Anda di halaman 1dari 22

POST DATE

KEPERAWATAN MATERNITAS

Oleh :
Rahma Erlinda Febriana

PROGRAM STUDI PROFESI NERS KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONOROGO
2024
Lembar Pengesahan

Laporan pendahuluan Maternitas Post Date telah dibuat dan disetujui


dalam rangka Praktik Klinik Profesi Ners Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Ponorogo di RSU Muhammadiyah Ponorogo.

Nama Mahasiswa : Rahma Erlinda Febriana

Mengetahui

Pembimbinh Lahan Pembimbing Institusi

( ) ( )
A. Konsep dasar post date
1. Definisi
Kehamilan postdate disebut juga kehamilan serotinus,
kehamilan lewat waktu, kehamilan lewat bulan, prolonged
pregnancy, extended pregnancy, post datisme atau pascamaturitas,
postterm adalah kehamilan yang berlangsung sampai 42 minggu
(294 hari) atau lebih, dihitung dari hari pertama haid terakhir
menurut rumus Naegele dengan siklus haid rata-rata 28 hari
( Prawirohardjo,2009). Kehamilan postdate adalah kehamilan yang
berlangsung 42 minggu atau lebih. Istilah lain yang sering dipakai
adalah postmaturitas, postdatism, atau serotinus ( Nita Norma,
2012).
2. Patofisiologi
Fungsi plasenta mencapai puncaknya pada kehamilan 38
minggu dan kemudian mulai menurun terutama setelah 42 minggu.
Hal ini dapat dibuktikan dengan penurunan estriol dan plasental
laktogen. Rendahnya fungsi plasenta berkaitan dengan peningkatan
kejadian gawat janin dengan resiko 3 kali.
Permasalahan kehamilan lewat waktu adalah plasenta tidak
sanggup memberikan nutrisi dan pertukaran CO2/O2 akibat tidak
timbul his sehingga pemasukan nutrisi dan O2 menurun menuju
janin di samping adanya spasme arteri spiralis menyebabkan janin
resiko asfiksia sampai kematian dalam rahim. Makin menurun
sirkulasi darah menuju sirkulasi plasenta dapat mengakibatkan
pertumbuhan janin makin lambat dan penurunan berat disebut
dismatur, sebagian janin bertambah besar sehingga memerlukan
tindakan operasi persalinan, terjadi perubahan metabolisme janin,
jumlah air ketuban berkurang dan makin kental menyebabkan
perubahan abnormal jantung janin, (Wiknjosastro, 2009).
3. Etiologi
a. Pengaruh progesteron
Pengaruh hormon progesteron dalam kehamilan
dipercaya merupakan kejadian perubahan endokrin yang
penting dalam memacu proses biomolekuler pada
persalinan dan peningkatan sensitivitas uterus terhadap
oksitosin, sehingga beberapa penulis menduga bahwa
terjadinya kehamilan postdate adalah karena
berlangsungnya pengaruh progesteron.
b. Teori oksitosin
Pemakaian oksitosin untuk induksi persalinan pada
kehamilan postdate memberi kesan atau dipercaya bahwa
oksitosin secara fisiologis memegang peranan penting
dalam menimbulkan persalinan dan pelepasan oksitosin
dari neurohipofisis ibu hamil yang kurang pada usia
kehamilan lanjut diduga sebagai salah satu faktor penyebab
kehamilan postdate.
c. Teori kortisol/ACTH janin
Dalam teori ini diajukan bahwa sebagai “pemberi
tanda” untuk dimulainya persalinan adalah janin, diduga
akibat peningkatan tiba-tiba kadar kortisol plasma janin.
Kartisol janin akan mempengaruhi plasenta sehingga
produksi progesteron berkurang dan memperbesar sekresi
estrogen, selanjutnya berpengaruh terhadap meningkatnya
produksi prostaglandin. Pada cacat bawaan janin seperti
anensepalus, hipoplasia adrenal janin, dan tidak adanya
kelenjar hipofisis pada janin akan menyebabkan kortisol
janin tidak diproduksi dengan baik sehingga kehamilan
dapat berlangsung lewat bulan.
d. Saraf uterus
Tekanan pada ganglion servikalis dari pleksus
Frankenhauser akan mengakibatkan kontraksi uterus. Pada
keadaan di mana tidak ada tekanan pada pleksus ini, seperti
pada kelainan letak, tali pusat pendek dan bagian bawah
masih tinggi kesemuanya diduga sebagai penyebab
terjadinya kehamilan postdate.
e. Heriditer
Beberapa penulis menyatakan bahwa seorang ibu
yang mengalami kehamilan postdate mempunyai
kecenderungan untuk melahirkan lewat bulan pada
kehamilan berikutnya. Mogren (1999) seperti dikutip
Cunningham, menyatakan bahwa bilamana seorang ibu
mengalami kehamilan postdate saat melahirkan anak
perempuan, maka besar kemungkinan anak perempuannya
akan mengalami kehamilan postdate
4. Manifestasi klinis
a. Keadaan klinis yang dapat ditemukan jarang ialah gerakan
janin yang jarang, yaitu secara subyektif kurang dari 7 kali
per 30 menit atau secara obyektif dengan KTG kurang dari
10 kali per 30 menit.
b. Pada bayi akan ditemukan tanda-tanda lewat waktu atau
postdate yang terbagi menjadi 3 yaitu :
(1) Stadium I : Kulit kehilangan verniks caseosa dan terjadi
maserasi sehingga kulit kring, rapuh dan mudah mngelupas.
(2) Stadium II : Seperti stadium I disertai pewarnaan
mekonium (kehijauan) dikulit.
(3) Stadium II : Seperti stadium I disertai pewarnaan
kekuningan pada kuku, kulit dan tali pusat (Sujiyantini,
2009).
5. Pathway

