Etiologi
Penyebab terjadinya kehamilan postterm/ postmature sampai saat ini
masih belum diketahui secara jelas. Menurut (Sarwono,2010) beberapa teori
yang diajukan di antaranya:
a. Pengaruh Progresteron
Penurunan hormon progresteron dalam kehamilan dipercaya merupakan
kejadian perubahan endokrin yang penting dalam memacu prose
biomolekuler pada persalinan dan meningkatkan sensitivitas uterus
terhadap oksitosin, sehingga terjadinya kehamilan postterm adalah karena
masih berlangsungnya pengaruh progresteron.
b. Teori Oksitosin
Pemakaian okstitosin untuk induksi persalinan pada kehamilan dipercaya
bahwa oksitosin secara fisiologis memgang peranan penting dalam
menimbulkan persalinan dan pelepasan okstitosin dari neurohipofisis ibu
1
hamil yang kurang pada usia kehamilan lanjut diduga sebagai salah satu
penyebab kehamilan postterm.
c. Teori Kortisol/ ACTH Janin
Dalam teori ini diajukan bahwa sebagai “pemberi tanda” untuk dimulainya
persalinan adalah janin, diduga akibat peningkatan tiba-tiba kadar kortisol
plasma janin. Kortisol janin akan memperngaruhi plasenta sehingga
prosuksi progresteron berkurang dan memperbesar sekresi esterogen,
selanjutnya berpengaruh terhadap meningkatnya produksi prostaglandin.
Pada cacat bawaan janin seperti anesefalus, hipoplasia adrenal janin, dan
tidak adanya kelenjar hipofisis pada janin akan menyebabkan kortisol
janin tidak diproduksi dengan baik sehingga kehamilan dapat berlangsung
lewat bulan.
d. Saraf Uterus
Tekanan pada ganglion servikalis dari pleksus Frankenhauser akan
membangkitkan kontraksi uterus. Pada keadaan dimana tidak ada tekanan
pada pleksus ini, seperti pada kelainan letak, tali pusat pendek dan bagian
bawah masih tinggi kesemuanya diduga sebagai penyebab terjadinya
kehamilan postterm.
e. Herediter
Beberapa penulis menyatakan bahwa seorang ibu yang mengalami
kehamilan posterm mempunyai kecenderungan untuk melahirkan lewat
bulan pada kehamilan berikutnya. Mogren menyatakan bahwa bilamana
seorang ibu mengalami kehamilan posterm saat melahirkan anak
perempuan, maka besar kemungkinan anak perempuan akan mengalami
kehamilan posterm.
Menurut (Bayu,2009) penyebab Postmatur pasti belum diketahui, faktor
yang dikemukakan adalah :
a. Hormonal, yaitu kadar progesteron tidak cepat turun walaupun kehamilan
telah cukup bulan sehingga kepekaan uterus terhadap oksitosin berkurang.
b. Herediter, karena post naturitas sering dijumpai pada suatu keluarga
tertentu
c. Kadar kortisol pada darah bayi yang rendah sehingga disimpulkan
kerentanan akan stress merupakan faktor tidak timbulnya His
d. Kurangnya air ketuban
e. Insufiensi plasenta.
Manifestasi klinis
a. Gerakan janin yang jarang, yaitu secara subjektif kurang dari 7 kali/ 20
menit atau secara objektif dengan KTG (karditopografi) kurang dari 10
kali/ 20menit. (Echa, 2012)
b. Postterm dapat di bagi dalam 3 stadium (Sarwono,2010) :
1. Stadium I
Kulit menunjukkan kehilangan verniks kaseosa dan maserasi berupa kulit
kering, rapuh dan mudah mengelupas.
2. Stadium II
2
Gejala di atas disertai pewarnaan mekonium (kehijauan) pada kulit
3. Stadium III
Terdapat pewarnaan kekuningan pada kuku, kulit dan tali pusat
Patofisiologi
a. Sindrom posmatur
Bayi postmatur menunjukan gambaran yang khas, yaitu berupa kulit
keriput, mengelupas lebar-lebar, badan kurus yang menunjukan
pengurasan energi, dan maturitas lanjut karena bayi tersebut matanya
terbuka. Kulit keriput telihat sekali pada bagian telapak tangan dan telapak
kaki. Kuku biasanya cukup panjang. Biasanya bayi postmatur tidak
mengalami hambatan pertumbuhan karena berat lahirnya jarang turun
dibawah persentil ke-10 untuk usia gestasinya.banyak bayi postmatur
Clifford mati dan banyak yang sakit berat akibat asfiksia lahir dan aspirasi
mekonium. Berapa bayi yang bertahan hidup mengalami kerusakan otak.
