Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

KEPERAWATAN MATERNITAS II

TENTANG INFEKSI TRAKTUS GENETALIA

DISUSUN OLEH :

1. RISNA NUR IBAYATI


2. NURLAILI RIZKI AMALIA
3. SRI KURNIATI
4. RIZAL WATONI (Tidak Ikut Membuat Makalah)

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN JENJANG S1

MATARAM 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan kita nikmat dan
karunianya sehingga kita semua dapat menjalankan aktivitas kita sehari-hari, khususnya
kami yang dengan karunia-Nya lah, kami dapat menyelesaikan penulisan makalah pada
mata kuliah konsep dasar keperawatan dengan tema ‘’INFEKSI TRAKTUS
GENETALIA’’ ini. Sholawat serta salam semoga tetap tercurah kepada Nabi
MuhammadSAW, yang telah membawa kita dari alam yang gelap gulita menuju alam
yang terang benerang.

Kami sangat menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak
terdapat kekurangan dan ketidak sempurnaan kami, baik dari segi penulisan maupun
ketajaman analisis permasalahan di dalamnya, Oleh karena itu, kritik dan saran yang
bersifat membangun sangat kami harapkan guna kesempurnaan dalam penulisan
makalah pada masa yang akan datang. Dan akhirnya kami mengucapkan terimakasih
atas keadilan bapak/ibu/saudara untuk membaca makalah kami. Serta mohon maaf atas
segala kekurangannya. Terdorong oleh rasa ingin tahu,kemauan,kerja sama dan kerja
keras, kami serahkan seluruh upaya demi mewujudkan keinginan ini.

Penulis menyadi pula, bahwa selesainya makalah ini tidak lapas dari dukungan
serta bantuan, baik berupa moral maupun material dari semua pihak terkait. Oleh karena
itu, dengan segala kerendahan hati kami mengucapkan terima kasih banyak kepada
Dosen pembimbing dan rekan mahasiswa yang telah memberikan msukan dan petunjuk
serta saran-saran yang baik.

Tanjung, 13 Maret 2021

Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................................

DAFTAR ISI .......................................................................................................


BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................

1.1 LatarBelakang..................................................................................................

1.2 RumusanMasalah............................................................................................

1.3 Tujuan..............................................................................................................

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI...................................

2.1 Defenisi Infeksi Traktus Genetalia..................................................................

2.2 Macam-macam Infeksi Traktus Genetalia.......................................................

BAB III ASKEP TEORI

3.1 Pengkajian.......................................................................................................

3.2 Diagnosa Keperawatan....................................................................................

BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan......................................................................................................

4.2 Saran................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Masalah kesehatan pada ibu pasca persalinan menimbulkan dampak yang dapat
meluas ke berbagai aspek kehidupan dan menjadi salah satu parameter kemajuan
bangsa dalam pelayanan kesehatan.persalinan merupakan suatu proses pengeluaran
hasil konsepsi yang dapat hidup dari dalam uterus melalui vagina ke dunia luar
(Wiknjosastro, 2007). Dalam persalinan sering terjadi perlakuan pada perineum baik
itu karena robekan spontan maupun episiotomy. Di Indonesia laserasi perineum
dialami oleh 75% ibu melahirkan pervaginaan. Pada tahun 2013 menemukan bahwa
(28% karena episiotomy dan 29% karena robekan spontan ) (Depkes RI, 2013).
Infeksi postpartum terjadi di traktus genetalia setelah kelahiran yang diakibatkan
oleh bakteri, hal ini akan meningkatkan resiko infeksi post partum yang salah satunya
disebabkan oleh penyembuhan luka leserasi perineum yang tidak optimal dan dapat
menyebabkan syok septic. Kebanyakan morbiditas maternal setelah trauma perineal
tetap tidak terlapor professional kesehatana, jumlah kematian maternal pada tahun
2012, menunjukkan bahwa tercatat sebesar 116/100.000 kelahiran hidup (Cuninggham,
2010).
.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa definisi infeksi traktus genetalia ?
2. Bagaimana etiologi infeksi traktus genetalia ?
3. Bagaimana klasifikasi infeksi traktus genetalia ?
4. Bagaimana manifestasi klinis infeksi traktus genetalia ?
5. Bagaimana pencegahan infeksi traktus genetalia ?
6. Bagaimana penatalaksana infeksi traktus genetalia ?
7. Bagaimana asuhan keperawatan tentang klasifikasi infeksi traktus genetalia ?
1.3 Tujuan
1. Tujuan umum
Supaya mahasiswa dapat mengetahui terkait infeksi traktus genelatia.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu memahami dan dapat menejaskan tentang definisi infeksi
traktus genetalia.
b. Mahasiswa mampu mengetahui tentang etiologi infeksi traktus genetalia.
c. Mahasiswa mampu memahami tentang klasifikasi infeksi traktus genetalia.
d. Mahasiswa dapat mengetahui manifestasi klinis infeksi traktus genetalia.
e. Mahasiswa dapat mengetahui tentang cara pencegahan infeksi traktus genetalia.
f. Mahasiswa dapat mengetahui tentang bagaimana penatalaksanaan infeksi
traktus genetalia.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Defenisi Infeksi Traktus Genetalia