Risiko cedera pada janin


B. Asuhan keperawatan
1. Pengkajian
a. Anamnesa
1) Identitas klien : umur (lebih rentan 30-40th),
gravida (jika kehamilan sebelumnya sudah
terindikasi maka kehamilan selanjutnya lebih rentan
terindikasi juga), status perkawinan (menikah pada
usia yang cukup atau tidak), pekerjaan (pekerjaan
yang lebih berat dapat beresiko terindikasi
postdate).
2) Keluhan utama : 1 keluhan utama yang dirasakan
olej klien biasanya cemas dengan kondisinya.
3) Riwayat menstruasi
Pada ibu yang perlu ditanyakan adalah umur
menarche, siklus haid, lama haid, keadaan darah
seperti warna, bau konsistensi, disertai disminorhea
atau tidak serta tanyakan Hari Pertama Haid
Terakhir (HPHT).
4) Riwayat perkawinan
Yang perlu ditanyakan adalah usia perkawinan,
perkawinan keberapa, usia pertama kali kawin.
5) Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas
Untuk mendapatkan data kehamilan, persalinan,
nifas, perlu diketahui HPHT untuk menentukan
tafsiran partus (TP), hamil pertama umur berapa,
berapa kali pernah hamil, apakah pernah mengalami
keguguran atau perdarahan, imunisasi TT berapa
kali, persalinan dimana, umur kehamilan saat
persalinan, berat badan anak saat lahir, jenis
kelamin anak, keadaan anak saat lahir, keadaan ibu
setelah melahirkan, dan umur anak saat ini.
6) Penggunaan alat kontrasepsi
Tanyakan apakah ibu pernah menggunakan alat
kontrasepsi, alat alat kontrasepsi yang pernah
digunakan, adakah keluhan saat menggunakan alat
kontrasepsi, pengetahuan tentang alat kontrasepsi.
7) Riwayat penyakit yang pernah diderita
Tanyakan tentang penyakit yang pernah diderita
yang ada hubungannya dengan sistem reproduksi
serta penyakit lain yang dapat mempengaruhi
kehamilan atau persalinan.
8) Riwayat penyakit keluarga
Tanyakan pada ibu apakah ada keluarga ibu yang
menderita penyakit yang bersifat menurun seperti
TBC, jantung, hipertensi, HIV, Diabetes mellitus,
asma, penyakit hubungan seksual (sifilis, gonorhea),
serta tanyakan apakah ada riwayat Gemeli
(kembar).
b. Pola kesehatan sehari-hari
1) Bernafas : Frekuensi pernafasan pada ibu hamil
normalnya 16-24 kali permenit. Pada ibu post
partum umumnya pernapasan lambat atau normal.
Hal ini dikarenakan ibu dalam keadaan pemulihan
atau dalam kodisi istirahat
2) Makan dan minum : Kebutuhan gizi pada masa
nifas terutama bila menyusui akan meningkat 25%,
karena berguna untuk proses penyembuhan luka
pasca pembedahan dan untuk memproduksi ASI
yang cukup. Menu makan seimbang yang harus
dikonsumsi adalah porsi yang cukup dan teratur,
tidak terlalu asin dan berlemak. Ibu post sectio
caesarea harus menghindari makanan dan minuman
yang mengandung bahan kimia, pedas, dan
menimbulkan gas karena gas perut kadang-kadang
menimbulkan masalah sesudah SC. Jika ada gas
dalam perut, ibu akan merasakan nyeri yang
menusuk. Bahan makanan ibu harus mengandung
sumber tenaga, sumber pembangan (protein),
