Anda di halaman 1dari 15

Definisi postterm

Kehamilan postmatur (postterm) disebut juga kehamilan lewat


waktu/bulan merupakan kehamilan yang berlangsung sampai 42 minggu (294
hari) atau lebih, dihitung dari hari pertama haid terakhir menurut rumus
Naegele dengan siklus haid rata-rata 28 hari (Prawirohardjo, 2008).

Pada umumnya, kehamilan berlangsung selama 40 minggu (280 hari)


dihitung dari HPHT (Hari Pertama Haid Terakhir). Kehamilan normal (aterm)
ialah usia kehamilan antara 38-42 minggu. Namun, sekitar 3,4-14 % atau rata-
rata 10 % kehamilan berlangsung sampai 42 minggu atau lebih. Prevalensi ini
bervariasi bergantung pada kriteria yang dipakai oleh peneliti (Prawirohardjo,
2008).

Penentuan usia kehamilan berdasarkan rumus Neagele, dihitung dari


HPHT, jadi untuk menentukan kehamilan Postmatur harus diketahui umur
kehamilan yang tepat. Selain dari haid, penentuan umur kehamilan dapat
dibantu secara klinis dengan mengevaluasi kembali umur kehamilan dari saat
pertama kali ibu datang. Maka makin awal pemeriksaan kehamilan dilakukan,
umur kehamilan makin mendekati kebenaran. Pemeriksaan USG sangat
membantu taksiran umur kehamilan dan bila dilakukan sebelum trimester
kedua, hasilnya lebih akurat (FK Unpad, 2005).
.
kehamilan lewat bulan adalah 294 hari setelah hari pertama menstruasi
terakhir, atau 280 hari setelah ovulasi. Istilah lewat bulan (postdate) digunakan
karena tidak menyatakan secara langsung pemahaman mengenai lama
kehamilan dan maturitas janin (Helen, 2007).

Berdasarkan beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa kehamilan


postmatur adalah kehamilan lebih dari 40 minggu.

Etiologi
Penyebab terjadinya kehamilan postterm/ postmature sampai saat ini
masih belum diketahui secara jelas. Menurut (Sarwono,2010) beberapa teori
yang diajukan di antaranya:
a. Pengaruh Progresteron
Penurunan hormon progresteron dalam kehamilan dipercaya merupakan
kejadian perubahan endokrin yang penting dalam memacu prose
biomolekuler pada persalinan dan meningkatkan sensitivitas uterus
terhadap oksitosin, sehingga terjadinya kehamilan postterm adalah karena
masih berlangsungnya pengaruh progresteron.
b. Teori Oksitosin
Pemakaian okstitosin untuk induksi persalinan pada kehamilan dipercaya
bahwa oksitosin secara fisiologis memgang peranan penting dalam
menimbulkan persalinan dan pelepasan okstitosin dari neurohipofisis ibu

1
hamil yang kurang pada usia kehamilan lanjut diduga sebagai salah satu
penyebab kehamilan postterm.
c. Teori Kortisol/ ACTH Janin
Dalam teori ini diajukan bahwa sebagai “pemberi tanda” untuk dimulainya
persalinan adalah janin, diduga akibat peningkatan tiba-tiba kadar kortisol
plasma janin. Kortisol janin akan memperngaruhi plasenta sehingga
prosuksi progresteron berkurang dan memperbesar sekresi esterogen,
selanjutnya berpengaruh terhadap meningkatnya produksi prostaglandin.
Pada cacat bawaan janin seperti anesefalus, hipoplasia adrenal janin, dan
tidak adanya kelenjar hipofisis pada janin akan menyebabkan kortisol
janin tidak diproduksi dengan baik sehingga kehamilan dapat berlangsung
lewat bulan.

