DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 3
DIAN RAHMAYANTI
FITRIANI NUR
NURUL ATHIRA
DOMISILI SELAYAR
2022/2023
1
2
BAB I
PENDAHULUAN
Kehamilan postmatur merupakan salah satu bentuk kegawatdaruratan medis yang terjadi
pada ibu hamil dan ibu yang akan bersalin. kehamilan postmatur adalah kehamilan yang
melampaui umur 294 hari (42 minggu) dengan segala kemungkinan komplikasinya
(Manuaba, 1999).
Pada umumnya, kehamilan berlangsung selama 40 minggu (280 hari) dihitung dari HPHT
(Hari Pertama Haid Terakhir). Kehamilan normal (aterm) ialah usia kehamilan antara 38-
42 minggu. Namun, sekitar 3,4-14 % atau ratarata 10 % kehamilan berlangsung sampai
42 minggu atau lebih. Prevalensi ini bervariasi bergantung pada kriteria yang dipakai oleh
peneliti (Prawirohardjo, 2008).
Penentuan usia kehamilan berdasarkan rumus Neagele, dihitung dari HPHT, jadi untuk
menentukan kehamilan Postmatur harus diketahui umur kehamilan yang tepat. Selain dari
haid, penentuan umur kehamilan dapat dibantu secara klinis dengan mengevaluasi
kembali umur kehamilan dari saat pertama kali ibu datang. Makin awal pemeriksaan
kehamilan dilakukan, umur kehamilan makin mendekati kebenaran. Pemeriksaan USG
sangat membantu taksiran umur kehamilan dan bila dilakukan sebelum trimester kedua,
hasilnya lebih akurat (FK Unpad, 2005).
Pelayanan kesehatan merupakan bagian penting dari pelayanan dasar yang terjangkau
oleh seluruh masyarakat. Salah satunya berupa pelayanan kesehatan ibu yang berupaya
agar setiap ibu hamil dapat melalui kehamilan dan persalinannya dengan selamat.
Seorang perawat dituntut agar mampu memberikan pelayanan yang tepat dan akurat. Oleh
karena itu, dalam memberikan pelayanan kesehatan perawat harus memiliki pengetahuan
yang cukup.
1.2 Tujuan
3
5.Mengetahui prognosis dari kehamilan postmatur.
1.3 Manfaat
1.Mahasiswa mampu memahami konsep dan proses keperawatan pada klien dengan
kehamilan postmatur.
2.Mahasiswa mengetahui proses keperawatan yang benar sehingga dapat menjadi bekal
dalam persiapan praktek di rumah sakit maupun di masyarakat.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Definisi standar untuk kehamilan lewat bulan adalah 294 hari setelah hari pertama
menstruasi terakhir, atau 280 hari setelah ovulasi. Istilah lewat bulan (postdate)
digunakan karena tidak menyatakan secara langsung pemahaman mengenai lama
kehamilan dan maturitas janin (Helen, 2007).
2.2 Etiologi
Penyebab terjadinya kehamilan postterm/ postmature sampai saat ini masih belum
diketahui secara jelas. Menurut (Sarwono,2010) beberapa teori yang diajukan di
antaranya: a. Pengaruh Progresteron
1.Teori Oksitosin
Pemakaian okstitosin untuk induksi persalinan pada kehamilan dipercaya bahwa oksitosin
secara fisiologis memgang peranan penting dalam menimbulkan persalinan dan pelepasan
okstitosin dari neurohipofisis ibu hamil yang kurang pada usia kehamilan lanjut diduga
sebagai salah satu penyebab kehamilan postterm.
Dalam teori ini diajukan bahwa sebagai “pemberi tanda” untuk dimulainya persalinan
adalah janin, diduga akibat peningkatan tiba-tiba kadar kortisol plasma janin. Kortisol
janin akan memperngaruhi plasenta sehingga prosuksi progresteron berkurang dan
memperbesar sekresi esterogen, selanjutnya berpengaruh terhadap meningkatnya
produksi prostaglandin. Pada cacat bawaan janin seperti anesefalus, hipoplasia adrenal
janin, dan tidak adanya kelenjar hipofisis pada janin akan menyebabkan kortisol janin
tidak diproduksi dengan baik sehingga kehamilan dapat berlangsung lewat bulan.