sumber pengatur dan pelindung (mineral, vitamin
dan air). Pada kehamilan dan nifas dengan anemia
diperlukan asupan makanan yang mengandung zat
besi.
3) Eliminasi : Saat hamil normalnya ibu BAK 4-6 kali
per hari (± 800-1200 cc per hari) dengan volume ±
200 cc tiap kali BAK. Ibu yang habis menjalani
operasi sectio caesarea biasanya terpasang dower
kateter, dan akan dilepas setelah 12 jam. Saat hamil
normalnya ibu BAB 1-2 kali sehari. Ibu yang habis
menjalani operasi sectio caesarea proses
defekasinya akan tertunda selama 2-3 hari setelah
ibu melahirkan.
4) Istirahat dan tidur : Istirahat tidur yang diperlukan
ibu nifas adalah 8 jam pada malam hari dan 1 jam
pada siang hari untuk mencegah kelelahan yang
berlebih.
5) Gerak dan aktifitas : Pada 8 jam pasca pembedahan
ibu harus tidur terlentang dengan satu bantal di atas
kepala untuk mencegah terjadinya nyeri kepala
akibat anastesi. Setelah 8 jam pasca pembedahan
ibu sudah bisa belajar miring kiri dan kanan serta
melipat kaki agar aliran darah menjadi lancar.
Setelah 24 jam pasca pembedah ibu diperbolehkan
duduk dan pada hari kedua ibu sudah diperbolehkan
latihan berjalan.
6) Kebersihan diri : Sebelum dower kateter di lepas,
harus dilakukan vulva hyegine 2 kali sehari. Mandi
teratur minimal 2 kali sehari. Mandi di tempat tidur
dilakukan sampai ibu bisa mandi sendiri di kamar
mandi, yang terutama dibersihkan adalah putting
susu dan mamae. Kemudian dilakukan perawatan
gigi dan mulut.
7) Berpakaian : mengganti pakaian minimal 1x sehari
tanyakan kebiasaan klien mengganti pakaian.
8) Pengaturan suhu tubuh : pada hari ke 4 setelah
persalinan ibu biasa mengalami peningkatan suhu
tubuh jika kenaikan suhu melebihi 38oC waspadai
adanya infeksi ,tanyakan apakah pernah mengalami
peningkatan suhu tubuh.
9) Sexualitas : Hubungan seksual dapat ditunda
sedapat mungkin sampai 40 hari setelah persalinan,
karena pada saat itu diharapkan oragan-organ
reproduksi kembali keadaan semula.
c. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum
Observasi kesadaran, bangun tubuh, postur tubuh
dan keadaan kulit. Gejala kardinal Observasi vital
sign seperti suhu, tekanan darah, nadi dan respirasi.
Ukuran-ukuran lain Kaji berat badan sebelum, saat
hamil, saat pengkajian dan tinggi badan.
2) Keadaan fisik
(1) Kepala : Bentuk kepala, kebersihan, ada tidak
nyeri tekan.
(2) Muka : Bentuk muka, ada tidaknya edema,ada
tidaknya kloasma gravidarum, ada tidaknya nyeri
tekan.
(3) Mata : Bentuk mata, kongjungtiva pucat atau
tidak, sklera, lampang pandang, pergerakan mata,
ada tidak nyeri tekan.
(4) Hidung : Bentuk hidung, ada tidaknya sekret,
lesi, mukosa hidung, kebersihan, penciuaman,
pernafasan cuping hidung, dan nyeri tekan.
(5) Telinga : Bentuk telinga, kebersihan,
kemampuan pendengaran, ada tidaknya nyeri tekan.
(6) Mulut : Bentuk mulut, mukosa bibir, ada tidak
stomatitis, kebersihan, ada tidaknya pembesaran