Insidensi sindrom postmaturitas pada bayi berusia 41, 42, dan 43 minggu
masing-masing belum dapat ditentukan dengan pasti. Sindrom ini terjadi
pada sekitar 10 % kehamilan antara 41 dan 43 minggu serta meningkat
menjadi 33 % pada 44 minggu. Oligohidramnion yang menyertainya
secara nyata meningkatkan kemungkinan postmaturitas.
b. Disfungsi plasenta
Kadar eritroprotein plasma tali pusat meningkat secara signifikan pada
kehamilan yang mencapai 41 minggu atau lebih dan meskipun tidak ada
agar skor dan gas darah tali pusat yang abnormal pada bayi ini, bahwa
terjadi penurunan oksigen pada janin yang postterm. Janin posterm
mungkin terus bertambah berat badannya sehingga bayi tersebut luar biasa
beras pada sat lahir. Janin yang terus tumbuh menunjukan bahwa fungsi
plasenta tidak terganggu. Memang, pertumbuhan janin yang berlanjut,
meskipun kecepatannya lebih lambat, adalah cirri khas gestasi antara 38
dan 42 minggu.
c. Gawat janin dan Oligohidramnion
Alasan utama meningkatnya resiko pada janin posterm adalah bahwa
dengan diameter tali pusat yang mengecil, diukur dengan USG, bersifat
prediktif terhadap gawat janin intrapartum, terutama bila disertai dengan
ologohidramnion. Penurunan volume cairan amnion biasanya terjadi
3
ketika kehamilan telah melewati 42 minggu, mungkin juga pengeluaran
mekonium oleh janin ke dalam volume cairan amnion yang sudah
berkurang merupakan penyebab terbentuknya mekonium kental yang
terjadi pada sindrom aspirasi mekonium.
d. Pertumbuhan janin terhambat
Hingga kini, makna klinis pertumbuhan janin terhambat pada kehamilna
yang seharusnya tanpa komplikasi tidak begitu diperhatikan. Pertumbuhan
janin terhambat menyertai kasus lahir mati pada usia gestasi 42 minggu
atau lebih, demikian juga untuk bayi lahir aterm. Morbiditas dan mortalitas
meningkatkan secara signifikan pada bayi yang mengalami hambatan
pertumbuhan. Memang, seperempat kasus lahir mati yang terjadi pada
kehamilan memanjang merupakan bayi-bayi dengan hambatan
pertumbuhan yang jumlahnya relatif kecil ini.
e. Serviks yang tidak baik
Sulit untuk menunjukan seriks yang tidak baik pada kehamilan
memanjang karena pada wanita dengan umur kehamilan 41 minggu
mempunyai serviks yang belum berdilatasi. Dilatasi serviks adalah
indicator prognostic yang penting untuk keberhasilan induksi dalam
persalinan.
Pemeriksaan diagnostic
Beberapa pemeriksaan yang dapat dilakukan pada ibu dengan kehamilan
postmatur (Prawirohardjo, 2008), antara lain:
a. Ultrasonografi (USG)
Ketetapan usia kehamilan sebaiknya mengacu pada hasil pemeriksaan
USG pada trimester pertama. Pada trimester pertama pemeriksaan panjang
kepala-tunggingn (crown-rump length/CRL) memberikan ketepatan
kurang lebih 4 hari dari taksiran persalinan. Sedangkan pemeriksaan sesaat
setelah trimester III dapat digunakan untuk menentukan berat janin,
keadaan air ketuban, ataupun keadaan plasentan yang sering berhubungan
dengan kehamilan postmatur, tetapi sulit untuk memastikan usia
kehamilan.
b. Pemeriksaan radiologi
Usia kehamilan ditentukan dengan melihat pusat penulangan. Cara ini
sekarang jarang digunakan karena pengenalan pusat penulangan seringkali
sulit dan radiologic mempunyai pengaruh yang kurang baik terhadap janin.
c. Pemeriksaan laboratorium
Pada pemeriksaan laboratorium ini meliputi pemeriksaan kadar lesitin/
spingomielin, aktivitas tromboplastin cairan amnion (ATCA), sitologi
cairan amnion, dan sitologi vagina.