Radang atau infeksi pada alat-alat genetalia dapat timbul secara akut dengan
akibat meninggalnya penderita atau penyakit bisa sembuh sama sekali tanpa bekas atau
dapat meninggalkan bekas seperti penutupan lumen tuba. Penyakit ini bisa juga
menahun atau dari permulaan sudah menahun. Salah satu dari infeksi tersebut adalah
pelviksitis, serviksitis, adneksitis dan salpingitis. Infeksi nifas adalah infeksi bakteri
pada traktus genetalia, terjadi sudah melahirkan, ditandai kenaikan suhu sampai 38
derajat celcius atau lebih selama 2 hari dalam 10 hari pertama pasca persalinan.

2.2 Macam-macam Infeksi Traktus Genetalia


1. Servisitis
a. Pengertian servisitis
Servisitis merupakan infeksi pada serviks uteri. Infeksi uteri sering terjadi
karena luka kecil bekas persalinan yang tidak dirawat dan infeksi karena
hubungan seks. Servisitis akut yang sering dijumpai pada sebagian besar
wanita yang pernah melahirkan. Servisitis ialah radang dari selaput lender
canalis cervicalis. Karena epitel selaput lender cervicalis hanya terdiri dari satu
lapisan sel silindris maka mudah terkena infeksi dibandingkan dengan selaput
lender vagina.
b. Etiologi
Servisitis disebabkan oleh kuman-kuman seperti : trikomonas vaginalis,
kandida dan mikoplasma atau mikroorganisme aeroba dan anaeroba endogen
vagina seperti streptococcus,e.coli, dan stapilococus. Dapat juga disebabkan
oleh robekan serviks trauma yang menyebabkan ectropion, alat-alat atau alat
kontrasepsi, tindakkan seperti dilatasi dan lain-lain.
c. Manifestasi klinis
1. Terdapat keputihan (leukorea)
2. Mungkin terjadi kontak berdarah (saat hubungan seks terjadi pendarahan)
3. Pada pemeriksaan terdapat perlukaan serviks yang berwarna merah
4. Pada umur diatas 40 tahun perlu waspada terhadap keganasan serviks.
d. Patofisiologi
Proses inflamasi atau peradangan merupakan bagian dari respons imun untuk
melawan agen penyebab infeksi atau zat berbahaya yang masuk kedalam
tubuh. Proses ini melibatkan sel leukosit dan produk darah lain seperti protein
plasma. Migrasi sel leukosit ke tempat inflamasi diikuti dengan vasodilatasi
pembuluh darah serta pengingkatan aliran darah. Aktivitasi proses inflamasi
dimulai ketika reseptor yang berada di sel imun mendeteksi molekul pathogen
yang diikuti dengan produksi mediator inflamasi seperti sitokin Interferon
(IFN)-tipe 1. Setelah respon alamiah muncul, tubuh akan membentuk respon
imun adaptif yang lebih spesifik dengan melibatkan sel limfosit T dan sel
limfosit B. Bersadarkan jenis antigennya, limfosit T naïf akan berubah menjadi
sel limfosit T helper (Th)-1,2 dan 17 atau sel limfosit T sitotoksik. Sedangkan
sel limfosit B akan berbentuk antibody yang dapat melawan pathogen atau zat
berbahaya hilang. Namun, bisa stimulus menetap, proses inflamasi akan terjadi
terus-menerus dan bersifat kronis.
e. Penatalaksana
Kauterisasi radial. Jaringan meradang dalam dua mingguan diganti dengan
jaringan sehat. Jika laserasi serviks agak luas perlu dilakukan trakhelorania.
Pinggir sobekan dan endoserviks diangkat, lalu luka baru dijahit, jika robekan
dan infeksi sangat luas perlu dilakukan amputasi serviks.
f. Faktor resiko
Beberapa faktor yang mempengaruhi insiden kanker serviks yaitu :
1) Usia
2) Jumlah perkawinan
3) Hygiene dan sirkumsisi
4) Status social ekonomi
5) Pola seksual
6) Terpajan virus terutama virus HIV
7) Merokok
g. Pencegahan terhadap kanker serviks dapat dilakukan dengan program skrining
dan pemberian vaksinasi. Di Negara maju, kasus aknker jeis ini sudah mulai
menurun berkat adanya program deteksi disini melalui pap smear. Vaksin HPV
akan diberikan pada perempuan usian 10 hingga 55 tahun melaui suntikan
sebanyak tiga kali, yaitu pada bulan ke nol, satu dan enam (Sarwono,2012).
h. Kompilasi
1) Radang pinggul
2) Infertilitas
3) Kehamilan ektopik
4) Nyeri panggul kronik
2. Adnekxitis
a. Pengertian adnexitis
Adnexitis adalah radang pada tuba fallofi dan ovarium yang biasanya terjadi
bersamaan. Radang ini kebanyakkan akibat infeksi yang menjalar keatas dari
uterus, walaupun infeksi ini bisa datang dari tempat ekstra vaginal lewat jalan
darah atau menjalar dari jaringan sekitarnya. Andex tumor ini dapat berupa
pyosalpinx atau hidrosalpinx karena perisalpingitis dapat terjadi pelekatan
dengan alat disekitarnya.