tonsil, ada tidak nyeri tekan.
(7) Leher : Ada tidaknya pembesaran kelenjar tiroid,
ada tidak bendungan vena jugularis, pergerakan
leher, ada tidaknya hiperpigmentasi.
(8) Thorak : Bentuk thorax, ada tidaknya ronchi
atau wheezing, gerakan dada, bunyi jantung.
(9) Payaudara : Bentuk simetris atau tidak,
kebersihan, keadaan puting susu, hiperpigmentasi
areola mamae, lecet/luka, pembengkakan buah
dada, pengeluaran (colostrum, ASI atau nanah), ada
tidaknya nyeri tekan.
(10) Abdomen : Bentuk abdomen, kontraksi uterus,
tinggi fundus uteri, keadaan luka post operasi,
distensi kandung kemih, bising usus, terdapat luka,
striae gravidarum dan linea nigra.
(11) Ekstremitas : Kemampuan pergerakan, ada
tidaknya sianosis dan edema.
(12) Genetalia dan anus : Kebersihan, pengeluaran
lochea (jumlah, warna, bau, konsistensi),
haemoroid.
d. Pemeriksaan penunjang
1) Penilain warna air ketuban dengan amnioskopi atau
amniotomi (tes tanpa tekanan dinilai apakah reaktif
atau tidak ada tes tekanan oksitosin).
2) USG untuk menilai usia kehamilan,
ologohidramion, derajat maturitas plasenta.
3) KTG untuk menilai ada atau tidaknya gawat janin
e. Penatalaksanaan
1) Di bidan praktek mandiri :
 Melakukan konsultasi dengan dokter.
 Menganjurkan untuk melakukan persalinan di
rumah sakit.
 Merujuk pasien ke rumah sakit untuk
mendapatkan pertolongan yang adekuat.
2) Di rumah sakit :
 Kehamilan lewat waktu memerlukan
pertolongan induksi persalinan atau persalinan
anjuran.
 Persalinan induksi tidak banyak menimbulkan
penyulit bayi, asalkan dilakukan di rumah sakit
dengan fasilitas yang cukup.
 Oleh karena itu berikut ini di paparkan
mengenai beberapa metode induksi persalinan
atau persalinan anjuran.
2. Perumusan masalah (SDKI)
a. Ansietas (D.0080)
Penyebab :
1. Krisis situasional.
2. Kebutuhan tidak terpenuhi.
3. Krisis maturasional.
4. Ancaman terhadap konsep diri.
5. Ancaman terhadap kematian.
6. Kekhawatiran mengalami kegagalan.
7. Disfungsi sistem keluarga.
8. Hubungan orang tua-anak tidak memuaskan.
9. Faktor keturunan (temperamen mudah teragitasi sejak
lahir)
10. Penyalahgunaan zat.
11. Terpapar bahaya lingkungan (mis. toksin, polutan, dan
lain-lain).
12. Kurang terpapar informasi.
Gejala dan Tanda Mayor.
Subjektif Objektif
1. Merasa bingung. 1. Tampak gelisah.
2. Merasa khawatir 2. Tampak tegang.
dengan akibat. 3. Sulit tidur
3. Sulit berkonsenstrasi.
Gejala dan Tanda Minor.
Subjektif. Objektif.
1. Mengeluh pusing. 1. Frekuensi napas
2. Anoreksia. meningkat.
3. Palpitasi. 2. Frekuensi nadi
4. Merasa tidak berdaya. meningkat.
3. Tekanan darah
meningkat.
4. Diaforesis.
5. Tremos.
6. Muka tampak pucat.
7. Suara bergetar.
8. Kontak mata buruk.
9. Sering berkemih.
10. Berorientasi pada
masa lalu.
Kondisi Klinis Terkait : PenyakitKronis, Penyakit akut,
Hospitalisasi, Rencana opersai, Kondisi diagnosis penyakit belum
jelas, Penyakit neurologis, Tahap tumbuh kembang

