Anda di halaman 1dari 16

Pendidikan Sepanjang Hayat, Pendidikan Karakter dan

Penerapannya
Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Dasar Ilmu Pendidikan
yang Diampu oleh: Fitria Sulistyowati,M.Pd.

Disusun Oleh :
Danur Jati Pamungkas 2021004018
Havida Luthfi Nurhaliza 2021004019
Putri Saraswati 2021004004
Sindi Tri Cahyani 2021004009

Kelompok :4
Kelas :A

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SARJANAWIYATA TAMANSISWA

i
2021

KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat dan
karunia-Nya kami dapat meyelesaikan makalah ini yang berjudul Pendidikan Sepanjang
Hayat, Pendidikan Karakter dan Penerapannya. Makalah ini disusun dengan tujuan
memenuhi tugas dari ibu Fitria Sulistyowati,M.Pd pada bidang studi Dasar Ilmu Pendidikan
guna untuk menambah wawasan bagi pembaca tentang Pendidikan Sepanjang Hayat,
Pendidikan Karakter dan Penerapannya..
Kami menyadari akan kemampuan kami yang masih terbatas. Dalam makalah ini
kami sudah berusaha semaksimal mungkin. Oleh karena itu kami mengharapkan saran dan
juga kritik membangun agar lebih maju dimasa yang akan datang.
Harapakan kami, makalah ini dapat menjadi track record dan menjadi referensi kami
dalam mengarungi masa depan. Kami juga berharap agar makalah ini dapat berguna bagi
orang lain yang membacanya.

Yogyakarta, 5 November 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Table of Contents
KATA PENGANTAR......................................................................................................................ii
BAB I...............................................................................................................................................iv
PENDAHULUAN...........................................................................................................................iv
A. Latar Belakang........................................................................................................................iv
B. Rumusan Masalah..................................................................................................................iv
C. Tujuan......................................................................................................................................iv
D. Manfaat.....................................................................................................................................v
BAB II..............................................................................................................................................vi
PEMBAHASAN..............................................................................................................................vi
A. Pengertian Pendidikan............................................................................................................vi
B. Pengertian Pendidikan Sepanjang Hayat dan Pendidikan Karaktrer................................vi
C. Dasar Pikiran Pendidikan Sepanjang Hayat......................................................................viii
D. Ciri-Ciri Manusia Yang Menjadi Pelajar Sepanjang Hayat...............................................ix
E. Karakteristik Pendidikan Sepanjang Hayat Adapun karakteristik pendidikan sepanjang
hayat yaitu:......................................................................................................................................ix
F. Fungsi Pendidikan Karakter..................................................................................................ix
G. Tujuan Pendidikan Sepanjang Hayat dan Pendidikan Karakter.........................................x
H. Empat pilar pendidikan UNESCO mengenai pendidikan sepanjang hayat.......................xi
I. Wadah Pendidikan Sepanjang Hayat...................................................................................xii
J. Tahap Proses Belajar Pendidikan Sepanjang Hayat...........................................................xii
K. Pentingnya Pendidikan Karakter........................................................................................xiii
BAB III...........................................................................................................................................xvi
PENUTUP......................................................................................................................................xvi
A. Kesimpulan............................................................................................................................xvi
B. Saran......................................................................................................................................xvi
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................xvi

