Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

PENGANTAR PENDIDIKAN

MASYARAKAT SEBAGAI LINGKUNGAN PENDIDIKAN

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 11

1. DWIKI MEILA ROSA (E1MO17018)


2. ELMI ROYANI (E1M017020)

PENDIDIKAN KIMIA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MATARAM

2018
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, Puja dan Puji hanya layak tercurahkan kepada Allah SWT., karena atas
limpahan karunia-Nya. Shalawat serta salam semoga tercurahkan kepada Rasulullah Muhammad
SAW, manusia istimewa yang seluruh getar hatinya kebaikan. Sehingga penulis dapat
menyelesaiakan tugas ini tepat pada waktumya.

Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang “ MASYARAKAT
SEBAGAI LINGKUNGAN PENDIDIKAN “, yang kami sajikan berdasarkan pengamatan dari
berbagai sumber. Makalah ini disusun oleh penyusun dengan berbagai rintangan. Baik itu yang
datang dari penyusun maupun yang dating dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan
terutama pertolongan dari Tuhan akhirnya makalah ini dapat terselesaikan. Walaupun makalah
ini kurang semurna dan memerlukan perbaikan tapi juga memiliki detail yang cukup jelas bagi
pembaca. Penulis menyimpulkan bahwa tugas ini belum sempurna, oleh karena itu penulis
menerima saran dan kritik, guna kesemurnaan tugas ini agar bermanfaat bagi penulis dan
pembaca pada unumnya.

Mataram,16 April 2018

Kelompok 11
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..............................................................................................1

KATA PENGANTAR............................................................................................2

DAFTAR ISI...........................................................................................................3

BAB I: PENDAHULUAN.....................................................................................4

A .Latar Belakang Masalah...............................................................................4

B. Rumusan Masalah.........................................................................................4

C. Tujuan............................................................................................................4

BAB II: PEMBAHASAN.....................................................................................5

A. .......................................................................................................................5

B.......................................................................................................................11

BAB III: PENUTUP............................................................................................13

A. Kesimpulan ..............................................................................................13

B. Saran..........................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................14
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan suatu proses ynag kompleks dan melibatkan berbagai


pihak, khususnya keluarga, sekolah dan masyarakat sebagai lingkungan pendidikan yang
dikenal sebagai tripusat pendidikan. Fungsi dan peranan tri pusat pendidikan itu, baik
sendiri maupunbersama-sama,merupakan factor penting dalam mencapai tujuan
pendidikan yakni membangun manusia Indonesia seutuhnya serta menyiapkan sumber
daya manusia pembangunan yang bermutu.

Lingkungan (environment) merupakan salah satu unsure/komponen pendidikan.


Lingkungan itu bermacam-macam yang satu dengan yang lain saling pengaruh-
mempengaruhi berdasarkan fungsinya masing-masing dan kelancaraan proses dan hasil
pendidikan. Sebagaimana pendidikan umumnya, kita mengetahui bahwa pendidikan
merupakan suatu kegiatan yang universal dalam kehidupan manusia, baik dalam
lingkungan keluarga dan guru dilingkungan sekolah. Pengaruh serta timbal balik
pendidikan disekolah,keluarga dan masyarakat sangatlah penting karena itu sangatlah
menentukan kejiwaan serta tingkah laku anak didik dalam kehidupan social masyarakat.
Pemahaman peranan keluarga, sekolah dan masyarakat sebagai lingkungan pendidikan
akan sangat penting dalam upaya membantu perkembangan peserta didik secara optimal.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana yang dikatakan dengan komunitas pembelajaran?
2. Bagaimana cara memperkuat pendidikan masyarakat ?
3. Bagaimana yang dikatakan dengan pendidikan yang berbasis masyarakat?
4. Apa saja jenis kemitraan sekolah dengan masyarakat untuk pendidikan?