b. Etiologi
Peradangan pada adneksa hampir 90% disebabkan oleh beberapa infeksi
organisme, biasanya adalah Neisseria gonorrhoeae dan Chlamydia trachomatis.
Melakukan aktifitas seks tanpa menggunakan kondom.
1) Ganti-ganti pasangan seks.
2) Pasangan seksnya menderita infeksi Chlamidia ataupun gonorrhea (kencing
nanah)
3) Sebelumnya sudah pernah terkena pelvic inflammatory disease.
4) Dengan demikian penyakit ini termasuk penyakit yang ditularkan melalui
aktifitas seksual. Meskipun tidak tertutup kemungkinan penderitanya
terinfeksi lewat cara lain.
c. Manifestasi klinis
1) Kram atau nyeri perut bagian bawah yang tidak berhubungan dengan haid
(bukan premenstrual syndrome)
2) Keluar cairan kental berwarna kekuningan dari vagina
3) Nyeri saat berhubungan intim
4) Demam
5) Nyeri punggung
6) Keluhan saat buang air kecil
d. Patofisiologi
Organisme Neisseria gonoeehoeae dan Chlamidia trachomastis naik ke rahim,
tuba fallopi, atau ovarium sebagai akibat dari hubungan seksual, melahirkan,
masa nifas, pemasangan IUD (alat KB), aborsi, kerokan, lapartomi dan
perluasan radang dari alat-alat yang letaknya tidak jauh seperti appendiks.
Sehingga menyebabkan infeksi atau radang pada andeksa rahim, andeksa
adalah jaringan yang berada di sekitar rahim. Ini termasuk tuba fallopi dan
ovarium alias indung telur, tempat dimana sel telur diproduksi.
e. Penatalaksana
Pengobatan penyakit ini disesuaikan dengan penyebabnya. Misalnya akibat
Chlamydia, maka pengobatannya pun ditunjukan untuk membasmi Chlamydia.
Secara umum, pengobatan adnexitis ini umumnya berupa terapi antibiotic. Jika
dengan terapi ini tidak terjadi kemajuan, maka penderita perlu dibawa ke rumah
sakit untuk diberikan terapi lainnya. Rawat inap menjadi sangat diperlukan
apabila : a. keluar nanah dari tuba fallopi b. kesakitan yang amat sangat (seperti
: mual, muntah dan demam tinggi) c. penurunan daya tahan tubuh.
f. Komplikasi
1) Radang panggul berulang
2) Abses
3) Nyeri panggul jangka panjang
4) Kehamilan ektopik
5) Inertilitas
g. Pencegahan
Pencegahan tidak hanya dari pihak wanita saja, pihal laki-laki juga perlu
membantu agar pasangan tidak tertular. Penanganan ini antara lain dapat
dilakukan dengan :
1) Setia pada pasangan, penyakit ini sebagian besar ditularkan melalui
hubungan seks bebas.
2) Segera hubungi dokter apabila gejala-gejala penyakit ini muncul.
3) Rutin memeriksakan diri dan pasangan ke dokter ahli kandungan
4) Penggunaan kondom saat berhubungan seksual
5) Menjaga kebersihan organ genetal (Sarwono,2012).
3. Endometrisis
a. Pengertian endometrisis
Endometrisis adalah infeksi pada endometrium (lapisan dalam dari rahim).
Infeksi ini dapat terjadi sebagai kelanjutan infeksi pada serviks atau infeksi
tersendiri dan terdapat benda asing dalam rahim. Endometritis adalah
peradangan pada dinding uterus yang umunya disebabkan oleh partus. Dengan
kata lain endometritis didefinisikan sebagai flamasi dari endometrium.
b. Etiologi
Kuman-kuman memasuki endometrium, biasanya pada luka bekas insersio
plasenta, dan dalam waktu singkat mengikutsertakan seluruh endometrium.
Pada infeksi dengan kuman yang tidak seberapa pathogen, radang terbatas pada
endometrium. Jaringan desidua bersama-sama dengan bekuan darah menjaddi
nekrotis dan mengeluarkan getah berbau dan terdiri atas keeping-keping
nekrotis serta cairan Terjadi infeksi endometrium pada saat :
1) Persalinan, dimana bekas implatansi plasenta masih terbuka, terutama pada
persalinan terlantar dan persalinan dengan tindakkan.
2) Pada saat terjadi keguguran.
3) Saat pemasangan alat rahim (IUD) yang kurang legeartis.
c. Manifestasi Klinis
1) Endometritis akut
a) Demam.
b) Lochia berbau, pada endometritis postabortum kadang-kadang keluar
flour yang purulent.
c) Lochia lama berdarah, malahan terjadi metrorrhagi.
d) Jika radang tidak menjalar ke paraetrium atau perimetrium tidak ada
nyeri.
e) Nyeri pada palpasi abdomen (uterus) dan sekitarnya.
2) Endometritis kronik
a) Pada tuberculosis
b) Jika tertinggal sisa-sisa abortus atau partus
c) Jika terdapat korpus alineum di kavum uteri
d) Pda polip uterus dengan infeksi
e) Pada tumor ganas uterus.
f) Pada salpingo-ooforitid dan sellulitis pelvic.
g) Flour albus yang keluar dari ostium
h) Kelainan haid seperti metrorrhagi dan menorrhagi.
d. Patofisiologi