Penatalaksanaan
Menurut Sarwono Prawirohardjo (2008) dalam pengelolaan kehamilan
postmatur ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, antara lain:
4
a. Menentukan apakah kehamilan memang telah berlangsung lewat bulan
atau bukan. Dengan demikian, penatalaksanaan ditujukan pada dua variasi
dari postmatur ini.
b. Identifikasi kondisi janin dan keadaan yang membahayakan janin.
c. Periksa kematangan serviks dengan skor Bishop. Kematangan serviks ini
memegang peranan penting dalam pengelolaan kehamilan postmatur.
Sebagian besar kepustakaan sepakat bahwa induksi persalinan dapat
segera dilaksanakan baik pada usia 41 maupun 42 minggu bilamana
serviks telah matang.
5
b. Resiko cidera
1) Evaluasi dengan alat elektronik respon denyut jantung janin terhadap
kontraksi uterus selama asuhan intrapartum
2) Kaji kadar glukosa darah dengan menggunakan strip kimia sebelum
pemberian ASI dan sebelum 2 jam setelah kelahiran
3) Kaji tanda-tanda hipoglikemi
4) Ajarkan orang tua untuk memperkirakan perubahan pada kemampuan
infan
5) Diskusikan dengan orang tua perlunya pemantauan
Komplikasi
Pada kondisi postmatur ini dapat terjadi beberapa komplikasi, yaitu:
a. Menurut Prawirohardjo (2008), komplikasi yang terjadi pada kehamilan
serotinus yaitu komplikasi pada janin. Komplikasi yang terjadi pada janin
seperti gawat janin, gerakan janin berkurang, kematian janin, asfiksia
neonaturum dan kelainan letak.
b. Menurut Achdiat (2004), komplikasi yang terjadi seperti kelainan
kongenital, sindroma aspirasi mekonium, gawat janin dalam persalinan,
bayi besar (makrosomia) atau pertumbuhan janin terlambat, kelainan
jangka pangjang pada bayi.
6
ASUHAN KEPERAWATAN
KASUS
Ny Y berusia 25 tahun dan hamil anak pertama bermaksud memeriksakan
keadaan kandungannya ke rumah sakit pada tanggal 15 Maret 2014. Ny Y juga
ingin menanyakan kepada dokter apakah kandungannya baik- baik saja sebab ini
sudah memasuki minggu ke 43 dan janin belum lahir. Saat dilakukan anamnesa
Ny. Y mengatakan bahwa gerak janinnya makin hari makin berkurang dan ia takut
terajdi apa- apa terhadap janinnya. Hasil dari pemeriksaan fisik untuk TTV ibu
sendiri adalah TD 120/80 mmHg, RR 18x/menit, nadi 80x/ menit dan suhu 36oC.
PENGKAJIAN
a. Anamnesa
1) Identitas klien :
Identitas klien :
Nama istri : Ny. Y Nama Suami : Tn. K
Umur : 25 tahun Umur : 27 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Ras : Jawa Ras : Jawa
Alamat : Mulyorejo Alamat : Mulyorejo
Pendidikan: SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : ibu rumah tangga Pekerjaan : Wiraswasta
Gravida : ke-1 (primigravida)
Tanggal anamnesis: 15 Maret 2014 pukul 15.00 WIB
2) Keluhan Utama
Keluhan yang paling dikeluhkan oleh Ny. Y adalah usia kehamilannya yang
sudah lebih dari 43 minggu tetapi belum terasa ingin melahirkan.
7
merokok ataupun konsumsi alkohol. Selama hamil, bidan tidak menyarankan
untuk melarang makanan tertentu. Ia hanya dianjurkan untuk mengonsumsi
banyak asam folat seperti ikan untuk kesehatan bayinya.
6) Riwayat keluarga
Ayah dan ibu Ny. Y saat ini berusia 56 dan 53 tahun. Ny. Y adalah anak
ke 3 dari 5 bersaudara. Diantara anggota keluarganya tidak ada yang pernah
mengalami gangguan persalinan yang sama seperti ini.
7) Riwayat mestruasi
a. Umur menarche : 13 tahun
b. Siklus : 28 hari
c. Lamanya : 5-6 hari
d. Frekuensi : teratur
e. Sifat darah : encer
f. Disminorhoe : kadang- kadang
g. Banyaknya : 2 x ganti pembalut
h. HPHT : 17 Mei 2013.