5
3.Saraf Uterus
4.Herediter
Beberapa penulis menyatakan bahwa seorang ibu yang mengalami kehamilan posterm
mempunyai kecenderungan untuk melahirkan lewat bulan pada kehamilan berikutnya.
Mogren menyatakan bahwa bilamana seorang ibu mengalami kehamilan posterm saat
melahirkan anak perempuan, maka besar kemungkinan anak perempuan akan mengalami
kehamilan posterm.
Hormonal, yaitu kadar progesteron tidak cepat turun walaupun kehamilan telah
cukup bulan sehingga kepekaan uterus terhadap oksitosin berkurang.
Herediter, karena post naturitas sering dijumpai pada suatu keluarga tertentu
Kadar kortisol pada darah bayi yang rendah sehingga disimpulkan kerentanan
akan stress merupakan faktor tidak timbulnya His
Kurangnya air ketuban
Insufiensi plasenta.
Gerakan janin yang jarang, yaitu secara subjektif kurang dari 7 kali/ 20 menit atau secara
objektif dengan KTG (karditopografi) kurang dari 10 kali/ 20menit. (Echa, 2012)
Stadium I
Kulit menunjukkan kehilangan verniks kaseosa dan maserasi berupa kulit kering, rapuh
dan mudah mengelupas.
Stadium II
Stadium III
Terdapat pewarnaan kekuningan pada kuku, kulit dan tali pusat Menurut Bayu, 2009
manifestasi yang ditunjukkan yaitu bayi postmature :
a.Biasanya lebih berat dari bayi matur ( > 4000 gram)Tulang dan sutura kepala lebih
keras dari bayi matur
6
b.Rambut lanugo hilang atau sangat kurang
d.Kuku-kuku panjang
2.4 Patofisiologi
1.Sindrom posmatur
Bayi postmatur menunjukan gambaran yang khas, yaitu berupa kulit keriput, mengelupas
lebar-lebar, badan kurus yang menunjukan pengurasan energi, dan maturitas lanjut karena
bayi tersebut matanya terbuka. Kulit keriput telihat sekali pada bagian telapak tangan dan
telapak kaki. Kuku biasanya cukup panjang. Biasanya bayi postmatur tidak mengalami
hambatan pertumbuhan karena berat lahirnya jarang turun dibawah persentil ke-10 untuk
usia gestasinya.banyak bayi postmatur Clifford mati dan banyak yang sakit berat akibat
asfiksia lahir dan aspirasi mekonium. Berapa bayi yang bertahan hidup mengalami
kerusakan otak. Insidensi sindrom postmaturitas pada bayi berusia 41, 42, dan 43 minggu
masing-masing belum dapat ditentukan dengan pasti. Sindrom ini terjadi pada sekitar 10
% kehamilan antara 41 dan 43 minggu serta meningkat menjadi 33 % pada 44 minggu.
Oligohidramnion yang menyertainya secara nyata meningkatkan kemungkinan
postmaturitas.
2.Disfungsi plasenta
Kadar eritroprotein plasma tali pusat meningkat secara signifikan pada kehamilan yang
mencapai 41 minggu atau lebih dan meskipun tidak ada agar skor dan gas darah tali pusat
yang abnormal pada bayi ini, bahwa terjadi penurunan oksigen pada janin yang postterm.
Janin posterm mungkin terus bertambah berat badannya sehingga bayi tersebut luar biasa
beras pada sat lahir. Janin yang terus tumbuh menunjukan bahwa fungsi plasenta tidak
terganggu. Memang, pertumbuhan janin yang berlanjut, meskipun kecepatannya lebih
lambat, adalah cirri khas gestasi antara 38 dan 42 minggu.
