Anda di halaman 1dari 29

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN KEHAMILAN POSTMATURE

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 3

ANDI ARDIANSYAH HASBI

DIAN RAHMAYANTI

FITRIANI NUR

NURUL ATHIRA

REZKI MUTIARA KARINA ARTAB

STIKES PANRITA HUSADA BULUKUMBA

DOMISILI SELAYAR

2022/2023

1
2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kehamilan postmatur merupakan salah satu bentuk kegawatdaruratan medis yang terjadi
pada ibu hamil dan ibu yang akan bersalin. kehamilan postmatur adalah kehamilan yang
melampaui umur 294 hari (42 minggu) dengan segala kemungkinan komplikasinya
(Manuaba, 1999).

Pada umumnya, kehamilan berlangsung selama 40 minggu (280 hari) dihitung dari HPHT
(Hari Pertama Haid Terakhir). Kehamilan normal (aterm) ialah usia kehamilan antara 38-
42 minggu. Namun, sekitar 3,4-14 % atau ratarata 10 % kehamilan berlangsung sampai
42 minggu atau lebih. Prevalensi ini bervariasi bergantung pada kriteria yang dipakai oleh
peneliti (Prawirohardjo, 2008).

Penentuan usia kehamilan berdasarkan rumus Neagele, dihitung dari HPHT, jadi untuk
menentukan kehamilan Postmatur harus diketahui umur kehamilan yang tepat. Selain dari
haid, penentuan umur kehamilan dapat dibantu secara klinis dengan mengevaluasi
kembali umur kehamilan dari saat pertama kali ibu datang. Makin awal pemeriksaan
kehamilan dilakukan, umur kehamilan makin mendekati kebenaran. Pemeriksaan USG
sangat membantu taksiran umur kehamilan dan bila dilakukan sebelum trimester kedua,
hasilnya lebih akurat (FK Unpad, 2005).

Pelayanan kesehatan merupakan bagian penting dari pelayanan dasar yang terjangkau
oleh seluruh masyarakat. Salah satunya berupa pelayanan kesehatan ibu yang berupaya
agar setiap ibu hamil dapat melalui kehamilan dan persalinannya dengan selamat.
Seorang perawat dituntut agar mampu memberikan pelayanan yang tepat dan akurat. Oleh
karena itu, dalam memberikan pelayanan kesehatan perawat harus memiliki pengetahuan
yang cukup.

1.2 Tujuan

1.Mengetahui definisi dari kehamilan postmatur.

2.Mengetahui etiologi dari kehamilan postmatur.Mengetahui patofisiologi dari kehamilan


postmatur.

3.Mengetahui WOC dari kehamilan postmatur.

4.Mengetahui manifestasi klinis dari kehamilan postmatur.

Mengetahui pemeriksaan diagnostik untuk kehamilan postmatur.

Mengetahui penatalaksanaan untuk kehamilan postmatur.

Mengetahui komplikasi dari kehamilan postmatur.

3
5.Mengetahui prognosis dari kehamilan postmatur.

6.Mengetahui asuhan keperawatan dari kehamilan postmatur.

1.3 Manfaat

1.Mahasiswa mampu memahami konsep dan proses keperawatan pada klien dengan
kehamilan postmatur.

2.Mahasiswa mengetahui proses keperawatan yang benar sehingga dapat menjadi bekal
dalam persiapan praktek di rumah sakit maupun di masyarakat.

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Kehamilan postmatur (postterm) disebut juga kehamilan lewat waktu/bulan merupakan


kehamilan yang berlangsung sampai 42 minggu (294 hari) atau lebih, dihitung dari hari
pertama haid terakhir menurut rumus Naegele dengan siklus haid rata-rata 28 hari
(Prawirohardjo, 2008). Sedangkan menurut Manuaba (1999), kehamilan lewat waktu
merupakan kehamilan yang melebihi waktu 42 minggu dan belum terjadi persalinan.
Kehamilan umumnya berlangsung 40 minggu atau 280 hari dari hari pertama haid
terakhir.

Definisi standar untuk kehamilan lewat bulan adalah 294 hari setelah hari pertama
menstruasi terakhir, atau 280 hari setelah ovulasi. Istilah lewat bulan (postdate)
digunakan karena tidak menyatakan secara langsung pemahaman mengenai lama
kehamilan dan maturitas janin (Helen, 2007).

Berdasarkan beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa kehamilan postmatur


adalah kehamilan lebih dari 40 minggu.

2.2 Etiologi

Penyebab terjadinya kehamilan postterm/ postmature sampai saat ini masih belum
diketahui secara jelas. Menurut (Sarwono,2010) beberapa teori yang diajukan di
antaranya: a. Pengaruh Progresteron

Penurunan hormon progresteron dalam kehamilan dipercaya merupakan kejadian


perubahan endokrin yang penting dalam memacu prose biomolekuler pada persalinan dan
meningkatkan sensitivitas uterus terhadap oksitosin, sehingga terjadinya kehamilan
postterm adalah karena masih berlangsungnya pengaruh progresteron.

1.Teori Oksitosin

Pemakaian okstitosin untuk induksi persalinan pada kehamilan dipercaya bahwa oksitosin
secara fisiologis memgang peranan penting dalam menimbulkan persalinan dan pelepasan
okstitosin dari neurohipofisis ibu hamil yang kurang pada usia kehamilan lanjut diduga
sebagai salah satu penyebab kehamilan postterm.

2.Teori Kortisol/ ACTH Janin

Dalam teori ini diajukan bahwa sebagai “pemberi tanda” untuk dimulainya persalinan
adalah janin, diduga akibat peningkatan tiba-tiba kadar kortisol plasma janin. Kortisol
janin akan memperngaruhi plasenta sehingga prosuksi progresteron berkurang dan
memperbesar sekresi esterogen, selanjutnya berpengaruh terhadap meningkatnya
produksi prostaglandin. Pada cacat bawaan janin seperti anesefalus, hipoplasia adrenal
janin, dan tidak adanya kelenjar hipofisis pada janin akan menyebabkan kortisol janin
tidak diproduksi dengan baik sehingga kehamilan dapat berlangsung lewat bulan.