b. Risiko perdarahan (D.0012)


Faktor Risiko :
1. Aneurisma.
2. Gangguan gastrointestinal (misal ulkus, polip, varises).
3. Gangguan fungsi hati (misal sirosis hepatitis).
4. Komplikasi kehamilan (misal ketuban pecah sebelum
waktunya, plasenta previa/abrupsio, kehamilan
kembar).
5. Komplikasi pasca partum (misal atoni uterus, retensi
plasenta).
6. Gangguan koagulasi (misal trombositopenia),
7. Efek agen farmakologis.
8. Tindakan pembedahan.
9. Trauma.
10. Kurang terpapar informasi tentang pencegahan
pencegahan perdarahan.
11. Proses keganasan.
Kondisi Klinis Terkait.
1. Aneurisma.
2. Koagulasi intravaskuler diseminata.
3. Gangguan fungsi hati (misal sirosis hepatitis).
4. Komplikasi kehamilan (misal ketuban pecah sebelum
waktunya, plasenta previa/abrupsio, kehamilan
kembar).
5. Komplikasi pasca partum (misal atoni uterus, retensi
plasenta).
6. Gangguan koagulasi (misal trombositopenia).
7. Efek agen farmakologis.
8. Tindakan Pembedahan.
9. Trauma.
10. Kurang terpapar informasi tentang pencegahan
perdarahan.
11. Proses Keganasan
Kondisi Klinis Terkait :
1. Aneurisma.
2. Koagulasi intravaskuler diseminata.
3. Sirosis Hepatis.
4. Ulkus lambung.
5. Varises.
6. Trombositopenia.
7. Ketuban pecah sebelum waktunya.
8. Plasenta previa / abrupsio.
9. Atonia uterus.
10. Retensi Plasenta.
11. Tindakan pembedahan.
12. Kanker.
13. Trauma.

c. Risiko cedera pada janin (D.0012)


Faktor Risiko
1. Besarnya ukuran janin
2. Malposisi janin
3. Induksi persalinan
4. Persalinan lama kala I, II dan III
5. Disfungsi uterus
6. Kecemasan yang berlebihan tentang proses persalinan
7. Riwayat persalinan sebelumnya
8. Usia ibu (<15 tahun atau >35 tahun)
9. Paritas banyak
10. Efek metode/intervensi bedah selama persalinan
11. Nyeri pada abdomen
12. Nyeri pada jalan lahir
13. Penggunaan alat bantu persalinan
14. Kelelahan
15. Merokok
16. Efek agen farmakologis
17. Pengaruh budaya
18. Pola makan yang tidak sehat
19. Faktor ekonomi
20. Konsumsi alkohol
21. Terpapar agen teratogen
Kondisi Klinis Terkait
1. Ketuban Pecah Sebelum Waktunya (KPSW)
2. Infeksi
3. Penyakit penyerta: asma, hipertensi, penyakit menular
seksual, AIDS
4. Masalah kontraksi
5. Efek pengobatan pada ibu
3. Perencanaan (SDDKI, SLKI, SIKI)

