Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

SOSIOLOGI PENDIDIKAN

Tentang

PENDIDIKAN DAN PRANATA SOSIAL

Dosen Pembimbing :

Andika Dirsa, M.Pd

Disusun Oleh :

Kelompok 2

Nurul Faizah Sholehah : 2114070003

Syabrina Muchildvi : 2114070016

Lailatul Fadhila : 2114070028

Wenti Zarisman : 2114070039

PRODI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
IMAM BONJOL PADANG
1445 H / 2024 M
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang maha pengasih lagi maha penyayang,
segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam yang telah melimpahkan taufiq, hidayah, serta
inayahnya kepada kami sehingga dapat menyelesaikan makalah ini. Shalawat serta salam
selalu tercurah kepada Nabi Muhammad SAW.

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini bisa terwujud atas bantuan
dan jasa dari berbagai pihak, baik bantuan moril maupun materil. Untuk itu penulis tidak lupa
mengucap terima kasih kepada Dosen Pengampu Mata kuliah sosiologi pendidikan, Andika
Dirsa M.Pd yang telah memberikan tugas ini sehingga kami dapat menambah wawasan dari
berbagai sumber bacaan.

Kami berharap makalah ini bermanfaat bagi penulis dan pembaca pada umumnya.
Dan kami menyadari masih terdapat banyak kekurangan dari makalah ini, maka dari itu kami
mengharapkan banyak kritik serta saran agar kami dapat memperbaikinya dimasa yang akan
datang.

Padang, 15 Maret 2024

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................... i


DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................... 1
A. Latar Belakang .............................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................................ 1
C. Tujuan ............................................................................................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................................... 2
A. Pengertian Pendidikan dan Pranata Sosial ................................................................ 2
B. Visi Misi Pendidikan Nasional ..................................................................................... 4
C. Hubungan Pendidikan dan Pranata Sosial ................................................................ 5
D. Tujuan Pranata Sosial .................................................................................................. 5
E. Pranata Keluarga, Masyarakat, dan Pemerintah dalam Pendidikan .................... 6
BAB III PENUTUP ................................................................................................................ 17
A. Kesimpulan .................................................................................................................. 17
B. Saran ............................................................................................................................ 17
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 18

ii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan adalah memanusiakan manusia yang bertujuan menganalisis
perkembangan dan kemajuan sosial. Pendidikan juga merupakan sebuah proses sehingga
pendidikan dapat dijadikan instrumen oleh individu untuk berinteraksi secara tepat di
komunitas dan masyarakatnya. Pendidikan diselenggarakan untuk manusia Indonesia,
sehingga manusia Indonesia memiliki kemampuan. mengembangkan diri, meningkatkan
mutu kehidupan, meningkatkan martabat dalam rangka mencapai tujuan nasional.
Dalam mencapai tujuan pendidikan tersebut dibutuhkan adanya perandari pranata
sosial untuk mendukung terselenggarakannya proses pendidikan yangdiharapkan. Pranata
sosial memiliki tujuan utama berupa kebutuhan khususmasyarakat. Misalnya: demi
tercapainya sasaran lembaga, tiap lembagamempunyai fungsi ganda yang
harus dilaksanakan.
Dalam mewujudkan pendidikan yang bermutu dan berkualitas, harus adahubungan
yang harmonis antara sekolah, keluarga, masyarakat, serta lembagalembaga lain yang ada
dalam masyarakat. Setiap unsur mempunyai peran danfungsi masing-masing yang saling
mendukung satu dengan yang lain, sehingga membentuk suatu kesatuan
dalam sebuah sistem.

B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian pendidikan dan pranata sosial?
2. Apa Visi Misi Pendidikan Nasional?
3. Bagaimana Hubungan pendidikan dan pranata sosial?
4. Apa Tujuan Pranata sosial?
5. Bagaimana pranata keluarga, masyarakat, dan pemerintah dalam pendidikan?

C. Tujuan
1. Dapat mengetahui apa itu pendidikan dan pranata sosial.
2. Dapat mengetahui visi misi pendidikan nasional.
3. Dapat mengetahui bagaimana hubungan pendidikan dan pranata sosial.
4. Dapat mengetahui apa saja tujuan pranata sosial.
5. Dapat mengetahui bagaimana pranata keluarga, masyarakat, dan pemerintahan dalam
pendidikan.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Pendidikan dan Pranata Sosial