5
3.Saraf Uterus

Tekanan pada ganglion servikalis dari pleksus Frankenhauser akan membangkitkan


kontraksi uterus. Pada keadaan dimana tidak ada tekanan pada pleksus ini, seperti pada
kelainan letak, tali pusat pendek dan bagian bawah masih tinggi kesemuanya diduga
sebagai penyebab terjadinya kehamilan postterm.

4.Herediter

Beberapa penulis menyatakan bahwa seorang ibu yang mengalami kehamilan posterm
mempunyai kecenderungan untuk melahirkan lewat bulan pada kehamilan berikutnya.
Mogren menyatakan bahwa bilamana seorang ibu mengalami kehamilan posterm saat
melahirkan anak perempuan, maka besar kemungkinan anak perempuan akan mengalami
kehamilan posterm.

Menurut (Bayu,2009) penyebab Postmatur pasti belum diketahui, faktor yang


dikemukakan adalah :

 Hormonal, yaitu kadar progesteron tidak cepat turun walaupun kehamilan telah
cukup bulan sehingga kepekaan uterus terhadap oksitosin berkurang.
 Herediter, karena post naturitas sering dijumpai pada suatu keluarga tertentu
 Kadar kortisol pada darah bayi yang rendah sehingga disimpulkan kerentanan
akan stress merupakan faktor tidak timbulnya His
 Kurangnya air ketuban
 Insufiensi plasenta.

2.3 Manifestasi klinis

Gerakan janin yang jarang, yaitu secara subjektif kurang dari 7 kali/ 20 menit atau secara
objektif dengan KTG (karditopografi) kurang dari 10 kali/ 20menit. (Echa, 2012)

Postterm dapat di bagi dalam 3 stadium (Sarwono,2010) :

 Stadium I

Kulit menunjukkan kehilangan verniks kaseosa dan maserasi berupa kulit kering, rapuh
dan mudah mengelupas.

 Stadium II

Gejala di atas disertai pewarnaan mekonium (kehijauan) pada kulit

 Stadium III

Terdapat pewarnaan kekuningan pada kuku, kulit dan tali pusat Menurut Bayu, 2009
manifestasi yang ditunjukkan yaitu bayi postmature :

a.Biasanya lebih berat dari bayi matur ( > 4000 gram)Tulang dan sutura kepala lebih
keras dari bayi matur

6
b.Rambut lanugo hilang atau sangat kurang

c.Verniks kaseosa di bidan kurang

d.Kuku-kuku panjang

e.Rambut kepala agak tebal

f.Kulit agak pucat dengan deskuamasi epitel

2.4 Patofisiologi

1.Sindrom posmatur

Bayi postmatur menunjukan gambaran yang khas, yaitu berupa kulit keriput, mengelupas
lebar-lebar, badan kurus yang menunjukan pengurasan energi, dan maturitas lanjut karena
bayi tersebut matanya terbuka. Kulit keriput telihat sekali pada bagian telapak tangan dan
telapak kaki. Kuku biasanya cukup panjang. Biasanya bayi postmatur tidak mengalami
hambatan pertumbuhan karena berat lahirnya jarang turun dibawah persentil ke-10 untuk
usia gestasinya.banyak bayi postmatur Clifford mati dan banyak yang sakit berat akibat
asfiksia lahir dan aspirasi mekonium. Berapa bayi yang bertahan hidup mengalami
kerusakan otak. Insidensi sindrom postmaturitas pada bayi berusia 41, 42, dan 43 minggu
masing-masing belum dapat ditentukan dengan pasti. Sindrom ini terjadi pada sekitar 10
% kehamilan antara 41 dan 43 minggu serta meningkat menjadi 33 % pada 44 minggu.
Oligohidramnion yang menyertainya secara nyata meningkatkan kemungkinan
postmaturitas.

2.Disfungsi plasenta

Kadar eritroprotein plasma tali pusat meningkat secara signifikan pada kehamilan yang
mencapai 41 minggu atau lebih dan meskipun tidak ada agar skor dan gas darah tali pusat
yang abnormal pada bayi ini, bahwa terjadi penurunan oksigen pada janin yang postterm.
Janin posterm mungkin terus bertambah berat badannya sehingga bayi tersebut luar biasa
beras pada sat lahir. Janin yang terus tumbuh menunjukan bahwa fungsi plasenta tidak
terganggu. Memang, pertumbuhan janin yang berlanjut, meskipun kecepatannya lebih
lambat, adalah cirri khas gestasi antara 38 dan 42 minggu.

3.Gawat janin dan Oligohidramnion

Alasan utama meningkatnya resiko pada janin posterm adalah bahwa dengan diameter tali
pusat yang mengecil, diukur dengan USG, bersifat prediktif terhadap gawat janin
intrapartum, terutama bila disertai dengan ologohidramnion. Penurunan volume cairan
amnion biasanya terjadi ketika kehamilan telah melewati 42 minggu, mungkin juga
pengeluaran mekonium oleh janin ke dalam volume cairan amnion yang sudah berkurang
merupakan penyebab terbentuknya mekonium kental yang terjadi pada sindrom aspirasi
mekonium.

7
4.Pertumbuhan janin terhambat

Hingga kini, makna klinis pertumbuhan janin terhambat pada kehamilna yang seharusnya
tanpa komplikasi tidak begitu diperhatikan. Pertumbuhan janin terhambat menyertai
kasus lahir mati pada usia gestasi 42 minggu atau lebih, demikian juga untuk bayi lahir
aterm. Morbiditas dan mortalitas meningkatkan secara signifikan pada bayi yang
mengalami hambatan pertumbuhan. Memang, seperempat kasus lahir mati yang terjadi
pada kehamilan memanjang merupakan bayi-bayi dengan hambatan pertumbuhan yang
jumlahnya relatif kecil ini.

5.Serviks yang tidak baik

Sulit untuk menunjukan seriks yang tidak baik pada kehamilan memanjang karena pada
wanita dengan umur kehamilan 41 minggu mempunyai serviks yang belum berdilatasi.
Dilatasi serviks adalah indicator prognostic yang penting untuk keberhasilan induksi
dalam persalinan.