8) Riwayat Obstetri.
a.) Gravida/para: Ny. Y merupakan primigravida. adalah G1P1A0
b.) Tipe golongan : Ny. Y mempunyai golongan darah B dengan
Rhesus +
c.) Kehamilan yang lalu : - (pasien primigravida)
9) Riwayat ginekologi
Tidak ditemukan masalah pada ginekologi Ny. Y baik itu infeksi vagina
maupun penyakit menular seksual
8
Ini merupakan kehamilan pertama klien dengan keterangan sebagai
berikut: HPHT klien adalah pada tanggal 17 Mei 2013, maka saat ini usia
kehamilan klien adalah 43 minggu. Berdasarkan kartu kehamilan, letak
janin normal (membujur). Sementara itu, tinggi fundus uteri ibu adalah
37,6 cm.
b. Persalinan
Klien belum pernah mengalami persalinan ataupun abortus sebelumnya.
c. Nifas
Tidak ada bekas apapun karena klien sebelumnya belum pernah
melahirkan.
PEMERIKSAAN
A. Pemeriksaan Umum
1) Keadaan umum.
Saat melakukan pemeriksaan ke rumah sakit ibu dalam keadaan sehat
dan sadar penuh.
2) Kesadaran.
Kesadaran composmentis
3) Tekanan darah.
Hasil pemeriksaan tekanan darah adalah 120/80 mmHg.
4) Suhu.
Hasil pemeriksaan TTV untuk suhu tubuh adalah 36 0 C.
5) Denyut nadi.
Hasil pemeriksaan TTV untuk denyut nadi adalah 80x/ menit.
6) Respirasi.
Hasil pemeriksaan TTV untuk RR adalah 18x/ menit.
7) Berat badan.
Selama hamil ini ibu mengalami panambahan berat badan sebesar 11
Kg dari 59Kg menjadi 70 Kg.
8) Tinggi badan.
9
Tinggi badan ibu adalah 163cm dan bukan termasuk golongan
beresiko.
9) Lila.
Hasil pengukuran lingkar lengan atas ibu adalah 23,5 cm
B. Pemeriksaan fisik
1) Kepala
a) Rambut : rambut berwarna hitam, tebal dengan distribusi
yang merata di kepala.
b) Muka : muka terlihat agak pucat karena ibu terlihat tegang.
c) Mata : Conjungtiva anemis.
d) Hidung : tidak ditemukan polip
e) Telinga : bentuk telingan normal dan keadaan telinga bersih
bebas dari serumen.
f) Mulut : mulut terlihat lembab, bersih dan tidak ada caries
maupun karang gigi.
2) Leher
Tidak terdapat pembesaran vena jugularis, kelenjar limfe maupun
kelenjar tiroid.
4) Ekstremitas
Ekstremitas tungkai simetris, tidak ada edema pada ekstremitas.
Varices (-).
2. Palpasi
a. Tinggi fundus uteri
Tinggi fundus uteri saat diukur di kartu kehamilan saat periksa
seminggu yang lalu adalah 37,6 cm. Berdasarkan kartu kehamilan
tersebut juga didapatkan data sebagai berikut:
Leopold I : tinggi fundus uteri hampir mencapai payudara,
bagian pada fundus adalah kepala dengan persentase melenting.
Leopod II : bentuk/ posisi janin normal dengan punggung
berada di sisi kiri ibu.
Leopold III : janin sudah masuk PAP
Leopold IV : kepala janin sudah berada di PAP
HIS / Kontraksi
10
Ny. Y tidak merasa ada his walaupun kehamilan sudah mencapai
43 minggu ini.
Tafsiran berat
Tafsiran berat saat ini: (TFU-11)x 155= (37,6- 11) x 155= 4123
gram.
E. Pemeriksaan penunjang
Pada pemeriksaaan penunjang dengan USG didapatkan hasil normal, tidak
ada oligohidroamnion dan janin sudah masuk PAP serta tidak ditemukan
kegawatan pada janin. Dan pada pemeriksaan sitologi vagina dengan
indeks kariopiknotik > 20%.