Pendidikan diselenggarakan sebagai proses pembudayaan dan. pemberdayaan
anak didik yang berlangsung sepanjang hayat. Pendidikan. dijadikan sebagai sarana
pembelajaran bagi anak didik, sesungguhnya pendidikan tersebut mengajarkan kepada
anak didik untuk menjadi anggota masyarakat yang baik dan senantiasa mentaati aturan-
aturan yang berlaku dalam masyarakat.
Pendidikan merupakan kebutuhan mutlak bagi kehidupan manusia yang harus
dipenuhi sepanjang hayat. Tanpa pendidikan mustahil manusia dapat berkembang secara
baik. Pendidikan dapat diartikan sebagai sebuah proses dengan metode-metode tertentu
sehingga orang memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan cara bertingkah laku yang
sesuai dengan kebutuhan. Menurut Al-Gajali tujuan dari pendidikan adalah mendekatkan
diri kepada allah, bukan pangkat dan bermengah-mengahan dan janganlah hendaknya
seorang pelajar itu belajar untuk mencari pangkat, harta, menipu orang bodoh atau
bermengah- mengahan dengan kawan.
Mengingat pendidikan adalah proses hidup dan kehidupan manusia, maka
tujuannya pun mengalami perubahan dan perkembangan sejalan dengan perubahan dan
perkembangan zaman. Dalam hal ini tujuan khusus sebagai pedoman operatif praktis
dituntut untuk senantiasa siap memberi hasil guna, baik. bagi keperluan menciptakan dan
mengembangkan ilmu-ilmu baru, maupun membina sikap hidup kritis dan pola tingkah
laku baru serta kecenderungan- kecenderungan baru (Abdullah Idi dan Safarina, 2020).
Pada dasarnya pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang
atau kelompok orang dalam usaha untuk mendewasakan manusia melalui upaya
pengajaran atau pelatihan. Di Indonesia, pendidikan dapat digolongkan menjadi tiga,
yaitu pendidikan sekolah (pendidikan formal), pendidikan keluarga (pendidikan informal)
dan pendidikan masyarakat (pendidikan nonformal). Pendidikan termasuk sebagai pranata
sosial, dimana pranata pendidikan tersebut memang sangat diperlukan dalam lingkungan
pendidikan sekolah, hal tersebut dikarenakan adanya keanekaragaman dalam sikap dan
latar belakang sosial pada perserta didik. Dengan adanya pranata pendidikan maka
keanekaragaman tersebut dapat bersosialisasi dengan baik.
Secara umum pendidikan dibangun untuk mensosialisasikan generasi muda untuk
menjadi bagian dari pada masyarakat melalui pengetahun, pengalaman maupun aspek

2
lainnya.Menurut para penganut fungsionalis, pendidikan sangat berperan dalam menjaga
tertib sosial. Tengasnya pendidikan. harus memainkan peran fungsinya yakni
mencerdaskan masyarakat yang nantinya akan menjadi masyarakat yang mendapatkan
keberhasilan dalam membangun masyarakat. Dalam proses sosialisasi, pendidikan
berperan sebagai agen dalam mensosialisasikan nilai-nilai sosial secara langsung maupun
tidak langsung.
Demikian juga dengan pranata sosial dalam pendidikan. Pranata pendidikan
merupakan pranata yang menangani proses sosialisasi yang intinya menghantarkan
seseorang ke suatu kebudayaan. Sebagian pendidikan dilaksanakan tidak resmi dalam
keluarga dan kelompok-kelompok lain menurut aspirasi masing-masing.
Kata pranata dapat diartikan sebagai seperangkat aturan berkisarkegiatan atau kebutuhan
sosial tertentu. Pranata sebagai suatu sistem tingkah lakusosial bersifat resmi serta adat
istiadat dan norma yang mengatur tingkah laku itudan seluruh perlengkapan di berbagai
suatu manusia dalam masyarakat. Pranata dapat pula diartikan sebagai suatu sistem pola
sosial yang tersusun rapi dan relatif bersifat permanen serta mengandung perilaku
tertentu yang kokoh dan terpadudemi pemuasan dan pemenuhan kebutuhan pokok.
Pranata sosial adalah suatu sistem tata kelakuan dan hubungan
yang berpusat kepada aktivitas untuk memenuhi kompleksitas kebutuhan dalamkehidupan
masyarakat yang menekankan pada sistem tata kelakuan atau normauntuk memnuhi
kebutuhan tersebut. Pada setiap masyarakat, setidaknya terdapatlima lembaga/pranata
sosial, yaitu keluarga, pendidikan, agama, ekonomi, dan pemerintah. Setiap pranata
sosial mempunyai fungsi dan tanggung jawab masing-masing. Ciri-ciri dari pranata sosial
yaitu:
1. Memiliki lambang atau simbol.
2. Memiliki tata tertib atau tradisi.
3. Memiliki satu atau beberapa tujuan.
4. Memiliki nilai.
5. Memiliki usia lebih lama atau tingkat kekebalan tertentu.
6. Memiliki alat kelengkapan.
Pendidikan sebagai pranata sosial sudah tentu tidak bisa lepas pula
dariketergantungan saling silang budaya. Mengamatai dunia pendidikan tentu tidakcukup
hanya dengan melihat masalah internal pendidikan, namun perlu pulamelihat beberapa
komponen lain, misalnya: sosial, budaya, ekonomi, politik,sejarah, dan filsafat.

3
Jadi, pendidikan dan pranata sosial adalah sesuatu yang bertalian satusama lain.
Beberapa kebutuhan manusia, seperti kebutuhan pendidikan, akan diperoleh lebih
terstruktur dengan adanya lembaga sosial atau pranata sosial.Pranata sosial akan ada jika
ada kebutuhan individu yang digabungkan dengantujuan untuk memenuhi kebutuhannya.
Pranata sosial melibatkan bukan saja pola aktivitas yang lahir dari segi social untuk
memenuhi kebutuhan manusia, tetapi juga pola organisasi untuk melaksanakannya
(Bruce, 2017).