2.6 Pemeriksaan diagnostic

Beberapa pemeriksaan yang dapat dilakukan pada ibu dengan kehamilan postmatur
(Prawirohardjo, 2008), antara lain: a. Ultrasonografi (USG)

Ketetapan usia kehamilan sebaiknya mengacu pada hasil pemeriksaan USG pada
trimester pertama. Pada trimester pertama pemeriksaan panjang kepala-tunggingn
(crown-rump length/CRL) memberikan ketepatan kurang lebih 4 hari dari taksiran
persalinan. Sedangkan pemeriksaan sesaat setelah trimester III dapat digunakan untuk
menentukan berat janin, keadaan air ketuban, ataupun keadaan plasentan yang sering
berhubungan dengan kehamilan postmatur, tetapi sulit untuk memastikan usia kehamilan.

1.Pemeriksaan radiologi

Usia kehamilan ditentukan dengan melihat pusat penulangan. Cara ini sekarang jarang
digunakan karena pengenalan pusat penulangan seringkali sulit dan radiologic
mempunyai pengaruh yang kurang baik terhadap janin.

2.Pemeriksaan laboratorium

Pada pemeriksaan laboratorium ini meliputi pemeriksaan kadar lesitin/ spingomielin,


aktivitas tromboplastin cairan amnion (ATCA), sitologi cairan amnion, dan sitologi
vagina.

2.7 Penatalaksanaan

Menurut Sarwono Prawirohardjo (2008) dalam pengelolaan kehamilan postmatur ada


beberapa hal yang perlu diperhatikan, antara lain:

 Menentukan apakah kehamilan memang telah berlangsung lewat bulan atau


bukan. Dengan demikian, penatalaksanaan ditujukan pada dua variasi dari
postmatur ini.
 Identifikasi kondisi janin dan keadaan yang membahayakan janin.

8
 Periksa kematangan serviks dengan skor Bishop. Kematangan serviks ini
memegang peranan penting dalam pengelolaan kehamilan postmatur. Sebagian
besar kepustakaan sepakat bahwa induksi persalinan dapat segera dilaksanakan
baik pada usia 41 maupun 42 minggu bilamana serviks telah matang.

Menurut Arif Mansjoer (2000) penatalaksanaan kehamilan lewat waktu bila keadaan
janin baik dapat dilakukan dengan cara:

 Tunda pengakhiran kehamilan selama 1 minggu dengan menilai gerakan janin


dan tes tanpa tekanan 3 hari kemudian, Bila hasil positif, segera lakukan seksio
sesarea.
 Induksi Persalinan.Induksi persalinan merupakan suatu usaha supaya persalinan
mulai berlangsung dengan jalan merangsang timbulnya his. Ada dua cara yang
biasanya dilakukan untuk memulai proses induksi, yaitu mekanik dan kimia.
Kedua cara ini pada dasarnya dilakukan untuk mengeluarkan zat prostaglandin
yang fungsinya sebagai zat penyebab otot rahim berkontraksi.

Secara mekanik, biasanya dilakukan dengan sejumlah cara, seperti menggunakan metode
stripping, vibrator, kateter, serta memecahkan ketuban.

Secara kimia, ibu akan diberikan obat-obatan khusus. Ada yang diberikan dengan cara
diminum, dimasukan ke dalam vagina, diinfuskan, atau pun disemprotkan pada hidung.
Biasanya, tak lama setelah salah satu cara kimia itu dilakukan, ibu hamil akan merasakan
datangnya kontraksi

Penatalaksanaan pada bayi postmatur antara lain :

Bila bayi mengalami ketidakefektifan termoregulasi tindakan yang dapat diberikan antra
lain :

 Hangatkan inkubator atau penghangat radian sebelumnya, pastikan bahwa


handuk dan atau selimut yang tipis yang telah dihangatkan telah tersedia.
Pertahankan suhu ruang bersalin pada suhu 22 C, dengan kelembaban relatif
60%-65%.
 Bersihkan bayi baru lahir, dari darah dan verniks yang belebihan, khususnya yang
ada di kepala, dengan handuk yang telah dihangatkan sebelumnya
 Letakkan bayi baru lahir di bawahpenghangat radian
 Bungkus bayi dengan selimut yang telah dihangatkan dan pindahkan bayi ke ibu
 Rangkul bayi sehingga menempel pada dada ibu dan dibedong dengan selimut
yang hangat
 Evaluasi dengan alat elektronik respon denazyut jantung janin terhadap kontraksi
uterus selama asuhan intrapartum
 Kaji kadar glukosa darah dengan menggunakan strip kimia sebelum pemberian
ASI dan sebelum 2 jam setelah kelahiranKaji tanda-tanda hipoglikemi
 Ajarkan orang tua untuk memperkirakan perubahan pada kemampuan infan
 Diskusikan dengan orang tua perlunya pemantauan konstan terhadap infan

9
2.8 Komplikasi

Pada kondisi postmatur ini dapat terjadi beberapa komplikasi, yaitu:

Menurut Prawirohardjo (2008), komplikasi yang terjadi pada kehamilan serotinus yaitu
komplikasi pada janin. Komplikasi yang terjadi pada janin seperti gawat janin, gerakan
janin berkurang, kematian janin, asfiksia neonaturum dan kelainan letak.

Menurut Achdiat (2004), komplikasi yang terjadi seperti kelainan kongenital, sindroma
aspirasi mekonium, gawat janin dalam persalinan, bayi besar (makrosomia) atau
pertumbuhan janin terlambat, kelainan jangka pangjang pada bayi.

2.9 Prognosis

Pada kehamilan 43 minggu jumlah kematian janin/bayi tiga kali lebih besar dari pada
kehamilan 40 minggu karena postmaturitas akan menambah bahaya pada janin. Pengaruh
postmaturitas pada janin bervariasi: berat badan janin dapat bertambah besar, tetap dan
ada yang berkurang, sesudah kehamilan 42 minggu. Ada pula yang bisa terjadi kematian
janin dalam kandungan.

BAB III

10
ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian

1.Identitas klien : nama, umur, ras, gravida, alamat, dan nomor telepon, agama,status
perkawinan, pekerjaan, dan tanggal anamnesis.

2.Keluhan Utama

Menurut Manuaba (1998) dalam bukunya Ilmu Kebidanan, keluhan ibu pada kasus
postmatur adalah :

 Kehamilan belum lahir setelah melewati 42 minggu.


 Gerak janin makin berkurang dan kadang-kadang berhenti sama sekali.
 Berat badan ibu mendatar atau menurun.
 Air ketuban terasa berkurang
 Gerak janin menurun.