Alasan utama meningkatnya resiko pada janin posterm adalah bahwa dengan diameter tali
pusat yang mengecil, diukur dengan USG, bersifat prediktif terhadap gawat janin
intrapartum, terutama bila disertai dengan ologohidramnion. Penurunan volume cairan
amnion biasanya terjadi ketika kehamilan telah melewati 42 minggu, mungkin juga
pengeluaran mekonium oleh janin ke dalam volume cairan amnion yang sudah berkurang
merupakan penyebab terbentuknya mekonium kental yang terjadi pada sindrom aspirasi
mekonium.
7
4.Pertumbuhan janin terhambat
Hingga kini, makna klinis pertumbuhan janin terhambat pada kehamilna yang seharusnya
tanpa komplikasi tidak begitu diperhatikan. Pertumbuhan janin terhambat menyertai
kasus lahir mati pada usia gestasi 42 minggu atau lebih, demikian juga untuk bayi lahir
aterm. Morbiditas dan mortalitas meningkatkan secara signifikan pada bayi yang
mengalami hambatan pertumbuhan. Memang, seperempat kasus lahir mati yang terjadi
pada kehamilan memanjang merupakan bayi-bayi dengan hambatan pertumbuhan yang
jumlahnya relatif kecil ini.
Sulit untuk menunjukan seriks yang tidak baik pada kehamilan memanjang karena pada
wanita dengan umur kehamilan 41 minggu mempunyai serviks yang belum berdilatasi.
Dilatasi serviks adalah indicator prognostic yang penting untuk keberhasilan induksi
dalam persalinan.
Beberapa pemeriksaan yang dapat dilakukan pada ibu dengan kehamilan postmatur
(Prawirohardjo, 2008), antara lain: a. Ultrasonografi (USG)
Ketetapan usia kehamilan sebaiknya mengacu pada hasil pemeriksaan USG pada
trimester pertama. Pada trimester pertama pemeriksaan panjang kepala-tunggingn
(crown-rump length/CRL) memberikan ketepatan kurang lebih 4 hari dari taksiran
persalinan. Sedangkan pemeriksaan sesaat setelah trimester III dapat digunakan untuk
menentukan berat janin, keadaan air ketuban, ataupun keadaan plasentan yang sering
berhubungan dengan kehamilan postmatur, tetapi sulit untuk memastikan usia kehamilan.
1.Pemeriksaan radiologi
Usia kehamilan ditentukan dengan melihat pusat penulangan. Cara ini sekarang jarang
digunakan karena pengenalan pusat penulangan seringkali sulit dan radiologic
mempunyai pengaruh yang kurang baik terhadap janin.
2.Pemeriksaan laboratorium
2.7 Penatalaksanaan
8
Periksa kematangan serviks dengan skor Bishop. Kematangan serviks ini
memegang peranan penting dalam pengelolaan kehamilan postmatur. Sebagian
besar kepustakaan sepakat bahwa induksi persalinan dapat segera dilaksanakan
baik pada usia 41 maupun 42 minggu bilamana serviks telah matang.
Menurut Arif Mansjoer (2000) penatalaksanaan kehamilan lewat waktu bila keadaan
janin baik dapat dilakukan dengan cara:
Secara mekanik, biasanya dilakukan dengan sejumlah cara, seperti menggunakan metode
stripping, vibrator, kateter, serta memecahkan ketuban.
Secara kimia, ibu akan diberikan obat-obatan khusus. Ada yang diberikan dengan cara
diminum, dimasukan ke dalam vagina, diinfuskan, atau pun disemprotkan pada hidung.
Biasanya, tak lama setelah salah satu cara kimia itu dilakukan, ibu hamil akan merasakan
datangnya kontraksi
Bila bayi mengalami ketidakefektifan termoregulasi tindakan yang dapat diberikan antra
lain :
9
2.8 Komplikasi
Menurut Prawirohardjo (2008), komplikasi yang terjadi pada kehamilan serotinus yaitu
komplikasi pada janin. Komplikasi yang terjadi pada janin seperti gawat janin, gerakan
janin berkurang, kematian janin, asfiksia neonaturum dan kelainan letak.