Pada keadaan normal, kavum uterus dalam kondisi steril. Mekanisme alamiah
yang melindungi kavum uteri di antaranya adalah adanya sumbatan mucus pada
mulut rahim, komponen sistem imum lamamiah (sel neutrofil, makrofag dan sel
natural kliller) dan peptide antimicrobial pada endometrium. Gangguan pada
sistem imum serta invasi bakteri pathogen dapat menyebabkan endometritis.
e. Komplikasi
1) Infertilitas
2) Kanker ovarium
3) Adhesi
4) Kista ovarium
f. Penatalaksana
1) Endometritis akut
Terapi :
a) Pemberian uterontonika
b) Istirahat, posisi/letak fowler
c) Pemberian antibiotika.
d) Endometritis senilis, perlu dikuret untuk mengesampingkan diagnose
corpus carcinoma. Dapat diberi estrogen.
2) Endometritis kronik
Terapai : perlu dilakukan kuretase untuk diferensial diagnose dengan
carcinoma corpus uteri, polyp atau myoma submucosa. Kadang-kadang
dengan kuretase ditemukan emndometritis tuberkulosa. Kuretase juga
bersifat terapeutik (Sarwono,2012).
4. Parametritis
a. Pengertian parametritis
Parametritis adalah radang dari jaringan longgar di dalam lig.latum. radang ini
biasanya unilateral. Parametritis adalah infeksi jaringan pelvis yang dapat
terjadi beberapa jalan. Secara rinci penyebaran infeksi sampai ke parametrium
melalui 3 cara yaitu :
1) Penyebaran melalui linfe dari luka serviks yang terinfeksi atau dari
endometritis.
2) Penyebaran langsung dari luka serviks yang meluas sampai ke dasar
ligamentum.
3) Penyebaran sekunder dari tromboflebilitis pelvika. Proses ini dapat tinggal
terbatas pada dasar ligmentum latum atau menyebar ekstraperitoneal ke
semua jurusan. Jika menjalar ke atas, dapat diraba pada dinding perut
sebelah lateral di atas ligmentum inguinalis, atau pada fossa iliaka.
b. Etiologi
Parametritis dapat terjadi :
1) Dari endometritis dengan 3 cara :
a) Per continuitatum : endometritis – metritis –parametritis.
b) Lympogen.
c) Hematogen : phlebitis – periphlebitis – parametritis.
2) Dari robekan serviks
3) Perforasi uterus oleh alat-alat (sonde, kuret, IUD).
c. Manifestasi klinis
1) Suhu tinggi dengan demam tinggi
2) Penderita tamapk sakit, nadi cepat dan perut nyeri.
3) Nyeri unilateral tanpa gejala rangsangan peritoneum, seperti muntah.
d. Patofisiologi
Endometritis – infeksi meluas – leawat jalan linfe atau tromboglebitis – infeksi
menyebar ke meometrium – miometritis – infeksi meluas lewat jalan
linfe/tromboflebitis – parametritis
e. Komplikasi
1) Parametritis akut dapat menjadi kronis dengan eksa sebasi yang akut, terjadi
paritentis ke rectum / ke kencing.
2) Dapat terjadi tromboflebitis pelvika dapat menimbulkan emboli
3) Dapat timbul abses dalam parametrium
4) Kalau infeksi tidak segera diketahui bisa menyebabkan bertambah.
f. Penatalaksana
1) Pencegahan
a) Selama kehamilan
Oleh karena anemia merupakan predisposisi untuk infeksi nifas, harus
diusahakan untuk memperbaikinya. Keadaan gizi juga merupakan factor
penting, karenanya diet yang baik harus diperhatikan. Coitus pada hamil
tua sebaiknya dilarang karena dapat mengakibatkan pecahnya ketuban
dan terjadi infeksi.
b) Selama persalinan usaha-usaha pencegahan terdiri dari membatasi
sebanyak mungkin kuman-kuman dalam jalan lahir, menjaga dengan
trauma sedikit mungkin, dan mencegah terjadinya pendarahan banyak,
semua petugas dalam kamr bersalin harus menutup hidung dan mulut
dengan masker alat-alat, kain-kain yang dipakai dalam persalinan harus
suci hama. Pemeriksaan dalam hanya boleh dilakukan jika perlu, terjadi
pendarahan harus dicegah sedapat mungkin dan trafusi darah harus
diberikan menurut keperluan.
c) Selama nifas sesudah partus terdapat luka-luka dibeberapa tempat pada
jalan lahir. Pada hari pertama postpartum harus dijaga agar luka-luka ini
tidak dimasuki kuman-kuman dari luar. Tiap penderita dengan tanda-
tanda infeksi nifas jangan dirawat bersama dengan wanita-wanita dalam
nifas sehat.
2) Pengobatan antibiotika (antibiotic seperti benzilpensilin ditambah gentamisi
dan metronidazol) memegang peranan yang sangat penting memerlukan
waktu, maka pengobatan perlu dimulai tanpa menunggu hasilnya. Terapi
pada parametritis yaitu dengan memberikan antibiotika berspektum luas.
Dalam hal ini dapat diberikan penicillin dalam dosis tinggi atau antibiotika
dengan spectrum luas, seperti ampicillin dan lain-lain.