Alasan datang : alasan wanita datang ke tempat bidan/klinik, yang diungkapkan dengan
kata –kata sendiri.

3.Riwayat kehamilan sekarang.

Mengkaji keluhan yang yang dirsakan pasien selama kehamilan ini. Digunakan sebagai
identifikasi masalah pasien. Banyaknya pemeriksaan antenatal yang dilakukan.

4.Riwayat kesehatan masa lalu.

Penyakit kronis yang dapat mempengaruhi terjadinya Postterm

1) Penyakit waktu kecil dan imunisasi.

2).Tes laboratorium akhir-akhir ini terhadap penyakit infeksi.

Penyakit berat misal pneumonia, hepatitis, damam rematik, difteri, dan polio.

3).Masuk rumha sakit.

Kecelakaan : fraktur, luka, dan lain –lain.

Transfusi darah.

4).Kebiasan :

 pengguanaan alkohol,merokok
 Pola tidur.
 Diet.
 Aktifitas.
 Resiko dalam pekerjaan :posisi, tarikan, ventilasi, paparan racun kimiawi.
 Penyakit spesifik.
 Pengobatan yang didapat.

11
4.Riwayat keluarga.

Usia ayah dan ibu, juga statusnya.

Adakah anggota keluarga yang pernah mengalami gangguan persalinan yang sama.

5.Riwayat mestruasi

 Umur menarche.
 Frekuensi, jarak/siklus jika normal.
 Lamanya.
 HPHT, lama dan jumlah normalnya.
 Disminore.
 Perdarahan uterus disfungsional, misalnya spotting, menoragia, dan lain-lain.

6.Riwayat Obstetri.

 Gravida/para
 Tipe golongan darah (ABO dan Rh) 3) Kehamilan yang lalu.
 Tanggal terminasi
 Usia genital
 Tempat lahir
 Masalah obstetrik, medis dan sosial yang lain, dalam kehamilan, dalam
persalinan.

7.Riwayat ginekologi

1) Infeksi vagina.

2) Penyakit menular seksual

8.Riwayat seksual.

Pola hubungan seksual, rekuensi berhubungan, dan masalah seksual lainya.

9.Riwayat pernikahan.

 Nikah atau tidak.


 Berapa kali menikah.
 Berapa lama menikah.
 Riwayat keluarga berencana

Untuk mengetahui apakah pasien pernah ikut KB dengan kontrasepsi jenis apa, berapa
lama, adakah keluhan selama menggunakan kontrasepsi dan apakah ada kegagalan dalam
menjalankan program berKB (Sutjiati, 2010).

10.Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu

12
Kehamilan

Untuk mengetahui berapa umur kehamilan, bagaimana letak janin dan berapa tinggi
fundus uteri, apakah sesuai dengan umur kehamilan atau tidak.

Persalinan

Spontan atau buatan, lahir aterm atau prematur, ada atau tidak perdarahan, waktu
persalinan ditolong oleh siapa, dimana tempat melahirkan, ada atau tidak riwayat
persalinan prematur sebelumnya.

Nifas

Apakah ada luka episiotomi atau robekan jalan lahir yang telah dijahit.

Anak

Jenis kelamin, hidup atau mati, kalau sudah meninggal pada usia berapa dan sebab
meninggal, berat badan dan panjang badan waktu lahir.

11.Pola kebiasaan sehari-hari

Pola kebiasaan sehari–hari yang perlu dikaji adalah :

Pola nutrisi

Makan teratur 3 kali sehari, 1 piring nasi, lauk, sayur dan buah, minum kurang lebih 8
gelas per hari, susu, teh dan air putih.

Pola Aktivitas

Apa aktivitas sehari-hari yang dilakukan ibu.

Pola Seksual

Untuk mengetahui apakah hubungan seksual berlangsung dengan normal dan ada keluhan
atau tidak.

Pola eliminasi

Untuk mengetahui frekuensi BAB dan BAK serta output cairan 5) Perokok dan pemakai
obat-obatan.

Untuk mengetahui apakah ada kebiasaan merokok dan mengkonsumsi obat-obatan serta
alkohol.

3.2 Pemeriksaan A. Pemeriksaan Umum 1) Keadaan umum.

Untuk mengetahui keadaan umum ibu apakah baik, sedang atau buruk.

2) Kesadaran.

13
Untuk mengetahui tingkat kesadaran yaitu composmentis, apatis, samnolen, atau koma.
Normalnya kesadaran composmentis

3) Tekanan darah.

Untuk mengetahui tekanan darah ibu, normal tekanan darah adalah 120/80 mmHg.

4).Suhu.

Apakah ada peningkatan suhu atau tidak. Normalnya suhu tubuh adalah 35,6 0 C –
37,60C .

5).Denyut nadi.

Untuk mengetahui nadi pasien yang dihitung dalam menit. Batas normal 60-100x/menit.

6).Respirasi.

 Untuk mengetahui frekuensi pernafasan yang dihitung dalam 1 menit.


 Batas normal dalam 1 menit adalah 16-24 x/menit 7) Berat badan.
 Untuk mengetahui adanya kenaikan berat badan selama hamil. Penambahan berat
badan rata-rata 0,3-0,5 kg/ minggu. Tetapi nilai normal untuk penambahan berat
badan selama kehamilan 9-12 kg 8) Tinggi badan.
 Untuk mengetahui tinggi badan ibu hamil, kurang dari 145 cm atau tidak,
termasuk resiko tinggi atau tidak 9) Lila.
 Untuk mengetahui lingkar lengan atas ibu, normalnya 23,5 cm

B. Pemeriksaan fisik

Kepala

Rambut : Untuk menilai warna, ketebalan, distribusi merata atau tidak

Muka : Keadaan muka pucat atau tidak, adakah kelainan atau tidak, adakah oedema atau
tidak.

