor resiko utama penyakit jantung koroner yaitu yang tidak dapat
diubah adalah Hereditas/keturunan, usia dan jenis kelamin. Sedangkan faktor
resiko utamanya yaitu yang dapat diubah adalah kebiasaan merokok, kadar
lemak darah yang cenderung tinggi (hiperlipidemia), hipertensi, diabetes
mellitus, obesitas, stress dan kurang aktif bergerak atau berolahraga.

B. Saran

Dengan adanya makalah ini diharapkan para pembaca dapat lebih


mengetahui tentang hipertensi pada kehamilan. Jika ada penulisan kata dalam
makalah ini kami selaku penulis mohon dengan senang hati atas kritik dan
saran dari para pembaca.

33
34
DAFTAR PUSTAKA

Andarmoyo, S. (2013). Konsep & Proses Keperawatan Nyeri. Jogjakarta: Ar-


Ruzz.

Depkes. (2017). Sebagian Besar Penderita Hipertensi tidak Menyadarinya. Biro


Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat,Kementerian Kesehatan
RI.

Helmanu, K., & Ulfai, N. (2015). Stop Gejala Penyakit Jantung Koroner,
Kolesterol Tinggi, Diabetes, Hipertensi. Yogyakarta: Istana
Medika.

Irmalita. ( 2015). Pedoman Tatalaksana Sindrom Koroner Akut. Perhimpunan


Dokter Spesialis Kardiovaskuler Indonesia, Edisi Kelima.

Karmilawati, K., Hernawan, A. D., & Alamsyah, D. (2017). Faktor Resiko


Kejadian Penyakit Jantung Koroner Pada Pekerja Sektor Formal
(Studi Kasus Pada Pasien Rawat Jalan Di Rsud Dr. Seodarso
Pontianak). Jumantik, 4(2) , 1–14.

LeMone, P., Keren M. Burke, M. B., & Gerene , B. (2019). Buku Ajar
Keperawatan Medikal Bedah Vol 1 Edisi 1. Jakarta: EGC.

Muttaqin, A. (2009). Pengantar Asuhan Keperawatan Dengan Gangguan Sistem


Kardiovaskuler. Jakarta: Salemba Medika.

Nurhidayat, S. (2011). Asuahn Keperawatan Klien Kardiovaskuler. Ponorogo :


Umpo Press.

PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan


Keperawatan Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Definisi dan Kriteria


Hasil Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

Pratiwi, Z. F. (2011). Evaluasi Penggunaan Jantung Koroner Rawat Inap di


RSUD dr. Moewardi Surakarta. Surakarta: Fakultas Farmasi
Universitas Muhammadiyah Surakarta.

35
Puput, W., Cholik, H. R., & Saiful, N. (2019). Identifiksai Usia Sebagai Faktor
Risiko Penyakit Jantung Koroner. Health Sciences Journal, 1–10.

Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI. (2018). From Situasi Umum
Konsumsi Tembakau di Indonesia (Current Tobacco Consumption
in Indonesia).

Putri, R. D., Nur ’Aeni, A., & Belinda, V. (2018). Kajian Kebutuhan Belajar
Klien Dengan Penyakit Jantung Koroner. Journal Of Nursing
Care, Volume 1 Nomor 1, 60–68.

Saesarwati, D., & Satyabakti, P. (2017). Analisis Faktor Risiko Yang Dapat
Dikendalikan Pada Kejadian Pjk Usia Produktif. Jurnal
PROMKES, 4(1), 22-33.

Sari, A. W. (2019). Kejadian Deviasi Segmen ST Pada Gambaran EKG Pasien


Hiperkolesterolemia. Indonesian Journal For Health Sciences.
Vol.3, No.1, 20-23.

SDKI DPP PPNI. (2018). Standart Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta:


Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

Wahyuni, N. S. ( 2016). Dokumentasi Keperawatan. Ponorogo: UNMUH


Ponorogo Press.

Wicaksono, S. M. (2019). Asuhan Keperawatan Pasien Penyakit Jantung Koroner


Dengan Ketidakefektifan Menejemen Kesehatan di Wilayah Kerja
Puskesmas Sukorejo Ponorogo. Ponorogo: Kementerian Kesehatan RI
Politeknik Kesehatan Kemenkes Malang Jurusan Keperawatan Prodi DIII
Keperawatan.

36

Anda mungkin juga menyukai