N SDKI SLKI SIKI


O
1 Ansietas(D.0080) Tingkat ansietas (L.09093) Reduksi ansietas (I.09134)
Dengan kriteria hasil: Observasi
1. Verbalisasi khawatir akibat 1. Identifikasi saat tingkat ansietas berubah (misal kondisi,
kondisi yang dihadapi waktu, stresor)
2. Perilaku gelisah 2. Identifikasi kemampuan mengambil keputusan
3. Perilaku tegang 3. Monitor tanda-tanda ansietas (verbal dan nonverbal)
4. Frekuensi pernafasan Terapeutik
5. Frekuensi nadi 4. Ciptakan suasana terapeutik untuk menumbuhkan
6. Tekanan darah kepercayaan
7. Tremor 5. Temani pasien untuk megurangi kecemasan, jika
8. Pucat memungkinkan
9. Konsentrasi 6. Pahami situasi yang membuat ansietas
10. Pola tidur 7. Dengarkan dengan penuh perhatian
11. Perasaan keberdayaan 8. Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan
9. Tempatkan barang prbadi yang memberikan kenyamanan
10. Memotivasi Mengidentifikasi situasi yang memicu
kecemasan
11. Diskusi perencanaan realistis tentang peristiwa yang akan
datang
Edukasi
12. Jelaskan prosedur, termasuk sensasi yang mungkin dialami
13. Informasi secara faktual mengenai diagnosis, pengobatan,
dan prognosis
14. Anjurkan keluarga untuk tetap bersama pasien, jika perlu
15. Anjurkan mengungkapkan perasaan dan persepsi
16. Anjurkan untk melakukan kegiatan yang tidak kompetitif,
sesuai kebutuhan
17. Latih kegiatan pengalihan untuk mengurangi ketegangan
18. Latih penggunaan mekanisme pertahanan diri yang tepat
19. Latih teknik relaksasi
Kolaborasi
20. Kolaborasi pemberian obat antiansietas, jika perlu
Teknik relaksasi (kode L. 09326)
Observasi
1. Identifikasi penurunan tingkat energi, ketidakmampuan
berkonsentrasi, atau gejala lain yang mengganggu
kemampuan kognitif
2. Identifikasi teknik relaksasi yang pernah efektif digunakan
3. Identifikasi kesediaan, kemampuan, dan penggunaan teknik
sebelumnya
4. Periksa ketegangan otot, frekuensi nadi, tekanan darah, dan
suhu sebelum dan sesudah latihan.
5. Monitor respons terhadap terapi relaksasi
Terapeutik
6. Ciptakan lingkungan tenang, dan tanpa gangguan dengan
pencahayaan dan suhu ruang nyaman, jika memungkinkan
7. Berikan informasi tetulis tentang perisiapan prosedur teknik
relaksasi
8. Gunakan pakaian longgar
9. Gunakan nada suara lembut dengan irama lambat dan
berirama
10. Gunakan relaksasi sebagai strategi penunjang dengan
analgetik atau tindakan medis lain, jika sesuai.
Edukasi
11. Jelaskan tujuan, manfaat, batasan, dan jenis relaksasi yang
tersedia (misal Musik, meditasi, napas dalam, relaksasi otot
progresif)
12. Jelaskan secara rinci intervensi relaksasi yang dipilh
13. Anjurkan mengambil posisi nyaman
14. Anjurkan rileks dan merasakan sensasi relaksasi
15. Anjurkan sering mengulangi atau melatih teknik yang
dipilih
16. Demonstrasikan dan latik teknik relaksasi (misal Napas
dalam, peregangan, atau imajinasi terbimbing)
2 Risiko Tingkat perdarahan (L.02017) Pencegahan perdarahan (I.02067)
perdarahan(D.0012) 1. Kelembapan membran Observasi
mukosa 1. Monitor tanda dan gejala perdarahan
2. Kelembapan kulit 2. Monitor nilai hematokrit/hemoglobin sebelum dan setelah
3. Perdarahan vagina kehilangan darah
4. Perdarahan pasca operasi 3. Monitor tanda-tanda vital ortostatik