d. Saraf Uterus
Tekanan pada ganglion servikalis dari pleksus Frankenhauser akan
membangkitkan kontraksi uterus. Pada keadaan dimana tidak ada tekanan
pada pleksus ini, seperti pada kelainan letak, tali pusat pendek dan bagian
bawah masih tinggi kesemuanya diduga sebagai penyebab terjadinya
kehamilan postterm.
e. Herediter
Beberapa penulis menyatakan bahwa seorang ibu yang mengalami
kehamilan posterm mempunyai kecenderungan untuk melahirkan lewat
bulan pada kehamilan berikutnya. Mogren menyatakan bahwa bilamana
seorang ibu mengalami kehamilan posterm saat melahirkan anak
perempuan, maka besar kemungkinan anak perempuan akan mengalami
kehamilan posterm.
Menurut (Bayu,2009) penyebab Postmatur pasti belum diketahui, faktor
yang dikemukakan adalah :
a. Hormonal, yaitu kadar progesteron tidak cepat turun walaupun kehamilan
telah cukup bulan sehingga kepekaan uterus terhadap oksitosin berkurang.
b. Herediter, karena post naturitas sering dijumpai pada suatu keluarga
tertentu
c. Kadar kortisol pada darah bayi yang rendah sehingga disimpulkan
kerentanan akan stress merupakan faktor tidak timbulnya His
d. Kurangnya air ketuban
e. Insufiensi plasenta.

Manifestasi klinis
a. Gerakan janin yang jarang, yaitu secara subjektif kurang dari 7 kali/ 20
menit atau secara objektif dengan KTG (karditopografi) kurang dari 10
kali/ 20menit. (Echa, 2012)
b. Postterm dapat di bagi dalam 3 stadium (Sarwono,2010) :
1. Stadium I
Kulit menunjukkan kehilangan verniks kaseosa dan maserasi berupa kulit
kering, rapuh dan mudah mengelupas.
2. Stadium II

2
Gejala di atas disertai pewarnaan mekonium (kehijauan) pada kulit
3. Stadium III
Terdapat pewarnaan kekuningan pada kuku, kulit dan tali pusat

Menurut Bayu, 2009 manifestasi yang ditunjukkan yaitu bayi postmature :


a. Biasanya lebih berat dari bayi matur ( > 4000 gram)
b. Tulang dan sutura kepala lebih keras dari bayi matur
c. Rambut lanugo hilang atau sangat kurang
d. Verniks kaseosa di bidan kurang
e. Kuku-kuku panjang
f. Rambut kepala agak tebal
g. Kulit agak pucat dengan deskuamasi epitel

Patofisiologi
a. Sindrom posmatur
Bayi postmatur menunjukan gambaran yang khas, yaitu berupa kulit
keriput, mengelupas lebar-lebar, badan kurus yang menunjukan
pengurasan energi, dan maturitas lanjut karena bayi tersebut matanya
terbuka. Kulit keriput telihat sekali pada bagian telapak tangan dan telapak
kaki. Kuku biasanya cukup panjang. Biasanya bayi postmatur tidak
mengalami hambatan pertumbuhan karena berat lahirnya jarang turun
dibawah persentil ke-10 untuk usia gestasinya.banyak bayi postmatur
Clifford mati dan banyak yang sakit berat akibat asfiksia lahir dan aspirasi
mekonium. Berapa bayi yang bertahan hidup mengalami kerusakan otak.
Insidensi sindrom postmaturitas pada bayi berusia 41, 42, dan 43 minggu
masing-masing belum dapat ditentukan dengan pasti. Sindrom ini terjadi
pada sekitar 10 % kehamilan antara 41 dan 43 minggu serta meningkat
menjadi 33 % pada 44 minggu. Oligohidramnion yang menyertainya
secara nyata meningkatkan kemungkinan postmaturitas.
b. Disfungsi plasenta
Kadar eritroprotein plasma tali pusat meningkat secara signifikan pada
kehamilan yang mencapai 41 minggu atau lebih dan meskipun tidak ada
agar skor dan gas darah tali pusat yang abnormal pada bayi ini, bahwa
terjadi penurunan oksigen pada janin yang postterm. Janin posterm
mungkin terus bertambah berat badannya sehingga bayi tersebut luar biasa
beras pada sat lahir. Janin yang terus tumbuh menunjukan bahwa fungsi
plasenta tidak terganggu. Memang, pertumbuhan janin yang berlanjut,
meskipun kecepatannya lebih lambat, adalah cirri khas gestasi antara 38
dan 42 minggu.
c. Gawat janin dan Oligohidramnion
Alasan utama meningkatnya resiko pada janin posterm adalah bahwa
dengan diameter tali pusat yang mengecil, diukur dengan USG, bersifat
prediktif terhadap gawat janin intrapartum, terutama bila disertai dengan
ologohidramnion. Penurunan volume cairan amnion biasanya terjadi