B. Visi Misi Pendidikan Nasional


Visi dan misi pendidikan nasional telah dirumuskan dan dituangkan dalam
penjelasan UU 20/2003 tentang sistem pendidikan nasional (sisdiknas) visi dan misi
pendidikannasional ini merupakan bagian yang penting dalam strategi pembaharuan
sistem pendidikan.
1. Visi Pendidikan Nasional
Visi adalah terwujudnya sistem pendidikan sebagai pranata sosial yang kuat
dan berwibawa untuk memberdayakan semua warga negara Indonesia berkembang m
enjadimanusia yang berkualitas sehingga mampu dan proaktif menjawab tantangan
zaman yangselalu berubah.
2. Misi Pendidikan Nasioanal
Dari visi tersebut, disusunlah Misi Pendidikan Nasional, yakni:
a. Mengupayakan perluasan dan pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan
yang bermutu bagi seluruh rakyat Indonesia
b. Membantu dan memfasilitasi pengembangan potensi anak bangsa secara utuh
sejak usia dini sampai akhir hayat dalam rangka mewujudkan masyarakat belajar
c. Meningkatkan kesiapan masukan dan kualitas proses pendidikan untuk
mengoptimalkan pembentukan kepribadian yang bermoral
d. Meningkatkan keprofesionalan dan akuntabilitas lembaga pendidikan sebagai
pusat pembudayaan ilmu pengetahuan, keterampilan, pengalaman, sikap, dan nilai
berdasarkan standar nasional dan global dan memberdayakan peran serta
masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan berdasarkan prinsip otonomi
dalam konteks NKRI.

4
C. Hubungan Pendidikan dan Pranata Sosial
Pranata sosial adalah sebuah kelakuan yang terjadi dalam masyarakat dalam
rangka memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari sebagai kebutuhan dasar yakni
manusia butuh makanan ,kekerabatan ,dan perlindungan serta pendidikan. Pranata sosial
merupakan suatu system aktivitas yang khas dari kelakuan oleh berbagai individu atau
manusia yang mempunyai status dan paran masing-masing yang saling berhubungan atau
mempunyai struktur ,mengacu pada system ide, nilai dan norma atau tata kelakuan
tertentu ,dilakukan dengan menggunakan berbagai peralatan dan aktivitas khas ini
berfungsi untuk memenuhi kebutuhan anggota masyarakat.
Kemudian pendidikan hubungannya dengan pranata sosial adalah bagaimana
fungsi pendidikan sebagai sebuah proses mensosialisasikan atau enkulturasi untuk
mengantarkan ke dalam kehidupan masyarakat dan berbudaya. Serta untuk menjaga
kelangsungan eksistensi masyarakat dan kebudayaannya. Dari beberapa defisini diatas
tersirat makna bahwa kehidupan individu di dalam masyarakat terdapat perbedaan baik
perbedaan individu itu sendiri maupun perbedaan kebutuhan dan dalam perbedaan ini
mereka mengambil posisi serta peran masing-masing sesuai profesi (keahlian) yang
mereka miliki dan tentunya keahlian yang mereka miliki adalah mereka dapatkan lewat
dunia pendidikan dimana pendidikan bertugas untuk mentransfer atau melestarikan
kebudayaan di dalam masyarakat , walaupun terjadinya pergantian generasi akibat
kelahiran dan kematian yang terjadi di dalam masyarakat tersebut (Yahya, 2014).
Hubungan antara pendidikan dan pranata sosial saling menguatkan di mana
pendidikan mampu memfasilitasi peserta didik untuk memahami dan mengamalkan unsur
pranata sosial yang ada di masyarakat sehingga mereka mampu mentaati,
mengembangkan, dan menjadi bagian dari unsur kesatuan masyarakat yang menguatkan
sistem pendidikan (Qurtubi, 2023).

D. Tujuan Pranata Sosial


Pranata Sosial bertanggung jawab untuk memastikan bahwa kebutuhan manusia
dapat terpenuhi secara memadai dan bahwa kehidupan sosial warga masyarakat dapat
berjalan dengan lancar dan tertib sesuai dengan prinsip-prinsip yang berlaku. Sebagai
contoh; Pranata Pendidikan menetapkan metode di mana sekolah harus mendidik anak-
anak hingga mereka menjadi lulusan yang dapat diandalkan. Seperti diketahui jumlah
sarana dan prasarana untuk memenuhi kebutuhan manusia relatif terbatas, sementara
jumlah orang yang membutuhkan terus meningkat, maka kehidupan manusia nyaris pasti

5
akan porak poranda tanpa adanya pranata sosial. Oleh karena itu Pranata sosial berfungsi
untuk memenuhi kebutuhan pokok manusia dengan beberapa tujuan:
1. Memberikan arahan kepada anggota masyarakat tentang cara bertindak atau bersikap
saat menghadapi masalah, terutama yang berkaitan dengan kebutuhan hidup.
2. Menjaga kesatuan masyarakat
3. Memberikan kepercayaan kepada masyarakat untuk membangun sistem pengendalian
sosial, yang berarti sistem yang mengawasi tingkah laku anggota masyarakatnya.

Terkait dengan hal tersebut di atas, Koentjaraningrat menyatakan tujuan pranata


sosial adalah untuk:
1. Memenuhi kebutuhan sosial dan kekerabatan (kinship atau institusi rumah tangga)
2. Memenuhi kebutuhan manusia untuk mata pencaharian hidup, memproduksi,
menimbun, dan mendistribusikan harta benda (institusi ekonomi); Institusi pendidikan
memenuhi kebutuhan pengetahuan dan pendidikan manusia; institusi ilmiah
memenuhi kebutuhan manusia; Institusi estetika dan rekreasi memenuhi kebutuhan
manusia; Institusi religius memenuhi kebutuhan manusia untuk berhubungan dengan
Tuhan (Adiwijaya, dkk, 2024).