Menurut Achdiat (2004), komplikasi yang terjadi seperti kelainan kongenital, sindroma
aspirasi mekonium, gawat janin dalam persalinan, bayi besar (makrosomia) atau
pertumbuhan janin terlambat, kelainan jangka pangjang pada bayi.
2.9 Prognosis
Pada kehamilan 43 minggu jumlah kematian janin/bayi tiga kali lebih besar dari pada
kehamilan 40 minggu karena postmaturitas akan menambah bahaya pada janin. Pengaruh
postmaturitas pada janin bervariasi: berat badan janin dapat bertambah besar, tetap dan
ada yang berkurang, sesudah kehamilan 42 minggu. Ada pula yang bisa terjadi kematian
janin dalam kandungan.
BAB III
10
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
1.Identitas klien : nama, umur, ras, gravida, alamat, dan nomor telepon, agama,status
perkawinan, pekerjaan, dan tanggal anamnesis.
2.Keluhan Utama
Menurut Manuaba (1998) dalam bukunya Ilmu Kebidanan, keluhan ibu pada kasus
postmatur adalah :
Alasan datang : alasan wanita datang ke tempat bidan/klinik, yang diungkapkan dengan
kata –kata sendiri.
Mengkaji keluhan yang yang dirsakan pasien selama kehamilan ini. Digunakan sebagai
identifikasi masalah pasien. Banyaknya pemeriksaan antenatal yang dilakukan.
Penyakit berat misal pneumonia, hepatitis, damam rematik, difteri, dan polio.
Transfusi darah.
4).Kebiasan :
pengguanaan alkohol,merokok
Pola tidur.
Diet.
Aktifitas.
Resiko dalam pekerjaan :posisi, tarikan, ventilasi, paparan racun kimiawi.
Penyakit spesifik.
Pengobatan yang didapat.
11
4.Riwayat keluarga.
Adakah anggota keluarga yang pernah mengalami gangguan persalinan yang sama.
5.Riwayat mestruasi
Umur menarche.
Frekuensi, jarak/siklus jika normal.
Lamanya.
HPHT, lama dan jumlah normalnya.
Disminore.
Perdarahan uterus disfungsional, misalnya spotting, menoragia, dan lain-lain.
6.Riwayat Obstetri.
Gravida/para
Tipe golongan darah (ABO dan Rh) 3) Kehamilan yang lalu.
Tanggal terminasi
Usia genital
Tempat lahir
Masalah obstetrik, medis dan sosial yang lain, dalam kehamilan, dalam
persalinan.
7.Riwayat ginekologi
1) Infeksi vagina.
8.Riwayat seksual.
9.Riwayat pernikahan.
Untuk mengetahui apakah pasien pernah ikut KB dengan kontrasepsi jenis apa, berapa
lama, adakah keluhan selama menggunakan kontrasepsi dan apakah ada kegagalan dalam
menjalankan program berKB (Sutjiati, 2010).
12
Kehamilan
Untuk mengetahui berapa umur kehamilan, bagaimana letak janin dan berapa tinggi
fundus uteri, apakah sesuai dengan umur kehamilan atau tidak.
Persalinan
Spontan atau buatan, lahir aterm atau prematur, ada atau tidak perdarahan, waktu
persalinan ditolong oleh siapa, dimana tempat melahirkan, ada atau tidak riwayat
persalinan prematur sebelumnya.
Nifas
Apakah ada luka episiotomi atau robekan jalan lahir yang telah dijahit.
Anak
Jenis kelamin, hidup atau mati, kalau sudah meninggal pada usia berapa dan sebab
meninggal, berat badan dan panjang badan waktu lahir.
Pola nutrisi
Makan teratur 3 kali sehari, 1 piring nasi, lauk, sayur dan buah, minum kurang lebih 8
gelas per hari, susu, teh dan air putih.