Mata : Conjungtiva warna pucat atau kemerahan, skelera putih atau tidak

Hidung : Untuk mengetahui ada tidaknya polip

Telinga: Bagaimana keadaan daun telinga, liang telinga, bentuk telinga, dan posisinya

Mulut : Untuk mengetahui apakah mulut bersih dan kering, ada carries, dan karang gigi
atau tidak

Leher:Untuk mengetahui apakah ada pembesaran vena juguluris, pembesaran kelenjar


limfe dan tyroid

Dada dan axilla

14
Mamae : Untuk mengetahui bentuk payudara dan pigmentasi puting, puting susu
menonjol, benjolan abnormal dan kolostrum

Axilla : Adakah tumor atau benjolan, adakah nyeri tekan atau tidak

Ekstremitas : Untuk mengetahui apakah ada oedema atau tidak, terdapat varicess atau
tidak, reflex patella + /

C. Pemeriksaan khusus obstetri

Inspeksi

Untuk mengetahui pembesaran perut sesuai usia kehamilan, bentuk abdomen, linea alba /
nigra, striae albkan / lividae, kelainan dan pergerakan janin.

Palpasi

a.Tinggi fundus uteri

Untuk mengetahui TFU dengan cara menggunakan pita ukur, dilakukan pengukuran
dengan menempatkan ujung pita ukur pada tepi atas sympisis pubis dan tetap menjaga
pita ukur agar tetap menempel pada dinding abdomen da diukur jaraknya kebagian atas
fundus uteri.

Leopold I : Menentukan TFU dan bagian apa yang terdapat pada fundus ibu

Leopod II : Menentukan apa yang terdapat disebelah kanan dan kiri perut ibu

Leopold III : Menentukan bagian apa yang terdapat dibawah perut ibu dan apakah sudah
masuk PAP atau belum

Leopold IV : Menentukan seberapa jauh bagian terendah janin masuk PAP (pada
primipara masuk PAP pada usia kehamilan 36 minggu dan pada multipara saat
persalinan)

b.HIS / Kontraksi

Pada ibu post matur tidak ada his walaupun kehamilan sudah mencapai 42 minggu

c.Tafsiran berat

Untuk memperkirakan berat badan janin. Pada ibu dengan partus

prematurus iminens tafsiran berat janin adalah > 2500 gram

D. Pemeriksaan dalam anogenital

15
Vulva/vagina

Untuk mengetahui adakah edema, varises, luka, kemerahan atau tidak, pembesaran
kelenjar bartolini, ada pengeluarann pervaginam atau tidak, ada pembukaan atau tidak,
penipisan, presentasi, selaput ketuban masih utuh atau tidak dan sudah sejauh mana
penurunan kepala.

Perineum.

Untuk mengetahui ada bekas luka atau tidak, ada keluhan atau tidak

Anus.

Untuk mengetahui ada hemoroid atau tidak, ada kelainan atau tidak.

3.3 Pemeriksaan penunjang

Menurut Mansjoer (2001), pemeriksaan penunjang yang perlu dialkukan adalah :

USG untuk menilai usia kehamilan, oligohidramnion, derajat maturitas plasenta.

KTG untuk menilai ada tidaknya gawat janin

Penilaian warna air ketuban dengan amnioskopi atau amniotomi (tes tanpa tekanan,
dinilai apakah reaktif atau tidak dan tes tekanan oksitosin ). Salah satu tanda dari
postmaturitas adalah air ketuban yang berwarna kehijauan yang berasal dari mekonium,
menunjukkan bahwa terjadi gawat janin.

Pemeriksaan sitologi vagina dengan indeks kariopiknotik > 20%

3.4 Diagnosa keperawatan

 Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan


 Resiko Cidera pada ibu berhubungan dengan bayi yang besar dan tidak ada
dilatasi serviks
 Resiko cedera pada janin berhubungan dengan persalinan yang lama

3.5 Intervensi keperawatan

1.Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan

Tujuan : meningkatkan pengetahuan keluarga klien

Kriteria hasil :

 Klien merasa tenang dan optimis dengan persalinannya


 Klien dapat menggunakan teknik relaksasi distraksi atau nafas dalam dengan
efektif
 Klien mengungkapkan pemahaman situasi individu dan kemungkinan hasil akhir
klien tampak rileks

16
Intervensi:

 Memberikan HE tentang kondisi klien dan penatalaksanaan Rasional :


Mengurangi ansietas
 Berikan penguatan atas upaya keluarga untuk merawat klien Rasional :
Menyadarkan bahwa mereka telah melakukan yang etrbaik dan untuk
mempermudah proses adaptasi
 Memberikan kesempata kepada keluarga untuk mendiskusikan perasaan mereka
 Rasional : Dengan mengungkapkan perasaan keluarga dapat melakukan
penyesuaian secara realistis terhadap masalah klien

2.Resiko Cidera pada ibu berhubungan dengan bayi yang besar dan tidak ada dilatasi
serviks

Tujuan : tidak terjadi cedera pada ibu

Kriteria Hasil : terdapat kontraksi uterus yang reguler, terjadi pembukaan serviks
Intervensi :

 Tinjau ulang riwayat persalinan, awitan dan durasinya


Rasional : membantu dalam mengidentifikasi kemungkinan penyebab, kebutuhan
pemeriksaan diagnostik dan intervensi yang tepat
 Kaji pola kontraksi uterus secara manual atau secara elektronik.
Rasional : disfungsi kontraksi memperlemah persalinan, meningkatkan resiko
komplikasi maternal atau janin.
 Catat kondisi serviks , Pantau tanda amnionitis
Rasional : serviks kaku atau tidak siap tidak akan dilatasi akan menghambat
penurunan janin.
 Tetap bersama klien, berikan lingkungan yang tenang sesuai indikasi. Rasional :
reduksi rangsangan dari luar mungkin perlu untuk memungkinkan tidur dan
menurunkan tingkat ansietas pada ibu
 Induksi persalinan dengan oksitosin
Rasional : Oksitosin memberikan rangsangan terjadinya His

3.Resiko cedera pada janin berhubungan dengan persalinan yang lama

Tujuan : resiko cedera pada janin akan berkurang

Kriteria Hasil : tidak ada distres janin, bayi lahir tanpa trauma

Intervensi :

 Kaji DJJ secara manual atau electronic


Rasional : Mendeteksi respon abnormal, seperti bradikardi,thakikardi yang
mungkin disebabkan stress, hipoksia dan asidosis
 Kaji malposisi dengan menggunakan maneuver Leopold dan temuan pemeriksaan
internal.