E. Pranata Keluarga, Masyarakat, dan Pemerintah dalam Pendidikan


1. Pranata Keluarga
Pranata keluarga adalah pranata yang berfungsi untuk menata atau mengatur
aktivitas warga masyarakat untuk memenuhi kebutuhan mempertahankan
kelangsungan hidupnya. Keluarga merupakan pranata sosial dasar dan bersifat
universal. Keluarga merupakan pusat terpenting dari pranata-pranata lainnya. Di
masyarakat manapun di dunia ini, akan selalu dijumpai pranata keluarga.
Horton dan Hunt (1987) mengemukakan bahwa, istilah keluarga umumnya
digunakan untuk menyebut: (1) suatu kelompok yang memiliki nenek moyang yang
sama, (2) suatu kelompok kekerabatan yang disatukan oleh hubungan darah atau
perkawinan, (3) pasangan perkawinan, dengan atau tanpa anak-anak, (4) pasangan
perkawinan yang mempunyai anak, (5) satu orang-dua atau janda-dengan beberapa
anak.
Aktivitas warga masyarakat yang diatur oleh lembaga keluarga antara lain: (1)
masalah kelangsungan keturunan hidup, hal ini menyangkut kebutuhan akan relasi
seksual antara pria dan wanita yang diatur oleh lembaga perkawinan, (2) masalah
perawatan atau pemeliharaan anak-anak baik yang bersifat fisik, biologis, psikologis

6
maupun sosial, dan (3) hubungan persaudaraan, darah, kekerabatan dan organisasi
kekeluargaan.
Berdasarkan orientasi atau proses pembentukannya, Horton dan Hunt (1987)
membedakan antara keluarga konjugal (conjugal family) atau keluarga inti dengan
keluarga konsanguinal (consanguine family) atau keluarga kerabat. Keluarga konjugal
adalah keluarga yang dibentuk oleh perkawinan. Anggota keluarga ini adalah suami,
istri, dan anak-anak yang belum kawin. Kadang juga dinamakan sebagai the family of
procreation. Dalam keluarga ini anggota keluarga lebih menekankan pada pentingnya
hubungan perkawinan daripada hubungan darah. Keluarga konsanguinal adalah
keluarga yang didalamnya seseorang dilahirkan. Sering disebut sebagai the family of
orientation.Dalam keluarga jenis ini hubungan darah lebih dipentingkan dari pada
hubungan perkawinan.
a. Keluarga inti
Keluarga inti (atau biasanya disebut dengan istilah keluarga saja) adalah
keluarga yang terdiri atas ayah atau suami, ibu atau istri dengan atau tanpa anak-
anak baik yang dilahirkan maupun yang diadopsi (anak angkat). Istilah lainnya
adalah: keluarga batih, somah atau nuclear family.
Beberapa pranata sosial dasar yang berhubungan dengan keluarga inti
adalah: (1) kencan (dating), (2) peminangan, (3) pertunangan, dan (4) perkawinan.
Tidak semua pranata sosial dasar ini dijumpai pada suatu masyarakat atau
sukubangsa. Pranata kencan atau dating mungkin banyak dijumpai pada
masyarakat Eropa Barat dan Amerika Utara, tetapi tidak banyak dijumpai pada
masyarakat Timur seperti Indonesia.
1) Pranata kencan (dating)
Kencan merupakan perjanjian sosial yang secara kebetulan dilakukan oleh
dua individu yang berlainan jenis kelaminnya untuk mendapatkan kesenangan.
Pada umumnya, kencan ini mengawali suatu perkawinan. Jadi fungsi kencan
yang sebenarnya adalah memberi kesempatan bagi kedua belah pihak (laki-
laki dan perempuan) untuk saling mengenal, atau bahkan saling menyelidiki
kepribadian sebelum mereka berdua mengikatkan diri dalam suatu
perkawinan. Tidak semua keluarga dari berbagai bagian dunia ini mengikuti
pranata sosial kencan ini. Dalam suatu masyarakat dimana jodoh itu
ditentukan oleh orangtua, maka pranata kencan tidak dijumpai, atau bahkan
dilarang.

7
Dewasa ini, pada beberapa masyarakat, kencan tidak selalu diorientasikan
kepada terbentuknya perkawinan atau keluarga, melainkan hanya untuk tujuan
bersenang-senang, sehingga dapat dilakukan oleh orang-orang yang saling
suka meskipun tidak bermaksud membentuk suatu keluarga.
2) Pranata Peminangan (courtship)
Apabila melalui pranata kencan hubungan antara dua individu berjenis
kelamin berbeda itu telah mantap, maka dapat dilanjutkan dengan
peminangan, yaitu permintaan untuk menjalin sebuah hubungan eksklusif
(khusus dan tertutup) di antara dua orang berbeda jenis kelamin yang akan
melangsungkan perkawinan. Peminangan dapat dilakukan oleh pihak laki-laki
maupun pihak perempuan, sesuai dengan pranata sosial yang berlaku. Pada
masyarakat Minangkabau, peminangan dilakukan oleh pihak perempuan. Pada
banyak masyarakat dilakukan oleh pihak laki-laki.
3) Pranata Pertunangan (mate-selection)
Pertunangan dapat diartikan sebagai hubungan yang diumumkan secara
resmi/formal di antara laki-laki dengan perempuan yang bermaksud untuk
menikah. Pranata pertunangan ini lebih banyak dikenal di negara-negara Eropa
Barat dan Amerika Utara. Sementara di masyarakat Asia, pertunangan hanya
dilakukan di kalangan tertentu, biasanya di kalangan menengah atas atau
orang kota.
4) Pranata Perkawinan (marriage)
Pranata terakhir yang berkaitan dengan pembentukan keluarga inti adalah
perkawinan, yang secara sosiologis dapat diartikan sebagai ikatan antara
seorang laki- laki atau lebih dengan seorang perempuan atau lebih yang
terbentuk atau berlangsung melalui persetujuan masyarakat. Konsekuensi dari
suatu perkawinan adalah adanya status baru (suami dan isteri) yang diikuti
dengan sederet hak dan kewajiban atau tanggung jawab baru.
b. Keluarga Luas
Keluarga luas lebih didasarkan pada pertalian atau ikatan darah atau
keturunan daripada ikatan perkawinan, sehingga sifatnya lebih stabil, karena
eksistensinya tidak terganggu oleh adanya perceraian. Karena dasar utamanya
adalah garis keturunan, maka dapat dibedakan antara keluarga luas parental
(bilateral) yang menghitung garis keturunan melalui pihak laki-laki (ayah)
maupun perempuan (ibu), dan keluarga luas unilineal, yang menghitung garis