ANALISA DATA
No Data Etiologi Masalah keperawatan
1 DS : ibu terlihat post- matur Ansietas
sering bertanya dan ↓
mengatakan ia Anak belum lahir
cemas terhadap ↓
kondisi bayinya Cemas terhadap
DO: kondisi janinnya
- Ibu terlihat ↓
gelisah Tidak tahu informasi
tentang post matur
↓
Ansietas
2. DS: ibu Post- matur Resiko Cidera pada
mengatakan bahwa ↓ ibu
ia tidak merasakan Belum ada dilatasi
adanya kontraksi serviks
pada rahimnya. ↓
Berat janin besar
DO: tidak sekitar 4000gram
ditemukan tanda- ↓
tanda kontraksi/ Seharusnya sudah
pun dilatasi serviks memasuki kelahiran
padahal sudah ↓
memasuki minggu Risiko cedera pada
ke 43. ibu
11
Hasil pemeriksaan
BJJ sekitar 4000
gram
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1) Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan
2) Resiko Cidera pada ibu berhubungan dengan bayi yang besar dan tidak ada
dilatasi serviks
3) Resiko cedera pada janin berhubungan dengan persalinan yang lama
INTERVENSI KEPERAWATAN
12
b. Resiko Cidera pada ibu berhubungan dengan bayi yang besar dan tidak ada
dilatasi serviks
Tujuan : tidak terjadi cedera pada ibu
Kriteria Hasil : terdapat kontraksi uterus yang reguler, terjadi pembukaan
serviks
Intervensi :
1) Tinjau ulang riwayat persalinan, awitan dan durasinya
Rasional : membantu dalam mengidentifikasi kemungkinan penyebab,
kebutuhan pemeriksaan diagnostik dan intervensi yang tepat
2) Kaji pola kontraksi uterus secara manual atau secara elektronik.
Rasional : disfungsi kontraksi memperlemah persalinan,
meningkatkan resiko komplikasi maternal atau janin.
3) Catat kondisi serviks , Pantau tanda amnionitis
Rasional : serviks kaku atau tidak siap tidak akan dilatasi akan
menghambat penurunan janin.
4) Tetap bersama klien, berikan lingkungan yang tenang sesuai indikasi.
Rasional : reduksi rangsangan dari luar mungkin perlu untuk
memungkinkan tidur dan menurunkan tingkat ansietas pada ibu
5) Induksi persalinan dengan oksitosin
Rasional : Oksitosin memberikan rangsangan terjadinya His
13
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Kehamilan postmatur (postterm) disebut juga kehamilan lewat
waktu/bulan merupakan kehamilan yang berlangsung sampai 42 minggu
(294 hari) atau lebih, dihitung dari hari pertama haid terakhir menurut
rumus Naegele dengan siklus haid rata-rata 28 hari. Penyebab terjadinya
kehamilan postterm/ postmature sampai saat ini masih belum diketahui
secara jelas.
Namun ada berbagai teori yang berkembang antara lain : pengaruh
progresteron, pengaruh oksitosin, kortisol, saraf uterus dan herediter. Pada
partus postmatur tanda-tandanya Gerakan janin yang jarang, yaitu secara
subjektif kurang dari 7 kali/ 20 menit atau secara objektif dengan KTG
(karditopografi) kurang dari 10 kali/ 20menit. (Echa, 2012).
Saran
Melalui makalah ini diharapkan mahasiswa keperawatan dapat
memberikan asuhan keperawatan yang tepat dan baik karena telah mengetahui
penyebabnya serta cara pencegahan maupun pengobatannya terhadap klien
dengan partus postmature.
14
DAFTAR PUSTAKA
Achdiat, C. M. (2004). Prosedur Tetap Obstetri dan Ginekologi. Jakarta: EGC.
Ahyl, Evha Vella. 2012. Postmatur. Diambil melalui http://id.scribd.com/doc
pada tanggal 18 Maret 2014
Bayu. 2009. Landasan Teori Seronitus. Diambil melalui
http://thieryabdee.wordpress.com/2009 pada tanggal 18 Maret 2014
FK UNPAD. (2005). Obstetri Patologi Ilmu Kesehatan Reproduksi. Jakarta: EGC.
Helen, Varney. (2007). Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Edisi 4, Volume 2. Jakarta:
EGC.
Hockenberry, Wilson, (2007). Wong’s Nursing Care of Infant and children, 8th
edition. Mosby : Evolve
Ladewig, Patricia W., London, Marcia L., Olds, sally B., (2006). Asuhan Ibu &
Bayi Baru Lahir. Jakarta : EGC
Luxner, Karla L., (2004). Delmar’s Maternal-Infant : Nursing Care Plans, 2th
edition. Thomson : Delmar Learning
Mansjoer, Arif. (2000). Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius.
Manuaba, Ida Bagus Gde. (1999). Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita.
Jakarta: Arcan.
Nanda Internasional, (2012). Diagnosis Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi
2012-2014. Jakarta : EGC
Prawirohardjo, Sarwono. 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT. Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo
Wilkinson, Judith M., Ahern, Nancy R., (2009). Buku Saku Diagnosis
Keperawatan : Diagnosis Nanda, Intervensi NIC, Kriteria Hasil NOC.
Jakarta : EGC
15