C. Tujuan pembahasan
1. Mengetahui komunitas pembelajaran pada masyarakat
2. Mengetahui cara memperkuat pendidikan masyarakat
3. Mengetahui apa itu pendidikan berbasis masyarakat
4. Mengetahui jenis kemitraan sekolah dengan masyarakat untuk pendidikan
BAB II
PEMBAHASAN
A. Komunitas Pembelajaran
1. Definisi
Sange (1990) mendefinisikan komunitas adalah sebuah organisasi dimana
anggotanya mengembangkan kapasitasnya secara terus menerus untuk mencapai hasil
yang diinginkan. Dalam komunitas belajar terlihat saling bantu membantu antara
anggota komunitas. Kelas sebagai suatu komunitas dapat dibentuk menjadi komunitas
belajar melalaui upaya guru untuk membuat situasi dan kondisi kelas yang
memungkinkan tumbuhnya suasana komunitas.
Dengan demikian, definisi komunitas adalah suatu perkumpulan dari beberapa
orang untuk membantu suatu organisasi yang memiliki kepentingan bersama. Selain
itu, komunitas dapat merujuk padaarti warga dalam sebuah kota, desa atau bahkan
Negara. Seperti yang kita ketahui warga perkotaan juga memiliki tujuan yang sama
yaitu untuk dapat tinggal dan hidup dikota tersebut.
Komunitas pendidikan dikenal sebagai pendidikan berbasis masyarakat atau
pembelajaran dan pengembangan berbasis komunitas. Di Skotlandia hal ini bermakna
pembelajaran dan pengembangan social bagi individu dan kelompok dalam
masyarakat dengan menggunakan berbagai metode formal dan informal. Tujuan
pembelajaran dan pengembangan masyarakat adalah untuk mengembangkan
kapasitas individu dan kelompok dari segala usia melalui tindakan dan kapasitas
masyarakat untuk meningkatkan kualitas hidup mereka.

Masyarakat adalah sekelompok manusia yang berintegrasi secara terorganisasi ,


menempati daerah tertentu, dan mengikuti suatu cara hidup atau budaya tertentu. Ada
dua jenis masyarakat, yaitu masyarakat pedesaan (ruralcommunity) dan masyarakat
perkotaan (urban community).

Dalam konteks pendidikan, masyarakat merupakan lingkungan keluarga dan


sekolah. Pendidikan yang dialami dalam masyarakat ini, telah mulai ketika anak-anak
untuk beberapa waktu setelah lepas dari asuhan keluarga dan berada di luar dari
pendidikan sekolah. Dengan demikian, berarti pengaruh pendidikan tersebut
tampaknya lebih luas.

Corak dan ragam pendidikan yang dialami seseorang dalam masyarakat banyak
sekali, ini meliputi segala bidang, baik pembentukan kebiasaan-kebiasaan,
pembentukan pengertia-pengertian (pengetahuan), sikap dan minat, maupun
pembentukan kesusilaan dan keagamaan.

Adapun fungsi masyarakat sebagai lingkungan pendidikan, karena masyarakat


merupakan tempat berlangsungnya pendidikan bagi anak, dan di dalam masyarakat
terdapat berbagai sumber belajar bagi anak. Pendidikan anak dalam lingkungan
masyarakat dapat berfungsi sebagai pelengkap, penambah, dan mungkin juga
pengembang pendidikan di dalam keluarga dan sekolah, bahkan dapat berfungsi
sebagai pengganti pendidikan di sekolah. Selain tanggungjawab pemerintah,
pendidikan di lingkungan juga harus menjadi tanggung jawab bersama para orang
dewasa yang ada di lingkungan masyarakat yang bersangkutan.