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan adalah suatu proses untuk menuju pendewasaan, di mana untuk
mewujudan pendidikan yang optimal diperlukan berbagai jenis pendidikan, tidak hanya
terpancang pada pendidikan formal saja. Melainkan juga diperlukan pendidikan informal
dan nonformal. Karena sejatinya pendidikan itu merupakan suatu proses yang komplek
di mana kesemuanya merupakan satu kesatuan. Begitu pentingnya pendidikan inilah
yang melatarbelakangi penulis dalam menyusun makalah ini.
Dewasa ini perwujudan masyarakat belajar belum ada peningkatan seperti yang
diharapkan. Banyak upaya yang dilakukan pemerintah untuk mewujudkan pendidikan
yang merata, yang melingkupi semua lapisan masyarakat untuk meningkatkan kualitas
sumber daya manusia (SDM). Dalam upaya ini dibutuhkan pula campur tangan dari
masyarakat itu sendiri. Karena tanpa kedasaran dan kerjasama masyarakat, perwujudan
masyarakat belajar tidak akan tecapai. Karena pendidikan tidak hanya diperoleh dari
sekolah, melainkan dari kesadaran masyarakat untuk belajar antara lain melalui
membaca, internet, pengalaman, dan lain-lain.
Penerapan belajar sepanjang hayat dalam mewujudkan masyarakat belajar sangat
memberikan kontribusi bagi peningkatan kualitas SDM. Dengan peningkatan tersebut,
harkat dan martabat masyarakat dapat terangkat di mata dunia. Oleh sebab itu, perlu
adanya pemerataan pendidikan yang tidak hanya didapat dari sekolah, namun juga dapat
terwujud dalam perpustakaan umum untuk meningkatkan minat baca masyarakat.
Sedangkan Pendidikan karakter akhir-akhir ini semakin banyak diperbincangkan di
tengah-tengah masyarakat Indonesia, terutama oleh kalangan akademisi. Sikap dan
perilaku masyarakat dan bangsa Indonesia yang sekarang cenderung mengabaikan nilai-
nilai luhur yang sudah lama dijunjung tinggi dan mengakar dalam sikap dan perilaku
sehari-hari. Nilai-nilai karakter mulia, seperti kejujuran, kesantunan, kebersamaan, dan
religius, sedikit demi sedikit mulai tergerus oleh budaya asing yang cenderung
hedonistik, materialistik, dan individualistik, sehingga nilai-nilai karakter tersebut tidak
lagi dianggap penting jika bertentangan dengan tujuan yang ingin diperoleh.

Membangun karakter bangsa membutuhkan waktu yang lama dan harus dilakukan
secara berkesinambungan. Karakter yang melekat pada bangsa kita akhir-akhir ini bukan

iv
begitu saja terjadi secara tiba-tiba, tetapi sudah melalui proses yang panjang. Pendidikan
yang merupakan agent of change harus mampu melakukan perbaikan karakter bangsa
kita. Karena itu, pendidikan kita perlu direkonstruksi ulang agar dapat menghasilkan
generasi yang lebih berkualitas dan memiliki karakter atau akhlak mulia. Dengan kata
lain, pendidikan harus mampu mengemban pembentukan karakter (character building)
sehingga para peserta didik dan para lulusannya dapat berpartisipasi dalam mengisi
pembangunan di masa-masa mendatang tanpa meninggalkan nilai-nilai karakter mulia.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan pendidikan?
2. Apa yang dimaksud dengan pendidikan sepanjang hayat dan Pendidikan karakter?
3. Apa saja dasar pikiran pendidikan sepanjang hayat?
4. Apa saja ciri-ciri manusia yang menjadi pelajar pendidikan sepanjang hayat?
5. Apa saja karakteristik pendidikan sepanjang hayat?
6. Apa fungsi Pendidikan karakter?
7. Apa saja tujuan pendidikan sepanjang hayat dan Pendidikan karakter?
8. Apa saja empat pilar pendidikan UNESCO mengenai pendidikan sepanjang
hayat?
9. Apa wadah Pendidikan sepanjang hayat?
10. Bagaimana tahap proses belajar sepanjang hayat?
11. Apa pentingnya Pendidikan karakter?

C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian pendidikan
2. Mengetahui pengertian pendidikan sepanjang hayat dan pendidikan sepanjang
hayat.
3. Mengetahui dasar pikiran pendidikan sepanjang hayat.
4. Mengetahui ciri-ciri manusia yang menjadi pelajar pendidikan sepanjang hayat.
5. Mengetahui karakteristik pendidikan sepanjang hayat.
6. Mengetahui fungsi Pendidikan karakter.
7. Mengetahui tujuan pendidikan sepanjang hayat dan Pendidikan karakter.
8. Mengetahui empat pilar pendidikan UNESCO mengenai pendidikan sepanjang
hayat.
9. Mengetahui wadah Pendidikan sepanjang hayat.
10. Mengetahui tahap proses belajar sepanjang hayat.
11. Mengetahui pentingnya Pendidikan karakter.