3
ketika kehamilan telah melewati 42 minggu, mungkin juga pengeluaran
mekonium oleh janin ke dalam volume cairan amnion yang sudah
berkurang merupakan penyebab terbentuknya mekonium kental yang
terjadi pada sindrom aspirasi mekonium.
d. Pertumbuhan janin terhambat
Hingga kini, makna klinis pertumbuhan janin terhambat pada kehamilna
yang seharusnya tanpa komplikasi tidak begitu diperhatikan. Pertumbuhan
janin terhambat menyertai kasus lahir mati pada usia gestasi 42 minggu
atau lebih, demikian juga untuk bayi lahir aterm. Morbiditas dan mortalitas
meningkatkan secara signifikan pada bayi yang mengalami hambatan
pertumbuhan. Memang, seperempat kasus lahir mati yang terjadi pada
kehamilan memanjang merupakan bayi-bayi dengan hambatan
pertumbuhan yang jumlahnya relatif kecil ini.
e. Serviks yang tidak baik
Sulit untuk menunjukan seriks yang tidak baik pada kehamilan
memanjang karena pada wanita dengan umur kehamilan 41 minggu
mempunyai serviks yang belum berdilatasi. Dilatasi serviks adalah
indicator prognostic yang penting untuk keberhasilan induksi dalam
persalinan.

Pemeriksaan diagnostic
Beberapa pemeriksaan yang dapat dilakukan pada ibu dengan kehamilan
postmatur (Prawirohardjo, 2008), antara lain:
a. Ultrasonografi (USG)
Ketetapan usia kehamilan sebaiknya mengacu pada hasil pemeriksaan
USG pada trimester pertama. Pada trimester pertama pemeriksaan panjang
kepala-tunggingn (crown-rump length/CRL) memberikan ketepatan
kurang lebih 4 hari dari taksiran persalinan. Sedangkan pemeriksaan sesaat
setelah trimester III dapat digunakan untuk menentukan berat janin,
keadaan air ketuban, ataupun keadaan plasentan yang sering berhubungan
dengan kehamilan postmatur, tetapi sulit untuk memastikan usia
kehamilan.
b. Pemeriksaan radiologi
Usia kehamilan ditentukan dengan melihat pusat penulangan. Cara ini
sekarang jarang digunakan karena pengenalan pusat penulangan seringkali
sulit dan radiologic mempunyai pengaruh yang kurang baik terhadap janin.
c. Pemeriksaan laboratorium
Pada pemeriksaan laboratorium ini meliputi pemeriksaan kadar lesitin/
spingomielin, aktivitas tromboplastin cairan amnion (ATCA), sitologi
cairan amnion, dan sitologi vagina.

Penatalaksanaan
Menurut Sarwono Prawirohardjo (2008) dalam pengelolaan kehamilan
postmatur ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, antara lain:

4
a. Menentukan apakah kehamilan memang telah berlangsung lewat bulan
atau bukan. Dengan demikian, penatalaksanaan ditujukan pada dua variasi
dari postmatur ini.
b. Identifikasi kondisi janin dan keadaan yang membahayakan janin.
c. Periksa kematangan serviks dengan skor Bishop. Kematangan serviks ini
memegang peranan penting dalam pengelolaan kehamilan postmatur.
Sebagian besar kepustakaan sepakat bahwa induksi persalinan dapat
segera dilaksanakan baik pada usia 41 maupun 42 minggu bilamana
serviks telah matang.