2.3 Pemeriksaan Penunjang

1. Sel darah putih


2. LED dan SDM
3. HB / HT
4. Kultur dari bahan intra uterus/intra servikal/drainase luka/ perawatan gram dari
lochea servik dan uterus
5. Ultra sonografi
6. Pemeriksaan biomanual
BAB III
ASKEP TEORI

3.1 PENGKAJIAN
1. Identitas
Nama :
Umur :
Jenis kelamin:
Alamat :
Agama :
Pendidikan :
Pekerjaan :
2. Keluhan utama : nyeri, luka, perubahan fungsi seksual
3. Riwayat penyakit
a. Sekarang: keluhan klien menderita infeksi alat kelamin.
b. Dahulu: riwayat keluarga mempunyai penyakit serupa, gangguan
reproduksi.
Riwayat penyakit :
1) Riwayat penyakit yang pernah di alami: kaji adanya penyakit yang
pernah dialami oleh klien misalnya DM, jantung, hipertensi, masalah
ginekologi/urinaria, penyakit endokrin, dan penyakit-penyakit lainnya.
2) Riwayat kesehatan keluarga: yang dapat di kaji melalui genogram dan
dari genogram tersebut dapat diidentifikasi mengenai penyakit turunan
dan penyakit menular yang terdapat dalam keluarga.
3) Riwayat kesehatan reproduksi: kaji tentang mennorhoe, siklus
menstruasi, lamanya, banyaknya, sifat darah, bau, warna dan adanya
disminorhoe serta kaji kapan menopause terjadi, gejala seta keluhan
yang menyertainya.
4) Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas : kaji bagaimana keadaan anak
klien mulai dari dalam kandungan hingga saat ini, bagaimana keadaan
kesehatan anaknya.
5) Riwayat seksual: kaji mengenai aktivitas seksual klien, jenis kontrasepsi
yang digunakan serta keluhan yang menyertainya.
6) Riwayat pemakaian obat : kaji riwayat pemakaian obat-obatan
kontrasepsi oral, obat digitalis, dan jenis obat lainnya.
7) Pola aktivitas sehari-hari : kaji mengenai nutrisi, cairan dan elektrolit,
eliminasi (BAB dab BAK), istirahat tidur, hygiene, ketergantungan, baik
sebelum dan saat sakit.
4. Pemeriksaan fisik
a. Head to Toe
1. Kepala
 Inspeksi : ukuran lingkar kepala, bentuk, kesimetrisan,
adanya lesi atau tidak, kebersihan rambut dan kulit kepala,
warna, rambut, jumlah dan distribusi rambut. Normal:
simetris, bersih, tidak ada lesi, tidak menunjukkan tanda-
tanda kekurangan gizi, (rambut jagung dan kering).
 Palpasi: adanya pembengkakan/penonjolan, dan tekstur
rambut.
Normal: tidak ada penonjolan/pembengkakan, rambut lebat
dan kuat/tidak rapuh.
2. Wajah
 Inspeksi: warna kulit, pigmentasi, bentuk, dan kesimetrisan.
Normal: warna sama dengan bagian tubuh lain, tidak
pucat/ikterik, simetris.
 Palpasi: nyeri tekan dahi, dan edema pipi, dan rahang.
Normal: tidak ada nyeri tekan dan edema.
3. Mata
 Inspeksi: bentuk, kesimetrisan, alis mata, kelopak mata, bulu
mata, kesimetrisan, bola mata, warna konjungtiva dan sclera
(anemis/ikterik), penggunaan kacamata/lensa kontak, dan
respon terhadap cahaya. Normal: simetris mata kika, simetris
bola mata, kika, warna konjungtiva pink, dan sclera berwarna
putih.
4. Telinga
 Inspeksi: bentuk dan ukurang telinga, kesimetrisan, integritas,
posisi telinga, warna, liang telinga (cerumen/tanda-tanda