D. Manfaat
1) Dapat mengetahui pengertian dari Pendidikan.

v
2) Dapat mengetahui pengertian dari Pendidikan sepanjang hayat dan Pendidikan
karakter.
3) Dapat mengetahui dasar pikiran pendidikan sepanjang hayat.
4) Dapat mengetahui ciri-ciri manusia yang menjadi pelajar pendidikan sepanjang hayat.
5) Dapat mengetahui karakteristik pendidikan sepanjang hayat.
6) Dapat mengetahui fungsi Pendidikan karakter.
7) Dapat mengetahui tujuan pendidikan sepanjang hayat dan Pendidikan karakter.
8) Dapat mengetahui empat pilar pendidikan UNESCO mengenai pendidikan sepanjang
hayat.
9) Dapat mengetahui wadah pendidikan sepanjang hayat.
10) Dapat mengetahui wadah Pendidikan sepanjang hayat.
11) Dapat mengetahui pentingnya Pendidikan karakter

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Pendidikan
1) Pengertian pendidikan secara etimologis: Pendidikan berasal dari kata dasar didik,
mendapat imbuhan pe-an, menjadi kata benda 'pendidikan' dan kerja 'mendidik'
Pendidikan berasal dari bahasa Yunani Kuno dengan istilah :
a) Paedagogiek : seni menuntun anak.
b) Paedagogia : pergaulan dengan anak-anak.
2) Pengertian pendidikan menurut para ahli :
a) Menurut Crow and Crow, Pendidikan adalah proses yang berisi aneka
macam kegiatan yang cocok bagi individu untuk kehidupan sosialnya dan
membantu meneruskan adat dan budaya serta kelembagaan sosial dari
generasi ke generasi.
b) Menurut Ki Hajar Dewantara, Pendidikan adalah usaha menuntun segala
kekuatan kodrat yang ada pada masa anak, baik sebagai individu, manusia
maupun sebagai anggota masyarakat agar dapat mencapai kesempurnaan
hidup.
c) Menurut Driyarkara, Pendidikan adalah proses pemanusiaan manusia muda.

vi
d) Menurut Paulo Freire, Pendidikan adalah usaha penyadaran manusia.
e) Menurut Redja Mudyahardjo, Makna pendidikan bisa dibagi 3: luas, sempit,
dan luas terbatas.
• Makna Luas: Pendidikan adalah segala pengalaman belajar yang
berlangsung dalam segala lingkungan hidup dan sepanjang hidup.
• Makna Sempit: Pendidikan adalah segala pengaruh yang diupayakan
sekolah tehadap anak.
• Makna Luas Terbatas: Pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan oleh
uarga, masyarakat, dan pemerintah melalui kegiatan bimbingan,
pengajaran, dan atau latihan, yang berlangsung di sekolah dan luar
sekolah.