8
keturunan berdasarkan keturunan ayah saja (patrilineal), atau ibu saja
(matrilineal).
c. Keluarga Luas Bilateral (Parental)
Keluarga luas bilateral menentukan garis keturunan berdasarkan garis
keturunan dua pihak, laki-laki (ayah) dan perempuan (ibu). Sehingga, dapat
dipastikan dalam keluarga luas bilateral, semua kerabat biologis akan sekaligus
menjadi kerabat kultural. Seseorang akan mempunyai dua orang kakek, yaitu
ayahnya ayah dan ayahnya ibu, dan dua orang nenek, yaitu ibunya ayah dan
ibunya ibu. Keluarga jenis ini dijumpai pada banyak masyarakat, antara lain Jawa
dan Sunda.
d. Keluarga Luas Unilineal
Pada keluarga luas unilineal garis keturunan ditentukan berdasarkan satu
pihak, yaitu ibu saja atau ayah saja, sehingga tidak semua kerabat biologis
otomatis menjadi kerabat kultural. Pada keluarga luas matrilineal, garis keturunan
ditentukan berdasarkan garis ibu, sehingga ayahnya ibu, anak dari anak laki-laki,
anaknya saudara laki-laki ibu, dan seterusnya, meskipun secara biologis adalah
kerabat, tetapi secara kultural mereka bukanlah kerabat. Sebaliknya, pada keluarga
luas patrilineal.Garis keturunan ditentukan berdasarkan garis ayah, sehingga
ibunya ayah, anak dari anak perempuan, anaknya saudara perempuan ayah, dan
seterusnya, meskipun secara biologis adalah kerabat, tetapi secara kultural mereka
bukanlah kerabat
e. Pola menetap setelah menikah
Lingkup pranata keluarga juga meliputi Di dalam masyarakat terdapat
beberapa pola menetap (residence pattern), seperti:
1) Patrilokal (menetap di keluarga pihak suami)
2) Matrilokal (menetap di keluarga pihak isteri)
3) Ambilokal atau utrolokal (memilih di pihak suami atau istri)
4) Natalokal (di tempat lahir masing-masing)
5) Neolokal (menetap di tempat tinggal yang baru)
6) Avunkulokal (di keluarga saudara laki-laki ibu)
Dalam banyak masyarakat, keluarga dianggap sangat penting dan menjadi
pusat perhatian kehidupan individu, bahkan anggota keluarga yang satu
memperlakukan anggota keluarga lain sebagai tujuan, maka fungsi keluarga dalam
banyak masyarakat relatif sama.

9
1) Fungsi reproduksi atau pengaturan keturunan
Fungsi ini merupakan hakikat dari keluarga untuk menjaga
kelangsungan hidup manusia dan sebagai dasar kehidupan sosial manusia
dan bukan sekedar kebutuhan biologis saja. Fungsi ini didasarkan atas
pertimbangan-pertimbangan sosial, misalnya melanjutkan keturunan,
mewariskan harta kekayaan, ataupun jaminan di hari tua.
2) Fungsi afeksi atau kasih sayang
Salah satu kebutuhan dasar manusia adalah kebutuhan akan kasih
sayang atau rasa dicintai. Sejumlah studi telah menunjukkan bahwa
kenakalan yang serius merupakan salah ciri khas anak-anak yang di
keluarganya tidak merasakan kasih sayang.
3) Sosialisasi atau pendidikan
Fungsi ini adalah untuk mendidik anak mulai dari awal sampai
pertumbuhan anak hingga terbentuk kepribadian atau personality-nya. Anak-
anak itu lahir tanpa bekal keterampilan sosial, maka agar anak dapat
berpartisipasi dalam kehidupan sosial, orangtua perlu mensosialisasikan
tentang nilai-nilai dan norma-norma sosial yang berlaku di masyarakatnya.
Anak-anak harus dibelajarkan tentang suatu hal, apa yang boleh dan tidak
boleh, apa yang pantas dan tidak pantas, apa yang baik dan tidak baik,
sehingga si anak dapat hidup wajar dan diterima oleh sesama anggota
masyarakat/kelompoknya.
4) Fungsi Ekonomi atau Produksi
Suatu keluarga diharapkan menjalankan fungsi ekonomi, dalam arti
dapat menjamin pemenuhan kebutuhan material para anggota keluarga.
Fungsi ini harus berjalan, karena para anggota keluarga memiliki kebutuhan-
kebutuhan yang bersifat material yang untuk memenuhinya harus ada
pengorbanan-pengorbanan yang bersifat ekonomi. Dalam banyak
masyarakat, seorang suami atau ayah dituntut untuk menjalankan fungsi
produksi untuk menjamin nafkah bagi keluarganya. Dalam masyarakat yang
telah menganut kesetaraan laki-laki perempuan, fungsi produksi dalam arti
mencari nafkah tidak hanya merupakan beban laki-laki, tetapi dapat menjadi
tugas bersama antara seorang suami dan istri. Apabila fungsi ekonomi
keluarga ini tidak terjamin, dapat mengganggu pelaksanaan fungsi-fungsi
lain dari keluarga, seperti afeksi dan sosialisasi.