2. Manfaat sebuah komunitas


Manfaat dari sebuah komunitas pembelajaran antara lain:
 Memberikan kesempatan kepada guru untuk meningkatkan pengajaran
mereka,
 Mendorong siswa, guru dan orang tua untuk bekerja sama,
 Menyediakan informasi dan pembelajaran kepada semua stakeholder
 Meningkatkan kualitas dan kedalaman berpikir
 Mendorong proses inkuiri dimana komunitas belajar bersama
 Membangun keterampilan untuk mengelola perubahan
 Menghubungkan sekolah dengan lingkungan yang lebih luas
 Menciptakan kaitan dan integrasi mata pelajaran di dalam kurikulum
 Menggunakan hasil assesmen yang menunjukkan bahwa siswa mengetui dan
dapat melakukannya
 Terus menerus memeriksa apakah perkataan sesuai dengan perbuatan
 Menekankan pentingnya tempat untuk belajar
 Melaksanakan pelatihan untuk memenuhi kebutuhan individu dan system
 Mendorong peningkatkan melalui program pengembangan
 Memeriksa kembali pandangan tentang pelaksanaan belajar-mengajar
B. Memperkuat Pendidikan Masyarakat
Partisipasi orang tua ini sangat tergantung pada ciri dan kreativitas sekolah dalam
menggunakan pendekatan kepada mereka. Artinya masyrakat akan berpartisipasi secara
optimal terhadap penyelenggaraan pendidikan di sekolah sangat tergantung pada apa dan
bagaimana sekolah melakukan pendekatan dalam rangka memberdayakan mereka
sebagai mitra penyelenggaraan sekolah yang berkualitas. Oleh sebab itu orang tua/
masyarakat yang tidak mendapatkan penjelasan dan informasi dari sekolah tentang apa
dan bagaimana mereka dapat membantu sekolah (lebih-lebih di daerah perdesaan) akan
cenderung tidak tahu apa yang harus mereka lakukan bagaimana mereka harus
melakukan untuk membantu sekolah.
Di Amerika Serikat dikenal pendidikan masyarakat model Wisconsin. Model ini
menyediakan kerangka kerja bagi distrik sekolah setempat untuk melaksanakan atau
memperkuat pendidikan masyarakat. Seperangkat prinsip pendidikan masyarakat
dikembangkan oleh Larry Horyna dan Larry Decker untuk koalisi maasyarakat
pendidikan nasional tahun 1991. Kelima prinsip itu disajikan berikut ini:
1. Penentuan nasib sendiri : orang-orang local dalam posisi terbaik untuk
mengidentifikasi kebutuhan dan keinginan masyarakat. Orang tua, anak tertua, dan
pihak lain yang berkemampuan memiliki hak dan tanggung jawab untuk terlibat
dalam pendidikan anak-anak mereka.
2. Menyangga diri sendiri : orang-orang terbaik dilayani saat kapasitas mereka masih
memerlukan bantuan untuk kemudian mereka sendirilah yang mendorong dan
meningkatkan dirinya.ketika mereka telah memiliki tanggung jawab yang semakin
meningkat untuk kesejahteraan mereka sendiri, mereka akan memperoleh
kemerdekaan, bukan ketergantungan.
3. Pengembangan kepemimpinan: mengidentifikasi, membangun, dan menggunakan
kapasitas kepemimpinan warga local merupakan prasyarat untuk membantu diri
sendiri dan terusmenerus berupaya memperbaiki masyarakat.
4. Lokalisasi: jasa, program, kegiatan dan peluang keterlibatan masyarakat lainnya
dibawa keposisi paliing dekat dengan tempat tinggal orang yang memiliki potensi
terbesar untuk meningkatkan partisipasi masyarakat yang tinggi. Bila mungkin
kegiatan ini harus didesentralisasikan ke lokasi yang mudah diakses public.
5. Pengiriman jasa terpadu: organisasi dan lembaga yang beroprasi untuk kepentingan
umum dapat menggunakan sumber daya mereka yang terbatas, memenuhi tujuan
mereka sendiri, dan melayani masyarakat secara lebih baik melalui hubungan kerja
yang erat dengan organisasi lain dan instansi terkait sesuai dengan tujuan.
6. Penggunaan sumber daya yang maksimum: fisik, keuangan, dan sumber daya
manusia dimasyarakat harus saling berhubungan dan digunakan untuk mereka
sepenuhnya jika berbagai kebutuhan dan kepentingan masyarakat ingin dipenuhi.
7. Inklusif: menghindari pemisahan atau isolasi masyarakat atas dasarumur, pendapatan,
jenis kelamin,ras, etnis, agama, atau factor lain yang dapat mengahambat
perkembangan penuh masyarakat. Program, kegiatan,dan jasa komunitas harus
melibatkan seluas mungkin warga masyarakat.
8. Kecekatan: lembaga public memiliki tanggung jawab untuk mengembangkan
program dan jasa yang merespon secara cepat kebutuhan yang terus berubah dan
kepentingan konstituen mereka.
9. Belajar sepanjang hayat: belajar dimulai sejak lahir dan berlanjut hingga kematian.
Kesempatan belajar baik formal maupun informal harus tersedia bagi wargadari
segala usia dalam berbagai macam pengaturan masyarakat.