Menurut Arif Mansjoer (2000) penatalaksanaan kehamilan lewat


waktu bila keadaan janin baik dapat dilakukan dengan cara:
a. Tunda pengakhiran kehamilan selama 1 minggu dengan menilai gerakan
janin dan tes tanpa tekanan 3 hari kemudian, Bila hasil positif, segera
lakukan seksio sesarea.
b. Induksi Persalinan.
Induksi persalinan merupakan suatu usaha supaya persalinan mulai
berlangsung dengan jalan merangsang timbulnya his. Ada dua cara yang
biasanya dilakukan untuk memulai proses induksi, yaitu mekanik dan
kimia. Kedua cara ini pada dasarnya dilakukan untuk mengeluarkan zat
prostaglandin yang fungsinya sebagai zat penyebab otot rahim
berkontraksi.
1) Secara mekanik, biasanya dilakukan dengan sejumlah cara, seperti
menggunakan metode stripping, vibrator, kateter, serta memecahkan
ketuban.
2) Secara kimia, ibu akan diberikan obat-obatan khusus. Ada yang
diberikan dengan cara diminum, dimasukan ke dalam vagina,
diinfuskan, atau pun disemprotkan pada hidung. Biasanya, tak lama
setelah salah satu cara kimia itu dilakukan, ibu hamil akan merasakan
datangnya kontraksi.

Penatalaksanaan pada bayi postmatur antara lain :


a. Bila bayi mengalami ketidakefektifan termoregulasi tindakan yang
dapat diberikan antra lain :

1) Hangatkan inkubator atau penghangat radian sebelumnya, pastikan


bahwa handuk dan atau selimut yang tipis yang telah dihangatkan telah
tersedia. Pertahankan suhu ruang bersalin pada suhu 22 C, dengan
kelembaban relatif 60%-65%.
2) Bersihkan bayi baru lahir, dari darah dan verniks yang belebihan,
khususnya yang ada di kepala, dengan handuk yang telah dihangatkan
sebelumnya
3) Letakkan bayi baru lahir di bawahpenghangat radian
4) Bungkus bayi dengan selimut yang telah dihangatkan dan pindahkan
bayi ke ibu
5) Rangkul bayi sehingga menempel pada dada ibu dan dibedong dengan
selimut yang hangat

5
b. Resiko cidera
1) Evaluasi dengan alat elektronik respon denyut jantung janin terhadap
kontraksi uterus selama asuhan intrapartum
2) Kaji kadar glukosa darah dengan menggunakan strip kimia sebelum
pemberian ASI dan sebelum 2 jam setelah kelahiran
3) Kaji tanda-tanda hipoglikemi
4) Ajarkan orang tua untuk memperkirakan perubahan pada kemampuan
infan
5) Diskusikan dengan orang tua perlunya pemantauan

Komplikasi
Pada kondisi postmatur ini dapat terjadi beberapa komplikasi, yaitu:
a. Menurut Prawirohardjo (2008), komplikasi yang terjadi pada kehamilan
serotinus yaitu komplikasi pada janin. Komplikasi yang terjadi pada janin
seperti gawat janin, gerakan janin berkurang, kematian janin, asfiksia
neonaturum dan kelainan letak.
b. Menurut Achdiat (2004), komplikasi yang terjadi seperti kelainan
kongenital, sindroma aspirasi mekonium, gawat janin dalam persalinan,
bayi besar (makrosomia) atau pertumbuhan janin terlambat, kelainan
jangka pangjang pada bayi.

6
ASUHAN KEPERAWATAN

KASUS
Ny Y berusia 25 tahun dan hamil anak pertama bermaksud memeriksakan
keadaan kandungannya ke rumah sakit pada tanggal 15 Maret 2014. Ny Y juga
ingin menanyakan kepada dokter apakah kandungannya baik- baik saja sebab ini
sudah memasuki minggu ke 43 dan janin belum lahir. Saat dilakukan anamnesa
Ny. Y mengatakan bahwa gerak janinnya makin hari makin berkurang dan ia takut
terajdi apa- apa terhadap janinnya. Hasil dari pemeriksaan fisik untuk TTV ibu
sendiri adalah TD 120/80 mmHg, RR 18x/menit, nadi 80x/ menit dan suhu 36oC.

PENGKAJIAN
a. Anamnesa
1) Identitas klien :
Identitas klien :
Nama istri : Ny. Y Nama Suami : Tn. K
Umur : 25 tahun Umur : 27 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Ras : Jawa Ras : Jawa
Alamat : Mulyorejo Alamat : Mulyorejo
Pendidikan: SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : ibu rumah tangga Pekerjaan : Wiraswasta
Gravida : ke-1 (primigravida)
Tanggal anamnesis: 15 Maret 2014 pukul 15.00 WIB

2) Keluhan Utama
Keluhan yang paling dikeluhkan oleh Ny. Y adalah usia kehamilannya yang
sudah lebih dari 43 minggu tetapi belum terasa ingin melahirkan.