10
5) Pelindung atau proteksi
Yang dimaksud adalah bahwa keluarga diharapkan menjalan fungsi
sebagai pelindung bagi para anggota-anggotanya sehingga dapat menikmati
keadaan yang dirasa aman dan tanpa ancaman dari pihak manapun.
6) Penentuan status
Pada masyarakat feodal atau berkasta, di mana status seseorang lebih
banyak diberikan berdasarkan keturunan, keluarga berfungsi mewariskan
status sosial kepada para anggotanya. Misalnya status sebagai bangsawan
atau kedudukan dalam kasta.
7) Pemeliharaan
Keluarga pada dasarnya memiliki fungsi memelihara anggota-
anggotanya sehingga mereka dapat hidup dengan nyaman dan terbebaskan
dari berbagai penderitaan, termasuk penyakit-penyakit. Fungsi pemeliharaan
ini sangat dirasakan oleh para anggota keluarga yang masih di bawah usia
lima tahun, juga bagi yang telah lanjut usia atau jompo.

Dalam perkembangannya, sesuai dengan semakin kompleksnya lembaga-


lembaga yang ada dalam masyarakat, beberapa fungsi keluarga dialihkan kepada
lembaga lain, misalnya sebagian fungsi edukasi dialihkan ke lembaga pendidikan atau
sekolah, pada golongan menengah ke atas atau masyarakat kota, pengalihan fungsi ini
telah dilakukan sejak dini, misalnya anak usia 3 atau 4 tahun sudah disertakan dalam
pendidikan usia dini atau play group. Kemudian fungsi perawatan anak sebagian
dialihkan ke lembaga penitipan anak, fungsi proteksi banyak diambil alih oleh negara
melalui aparat kepolisian atau para petugas keamanan masyarakat, dan sebagainya.
Tidak semua keluarga dapat menjalankan fungsi-fungsi di atas dengan baik.
Kegagalan keluarga menjalankan fungsi dapat disebabkan oleh berbagai faktor, antara
lain:
a. Faktor pribadi, misalnya suami-istri kurang menyadari akan arti dan fungsi
perkawinan yang sebenarnya. Misalnya egoisme, kurang mampu bertoleransi,
kurang adanya saling-percaya, dan sebagainya.
b. Faktor situasi khusus dalam keluarga, seperti: pengaruh atau intervensi orang tua
dari suami dan/atau isteri, isteri bekerja dan mempunyai kedudukan yang lebih
tinggi dari suaminya, tinggal bersama dengan keluarga inti lain dalam sebuah
rumah tangga, suami dan atau istri terlalu sibuk dengan pekerjaan dan karirnya.

11
Faktor-faktor tersebut dapat mengakibatkan disfungsi dalam keluarga, misalnya
terganggunya fungsi biologis/reproduksi karena suami atau isteri jarang di rumah,
orangtua kurang mampu memberikan perhatian dan kasih sayang kepada anak-
anaknya, orangtua tidak mampu menanamkan sense of value kepada anak- anaknya,
dan sebagainya. Disfungsi dalam keluarga apabila dibiarkan dapat menyebabkan
broken home atau disintegrasi keluarga (Sriyana, 2020).
2. Pranata Masyarakat
Pranata juga berasal dari bahasa Latin instituere yang berarti mendirikan. Kata
bendanya adalah institution yang berarti pendirian. Dalam bahasa Indonesia
institution diartikan institusi (pranata) dan institut (lembaga). Institusi adalah sistem
norma atau aturan yang ada. Institut adalah wujud nyata dari norma- norma.
Pranata adalah seperangkat aturan yang berkisar pada kegiatan atau kebutuhan
tertentu. Pranata termasuk kebutuhan sosial. Seperangkat aturan yang terdapat dalam
pranata termasuk kebutuhan sosial yang berpedoman kebudayaan. Pranata merupakan
seperangkat aturan, bersifat abstrak.
Dalam bahasa Indonesia, selain pranata sosial biasa pula digunakan istilah
institusi sosial, lembaga sosial, lembaga kemasyarakatan dan bangunan sosial.
Perbedaan itu terjadi karena masing-masing memberi tekanan yang berbeda.
Para sosiolog memberikan pengertian pranata sosial secara berbeda-beda. Berikut
beberapa pendapat sosiolog tentang pengertian pranata sosial.
a. Horton dan Hunt
Menurut Horton dan Hunt yang dimaksud dengan pranata sosial adalah
suatu sistem norma untuk mencapai suatu tujuan atau kegiatan yang oleh
masyarakat dianggap penting. Dengan kata lain, pranata sosial adalah sistem
hubungan sosial yang terorganisir yang mengejawantahkan nilai-nilai serta
prosedur umum yang mengatur dan memenuhi kegiatan pokok warga masyarakat.
b. Prof. Dr. Koentjoroningrat
Menurut Koenjoroningrat yang dimaksud dengan pranata- pranata sosial
adalah sistem-sistem yang menjadi wahana yang memungkinkan warga
masyarakatnya untuk berinteraksi menurut pola-pola resmi atau suatu sistem tata
kelakuan dan hubungan yang berpusat kepada aktivitas-aktivitas untuk memenuhi
kompleks-kompleks kebutuhan khusus dalam kehidupan mereka (Husamah, Arina
Restian, 2019).