infeksi), alat telinga, warna, liang telinga, (cerumen/tanda-
tanda infeksi), alat bantu dengar,
Normal: bentuk dan posisi simetris kika, integritas kulit
bagus, warna sama dengan kulit lain, tidak ada tanda-tanda
infeksi, dan alat bantu dengar.
 Palpasi: nyeri tekan aurikuler, mastoid, dan tragus.
Normal: tidak ada nyeri tekan.
5. Hidung
 Inspeksi: hidung eksternal (bentuk, ukuran, warna,
kesimetrisan), rongga, hidung, (lesi, sumbatan, secret,
pendarahan), hidung internal (kemerahan, lesi, tanda-tanda
infeksi).
Normal: simetris kika, warna sama dengan warna kulit lain,
tidak ada lesi, tidak ada sumbatan, perdarahan dan tanda-
tanda infeksi.
 Palpasi: frontalis dan, maksilaris, (bengkak, nyeri, septum
deviasi).
Normal: tidak ada bengkak dan nyeri tekan.
6. Mulut
 Inspeksi dan palpasi struktur luar: warna mukosa mulut dan
bibir, tekstur, lesi, dan stomatitis.
Normal: warna mukosa mulut dan bibir pink, lembab, tidak
ada lesi dan stomatitis.
 Inspeksi dan palpasi bagian dalam: gigi lengkap/penggunaan
gigi palsu, perdarahan/radang gusi, kesimetrisan, warna,
posisi lidah, dan keadaan langit-langit.
Normal: gigi lengkap, tidak ada tanda-tanda gigi berlubang
atau kerusakan gigi, tidak ada perdarahan atau radang gusi,
lidah simetris, warna pink, lembab, tidak ada lesi dan
stomatitis.
 Inspeksi dan palpasi struktur dalam : gigi
lengkap/penggunaan gigi palsu, perdarahan/radang gusi,
kesimetrisan, warna, posisi lidah, dan keadaan langit-langit.
Normal: gigi lengkap, tidak ada tanda-tanda gigi berlubang
atau kerusakan gigi, tidak ada perdarahan atau radang gusi,
lidah simetris, warna pink, langit-langit utuh dan tidak ada
tanda infeksi.
7. Leher
 Inspeksi leher: warna integritas, bentuk simetris.
Normal: warna sama dengan kulit lain, integritas kulit baik,
bentuk simetris, tidak ada pembesaran kelenjar gondok.
 Inspeksi dan palpasi kelenjar tiroid (nodus/difus, pembesaran,
batas, konsistensi, nyeri, gerakan/perlengkapan pada kulit),
kelenjar limfe (letak, konsistensi, nyeri, pembesaran),
kelenjar parotis, (letak, terlihat/teraba).
Normal: tidak teraba pembesaran kelenjar gondok, tidak ada
nyeri.
8. Thorax
 Inspeksi: kesimetrisan, bentuk/postur dada, gerakan nafas,
(frekuensi, irama, kedalaman, dan upaya
pernafasan/penggunaan otot-otot bantu pernafasan), warna
kulit, lesi, edema, pembengkakan/penonjolan.
Normal: simetris, bentuk dan postur normal, dan tidak ada
tanda-tanda distress pernapasan, warna kulit sama dengan
warna kulit lain, tidak ikterik/sianosis, tidak ada
pembengkakan/penonjolan/edema.
 Palpasi: simetris, pergerakan dada, massa dan lesi, nyeri,
tractile fremitus.
Normal: integritas kulit baik, tidak ada nyeri
tekan/massa/tanda-tanda peradangan, ekspansi simetri, taktil
vremitus cendrung sebelah kanan lebih teraba jelas.
 Perkusi: paru, ekskrusi diafragma (konsistensi dan
bandingkan satu sisi dengan satu sisi lain pada tinggi yang
sama dengan pola berjenjang sisi ke sisi).
 Auskultasi: suara nafas, trachea, bronchus, paru. (dengarkan