Pola Aktivitas
Pola Seksual
Untuk mengetahui apakah hubungan seksual berlangsung dengan normal dan ada keluhan
atau tidak.
Pola eliminasi
Untuk mengetahui frekuensi BAB dan BAK serta output cairan 5) Perokok dan pemakai
obat-obatan.
Untuk mengetahui apakah ada kebiasaan merokok dan mengkonsumsi obat-obatan serta
alkohol.
Untuk mengetahui keadaan umum ibu apakah baik, sedang atau buruk.
2) Kesadaran.
13
Untuk mengetahui tingkat kesadaran yaitu composmentis, apatis, samnolen, atau koma.
Normalnya kesadaran composmentis
3) Tekanan darah.
Untuk mengetahui tekanan darah ibu, normal tekanan darah adalah 120/80 mmHg.
4).Suhu.
Apakah ada peningkatan suhu atau tidak. Normalnya suhu tubuh adalah 35,6 0 C –
37,60C .
5).Denyut nadi.
Untuk mengetahui nadi pasien yang dihitung dalam menit. Batas normal 60-100x/menit.
6).Respirasi.
B. Pemeriksaan fisik
Kepala
Muka : Keadaan muka pucat atau tidak, adakah kelainan atau tidak, adakah oedema atau
tidak.
Mata : Conjungtiva warna pucat atau kemerahan, skelera putih atau tidak
Telinga: Bagaimana keadaan daun telinga, liang telinga, bentuk telinga, dan posisinya
Mulut : Untuk mengetahui apakah mulut bersih dan kering, ada carries, dan karang gigi
atau tidak
14
Mamae : Untuk mengetahui bentuk payudara dan pigmentasi puting, puting susu
menonjol, benjolan abnormal dan kolostrum
Axilla : Adakah tumor atau benjolan, adakah nyeri tekan atau tidak
Ekstremitas : Untuk mengetahui apakah ada oedema atau tidak, terdapat varicess atau
tidak, reflex patella + /
Inspeksi
Untuk mengetahui pembesaran perut sesuai usia kehamilan, bentuk abdomen, linea alba /
nigra, striae albkan / lividae, kelainan dan pergerakan janin.
Palpasi
Untuk mengetahui TFU dengan cara menggunakan pita ukur, dilakukan pengukuran
dengan menempatkan ujung pita ukur pada tepi atas sympisis pubis dan tetap menjaga
pita ukur agar tetap menempel pada dinding abdomen da diukur jaraknya kebagian atas
fundus uteri.
Leopold I : Menentukan TFU dan bagian apa yang terdapat pada fundus ibu
Leopod II : Menentukan apa yang terdapat disebelah kanan dan kiri perut ibu
Leopold III : Menentukan bagian apa yang terdapat dibawah perut ibu dan apakah sudah
masuk PAP atau belum
Leopold IV : Menentukan seberapa jauh bagian terendah janin masuk PAP (pada
primipara masuk PAP pada usia kehamilan 36 minggu dan pada multipara saat
persalinan)
b.HIS / Kontraksi
Pada ibu post matur tidak ada his walaupun kehamilan sudah mencapai 42 minggu
c.Tafsiran berat
15
Vulva/vagina
Untuk mengetahui adakah edema, varises, luka, kemerahan atau tidak, pembesaran
kelenjar bartolini, ada pengeluarann pervaginam atau tidak, ada pembukaan atau tidak,
penipisan, presentasi, selaput ketuban masih utuh atau tidak dan sudah sejauh mana
penurunan kepala.
Perineum.
Untuk mengetahui ada bekas luka atau tidak, ada keluhan atau tidak
Anus.
Untuk mengetahui ada hemoroid atau tidak, ada kelainan atau tidak.
Penilaian warna air ketuban dengan amnioskopi atau amniotomi (tes tanpa tekanan,
dinilai apakah reaktif atau tidak dan tes tekanan oksitosin ). Salah satu tanda dari
postmaturitas adalah air ketuban yang berwarna kehijauan yang berasal dari mekonium,
menunjukkan bahwa terjadi gawat janin.