3) Alasan datang : Ny. Y ingin mengetahui kondisi kehamilannya dan


menanyakan kepada dokter apakah janinnya tidak apa- apa karena sampai
sekarang belum terasa ingin melahirkan.

4) Riwayat kehamilan sekarang.


Keluhan lain yang dikeluhkan oleh Ny. Y adalah ia merasa bahwa gerakan
janinnya semakin hari semakin berkurang. Ia juga cemas terhadapa kondisi
janinnya. Selama kehamilan ini, Ny. Y rutin untuk melakukan pemeriksaan
antenatal ke bidan puskesmas. Dari riwayat hasil pemeriksaan antenatal yang
dilakukan juga tidak ada masalah apa- apa.

5) Riwayat kesehatan masa lalu.


Tidak mempunyai penyakit masalalu yang serius, hanya batuk pilek saja. Ny.
Y juga tidak pernah mengalami kecelakaan ataupun sakit parah sebelumnya
yang mengharuskan ia MRS. Riwayat imunisasi Ny. Y saat kecil lengkap. Ia
juga imunisasi TT sebelum hamil ini.
Ny. Y merupakan ibu rumah tangga yang tidak mempunyai aktifitas berlebih.
Ia tinggal berdua bersama suaminya. Ia juga tidak mempunyai riwayat

7
merokok ataupun konsumsi alkohol. Selama hamil, bidan tidak menyarankan
untuk melarang makanan tertentu. Ia hanya dianjurkan untuk mengonsumsi
banyak asam folat seperti ikan untuk kesehatan bayinya.

6) Riwayat keluarga
Ayah dan ibu Ny. Y saat ini berusia 56 dan 53 tahun. Ny. Y adalah anak
ke 3 dari 5 bersaudara. Diantara anggota keluarganya tidak ada yang pernah
mengalami gangguan persalinan yang sama seperti ini.

7) Riwayat mestruasi
a. Umur menarche : 13 tahun
b. Siklus : 28 hari
c. Lamanya : 5-6 hari
d. Frekuensi : teratur
e. Sifat darah : encer
f. Disminorhoe : kadang- kadang
g. Banyaknya : 2 x ganti pembalut
h. HPHT : 17 Mei 2013.

8) Riwayat Obstetri.
a.) Gravida/para: Ny. Y merupakan primigravida. adalah G1P1A0
b.) Tipe golongan : Ny. Y mempunyai golongan darah B dengan
Rhesus +
c.) Kehamilan yang lalu : - (pasien primigravida)

9) Riwayat ginekologi
Tidak ditemukan masalah pada ginekologi Ny. Y baik itu infeksi vagina
maupun penyakit menular seksual

10) Riwayat seksual.


Klien dan suami mengatakan bahwa selama ini frekuensi berhubungan dalam
seminggu adalah 2x. Tidak ada masalah dalam hubungan suami istri.

11) Riwayat pernikahan.


a) Kawin : Iya 1x dengan suami sekarang
b) Usia kawin pertama : 21 th
c) Lamanya perkawinan: 4 th

12) Riwayat keluarga berencana


Pada awal menikah pasien memutuskan untuk mengikuti KB suntik setiap 1
bulan sekali karena klien sepakat untuk menunda kehamilan dulu bersama
suaminya. Klien menggunakan KB selama 2 tahun dan kemudian berhenti
karena menginginkan anak dan baru hamil saat ini.

13) Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu


a. Kehamilan

8
Ini merupakan kehamilan pertama klien dengan keterangan sebagai
berikut: HPHT klien adalah pada tanggal 17 Mei 2013, maka saat ini usia
kehamilan klien adalah 43 minggu. Berdasarkan kartu kehamilan, letak
janin normal (membujur). Sementara itu, tinggi fundus uteri ibu adalah
37,6 cm.
b. Persalinan
Klien belum pernah mengalami persalinan ataupun abortus sebelumnya.
c. Nifas
Tidak ada bekas apapun karena klien sebelumnya belum pernah
melahirkan.