dengan menggunakan stetoskop dilapang paru kika, di RIC 1
dan 2, di atas manubrium dan di atas trachea).
Normal: bunyi nafas vesikuler, bronchovesikuler, brochial,
tracheal.
9. Abdomen.
 Inspeksi: kuadran dan simetris, contour, warna kulit, lesi,
scar, ostomy, distensi, tonjolan, pelebaran vena, kelainan
umbilicus, dan gerakan dinding perut.
Normal: simetris kika, warna dengan warna kulit lain, tidak
ikterik tidak terdapat ostomy, distensi, tonjolan, pelebaran
vena, kelainan umbilicus.
 Auskultasi: suara peristaltic (bising usus) di semua kuadran
(bagian diafragma dari stetoskop) dan suara pembuluh darah.
Normal: suara peristaltic terdengar setiap 5-20x/dtk,
terdengar denyutan arteri renalis, arteri iliaka dan aorta.
 Perkusi semua kuadran: mulai dari kuadran kanan atas
bergerak searah jarum jam, perhatikan jika klien merasa nyeri
dan bagaimana kualitas bunyinya. Perkusi hepar: batas,
perkusi limfa: ukuran dan batas. Perkusi ginjal: nyeri.
Normal: timpani, bila hepar dan limfa membesar=redup dan
apabila banyak cairan =hipertimpani.
 Palpasi semua kuadran (hepar, limfa, ginjal kiri dan kanan):
massa, karakteristik organ, adanya asistes, nyeri irregular,
lokasi, dan nyeri dengan cara perawat menghangatkan tangan
terlebih dahulu.
Normal: tidak teraba penonjolan, tidak ada nyeri tekan, tidak
ada massa dan penumpukkan cairan.
10. Eksremitas
 Inspeksi struktur muskuloskletal atas: simetris dan
pergerakan, integritas ROM, kekuatan dan tonus otot.
Normal: simetris kika, integritas kulit baik, ROM aktif
kekuatan otot penuh.
 Palpasi: denyutan a. brachialis dan a. radialis.
Normal :teraba jelas
 Tes reflex: tendon trisep, bisep, dan brachioradialis.
Normal: reflek bisep dan trisep positif
 Inspeksi struktur musculoskeletal bawah: simetris dan
pergerakan, integritas kulit, posisi dan letak, ROM, kekuatan
dan tonus otot.
Normal: simetris kika, integritas kulit baik, ROM aktif,
kekuatan otot penuh.
 Palpasi : a. femoralis, a. popliteal, a. dorsalis pedis:denyutan.
Normal: teraba jelas.
 Tes reflex: tendon patella dan archiles.
Normal: reflex patella dan archiles positif.
3.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Dx :hipertermia yang berhubungan dengan penyakit ditandai oleh kulit
kemerahan.
Tujuan : suhu tubuh normal
Kriteria : a. tidak ada tanda-tanda peningkatan suhu tubuh
b. TTV dalam batas normal
Intervensi :
a. Monitor suhu sesering mungkin.
b. Monitor warna dan suhu kulit.
c. Monitor TTV
d. Monitor penurunan tingkat kesadaran
e. Monitor intake dan output
f. Kompres hangat
g. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian antiseptic dan antibiotic
h. Tingkatkan sirkulasi udara.
i. Anjurkan untuk banyak minum air putih.
2. Dx : Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera biologis
(mis.,infeksi,iskemia,neoplasma) yang di tandai oleh mengekspresikan
perilaku (mis.,gelisah,merengek,menangis,waspada), keluhan intensitas
menggunakan skala nyeri (mis.,skala Wong-baker FACES,skala analog
visual, skala penilaian numeric)