Kriteria hasil :
16
Intervensi:
2.Resiko Cidera pada ibu berhubungan dengan bayi yang besar dan tidak ada dilatasi
serviks
Kriteria Hasil : terdapat kontraksi uterus yang reguler, terjadi pembukaan serviks
Intervensi :
Kriteria Hasil : tidak ada distres janin, bayi lahir tanpa trauma
Intervensi :
17
Rasional : menentukan letak janin, posisi dan persentasi ddapat mengidentifikasi
faktor –faktor yang memperberat disfungsional persalinan.
Siapkan metode untuk melahirkan yang paling layak, bila janin pada presentase
kening, wajah atau dagu.
Rasional : presentase ini meningkatkan resiko CPD , karena diameter lebih besar
dari tengkorak janin masuk ke pelvic karena kegagalan kemajuan dan pola
persalinan memerlukan kelahiran secara sesarea.
Perhatikan warna dan jumlah cairan amnion bila pecah ketuban.
Rasional: kelebihan cairan amnion menyebabkan distensi uterus berlebihan yang
berhubungan dengan anomaly janin.
18
Ny Y berusia 25 tahun dan hamil anak pertama bermaksud memeriksakan keadaan
kandungannya ke rumah sakit pada tanggal 15 Maret 2014. Ny Y juga ingin menanyakan
kepada dokter apakah kandungannya baik- baik saja sebab ini sudah memasuki minggu
ke 43 dan janin belum lahir. Saat dilakukan anamnesa Ny. Y mengatakan bahwa gerak
janinnya makin hari makin berkurang dan ia takut terajdi apa- apa terhadap janinnya.
Hasil dari pemeriksaan fisik untuk TTV ibu sendiri adalah TD 120/80 mmHg, RR
18x/menit, nadi 80x/ menit dan suhu 36oC.
PENGKAJIAN
a.Anamnesa
2.Keluhan Utama
Keluhan yang paling dikeluhkan oleh Ny. Y adalah usia kehamilannya yang sudah lebih
dari 43 minggu tetapi belum terasa ingin melahirkan.
Alasan datang : Ny. Y ingin mengetahui kondisi kehamilannya dan menanyakan kepada
dokter apakah janinnya tidak apa- apa karena sampai sekarang belum terasa ingin
melahirkan.
Keluhan lain yang dikeluhkan oleh Ny. Y adalah ia merasa bahwa gerakan janinnya
semakin hari semakin berkurang. Ia juga cemas terhadapa kondisi janinnya. Selama
kehamilan ini, Ny. Y rutin untuk melakukan pemeriksaan antenatal ke bidan puskesmas.
Dari riwayat hasil pemeriksaan antenatal yang dilakukan juga tidak ada masalah apa- apa.
Tidak mempunyai penyakit masalalu yang serius, hanya batuk pilek saja. Ny. Y juga
tidak pernah mengalami kecelakaan ataupun sakit parah sebelumnya yang mengharuskan
ia MRS. Riwayat imunisasi Ny. Y saat kecil lengkap. Ia juga imunisasi TT sebelum hamil
ini.
19
Ny. Y merupakan ibu rumah tangga yang tidak mempunyai aktifitas berlebih. Ia tinggal
berdua bersama suaminya. Ia juga tidak mempunyai riwayat merokok ataupun konsumsi
alkohol. Selama hamil, bidan tidak menyarankan untuk melarang makanan tertentu. Ia
hanya dianjurkan untuk mengonsumsi banyak asam folat seperti ikan untuk kesehatan
bayinya.
5.Riwayat keluarga
Ayah dan ibu Ny. Y saat ini berusia 56 dan 53 tahun. Ny. Y adalah anak ke 3 dari 5
bersaudara. Diantara anggota keluarganya tidak ada yang pernah mengalami gangguan
persalinan yang sama seperti ini.