14) Pola kebiasaan sehari-hari


a. Pola nutrisi
Makan teratur 3 kali sehari, 1 piring nasi, lauk, sayur dan buah, minum
kurang lebih 8 gelas per hari, susu, teh dan air putih.
b. Pola Aktivitas
Ibu hanya beraktifitas sebagai ibu rumah tangga dan melakukan kegiatan
sebagai istri saja seperti memasak, mencuci baju, dll. Risiko dari aktifitas
ini berupa kelelahan.
c. Pola Seksual
Selama ini pola seksual klien dengan suami berjalan lancar. Akan tetapi
memasuki bulan ke-8 kehamilan klien dan suami sepakat untuk
mengurangi kegiatan seksual mereka.
d. Pola eliminasi
Pola BAB = ±1-2x sehari, pola BAK : ±5-8x sehari dengan intake cairan ±
2L
e. Perokok dan pemakai obat-obatan.
Tidak ada riwayat merokok ataupun pemakai obat maupun alkohol.

PEMERIKSAAN
A. Pemeriksaan Umum
1) Keadaan umum.
Saat melakukan pemeriksaan ke rumah sakit ibu dalam keadaan sehat
dan sadar penuh.
2) Kesadaran.
Kesadaran composmentis
3) Tekanan darah.
Hasil pemeriksaan tekanan darah adalah 120/80 mmHg.
4) Suhu.
Hasil pemeriksaan TTV untuk suhu tubuh adalah 36 0 C.
5) Denyut nadi.
Hasil pemeriksaan TTV untuk denyut nadi adalah 80x/ menit.
6) Respirasi.
Hasil pemeriksaan TTV untuk RR adalah 18x/ menit.
7) Berat badan.
Selama hamil ini ibu mengalami panambahan berat badan sebesar 11
Kg dari 59Kg menjadi 70 Kg.
8) Tinggi badan.

9
Tinggi badan ibu adalah 163cm dan bukan termasuk golongan
beresiko.
9) Lila.
Hasil pengukuran lingkar lengan atas ibu adalah 23,5 cm

B. Pemeriksaan fisik
1) Kepala
a) Rambut : rambut berwarna hitam, tebal dengan distribusi
yang merata di kepala.
b) Muka : muka terlihat agak pucat karena ibu terlihat tegang.
c) Mata : Conjungtiva anemis.
d) Hidung : tidak ditemukan polip
e) Telinga : bentuk telingan normal dan keadaan telinga bersih
bebas dari serumen.
f) Mulut : mulut terlihat lembab, bersih dan tidak ada caries
maupun karang gigi.
2) Leher
Tidak terdapat pembesaran vena jugularis, kelenjar limfe maupun
kelenjar tiroid.

3) Dada dan axilla


a) Mamae : pembesaran simetris, areola mammae coklat,
puting susu menonjol, colostrum tidak ada.
b) Axilla : tidak ada tumor ataupun nyeri tekan.

4) Ekstremitas
Ekstremitas tungkai simetris, tidak ada edema pada ekstremitas.
Varices (-).

C. Pemeriksaan khusus obstetri


Inspeksi
1. Inspeksi
Terdapat pembesaran abdomen sesuai umur kehamilan dengan
striae nigra dan juga linea livide.

2. Palpasi
a. Tinggi fundus uteri
Tinggi fundus uteri saat diukur di kartu kehamilan saat periksa
seminggu yang lalu adalah 37,6 cm. Berdasarkan kartu kehamilan
tersebut juga didapatkan data sebagai berikut:
 Leopold I : tinggi fundus uteri hampir mencapai payudara,
bagian pada fundus adalah kepala dengan persentase melenting.
 Leopod II : bentuk/ posisi janin normal dengan punggung
berada di sisi kiri ibu.
 Leopold III : janin sudah masuk PAP
 Leopold IV : kepala janin sudah berada di PAP
 HIS / Kontraksi

10
Ny. Y tidak merasa ada his walaupun kehamilan sudah mencapai
43 minggu ini.
 Tafsiran berat
Tafsiran berat saat ini: (TFU-11)x 155= (37,6- 11) x 155= 4123
gram.