Tujuan : rasa nyaman nyeri dapat teratasi

Kriteria:

- Mampu mengontrol nyeri


- Mampu menggunakan tekhnik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri.
- Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang.
Intervensi :
a. Kaji lokasi dan sifa ketidaknyamanan/nyeri
b. Berikan instruksi mengenal nyeri (skala, intensitas, frekuensi)
c. Instruksikan klien dalam melakukan teknik relaksasi, memberikan aktivitas
pengalihan seperti: radio, televise, membaca.
d. Kurangi faktor presipitasi nyeri.
e. Kolaborasi:
1) Berikan analgetik/antipiretik
2) Berikan kompres panas lokal
3) Jika ada keluhan dan tindakan nyeri tidak berhasil
4) Evaluasi keefektifan kontrol nyeri.
f. Monitor penerimaan pasien tentang manajemen nyeri.
3. Dx: resiko infeksi yang berhubungan dengan kurangnya pengetahuan
untuk menghindari pemajanan pathogen.
Tujuan: klien akan mengambil tindakan untuk mencegah/menurunkan resiko
penyebaran infeksi.
Kriteria:
a. Suhu tubuh dalam batas normal
b. Awasi suhu sesuai indikasi
c. Pengetahuan meningkat mengenai resiko infeksi dan pencegahannya.

Intervensi:

a. Kaji patologi penyakit dan potensial penyebaran infeksi


b. Awasi suhu sesuai indiksi
c. Pertahankan kebijakan mencuci tangan dengan ketat untuk staf, klien dan
pengunjung.
d. Anjurkan/demonstrasikan pembersihan perineum yang benar setalah
berkemih, defekasi dan sering ganti balutan.
e. Demonstrasikan masase fundus yang tepat
f. Monitor TTV
g. Observasi tanda infeksi lain
h. Kolaborasi: pantau pemeriksaan laboratorium
4. Dx:ansietas berhubungan dengan penularan interpersonal ditandai oleh
gelisah, nyeri abdomen, dorongan sering berkemih.
Tujuan: klien dapat mengungkapkan secara verbal rasa cemas dan mengatakan
perasaan cemas berkurang atau hilang.
Kriteria:
a. Mengidentifikasi, mengungkapkan dan menunjukkan tekhnik untuk
mengontrol cemas
b. Vital sign normal
c. Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa tubuh menunjukka berkurangnya
kecemasan.
Intervensi:
a. Gunakan pendekatan yang menyenangkan
b. Kaji respon psikologis klien terhadap perdarahan paska persalinan
c. Kaji rspon fisiologis klien (takikardia, takipnea, gemetar)
d. Perlakukan pasien secara lembut, empati, serta sikap mendukung
e. Berikan informasi tentang perawatan dan pengobatan
f. Bantu klien mengidentifikasi rasa cemasnya
g. Kaji mekanisme koping yang di gunakan klien
h. Temani pasien untuk memberikan keamanan dan mengurangi takut
i. Dorong keluarga untuk menemani anak.
j. Dengarkan dengan penuh perhatian
k. Bantu pasien mengenal situasi yang menimbulkan kecemasan
l. Dorongan pasien untuk mengungkapkan perasaan, ketakutan, persepsi
m. Instrusikan pasien menggunakan teknik relaksasi
n. Kolaborasi dengan dokter untuk member obat untuk mengurangi kecemasan.
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Radang atau infeksi pada alat-alat genetal dapat timbul secara akut dengan
akibat meninggalnya penderita atau penyakit bisa sembuh sama sekali tanpa bekas atau
dapat meninggalkan bekas seperti penutupan lumen tuba. Penyakit ini bisa juga
menahun atau dari permulaan sudah menahun. Salah satu dari infeksi tersebut adalah
pelbiksitis, adneksitis dan salpingitis. Pada umunya penyakit penyakit yang terjadi
memiliki tanda dan gejala serta penanganan masing-masing, untu mencegahnya
diperlukan kebersihan dari diri setiap masing-masing individu.
4.2 Saran

Demi kesempurnaan makalah kami, maka kami meminta saran serta kritik yang
mendukung demi kesempurnaan makalah ini. Diharapkan agar dapat member masukan
berupa kritik dan saran yang bersifat membangun tentang infeksi traktus genetalia.
DAFTAR PUSTAKA

Fitri, D. F. (2018). Traktus Genetalia. 32.

Lestari, P. E. (2010). Peran Faktor Virulensi Pada Patogenesis Infeksi Candida Albicans.
Stomatognatic (J.K.G.Unej) Vol. 7 No.2010: 113-17 , 113-117.

Wirantari, N. (2018). Peran Lactobacillus Pada Managemen Infeksi Endogen Genetalia


Wanita. Vol. 45. No. 2 Tahun 2018 , 100-104.

Anda mungkin juga menyukai