5. Hemoglobin 4. Monitor koagulasi
6. Tekanan darah Terapeutik
7. Denyut nadi 5. Pertahankan bed rest selama perdarahan
8. Suhu tubuh 6. Batasi tindskan invasif, jika perlu
7. Gunakan kasur pencegahan dekubitus
8. Hindari pengukuran suhu rektal
Edukasi
9. Jelaskan tanda dan gejala perdarahan
10. Anjurkan menggunakan kaus kaki saat ambulasi
11. Anjurkan meningkatkan asupan cairan untuk menguindari
konstipasi
12. Anjurkan menghindari aspirin atau antikoagulan
13. Anjurkan meningkatkan asupan makanan dan vitamin K
14. Anjurkan segera melapor jika terjadi perdarahan
Kolaborasi
15. Kolaborasi pemberian obat pengontrol perdarahan, jika
perlu
16. Kolaborasi pemberian produk darah, jika perlu
17. Kolaborasi pemberian pelunak tinja, jika perlu
3 Risiko cedera pada Tingkat cedera (L.14136) Pemantauan denyut jantung janin (I.02056)
janin(D.0138) Dengan kriteria hasil: Observasi
1. Kejadian cedera 1. Identifikasi status obstetrik
2. Identifikasi Riwayat obstetrik
3. Identifikasi adanya penggunaan obat, diet, dan merokok
4. Identifikasi pemeriksaan kehamilan sebelumnya
5. Periksa denyut jantung janin selama 1 menit
6. Monitor denyut jantung ibu
7. Monitor tanda vital ibu
Terapeutik
8. Atur posisi pasien
9. Lakukan manuver leopold untuk menentukan posisi janin
Edukasi
10. Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
11. Informasikan hasil pemantauan, jika perlu
Pengukuran gerakan janin (I.14554)
Observasi
1. Identifikasi pengetahuan dan kemampuan ibu menghitung
gerakan janin
2. Monitor gerakan janin
Terapeutik
3. Hitung dan catat Gerakan janin (minimal 10 kali Gerakan
dalam 12 jam)
4. Lakukan pemeriksaan CTG (cardiotocography) untuk
mengetahui frekuensi dan keteraturan denyut jantung janin
dan kontraksi rahim ibu
5. Catat jumlah Gerakan janin dalam 12 jam perhari
6. Berikan oksigen 2-3 liter per menit jika gerakan janin belum
mencapai 10 kali dalam 12 jam
Edukasi
7. Jelaskan manfaat menghitung gerakan janin dapat
meningkatkan hubungan ibu dan janin
8. Anjurkan ibu memenuhi kebutuhan nutrisi sebelum
menghitung gerakan janin
9. Anjurkan posisi miring kiri saat menghitung gerakan janin,
agar janin dapat memperoleh oksigen dengan optimal
dengan meningkatkan sirkulasi fetomaternal
10. Anjurkan ibu segera memberitahu perawat jika gerakan
janin tidak mencapai 10 kali dalam 12 jam
11. Ajarkan ibu cara menghitung gerakan janin
Kolaborasi
12. Kolaborasi dengan tim medis jika ditemukan gawat janin
Daftar Pustaka

Anggraini, E. D. (2019). Asuhan Keperawatan Pada Ny.Z Dengan Diagnosa


Medis Post Sectio Caesarea Dengan Indikasi Postdate Diruang Mawar
Rsud Bangil - Pasuruan. Sidoarjo.
Manik Antara, I. G. (2016). Asuhan Keperawatan Ibu Pr Dengan P2002 Post
Sectio Caesarea Oleh Karena Kehamilan Lewat Waktu (Postdate) + Gagal
Drip Di Ruang Kemuning Brsu Tabanan Tanggal 26 S/D 29 April 2016.
Denpasar.
Ppni. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dpp Ppni.
Ppni. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dpp Ppni.
Ppni. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dpp Ppni.
Puspitasari. (2014). Retrieved Maret 19, 2024, From Https://Repository.Um-
Surabaya.Ac.Id/2090/3/Bab_2.Pdf

Anda mungkin juga menyukai