C. Pendidikan Berbasis Masyarakat

Dalam mengembangkan pendidikan berbasis masyarakat seharusnya pemerintah


memberikan pelayanan terbaik bagi masyarakat. Melayani masyarakat, merupakan pilar
utama dalam memberdayakan dan membantu masyarakat dalam menemukan kekuatan
dirinya untuk bisa berkembang secara optimal. Oleh karena itu, masyarakat harus
diposisikan sebagai fokus pelayanan utama.
Berdasarkan pertimbangan tersebut, Sanafiah Faisal mengemukakan bahwa
hubungan antar sekolah (pendidikan) dengan masyarakat paling tidak, bisa dilihat dari
dua segi berikut:

1. Sekolah sebagai patner masyarakat di dalam melaksanakan fungsi pendidikan. Dalam


konteks ini, berarti keduanya, yaitu sekolah dan masyarakat dilihat sebagai pusat-pusat
pendidikan yang potensial dan mempunyai hubungan yang fungsioanal.
a. Fungsi pendidikan di sekolah sedikit banyak dipengaruhi pula oleh corak
pengalaman seseorang di lingkungan masyarakat.
b. Fungsi pendidikan di sekolah akan dipengaruhi oleh sedikit banyaknya serta
fungsional tidaknya pendayagunaan sumber-sumber belajar di masyarakat.
2. Sekolah sebagai prosedur yang melayani pesan-pesan pendidikan dari masyarakat
lingkungannya. Hal ini berarti antara masyrakat dengan sekolah memiliki ikatan
hubungan rasional berdasarkan kepentingan di kedua belah pihak. Berkenaan dengan
sudut pandang tersebut, berikut ini dideskripsikan tentang hubungan rasional
dimaksud:
a. Sebagai lembaga layanan terhadap kebutuhan pendidikan masyarakatnya.
b. Akurasi sasaran atau target pendidikan yang ditangani oleh lembaga atau
organisasi persekolahan.
c. Penunaian fungsi sekolah sebagai pihak yang dikontrak untuk melayani
pesanan-pesanan pendidikan oleh masyarakatnya.

Esensi pendidikan berbasis masyarakat akan makin kuat dan menguat sejalan
dengan keputusan politik disentralisasii pemerintahan.praksis ini dilegitimasi dalam UU
No. 20 Tahun 2003 tentang sisdiknas yang menyebut bahwa “ pendidikan berbasis
masyarakat adalah penyelenggaraan pendidikan berdasarkan kekhasan agama, social,
budaya, aspirasi dan potensi masyarakat sebagai perwujudan pendidikan dari, oleh, dan
untuk masyarakat.” Frasa “ Potensi Masyarakat” disini dapat jugabermakna kemampuan
masyarakat mendanai program-proogram pendidikan yang dibangunnya, serta
kemampuan orang tua murid menanggung beban pembiayaan ketika mendaftarkan
anaknya kesekolah-sekolah tertentu.