17
Rasional : menentukan letak janin, posisi dan persentasi ddapat mengidentifikasi
faktor –faktor yang memperberat disfungsional persalinan.
 Siapkan metode untuk melahirkan yang paling layak, bila janin pada presentase
kening, wajah atau dagu.
Rasional : presentase ini meningkatkan resiko CPD , karena diameter lebih besar
dari tengkorak janin masuk ke pelvic karena kegagalan kemajuan dan pola
persalinan memerlukan kelahiran secara sesarea.
 Perhatikan warna dan jumlah cairan amnion bila pecah ketuban.
Rasional: kelebihan cairan amnion menyebabkan distensi uterus berlebihan yang
berhubungan dengan anomaly janin.

3.6 Asuhan Keperawatan kasus

18
Ny Y berusia 25 tahun dan hamil anak pertama bermaksud memeriksakan keadaan
kandungannya ke rumah sakit pada tanggal 15 Maret 2014. Ny Y juga ingin menanyakan
kepada dokter apakah kandungannya baik- baik saja sebab ini sudah memasuki minggu
ke 43 dan janin belum lahir. Saat dilakukan anamnesa Ny. Y mengatakan bahwa gerak
janinnya makin hari makin berkurang dan ia takut terajdi apa- apa terhadap janinnya.
Hasil dari pemeriksaan fisik untuk TTV ibu sendiri adalah TD 120/80 mmHg, RR
18x/menit, nadi 80x/ menit dan suhu 36oC.

PENGKAJIAN

a.Anamnesa

1) Identitas klien : Identitas klien :

Nama istri: Ny. Y Nama Suami : Tn. K


Umur : 25 tahun Umur : 27 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Ras : Jawa Ras : Jawa
Alamat : Mulyorejo Alamat : Mulyorejo
Pendidikan: SMA Pendidikan : SMA

Pekerjaan : ibu rumah tangga Pekerjaan : Wiraswasta

Gravida: ke-1 (primigravida)

Tanggal anamnesis: 15 Maret 2014 pukul 15.00 WIB

2.Keluhan Utama

Keluhan yang paling dikeluhkan oleh Ny. Y adalah usia kehamilannya yang sudah lebih
dari 43 minggu tetapi belum terasa ingin melahirkan.

Alasan datang : Ny. Y ingin mengetahui kondisi kehamilannya dan menanyakan kepada
dokter apakah janinnya tidak apa- apa karena sampai sekarang belum terasa ingin
melahirkan.

3.Riwayat kehamilan sekarang.

Keluhan lain yang dikeluhkan oleh Ny. Y adalah ia merasa bahwa gerakan janinnya
semakin hari semakin berkurang. Ia juga cemas terhadapa kondisi janinnya. Selama
kehamilan ini, Ny. Y rutin untuk melakukan pemeriksaan antenatal ke bidan puskesmas.
Dari riwayat hasil pemeriksaan antenatal yang dilakukan juga tidak ada masalah apa- apa.

4.Riwayat kesehatan masa lalu.

Tidak mempunyai penyakit masalalu yang serius, hanya batuk pilek saja. Ny. Y juga
tidak pernah mengalami kecelakaan ataupun sakit parah sebelumnya yang mengharuskan
ia MRS. Riwayat imunisasi Ny. Y saat kecil lengkap. Ia juga imunisasi TT sebelum hamil
ini.

19
Ny. Y merupakan ibu rumah tangga yang tidak mempunyai aktifitas berlebih. Ia tinggal
berdua bersama suaminya. Ia juga tidak mempunyai riwayat merokok ataupun konsumsi
alkohol. Selama hamil, bidan tidak menyarankan untuk melarang makanan tertentu. Ia
hanya dianjurkan untuk mengonsumsi banyak asam folat seperti ikan untuk kesehatan
bayinya.

5.Riwayat keluarga

Ayah dan ibu Ny. Y saat ini berusia 56 dan 53 tahun. Ny. Y adalah anak ke 3 dari 5
bersaudara. Diantara anggota keluarganya tidak ada yang pernah mengalami gangguan
persalinan yang sama seperti ini.

6.Riwayat mestruasi

a. Umur menarche : 13 tahun


b. Siklus : 28 hari
c. Lamanya : 5-6 hari
d. Frekuensi : teratur
e. Sifat darah : encer
f. Disminorhoe : kadang- kadang
g. Banyaknya : 2 x ganti pembalut
h. HPHT : 17 Mei 2013.
7.Riwayat Obstetri.

Gravida/para : Ny. Y merupakan primigravida. Adapun skor GPAPAH nya adalah G1P0

Tipe golongan : Ny. Y mempunyai golongan darah B dengan Rhesus +

Kehamilan yang lalu : - (pasien primigravida)

8.Riwayat ginekologi

Tidak ditemukan masalah pada ginekologi Ny. Y baik itu infeksi vagina maupun penyakit
menular seksual 10)Riwayat seksual.

Klien dan suami mengatakan bahwa selama ini frekuensi berhubungan dalam seminggu
adalah 2x. Tidak ada masalah dalam hubungan suami istri.

9.Riwayat pernikahan.

Kawin : Iya 1x dengan suami sekarang

Usia kawin pertama : 21 th

Lamanya perkawinan: 4 th

10.Riwayat keluarga berencana

20
Pada awal menikah pasien memutuskan untuk mengikuti KB suntik setiap 1 bulan sekali
karena klien sepakat untuk menunda kehamilan dulu bersama suaminya. Klien
menggunakan KB selama 2 tahun dan kemudian berhenti karena menginginkan anak dan
baru hamil saat ini.

11.Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu

 Kehamilan

Ini merupakan kehamilan pertama klien dengan keterangan sebagai berikut: HPHT klien
adalah pada tanggal 17 Mei 2013, maka saat ini usia kehamilan klien adalah 43 minggu.
Berdasarkan kartu kehamilan, letak janin normal (membujur). Sementara itu, tinggi
fundus uteri ibu adalah 37,6 cm.

 Persalinan

Klien belum pernah mengalami persalinan ataupun abortus sebelumnya.

 Nifas

Tidak ada bekas apapun karena klien sebelumnya belum pernah melahirkan.