6.Riwayat mestruasi
Gravida/para : Ny. Y merupakan primigravida. Adapun skor GPAPAH nya adalah G1P0
8.Riwayat ginekologi
Tidak ditemukan masalah pada ginekologi Ny. Y baik itu infeksi vagina maupun penyakit
menular seksual 10)Riwayat seksual.
Klien dan suami mengatakan bahwa selama ini frekuensi berhubungan dalam seminggu
adalah 2x. Tidak ada masalah dalam hubungan suami istri.
9.Riwayat pernikahan.
Lamanya perkawinan: 4 th
20
Pada awal menikah pasien memutuskan untuk mengikuti KB suntik setiap 1 bulan sekali
karena klien sepakat untuk menunda kehamilan dulu bersama suaminya. Klien
menggunakan KB selama 2 tahun dan kemudian berhenti karena menginginkan anak dan
baru hamil saat ini.
Kehamilan
Ini merupakan kehamilan pertama klien dengan keterangan sebagai berikut: HPHT klien
adalah pada tanggal 17 Mei 2013, maka saat ini usia kehamilan klien adalah 43 minggu.
Berdasarkan kartu kehamilan, letak janin normal (membujur). Sementara itu, tinggi
fundus uteri ibu adalah 37,6 cm.
Persalinan
Nifas
Tidak ada bekas apapun karena klien sebelumnya belum pernah melahirkan.
Pola nutrisi
Makan teratur 3 kali sehari, 1 piring nasi, lauk, sayur dan buah, minum kurang
lebih 8 gelas per hari, susu, teh dan air putih.
Pola Aktivitas
Ibu hanya beraktifitas sebagai ibu rumah tangga dan melakukan kegiatan sebagai
istri saja seperti memasak, mencuci baju, dll. Risiko dari aktifitas ini berupa
kelelahan.
Pola Seksual
Selama ini pola seksual klien dengan suami berjalan lancar. Akan tetapi
memasuki bulan ke-8 kehamilan klien dan suami sepakat untuk mengurangi
kegiatan seksual mereka.
Pola eliminasi
Pola BAB = ±1-2x sehari, pola BAK : ±5-8x sehari dengan intake cairan ±2L
Perokok dan pemakai obat-obatan.
Tidak ada riwayat merokok ataupun pemakai obat maupun alkohol.
PEMERIKSAAN
21
A. Pemeriksaan Umum
1) Keadaan umum.
Saat melakukan pemeriksaan ke rumah sakit ibu dalam keadaan sehat dan sadar penuh.
2).Kesadaran.
Kesadaran composmentis
3).Tekanan darah.
4).Denyut nadi.
5).Respirasi.
6).Berat badan.
Selama hamil ini ibu mengalami panambahan berat badan sebesar 11 Kg dari 59Kg
menjadi 70 Kg.
7).Tinggi badan.
Tinggi badan ibu adalah 163cm dan bukan termasuk golongan beresiko.
8).Lila.
B. Pemeriksaan fisik
Kepala
Rambut : rambut berwarna hitam, tebal dengan distribusi yang merata di kepala.
Muka : muka terlihat agak pucat karena ibu terlihat tegang.
Mata : Conjungtiva anemis.
Hidung : tidak ditemukan polip
Telinga : bentuk telingan normal dan keadaan telinga bersih bebas dari serumen.
Mulut : mulut terlihat lembab, bersih dan tidak ada caries maupun karang gigi.
Leher:Tidak terdapat pembesaran vena jugularis, kelenjar limfe maupun kelenjar
tiroid.
22
Mamae : pembesaran simetris, areola mammae coklat, puting susu menonjol,
colostrum tidak ada.
Axilla : tidak ada tumor ataupun nyeri tekan.
Ekstremitas
Ekstremitas tungkai simetris, tidak ada edema pada ekstremitas. Varices (-).
Inspeksi
Terdapat pembesaran abdomen sesuai umur kehamilan dengan striae nigra dan juga linea
livide.