Pasal 55 UU Sisdiknas mempertegas esensi pendidikan berbasis masyarakat


dimaksud. Pertama, masyarakat berhak menyelenggarakan pendidikan berbasis
masyarakat pada pendidikan formal dan nonformal sesuai ndengan kekhasan agama,
lingkungan social, dan budaya untuk kepentingan masyarakat. Kedua, penyelenggaraan
pedidikan berbasis masyarakat mengembangkan dan melaksanakan kurikulum dan
evaluasi pendidikan, serta manajemen dan pendanaannya sesuai dengan SNP. Ketiga,
dana penyelenggaraan pendidikan berbasis masyarakat dapat bersumber dari
penyelenggaraan, masyarakat, pemerintah, pemerintah daerah dan/atau sumber lain yang
tidak berpenentangan dengan peraturan perundang-undangan. Keempat, lembaga
pendidikan berbasis masyarakat dapat memperoleh bantuan teknis, subsidi dana, dan
sumber daya lain secara adil dan merata dari pemerintah dan/atau pemerintah daerah.

D. Kemitraan Sekolah-Masyarakatuntuk Pendidikan

Secara etimologis, kata atau istilah kemitraan adalah kata turunan dari kata dasar
mitra. Mitra, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia artinya teman, sahabat, kawan kerja.
Kemitraan diartikan sebagai hubungan kooperatif antara orang atau kelompok orang yang
sepakat untuk berbagi tanggungjawab untuk mencapai tujuan tertentu yang sudah
ditetapkan.

Dalam kemitraan yang berlaku adalah prinsip egaliter. Masing-masing pihak yang
bermitra memiliki posisi dan tanggung jawab yang sama. Hubungan atasan-bawahan
tidak berlaku dalam konteks kemitraan. Masing-masing menjalankan fungsi dan perannya
sesuai dengan tugas dan batas-batas wewenang yang dimiliki.

Selain berkaitan dengan fungsi dan peran masing-masing dalam kemitraan, dalam
kemitraan tercakup dimensi kepentingan yang dijadikan andalan. Model kemitraan
mengandalkan pada kepentingan pribadi orangtua dan anggota masyarakat yang mau
tidak mau membuat mereka berpartisipasi dalam aktifitas yang berkaitan dengan sekolah.

Kemitraan memandang semua pihak yang memiliki kepentingan terhadap sekolah


merupakan pihak yang dapat didayagunakan dan mampu membantu sekolah dalam
rangka peningkatan mutu pendidikan. Ada hal-hal yang harus diperhatikan dalam
kemitraan. Grant (1979:128) mengingatkan bahwa kemitraan tidak boleh mengabaikan
prinsip akuntabilitas dan kemandirian. Dalam hal menumbuhkan kemandirian, secara
eksplisit Grant menganjurkan agar setelah terbentuknya kelompok kemitraan masing-
masing anggota harus menjaga kentralan khususnya dalam segi politik.

Kemitraan harus dianggap sebagai sumber koneksi antara sekolahdan sumberdaya


masyarakat. Kemitraan tersebut dapat dilakuakan dengan mellibatkan penggunaan
lingkungan atau fasilitas dan peralatan sekolah, berbagai sumber daya lainnya, aplikasi
kolaboratif, dan penggalangan dana hibah, bantuan sukarela, bimbingan dan pelatihan
dari para professional dan orang lain dengan keahlian khusus, berbagi informasi dan
penyebaran, jaringan, hubungan masyarakat, berbagi tanggung jawab untuk perencanaan,
perencanaan dan evaluasi program dan jasa, serta memperluas program untuk magang,
pekerjaan, rekreasi, dan membangun rasakebersamaan.