B. Pengertian Pendidikan Sepanjang Hayat dan Pendidikan Karaktrer


Dalam arti luas pendidikan sepanjang hayat (Lifelong Education) adalah
bahwa pendidikan tidak berhenti hingga individu menjadi dewasa, tetapi tetap
berlanjut sepanjang hidupnya. Pendidikan sepanjang hayat menjadi lebih tinggi
urgensinya pada saat ini karena manusia perlu terus menerus menyesuaikan diri
supaya dapat tetap hidup secara wajar dalam lingkungan masyarakatnya yang selalu
berubah..
Delker (1974) mengemukakan bahwa pendidikan sepanjang hayat adalah perbuatan
manusia secara wajar dan alamiah yang prosesnya tidak selalu memerlukan kehadiran
guru, pamong, atau pendidik. Proses belajar tersebut mungkin tidak didasari oleh
seseorang atau kelompok bahwa ia atau mereka telah atau sedang terlibat di
dalamnya. Kegiatan belajar sepanjang hayat terwujud apabila terdapat dorongan pada
diri seseorang atau kelompok untuk memenuhi kebutuhan belajar dan kepuasan, serta
apabila ada kesadaran dan semangat untuk belajar selama hayat masih di kandung
badan.
Gestrelius (1977) mengemukakan bahwa pendidikan sepanjang hayat mencakup
interaksi belajar (pembelajaran), penentuan bahan belajar dan metode belajar,
lembaga penyelenggara, fasilitas, administrasi, dan kondisi lingkungan yang
mendukung kegiatan belajar berkelanjutan. Dalam pendidikaan ini termasuk pula
peranan pendidik dan peserta didik yang harus dan saling belajar, pengelolaan
kegiatan belajar, dan faktor-faktor lainnya yang mendukung terjadinya proses belajar.
Di sisi lain dari pendidikan sepanjang hayat adalah peluang yang luas bagi seseorang
untuk terus belajar agar dapat meraih keadaan kehidupan yang lebih baik. Adapun
hal-hal yang menyebabkan dan memungkinkan hal-hal yang demikian itu adalah:
Majunya ilmu dan teknologi. Produk-produk teknologi yang perlu dipelajari karena
terkait dengan alat-alat kerja. Bagi mereka yang menggunakan alat kerja berbasis
teknologi. Perubahan sosial sebagai dampak majunya ilmu dan teknologi.
Pendidikan sepanjang hayat merupakan jawaban terhadap kritik-kritik yang
dilontarkan pada sekolah. Sistem sekolah secara tradisional mengalami kesukaran
dalam menyesuaikan diri dengan perubahan kehidupan yang sangat cepat dalam abad
terakhir ini dan tidak dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan atau tuntutan-tuntutan
manusia yang semakin meningkat. Pendidikan di sekolah hanya terbatas pada tingkat
pendidikan sejak kanak-kanak sampai dewasa, tidak akan memenuhi persyaratan-
persyaratan yang dibutuhkan dunia yang berkembang sangat pesat. Dunia yang selalu
berubah ini membutuhkan suatu sistem yang fleksibel. Pendidikan harus tetap
bergerak dan mengenal inovasi secara terus-menerus. Melalui proses belajar
sepanjang hayat inilah manusia mampu meningkatkan kualitas kehidupannya secara

vii
terus-menerus, mampu mengikuti perkembangan ilmu dan teknologi serta
perkembangan masyarakat yang diakibatkannya dan budaya untuk menghadapi
tantangan masa depan, serta mau dan mampu mengubah tantangan menjadi peluang.
Adapun Pengertian pendidikan karakter adalah suatu usaha manusia secara
sadar dan terencana untuk mendidik dan memberdayakan potensi peserta didik guna
membangun karakter pribadinya sehingga dapat menjadi individu yang bermanfaat
bagi diri sendiri dan lingkungannya.
Pendidikan karakter adalah suatu sistem pendidikan yang bertujuan untuk
menanamkan nilai-nilai karakter tertentu kepada peserta didik yang di dalamnya
terdapat komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, serta tindakan untuk
melakukan nilai-nilai tersebut.
Pendidikan karakter (character education) sangat erat hubungannya dengan
pendidikan moral dimana tujuannya adalah untuk membentuk dan melatih
kemampuan individu secara terus-menerus guna penyempurnaan diri kearah hidup
yang lebih baik. Agar lebih memahami apa arti character education, maka kita dapat
merujuk pada pendapat beberapa ahli berikut ini:
a) Menurut T. Ramli, pengertian pendidikan karakter adalah pendidikan yang
mengedepankan esensi dan makna terhadap moral dan akhlak sehingga hal
tersebut akan mampu membentuk pribadi peserta didik yang baik.
b) Menurut Thomas Lickona, pengertian pendidikan karakter adalah suatu usaha
yang disengaja untuk membantu seseorang sehingga ia dapat memahami,
memperhatikan, dan melakukan nilai-nilai etika yang inti.
c) Menurut John W. Santrock, character education adalah pendidikan yang
dilakukan dengan pendekatan langsung kepada peserta didik untuk menanamkan
nilai moral dan memberi kan pelajaran kepada murid mengenai pengetahuan
moral dalam upaya mencegah perilaku yang yang dilarang.
d) Menurut Elkind, pengertian pendidikan karakter adalah suatu metode pendidikan
yang dilakukan oleh tenaga pendidik untuk mempengaruhi karakter murid. Dalam
hal ini terlihat bahwa guru bukan hanya mengajarkan materi pelajaran tetapi juga
mampu menjadi seorang teladan.