12.Pola kebiasaan sehari-hari

 Pola nutrisi
Makan teratur 3 kali sehari, 1 piring nasi, lauk, sayur dan buah, minum kurang
lebih 8 gelas per hari, susu, teh dan air putih.
 Pola Aktivitas
Ibu hanya beraktifitas sebagai ibu rumah tangga dan melakukan kegiatan sebagai
istri saja seperti memasak, mencuci baju, dll. Risiko dari aktifitas ini berupa
kelelahan.
 Pola Seksual
Selama ini pola seksual klien dengan suami berjalan lancar. Akan tetapi
memasuki bulan ke-8 kehamilan klien dan suami sepakat untuk mengurangi
kegiatan seksual mereka.
 Pola eliminasi
Pola BAB = ±1-2x sehari, pola BAK : ±5-8x sehari dengan intake cairan ±2L
 Perokok dan pemakai obat-obatan.
Tidak ada riwayat merokok ataupun pemakai obat maupun alkohol.

PEMERIKSAAN

21
A. Pemeriksaan Umum

1) Keadaan umum.

Saat melakukan pemeriksaan ke rumah sakit ibu dalam keadaan sehat dan sadar penuh.

2).Kesadaran.

Kesadaran composmentis

3).Tekanan darah.

Hasil pemeriksaan tekanan darah adalah 120/80 mmHg. 4) Suhu.

Hasil pemeriksaan TTV untuk suhu tubuh adalah 36 0 C.

4).Denyut nadi.

Hasil pemeriksaan TTV untuk denyut nadi adalah 80x/ menit.

5).Respirasi.

Hasil pemeriksaan TTV untuk RR adalah 18x/ menit.

6).Berat badan.

Selama hamil ini ibu mengalami panambahan berat badan sebesar 11 Kg dari 59Kg
menjadi 70 Kg.

7).Tinggi badan.

Tinggi badan ibu adalah 163cm dan bukan termasuk golongan beresiko.

8).Lila.

Hasil pengukuran lingkar lengan atas ibu adalah 23,5 cm

B. Pemeriksaan fisik

 Kepala
 Rambut : rambut berwarna hitam, tebal dengan distribusi yang merata di kepala.
 Muka : muka terlihat agak pucat karena ibu terlihat tegang.
 Mata : Conjungtiva anemis.
 Hidung : tidak ditemukan polip
 Telinga : bentuk telingan normal dan keadaan telinga bersih bebas dari serumen.
 Mulut : mulut terlihat lembab, bersih dan tidak ada caries maupun karang gigi.
 Leher:Tidak terdapat pembesaran vena jugularis, kelenjar limfe maupun kelenjar
tiroid.

 Dada dan axilla

22
Mamae : pembesaran simetris, areola mammae coklat, puting susu menonjol,
colostrum tidak ada.
Axilla : tidak ada tumor ataupun nyeri tekan.
 Ekstremitas
Ekstremitas tungkai simetris, tidak ada edema pada ekstremitas. Varices (-).

C. Pemeriksaan khusus obstetri Inspeksi

 Inspeksi

Terdapat pembesaran abdomen sesuai umur kehamilan dengan striae nigra dan juga linea
livide.

 Palpasi

a.Tinggi fundus uteri

Tinggi fundus uteri saat diukur di kartu kehamilan saat periksa seminggu yang lalu adalah
37,6 cm. Berdasarkan kartu kehamilan tersebut juga didapatkan data sebagai berikut:

Leopold I : tinggi fundus uteri hampir mencapai payudara, bagian pada fundus adalah
kepala dengan persentase melenting.

Leopod II : bentuk/ posisi janin normal dengan punggung berada di sisi kiri ibu.

Leopold III : janin sudah masuk PAP

Leopold IV : kepala janin sudah berada di PAP

b.HIS / Kontraksi : Ny. Y tidak merasa ada his walaupun kehamilan sudah mencapai 43
minggu ini.

c.Tafsiran berat

Tafsiran berat saat ini: (TFU-11)x 155= (37,6- 11) x 155= 4123 gram.

D. Pemeriksaan dalam anogenital

1) Perineum : kaku

2) Dinding Vagina : Cekung

3) Ujung sacrum : Masih teraba

4) Portio : Masih tebal

5) Konsistensi : tidak lembut

6) Pembukaan : tidak ada pembukaan vagina

23
7) Ketuban : masih utuh selapunya

8) Anus : tidak ada hemoroid

E. Pemeriksaan penunjang

Pada pemeriksaaan penunjang dengan USG didapatkan hasil normal, tidak ada
oligohidroamnion dan janin sudah masuk PAP serta tidak ditemukan kegawatan pada
janin. Dan pada pemeriksaan sitologi vagina dengan indeks kariopiknotik > 20%.

ANALISA DATA

No DATA ETIOLOGI MASALAH KEPERAWATAN


1. Ds : Post matur Ansietas
ibu terlihat sering 
bertanya dan Anak belum lahir
mengatakan ia cemas 
terhadap kondisi Cemas terhadap kondisi
bayinya. janinnya
Do : 
ibu tampak gelisah Tidak tahu informasi
tentang postmature

ansietas

2. DS : Postmature Resiko cedera pada ibu


Ibu mengatakan 
bahwa ia tidak Belum ada dilatasi serviks
merasakan adanya 
kontraksi pada Berat janin besar sekitar
rahimnya 4000 gr
DO : 
Tidak ditemukan Seharusnya sudah
tanda tanda memasuki kehamilan
kontraksi/pun dilatasi 
serviks padahal sudah Resiko cedera
memasuki munggu ke
43
Hasil pemeriksaan
BJJ: sekitar 4000 gr
3. DS : Post matur Resiko cedera pada janin
Ibu mengatakan tidak 
mengalami kontraksi Minggu ke 43 belum ada
dan Gerakan janinnya kontraksi
melemah dari hari 
kehari Persalinan lama
DO : 
Hasil pemeriksaan Resiko cedera pada janin
penunjang masih
menunjukkan Gerakan

24
janin dan janin sudah
masuk PAP tetapi
janin belum ingin
keluar

DIAGNOSA KEPERAWATAN

 Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan


 Resiko Cidera pada ibu berhubungan dengan bayi yang besar dan tidak ada
dilatasi serviks
 Resiko cedera pada janin berhubungan dengan persalinan yang lama

INTERVENSI KEPERAWATAN

1.Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan

Tujuan : meningkatkan pengetahuan keluarga klien

Kriteria hasil :