12
Fungsi Pranata Sosial
Pranata Sosial memiliki fungsi utama, yakni seperti pada bagan berikut :

Fungsi utama pranata sosial bila dijabarkan adalah sebagai berikut:

1. Menjaga keutuhan masyarakat dari ancaman perpecahan atau disintegrasi. Dengan


mempertimbangkan fakta bahwa sumber pemenuhan kebutuhan hidup semakin
tidak seimbang dengan jumlah dan kualitas populasi, konflik yang disebabkan
oleh perebutan dan ketidakadilan dalam upaya memenuhi kebutuhan akan
menempatkan warga masyarakat secara keseluruhan di bahaya. Akibatnya, pranata
sosial akan berfungsi untuk mengatur pemenuhan kebutuhan hidup setiap
individu.
2. Memberi pedoman tentang cara bertindak dan berperilaku untuk memenuhi
kebutuhan hidup mereka. Oleh karena itu, pranata sosial mencakup berbagai
aturan sosial yang harus diterapkan oleh setiap anggota masyarakat untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya.
3. Memberi pegangan pada masyarakat sebagai simbol sistem pengendalian sosial.
Sanksi yang dikenakan atas pelanggaran atau pelanggaran norma sosial digunakan
untuk memastikan bahwa semua warga masyarakat tetap mengikuti norma-norma
sosial, sehingga tertib sosial dapat dicapai. Oleh karena itu, sanksi yang dikenakan
pada setiap norma sosial berfungsi sebagai alat bagi warga untuk meluruskan atau
memaksa mereka untuk tidak menyimpang dari norma-norma sosial. Ini karena
pranata sosial tetap kuat dalam kehidupan masyarakat.
4. Semua fungsi tersebut di atas menunjukkan betapa pentingnya pranata sosial bagi
masyarakat dan kebudayaannya. Oleh karena itu, jika kita ingin mempelajari

13
kebudayaan dan masyarakat tertentu, kita juga harus memperhatikan lembaga
sosial yang ada di masyarakat tersebut (Adiwijaya, saputra, 2024).
3. Pranata Pemerintah
Sebagai makhluk yang bersifat sosial, manusia hidup berkelompok pada daerah-
daerah yang subur, berdasarkan keturunan, ras, etnisitas, agama, ataupun mata
pencaharian. Sepanjang masing-masing pihak yang hidup bersama tersebut dapat
saling tenggang rasa (toleransi) dan sumber-sumber pemenuhan kebutuhan hidup
dapat mencukupi, sebanyak apapun manusia yang hidup bersama tidaklah menjadi
masalah, Masalah menjadi lain, kalau masing-masing yang hidup mendiami daerah-
daerah tersebut mempunyai kepentingan dan kebutuhan yang sama, sementara hal
yang menjadi pemenuh kebutuhan atau kepentingan tersebut terbatas adanya, mereka
akan terlibat persaingan, pertikaian, bahkan harus berperang untuk memperebutkan.
Thomas Hobbes memberikan ilustrasi sederhana mengenai hal ini, jika ada dua
orang membutuhkan hal yang sama, akan tetapi hanya satu orang yang akan
memperolehnya, maka mereka akan saling bermusuhan masing-masing pihak akan
mengganggu dan menindas pihak lain untuk mencapai tujuannya, yaitu kelangsungan
hidupnya. Sementara itu, pihak yang tertindas akan membalasnya sebab hal itu
menyangkut hidup dan mati. Maka, perang tidak dapat dihindarkan. Menyadari bahwa
hidup bersama tanpa aturan akan bisa menjadi boomerang yang memusnahkan
kelangsungan hidup manusia, maka lahirlah pranata politik.
Kornblum mendefinisikan pranata politik sebagai seperangkat norma dan status
yang mengkhususkan diri pada pelaksanaan kekuasaan dan wewenang, termasuk
kewenangan menggunakan paksaan fisik. Di masyarakat manapun, kalau tidak ada
pranata politik yang diberi kewenangan untuk melaksanakan hukuman atau paksaan
fisik, maka negara akan hilang dan yang terjadi adalah anarki. Disamping mengatur
siapa yang berwenang untuk menggunakan paksaan fisik, pranata politik juga
berfungsi untuk mencapai kepentingan bersama dari anggota-anggota kelompok/
masyarakat.
Akhirnya bisa disimpulkan bahwa kebutuhan akan pranata politik, adalah
karena kelompok-kelompok dalam masyarakat memerlukan adanya asosiasi atau
kelompok tertentu yang dapat menguasai kelompok-kelompok lainnya, karena kepada
kelompok atau asosiasi tersebut diberikan wewenang untuk menggunakan hukuman
dan paksaan fisik karena didukung oleh adanya aparat (tentara, kepolisian, kejaksaan,
dan pengadilan).

14
Asosiasi dan nilai-nilai yang mendasarinya tersebut kemudian dilembagakan
(institutionalized) dan secara riil diterima sebagai pola-pola perilaku dalam
masyarakat, demi kelanggengan masyarakat. Asosiasi itu kemudian disebut negara,
yang dilengkapi dengan aparat pemerintahan, nilai-nilai bersama yang dijunjung
tinggi serta diwujudkan dalam konstitusi, berupa undang-undang dasar, undang-
undang, peraturan pemerintah, dan seterusnya.
Dalam berbagai literatur sosiologi, terdapat berbagai istilah yang digunakan
untuk menyebut pranata politik. Mclver menyebutnya sebagai negara, Zanden
menyebutnya sebagai perilaku politik, sedangkan Gillin dan Gillin menyebutnya
institusi politik. Apapun istilahnya, pranata yang dimaksud mempunyai dua ciri
utama, yaitu:
a. Mempunyai kewenangan untuk menggunakan kekuatan fisik, dan
b. Mampu memenuhi kebutuhan hidup sendiri (self sufficient).