Palpasi
Tinggi fundus uteri saat diukur di kartu kehamilan saat periksa seminggu yang lalu adalah
37,6 cm. Berdasarkan kartu kehamilan tersebut juga didapatkan data sebagai berikut:
Leopold I : tinggi fundus uteri hampir mencapai payudara, bagian pada fundus adalah
kepala dengan persentase melenting.
Leopod II : bentuk/ posisi janin normal dengan punggung berada di sisi kiri ibu.
b.HIS / Kontraksi : Ny. Y tidak merasa ada his walaupun kehamilan sudah mencapai 43
minggu ini.
c.Tafsiran berat
Tafsiran berat saat ini: (TFU-11)x 155= (37,6- 11) x 155= 4123 gram.
1) Perineum : kaku
23
7) Ketuban : masih utuh selapunya
E. Pemeriksaan penunjang
Pada pemeriksaaan penunjang dengan USG didapatkan hasil normal, tidak ada
oligohidroamnion dan janin sudah masuk PAP serta tidak ditemukan kegawatan pada
janin. Dan pada pemeriksaan sitologi vagina dengan indeks kariopiknotik > 20%.
ANALISA DATA
24
janin dan janin sudah
masuk PAP tetapi
janin belum ingin
keluar
DIAGNOSA KEPERAWATAN
INTERVENSI KEPERAWATAN
Kriteria hasil :
Intervensi:
2.Resiko Cidera pada ibu berhubungan dengan bayi yang besar dan tidak ada dilatasi
serviks
Kriteria Hasil : terdapat kontraksi uterus yang reguler, terjadi pembukaan serviks
Intervensi :
25
Tinjau ulang riwayat persalinan, awitan dan durasinya
Rasional : membantu dalam mengidentifikasi kemungkinan penyebab, kebutuhan
pemeriksaan diagnostik dan intervensi yang tepat
Kaji pola kontraksi uterus secara manual atau secara elektronik.
Rasional : disfungsi kontraksi memperlemah persalinan, meningkatkan resiko
komplikasi maternal atau janin.
Catat kondisi serviks , Pantau tanda amnionitis
Rasional : serviks kaku atau tidak siap tidak akan dilatasi akan menghambat
penurunan janin.
Tetap bersama klien, berikan lingkungan yang tenang sesuai indikasi.
Rasional : reduksi rangsangan dari luar mungkin perlu untuk memungkinkan
tidur dan menurunkan tingkat ansietas pada ibu
Induksi persalinan dengan oksitosin
Rasional : Oksitosin memberikan rangsangan terjadinya His
Kriteria Hasil : tidak ada distres janin, bayi lahir tanpa trauma
Intervensi :
BAB IV
26
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
27
Achdiat, C. M. (2004). Prosedur Tetap Obstetri dan Ginekologi. Jakarta: EGC.
Helen, Varney. (2007). Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Edisi 4, Volume 2. Jakarta:
EGC.
Hockenberry, Wilson, (2007). Wong’s Nursing Care of Infant and children, 8th edition.
Mosby : Evolve
Ladewig, Patricia W., London, Marcia L., Olds, sally B., (2006). Asuhan Ibu & Bayi
Baru Lahir. Jakarta : EGC
Luxner, Karla L., (2004). Delmar’s Maternal-Infant : Nursing Care Plans, 2th edition.
Thomson : Delmar Learning
Manuaba, Ida Bagus Gde. (1999). Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta:
Arcan.
Prawirohardjo, Sarwono. 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT. Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo
Wilkinson, Judith M., Ahern, Nancy R., (2009). Buku Saku Diagnosis Keperawatan :
Diagnosis Nanda, Intervensi NIC, Kriteria Hasil NOC.
Jakarta : EGC
28
KATA PENGANTAR
Puji syukur diucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmatNya sehingga makalah ini dapat
tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terimakasih terhadap bantuan
dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun
materinya.
Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca praktekkan
dalam kehidupan sehari-hari.
Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan
makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini
29