 Klien merasa tenang dan optimis dengan persalinannya


 Klien dapat menggunakan teknik relaksasi distraksi atau nafas dalam dengan
efektif
 Klien mengungkapkan pemahaman situasi individu dan kemungkinan hasil akhir
klien tampak rileks

Intervensi:

 Memberikan HE tentang kondisi klien dan penatalaksanaan


Rasional : Mengurangi ansietas
 Berikan penguatan atas upaya keluarga untuk merawat klien
Rasional : Menyadarkan bahwa mereka telah melakukan yang etrbaik dan untuk
mempermudah proses adaptasi
 Memberikan kesempata kepada keluarga untuk mendiskusikan perasaan mereka
Rasional : Dengan mengungkapkan perasaan keluarga dapat melakukan
penyesuaian secara realistis terhadap masalah klien

2.Resiko Cidera pada ibu berhubungan dengan bayi yang besar dan tidak ada dilatasi
serviks

Tujuan : tidak terjadi cedera pada ibu

Kriteria Hasil : terdapat kontraksi uterus yang reguler, terjadi pembukaan serviks

Intervensi :

25
 Tinjau ulang riwayat persalinan, awitan dan durasinya
Rasional : membantu dalam mengidentifikasi kemungkinan penyebab, kebutuhan
pemeriksaan diagnostik dan intervensi yang tepat
 Kaji pola kontraksi uterus secara manual atau secara elektronik.
Rasional : disfungsi kontraksi memperlemah persalinan, meningkatkan resiko
komplikasi maternal atau janin.
 Catat kondisi serviks , Pantau tanda amnionitis
Rasional : serviks kaku atau tidak siap tidak akan dilatasi akan menghambat
penurunan janin.
 Tetap bersama klien, berikan lingkungan yang tenang sesuai indikasi.
Rasional : reduksi rangsangan dari luar mungkin perlu untuk memungkinkan
tidur dan menurunkan tingkat ansietas pada ibu
 Induksi persalinan dengan oksitosin
Rasional : Oksitosin memberikan rangsangan terjadinya His

3.Resiko cedera pada janin berhubungan dengan persalinan yang lama

Tujuan : resiko cedera pada janin akan berkurang

Kriteria Hasil : tidak ada distres janin, bayi lahir tanpa trauma

Intervensi :

 Kaji DJJ secara manual atau electronic


Rasional : Mendeteksi respon abnormal, seperti bradikardi,thakikardi yang
mungkin disebabkan stress, hipoksia dan asidosis
 Kaji malposisi dengan menggunakan maneuver Leopold dan temuan pemeriksaan
internal.
Rasional : menentukan letak janin, posisi dan persentasi ddapat mengidentifikasi
faktor –faktor yang memperberat disfungsional persalinan.
 Siapkan metode untuk melahirkan yang paling layak, bila janin pada presentase
kening, wajah atau dagu.
Rasional : presentase ini meningkatkan resiko CPD , karena diameter lebih besar
dari tengkorak janin masuk ke pelvic karena kegagalan kemajuan dan pola
persalinan memerlukan kelahiran secara sesarea.
 Perhatikan warna dan jumlah cairan amnion bila pecah ketuban.
Rasional: kelebihan cairan amnion menyebabkan distensi uterus berlebihan yang
berhubungan dengan anomaly janin.

BAB IV

26
PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Kehamilan postmatur (postterm) disebut juga kehamilan lewat waktu/bulan merupakan


kehamilan yang berlangsung sampai 42 minggu (294 hari) atau lebih, dihitung dari hari
pertama haid terakhir menurut rumus Naegele dengan siklus haid rata-rata 28 hari.
Penyebab terjadinya kehamilan postterm/ postmature sampai saat ini masih belum
diketahui secara jelas. Namun ada berbagai teori yang berkembang antara lain : pengaruh
progresteron, pengaruh oksitosin, kortisol, saraf uterus dan herediter. Pada partus
postmatur tandatandanya Gerakan janin yang jarang, yaitu secara subjektif kurang dari 7
kali/ 20 menit atau secara objektif dengan KTG (karditopografi) kurang dari 10 kali/
20menit. (Echa, 2012).

4.2 Saran

Melalui makalah ini diharapkan mahasiswa keperawatan dapat memberikan asuhan


keperawatan yang tepat dan baik karena telah mengetahui penyebabnya serta cara
pencegahan maupun pengobatannya terhadap klien dengan partus postmature.

DAFTAR PUSTAKA

27
Achdiat, C. M. (2004). Prosedur Tetap Obstetri dan Ginekologi. Jakarta: EGC.

Ahyl, Evha Vella. 2012. Postmatur. Diambil melalui http://id.scribd.com/doc pada


tanggal 18 Maret 2014

Bayu. 2009. LandasanTeori Seronitus.Diambilmelalui

http://thieryabdee.wordpress.com/2009 pada tanggal 18 Maret 2014

FK UNPAD. (2005). Obstetri Patologi Ilmu Kesehatan Reproduksi. Jakarta: EGC.

Helen, Varney. (2007). Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Edisi 4, Volume 2. Jakarta:

EGC.

Hockenberry, Wilson, (2007). Wong’s Nursing Care of Infant and children, 8th edition.
Mosby : Evolve

Ladewig, Patricia W., London, Marcia L., Olds, sally B., (2006). Asuhan Ibu & Bayi
Baru Lahir. Jakarta : EGC

Luxner, Karla L., (2004). Delmar’s Maternal-Infant : Nursing Care Plans, 2th edition.
Thomson : Delmar Learning

Mansjoer, Arif. (2000). Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius.

Manuaba, Ida Bagus Gde. (1999). Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta:
Arcan.

Nanda Internasional, (2012). Diagnosis Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi

2012-2014. Jakarta : EGC

Prawirohardjo, Sarwono. 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT. Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo

Wilkinson, Judith M., Ahern, Nancy R., (2009). Buku Saku Diagnosis Keperawatan :
Diagnosis Nanda, Intervensi NIC, Kriteria Hasil NOC.

Jakarta : EGC

28
KATA PENGANTAR

Puji syukur diucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmatNya sehingga makalah ini dapat
tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terimakasih terhadap bantuan
dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun
materinya.

Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca praktekkan
dalam kehidupan sehari-hari.

Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan
makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini

BENTENG, 20 OKTOBER 2022

29

Anda mungkin juga menyukai