Kemitraan sekolah-komunitas dapat menciptakan interkoneksi bersama dari


banyak sumber daya dan strategi untuk meningkatkan dukungan masyarakat bagi semua
keluarga dan keluarga mereka. Mereka memiliki kapasitas untuk meningkatkan dukungan
masyarakat bagi semua pemuda dan keluarga mereka. Mereka memiliki kapasitas untuk
meningkatkan kinerja sekolah, memperkuat lingkungan, dan mereduksi permasalahan
pada kalangan anak muda. Membangun kemitraan memerlukan visi, perencanaan
strategis, kepemimpinan kreatifdan peran baru bagi para professional yang bekerja di
sekolah dan masyarakat. Ada berbagai kegiatan dimana sekolah bisa terlibat untuk
membangun/meningkatkan kemitraan sekolah-masyarakat, seperti disajikan dibawah ini:

1. Mendorong masyarakat menggunakan fasilitas sekolah: sering kali gedung


sekolah kosong melompong setelah akhir hari-hari sekolah normal. Mendorong
masyarakat atau kelompok nirlaba untuk menggunakan fasilitas ini tidak hanya
mengoptimasi sumber daya sekolah, tetapi juga memberikan peluang bagi sekolah
untuk terlibat dalam proyek-proyek komunitas.
2. Perjamuan,dimana setidaknya sekali setahun dilakukan konser music atau
mengundang warga ke perjamuan makan siang disekolah. Perjamuan dapat
disponsori oleh organisasi pelayanan sekolah, korporasi non-profit, atau dunia
usaha. Biasanya orang tuabersedia datang untuk membantu dalam persiapan
kegiatan semacam ini, termasuk menyediakan makanan.
3. Minggu kembali kesekolah, dimana ditetapkan satu minggu selama tahun sekolah
mengundang orang tua atau anggota masyarakat untuk hadir. Pertemuan ini bisa
dimanfaatkan untuk penggalangan dana dan hubungan pembantuan.
4. Hari karir, dimana sekolah menentukan hari karir tahunan. Hal ini tidak hanya
bernilai pendidikan yang baik bagi siswa, melainkan juga membantu orang-orang
bisnis local untuk mempelajari lebih lanjut tentang sekolah dan kebuuhan sekolah
itu. Juga membantu memahami kebutuhan kerja didaerah itu.
5. Siaran pers, dimana berita rilis yang dikirim kemedia local bisa menjadi strategi
yang baik untuk membangun hubungan masyarakar dan program penjangkauan
masyarakat.
6. Prospectus, berita singkat atau newsletters, dimana hal ini disediakan secara
periodic tidak hanya kepada keluarga siswa, tetapi juga kepadaanggota dewan,
para pemimpin bisnis, dan anggota masyarakat lainnya. Database sederhana dapat
digunakan untuk menyertakan orang-orangbaru, mendorong anggota komunitas
sekolah menyarankan orang lain yang mungkin dimasukkan dalam data mailing.
7. Honor roll, dimana dimedia local sekolah menerbitkan daftar siswayang membuat
prestasi yang signifikan selama tahun sekolah yang berjalan.
8. Kartu emas, dimana siswa yang berprestasi dapat diberikan kartu khusus, yang
misalnya bisa digunakan untuk mendapatkan diskon ketika berbelanja. Beberapa
perusahaan menyediakan pengurangan harga pada item tertentu ditoko mereka,
sementara yang lain memungkinkan siswa untuk memiliki sesuatu secara gratis,
misalnya retal gratisvideo,akses internet,dll
Kemitraan dalam opersionalnya merupakan sebuah kerjasama antara orang atau
kelompok orang yang berkomitmen untuk berbagi tanggungjawab untuk mencapai satu
tujuan bersama-pendidikan yang bermutu bagi semua, terutama bagi golongan
masyarakat miskin. Dalam kerjsama tersebut terdapat berbagi jenjang:
 Jaringan (networking): yang dapat membantu mitra untuk bekerja lebih baik.
 Koordinasi (coordination): melakukan penyesuaian agar dapat mengakomodasi
yang lain supaya tidak saling konflik.
 Kooperasi (cooperation): melakukan penyesuaian agar dapat mengakomodasi
yang lain.
 Kolaborasi (collaboration): aspek ini pekerjaan menjadi tanggungjawab masing-
masing sesuai bidang keahlian dan akhirnya berbagi hasil bersama.
Kemitraan dalam pembangunan diimplementasikan dengan menggunakan prinsip
PACTS:
 Partisipasi (Participation): Semua pihak memiliki kesempatan yang sama untuk
menyatakan pendapa untuk mengampil keputusan yang akan diseakati bersama.
 Akseptasi (Acceptable): saling menerima dengan apa adanya dalam kesetaraan.
Masing-masing memiliki fungsinya sendiri-sendiri.
 Komunikasi (Communication): masing-masing pihak harus mau dan mampu
mengkomunikasikan dirinya serta rencana kerjanya sehingga dapat
dikoordinasikan dan disinergikan.
 Percaya (Trust): saling mempercayai dan dapat dipercaya untuk membina
kerjasama. Di sini transparansi menjadi tuntutan dan tidak bisa ditawar.
 Berbagi (Share): semua yang terlibat dalam kemitraan harus mampu membagikan
diri dan miliknya (waktu, harta dan kemampuan) untuk mencapai tujuan bersama.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Definisi komunitas adalah suatu perkumpulan dari beberapa orang untuk
membentu satu organisasi yang memiliki kepentingan bersama. Dalam komunitas belajar
terlihat saling bantu membantu diantara anggota komunitas.
Partisipasi orang tua ini sangat tergantung pada ciri dan kreativitas sekolah dalam
menggunakan pendekatan kepada mereka. Artinya masyrakat akan berpartisipasi secara
optimal terhadap penyelenggaraan pendidikan di sekolah sangat tergantung pada apa dan
bagaimana sekolah melakukan pendekatan dalam rangka memberdayakan mereka
sebagai mitra penyelenggaraan sekolah yang berkualitas. Oleh sebab itu orang tua/
masyarakat yang tidak mendapatkan penjelasan dan informasi dari sekolah tentang apa
dan bagaimana mereka dapat membantu sekolah (lebih-lebih di daerah perdesaan) akan
cenderung tidak tahu apa yang harus mereka lakukan bagaimana mereka harus
melakukan untuk membantu sekolah.
Dalam mengembangkan pendidikan berbasis masyarakat seharusnya pemerintah
memberikan pelayanan terbaik bagi masyarakat. Melayani masyarakat, merupakan pilar
utama dalam memberdayakan dan membantu masyarakat dalam menemukan kekuatan
dirinya untuk bisa berkembang secara optimal