D. Pemeriksaan dalam anogenital


1) Perineum : kaku
2) Dinding Vagina : Cekung
3) Ujung sacrum : Masih teraba
4) Portio : Masih tebal
5) Konsistensi : tidak lembut
6) Pembukaan : tidak ada pembukaan vagina
7) Ketuban : masih utuh selapunya
8) Anus : tidak ada hemoroid

E. Pemeriksaan penunjang
Pada pemeriksaaan penunjang dengan USG didapatkan hasil normal, tidak
ada oligohidroamnion dan janin sudah masuk PAP serta tidak ditemukan
kegawatan pada janin. Dan pada pemeriksaan sitologi vagina dengan
indeks kariopiknotik > 20%.

ANALISA DATA
No Data Etiologi Masalah keperawatan
1 DS : ibu terlihat post- matur Ansietas
sering bertanya dan ↓
mengatakan ia Anak belum lahir
cemas terhadap ↓
kondisi bayinya Cemas terhadap
DO: kondisi janinnya
- Ibu terlihat ↓
gelisah Tidak tahu informasi
tentang post matur

Ansietas
2. DS: ibu Post- matur Resiko Cidera pada
mengatakan bahwa ↓ ibu
ia tidak merasakan Belum ada dilatasi
adanya kontraksi serviks
pada rahimnya. ↓
Berat janin besar
DO: tidak sekitar 4000gram
ditemukan tanda- ↓
tanda kontraksi/ Seharusnya sudah
pun dilatasi serviks memasuki kelahiran
padahal sudah ↓
memasuki minggu Risiko cedera pada
ke 43. ibu

11
Hasil pemeriksaan
BJJ sekitar 4000
gram

3. DS: ibu Post- matur Resiko cedera pada


mengatakan tidak ↓ janin
mengalami Minggu ke 43 belum
kontraksi dan ada kontraksi
gerakan janinnya ↓
melemah dari hari Persalinan lama
ke hari. ↓
DO: hasil Risiko cedera pada
pemeriksaan janin
penunjang masih
menunjukkan
gerakan janin dan
janin sudah masuk
PAP tetapi janin
belum ingin keluar

DIAGNOSA KEPERAWATAN
1) Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan
2) Resiko Cidera pada ibu berhubungan dengan bayi yang besar dan tidak ada
dilatasi serviks
3) Resiko cedera pada janin berhubungan dengan persalinan yang lama

INTERVENSI KEPERAWATAN

a. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan


Tujuan : meningkatkan pengetahuan keluarga klien
Kriteria hasil :
- Klien merasa tenang dan optimis dengan persalinannya
- Klien dapat menggunakan teknik relaksasi distraksi atau
nafas dalam dengan efektif
- Klien mengungkapkan pemahaman situasi individu dan
kemungkinan hasil akhir klien tampak rileks
Intervensi:
1) Memberikan HE tentang kondisi klien dan penatalaksanaan
Rasional : Mengurangi ansietas
2) Berikan penguatan atas upaya keluarga untuk merawat klien
Rasional : Menyadarkan bahwa mereka telah melakukan yang etrbaik
dan untuk mempermudah proses adaptasi
3) Memberikan kesempata kepada keluarga untuk mendiskusikan
perasaan mereka
Rasional : Dengan mengungkapkan perasaan keluarga dapat
melakukan penyesuaian secara realistis terhadap masalah klien

12
b. Resiko Cidera pada ibu berhubungan dengan bayi yang besar dan tidak ada
dilatasi serviks
Tujuan : tidak terjadi cedera pada ibu
Kriteria Hasil : terdapat kontraksi uterus yang reguler, terjadi pembukaan
serviks
Intervensi :
1) Tinjau ulang riwayat persalinan, awitan dan durasinya
Rasional : membantu dalam mengidentifikasi kemungkinan penyebab,
kebutuhan pemeriksaan diagnostik dan intervensi yang tepat
2) Kaji pola kontraksi uterus secara manual atau secara elektronik.
Rasional : disfungsi kontraksi memperlemah persalinan,
meningkatkan resiko komplikasi maternal atau janin.
3) Catat kondisi serviks , Pantau tanda amnionitis
Rasional : serviks kaku atau tidak siap tidak akan dilatasi akan
menghambat penurunan janin.
4) Tetap bersama klien, berikan lingkungan yang tenang sesuai indikasi.
Rasional : reduksi rangsangan dari luar mungkin perlu untuk
memungkinkan tidur dan menurunkan tingkat ansietas pada ibu
5) Induksi persalinan dengan oksitosin
Rasional : Oksitosin memberikan rangsangan terjadinya His