C. Dasar Pikiran Pendidikan Sepanjang Hayat


Ada beberapa cara untuk meninjau dasar pikiran mengenai pendidikansepanjang
hayat, di antaranya yaitu:
1) Tinjauan Ideologis
Semua manusia dilahirkan sama dan mempunyai hak yang sama, khususnya
hak untuk memperoleh pendidikan dan meningkatkan pengetahuan dan
keterampilannya.
2) Tinjauan Ekonomis
Salah satu cara keluar dari lingkaran antara kebodohan dan kemelaratan atau
kemiskinan ialah dengan pendidikan seumur hidup.
3) Tinjauan Sosiologis
Salah satu masalah pendidikan di negara berkembang adalah pemborosan
pendidikan yang disebabkan oleh sebagian orang tua kurang menyadari
pentingnya pendidikan, putus sekolah. bahkan tidak sekolah sama sekali. Hal itu
dapat mengakibatkan tambahnya jumlah buta huruf, terutama orang tua yang lahir
pada zaman yang belum berkembang pesat seperti sekarang ini.
4) Tinjauan Politis

viii
Negara kita adalah negara demokrasi di mana seluruh warga negara wajib
menyadari hak dan kewajibannya di samping memahami fungsi pemerintah. Agar
politik dan demokrasi pada suatu negara dapat berkembang dengan baik dan tidak
ketinggalan oleh zaman.
5) Tinjauan Teknologis
Dengan majunya ilmu pengetahuan dan teknologi, para pemimpin, teknisi,
guru, dan sarjana dari berbagai disiplin ilmu harus senantiasa menyusaikan
perkembangan ilmu dan teknologi untuk menambah cakrawala pngetahuan di
samping keterampilan.
6) Tinjauan Psikologis dan Pedagogis
Tidak ayal lagi bahwa perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
berpengaruh besar terhadap pendidikan khususnya konsep dan teknik
penyampaiannya. Oleh karena perkembangan ilmu dan teknologi semakin luas
dan komplek maka tidak mungkin segalanya itu dapat diajarkan kepada anak di
sekolah. Maka dewasa ini, tugas pendidikan formal yang utama adalah bagaimana
mengajarkan cara belajar, menanamkan motivasi yang kuat kepada anak untuk
belajar sepanjang hayatnya, memberi keterampilan kepada anak untuk secara
lincah menyesuaikan diri kepada lingkungan masyarakat yang dengan cepatnya
berubah-ubah.

D. Ciri-Ciri Manusia Yang Menjadi Pelajar Sepanjang Hayat


1) Memliki kesadaran bahwa dirinya harus belajar sepanjang hayat.
2) Memiliki pandangan bahwa belajar hal-hal yang baru merupakan cara logis untuk
mengatasi masalah.
3) Bersemangat tinggi untuk belajar pada semua level.
4) Menyambut baik perubahan.
5) Percaya bahwa tantangan sepanjang hidup adalah peluang untuk belajar hal baru.
6) Memiliki rasa ingin tahu yang tinggi.
7) Memiliki sifat kepercayaan diri atau optimisme yang tinggi.
8) Memiliki sifat ikhlas dan kesabaran dalam mencari ilmu pengetahuan sebanyak-
banyaknya.
9) Memiliki sifat konsistensi yang tinggi dan tidak putus asa untuk terus belajar.
10) Memiliki visi dan misi yang jelas dalam hidupnya.
11) Tuntutan pekerjaan.

E. Karakteristik Pendidikan Sepanjang Hayat Adapun karakteristik


pendidikan sepanjang hayat yaitu:
1) Hidup, seumur hidup, dan pendidikan merupakan tiga istilah pokok yang
menentukan lingkup dan makna pendidikan seumur hidup.
2) Pendidikan tidaklah selesai setelah berakhirnya masa sekolah, tetapi merupakan
sebuah proses yang berlangsung sepanjang hidup.
3) Pendidikan seumur hidup tidak diartikan sebagai pendidikan orang dewasa, tetapi
pendidikan seumur hidup mencakup dan memadukan semua tahap pendidikan
(pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan sebagainya).
4) Pendidikan seumur hidup mencakup pola-pola pendidikan formal maupun pola-
pola pendidikan non-formal.
5) Pendidikan sepanjang hayat mampu menghilangkan tembok pemisah antara
sekolah dengan lingkungan kehidupan nyata di luar sekolah.