Kemitraan dalam opersionalnya merupakan sebuah kerjasama antara orang atau


kelompok orang yang berkomitmen untuk berbagi tanggungjawab untuk mencapai satu
tujuan bersama-pendidikan yang bermutu bagi semua, terutama bagi golongan
masyarakat miskin.

B. SARAN
Pendidikan yang baik adalahh pendidikan yang mampu memberikan keteladanan
dalam hal berprilaku,memberikan fasilitas dalam hal mengembangkan dan melaksanakan
kegiatan pendidikan dan semua itu harus dijunjung dengan lingkungan pendidikan yang
konduktif
DAFTAR PUSTAKA

Arief S. Sadiman. 2010. Media Pendidikan: Pengertian Pengembangan dan Pemanfaatanya.


Jakarta: Rajawali Pers.

Danim,Sudarwan.2017.Pengantar Kependidikan.Bandung: Alfabeta.

Departemen Pendidikan Nasional Dirjen Mandikdasmen. 2006. Pemberdayaan Komite Sekolah.

Dwiningrum. Siti Irene Astuti. 2011. Desentralisasi dan Partisipasi Masyarakat dalam
Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Hasbullah. 2009. Dasar-dasar llmu Pendidikan. Ed. Revisi. Jakarta. Rajawali Pers.

Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi
Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka.

Nana Syaodih Sukmadinata. 2007. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Jakarta: PT.Remaja
Rosdakarya.

Sumber : https://ilmurahmad.blogspot.co.id/2015/11/makalah-masyarakat-sebagai-
ingkungan.html?m=1

Anda mungkin juga menyukai