Berdasarkan hal tersebut, pranata politik akan menyangkut masalah negara,


pemerintahan, kekuasaan, partai politik, kebijakan, dan sebagainya. Hanya perlu
ditekankan, istilah negara tidak sama dengan pemerintahan. Pemerintahan adalah
aparatnya negara yang melaksanakan fungsi-fungsi dan kekuasaan negara. Jadi,
pemerintahan hanyalah salah satu unsur negara.
Karakteristik pranata politik adalah: (1) adanya suatu komunitas manusia yang
secara sosial bersatu atas dasar nilai-nilai yang disepakati bersama, (2) adanya
asosiasi politik, yaitu pemerintahan yang aktif, (3) asosiasi tersebut melaksanakan
fungsi-fungsi untuk kepentingan umum, dan (4) asosiasi tersebut diberi kewenangan
dalam luas jangkauan dalam territorial tertentu.
James W. Vander Zanden dalam Setiadi (2020) menyebutkan bahwa pranata
politik di masyarakat manapun pada dasarnya memiliki empat fungsi, yaitu:
a. Pemaksaan norma (enforcement norms)
b. Merencanakan dan mengarahkan
c. Menengahi pertentangan kepentingan (arbitrase)
d. Melindungi masyarakat dari serangan musuh yang berasal dari luar
masyarakatnya, baik dengan diplomasi maupun kekerasan (perang).
Selain pendapat Zanden di atas, dalam rumusan lain, pranata politik memiliki
fungsi sebagai berikut:
a. Memelihara ketertiban di dalam (internal order)

15
b. Menjaga keamanan dari luar (external security)
c. Melaksanakan kesejahteraan umum (general welfare)
d. Menciptakan stratifikasi politik, yakni munculnya penguasa dan yang dikuasai.
Bahkan dalam suatu masyarakat sering muncul jenjang atau rentang stratifikasi
politik yang jauh, yakni penguasa absolut di satu pihak dan tuna kuasa (power
less) dipihak lain.
e. Partai politik sebagai social elevator (saluran mobilitas sosial vertikal), misalnya
yang terjadi pada para pemimpin partai pemenang pemilihan umum (pemilu)
(Sriyana, 2020).

16
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Pendidikan diselenggarakan sebagai proses pembudayaan dan. pemberdayaan
anak didik yang berlangsung sepanjang hayat. Pendidikan. dijadikan sebagai sarana
pembelajaran bagi anak didik, sesungguhnya pendidikan tersebut mengajarkan kepada
anak didik untuk menjadi anggota masyarakat yang baik dan senantiasa mentaati aturan-
aturan yang berlaku dalam masyarakat.
Pranata sosial adalah suatu sistem tata kelakuan dan hubungan
yang berpusat kepada aktivitas untuk memenuhi kompleksitas kebutuhan dalamkehidupan
masyarakat yang menekankan pada sistem tata kelakuan atau normauntuk memnuhi
kebutuhan tersebut. Pada setiap masyarakat, setidaknya terdapatlima lembaga/pranata
sosial, yaitu keluarga, pendidikan, agama, ekonomi, dan pemerintah.
Kemudian pendidikan hubungannya dengan pranata sosial adalah bagaimana
fungsi pendidikan sebagai sebuah proses mensosialisasikan atau enkulturasi untuk
mengantarkan ke dalam kehidupan masyarakat dan berbudaya. Serta untuk menjaga
kelangsungan eksistensi masyarakat dan kebudayaannya. Dari beberapa defisini diatas
tersirat makna bahwa kehidupan individu di dalam masyarakat terdapat perbedaan baik
perbedaan individu itu sendiri maupun perbedaan kebutuhan dan dalam perbedaan ini
mereka mengambil posisi serta peran masing-masing sesuai profesi (keahlian) yang
mereka miliki dan tentunya keahlian yang mereka miliki adalah mereka dapatkan lewat
dunia pendidikan dimana pendidikan bertugas untuk mentransfer atau melestarikan
kebudayaan di dalam masyarakat, walaupun terjadinya pergantian generasi akibat
kelahiran dan kematian yang terjadi di dalam masyarakat tersebut

B. Saran
Dalam penyusunan makalah ini penulis menyadari bahwa masih banyak terdapat
kekurangan baik dari segi isi maupun dalam penyajian materi. Untuk itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun dari pembaca demi perbaikan
makalah ini. Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan para
pembaca. Aamiin.

17
DAFTAR PUSTAKA

Adiwijaya, Saputra, dkk. (2024). Buku Ajar Pengantar Sosiologi. Jakarta: Sonpedia
Publishing Indonesia.
Cohen, Bruce J. (2017). Sosilogi Suatu Pengantar. Jakarta : Rineka Cipta.
Husamah, Arina Restian, R. W. (2019). Pengantar Pendidikan. Malang: UMM Malang.
Idi, Abdullah & Safarina. (2020). Sosiologi Pendidikan. Jakarta : Raja Grafindo Persada.
Qurtubi, Ahmad. 2023. Sosiologi Pendidikan. Banjarwangunan: LovRinz Publishing.
Sriyana. (2020). Sosiologi Pedesaan. Yogyakarta: Zahir Publishing.
Undang-Undang RI Nasional Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Yahya. (2014). “Peranan Pendidikan dalam Perubahan Masyarakat”. Jurnal Komunikasi dan
Sosial Keagamaan, 1 (16), 99-109.

18

Anda mungkin juga menyukai