ix
6) Pendidikan sepanjang hayat mampu menempatkan kegiatan belajar sebagai bagian
dari proses hidup yang berkesinambungan.
7) Pendidikan sepanjang hayat lebih mengutamakan pembekalan sikap dan metode
dari pada isi pendidikan.
8) Pendidikan sepanjang hayat mampu menempatkan peserta didik sebagai individu
yang menjadi pelaku utama dalam proses pendidikan.
9) Pendidikan seumur hidup memiliki dua macam komponen besar yaitu pendidikan
umum dan pendidikan professional. Komponen tersebut tidaklah berpisah sama
sekali antara yang satu dengan yang lainnya. Tetapi, saling berhubungan dan
dengan sendirinya bersifat interaktif.
10) Tujuan akhir pendidikan seumur hidup adalah mempertahankan dan
meningkatkan mutu hidup.

F. Fungsi Pendidikan Karakter


Secara umum fungsi pendidikan ini adalah untuk membentuk karakter seorang
peserta didik sehingga menjadi pribadi yang bermoral, berakhlak mulia, bertoleran,
tangguh, dan berperilaku baik. Adapun beberapa fungsi pendidikan karakter adalah
sebagai berikut:
1) Untuk mengembangkan potensi dasar dalam diri manusia sehingga menjadi
individu yang berpikiran baik, berhati baik, dan berperilaku baik.
2) Untuk membangun dan memperkuat perilaku masyarakat yang multikultur.
3) Untuk membangun dan meningkatkan peradaban bangsa yang kompetitif dalam
hubungan internasional.
Character education seharusnya dilakukan sejak dini, yaitu sejak masa kanak-
kanak. Pendidikan ini bisa dilakukan di lingkungan keluarga, sekolah, dan
lingkungan, serta memanfaatkan berbagai media belajar.
G. Tujuan Pendidikan Sepanjang Hayat dan Pendidikan Karakter
Tujuan pendidikan sepanjang hayat ialah sebagai berikut:
1) Mengembangkan potensi kepribadian manusia sesuai dengan kodrat dan
hakikatnya, yakni seluruh aspek pembawaannya seoptimal mungkin. Dengan
demikian, secara potensial keseluruhan potensi manusia diisi sesuai kebutuhannya
agar dapat berkembang secara wajar.
2) Mengembangkan proses pertumbuhan dan perkembangan kepribadian manusia
bersifat hidup dan dinamis maka pendidikan wajar berlangsung selama manusia
hidup.
3) Menciptakan belajar untuk hidup (learning to be) dan membentuk masyarakat
belajar (learning society).
4) Sebagai pembelajaran mandiri (self learning) yaitu menyesuaikan diri dengan
perubahan positif yang terus menerus dan berkembang dalam sepanjang
kehidupan manusia dan masyarakat serta menyiapkan diri guna mencapai
kehidupan yang lebih baik dimasa yang akan datang.
5) Membangun seseorang untuk meningkatkan produktifitas individu, organisasi,
tempat kerja, dan negara.
6) Mampu mengembangkan potensi, pengetahuan dan ketrampilan yang dimilikinya.
Adapun tujuan Pendidikan karakter Pada dasarnya tujuan utama pendidikan karakter
adalah untuk membangun bangsa yang tangguh, dimana masyarakatnya berakhlak
mulia, bermoral, bertoleransi, dan bergotong-royong. Untuk mencapai tujuan tersebut
maka di dalam diri peserta didik harus ditanamkan nilai-nilai pembentuk karakter

x
yang bersumber dari Agama, Pancasila, dan Budaya. Berikut adalah nilai-nilai
pembentuk karakter tersebut:
1) Kejujuran
2) Sikap toleransi
3) Disiplin
4) Kerja keras
5) Kreatif
6) Kemandirian
7) Sikap demokratis
8) Rasa ingin tahu
9) Semangat kebangsaan
10) Cinta tanah air
11) Menghargai prestasi
12) Sikap bersahabat
13) Cinta damai
14) Gemar membaca
15) Perduli terhadap lingkungan
16) Perduli sosial
17) Rasa tanggungjawab
18) Religius