c. Resiko cedera pada janin berhubungan dengan persalinan yang lama


Tujuan : resiko cedera pada janin akan berkurang
Kriteria Hasil : tidak ada distres janin, bayi lahir tanpa trauma
Intervensi :
1) Kaji DJJ secara manual atau electronic
Rasional : Mendeteksi respon abnormal, seperti bradikardi,thakikardi
yang mungkin disebabkan stress, hipoksia dan asidosis
2) Kaji malposisi dengan menggunakan maneuver Leopold dan temuan
pemeriksaan internal.
Rasional : menentukan letak janin, posisi dan persentasi ddapat
mengidentifikasi faktor –faktor yang memperberat disfungsional
persalinan.
3) Siapkan metode untuk melahirkan yang paling layak, bila janin pada
presentase kening, wajah atau dagu.
Rasional : presentase ini meningkatkan resiko CPD , karena diameter
lebih besar dari tengkorak janin masuk ke pelvic karena kegagalan
kemajuan dan pola persalinan memerlukan kelahiran secara sesarea.
4) Perhatikan warna dan jumlah cairan amnion bila pecah ketuban.
Rasional: kelebihan cairan amnion menyebabkan distensi uterus
berlebihan yang berhubungan dengan anomaly janin.

13
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Kehamilan postmatur (postterm) disebut juga kehamilan lewat
waktu/bulan merupakan kehamilan yang berlangsung sampai 42 minggu
(294 hari) atau lebih, dihitung dari hari pertama haid terakhir menurut
rumus Naegele dengan siklus haid rata-rata 28 hari. Penyebab terjadinya
kehamilan postterm/ postmature sampai saat ini masih belum diketahui
secara jelas.
Namun ada berbagai teori yang berkembang antara lain : pengaruh
progresteron, pengaruh oksitosin, kortisol, saraf uterus dan herediter. Pada
partus postmatur tanda-tandanya Gerakan janin yang jarang, yaitu secara
subjektif kurang dari 7 kali/ 20 menit atau secara objektif dengan KTG
(karditopografi) kurang dari 10 kali/ 20menit. (Echa, 2012).

Saran
Melalui makalah ini diharapkan mahasiswa keperawatan dapat
memberikan asuhan keperawatan yang tepat dan baik karena telah mengetahui
penyebabnya serta cara pencegahan maupun pengobatannya terhadap klien
dengan partus postmature.

14
DAFTAR PUSTAKA
Achdiat, C. M. (2004). Prosedur Tetap Obstetri dan Ginekologi. Jakarta: EGC.
Ahyl, Evha Vella. 2012. Postmatur. Diambil melalui http://id.scribd.com/doc
pada tanggal 18 Maret 2014
Bayu. 2009. Landasan Teori Seronitus. Diambil melalui
http://thieryabdee.wordpress.com/2009 pada tanggal 18 Maret 2014
FK UNPAD. (2005). Obstetri Patologi Ilmu Kesehatan Reproduksi. Jakarta: EGC.
Helen, Varney. (2007). Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Edisi 4, Volume 2. Jakarta:
EGC.
Hockenberry, Wilson, (2007). Wong’s Nursing Care of Infant and children, 8th
edition. Mosby : Evolve
Ladewig, Patricia W., London, Marcia L., Olds, sally B., (2006). Asuhan Ibu &
Bayi Baru Lahir. Jakarta : EGC
Luxner, Karla L., (2004). Delmar’s Maternal-Infant : Nursing Care Plans, 2th
edition. Thomson : Delmar Learning
Mansjoer, Arif. (2000). Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius.
Manuaba, Ida Bagus Gde. (1999). Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita.
Jakarta: Arcan.
Nanda Internasional, (2012). Diagnosis Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi
2012-2014. Jakarta : EGC
Prawirohardjo, Sarwono. 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT. Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo
Wilkinson, Judith M., Ahern, Nancy R., (2009). Buku Saku Diagnosis
Keperawatan : Diagnosis Nanda, Intervensi NIC, Kriteria Hasil NOC.
Jakarta : EGC

15

Anda mungkin juga menyukai