H. Empat pilar pendidikan UNESCO mengenai pendidikan sepanjang hayat


1) Learning To Know merupakan prinsip bahwa belajar adalah untuk mengetahui
atau memahami. Prinsip pembelajaran ini harus dikondisikan agar siswa aktif dan
menciptakan suasana untuk selalu ingin mengetahui dan memahami sesuatu yang
baru. Dengan demikian pembelajaran hendaknya menciptakan sikap ‘penasaran’
pada murid, sehingga murid selalu ingin belajar lebih jauh (Sukiyasa, 2013).
Pilar pertama ini merupakan pintu gerbang pertama masuknya ilmu
pengetahuan, maka keaktifan siswa sangatlah penting. Hal ini juga merupakan
suatu hal mendasar dalam keberhasilan proses pembelajaran. Metode yang
menarik dan inovatif dapat digunakan oleh pendidik untuk memberikan stimulus
agar siswa aktif untuk mencari informasi-informasi baru. Keaktifan tersebut dapat
berupa fisik dan keaktifan psikis (Nugroho, 2016).
Langkah-langkah yang dapat dilakukan oleh guru untuk membangkitkan
keaktifan siswa menurut Moh. Uzer Usman (1993) diantaranya adalah
a) Memberikan motivasi sebelum pembelajaran dimulai.
b) Menjelaskan tujuan instruksional.
c) Mengingatkan kompetensi belajar.
d) Memberikan stimulus berupa masalah, topik, dan konsep yang akan dipelajari.
e) Memunculkan aktifitas, partisipasi peserta didik dalam kegiatan pembelajaran.
f) Memberikan umpan balik (feedback).
g) Melakukan tagihan-tagihan kepada peserta didik berupa tes sehingga
kemampuan peserta didik selalu terpantau dan terukur.
h) Menyimpulkan setiap materi yang disampaikan diakhir pembelajaran.
i) Menyimpulkan setiap materi yang disampaikan diakhir pembelajaran.
j) Keaktifan dapat ditingkatkan dan diperbaiki dalam keterlibatan siswa pada
saat belajar.
2) Learning To Do

xi
Pilar yang kedua adalah learning to do yang menekankan pentingnya
berinteraksi dengan lingkungan dan memecahkan masalah yang muncul.
Kemampuan soft skill dan hard skill sangat dibutuhkan dalam penguatan pilar ini.
Karena sesungguhnya pendidikan merupakan bagian penting dalam penyiapan
SDM (Sumber Daya Manusia) yang berkualitas, dan cakap dalam menghadapi
perkembangan jaman dengan cara mengembangkan seluruh potensi yang
dimilikinya (Laksana, 2016). Hard skill merupakan penguasaan ilmu pengetahuan,
teknologi, dan kemampuan teknis yang berhubungan dengan bidang ilmunya
(Safrudin, 2018), sedangkan soft skill merupakan keterampilan di luar
keterampilan teknis (Makmun, 2017). Dua kemampuan yang dimiliki oleh setiap
individu, jika dikembangkan secara seimbang maka akan menumbuhkan jiwa atau
pribadi yang berkualitas.
3) Learning To Be
Pilar ketiga ini adalah usaha yang dilakukan pendidik agar siswa dapat
mencari jati dirinya sesuai dengan kemampuan yang dimiliki baik itu hard skill
maupun soft skill. Terkait proses pencarian jati diri, terdapat beberapa sumber
yang mempengaruhi pembentukan identitas diri pada remaja yaitu :
a) Lingkungan sosial, dimana remaja tumbuh dan berkembang seperti keluarga,
tetangga dan kelompok teman sebaya.
b) Kelompok acuan (reference group), yaitu kelompok yang terbentuk pada
remaja misalnya kelompok agama atau kelompok yang memiliki minat yang
sama dimana melalui kelompok tersebut remaja dapat memperoleh nilai-nilai
dan peran yang dapat menjadi acuan bagi dirinya.
c) Tokoh idola, yaitu seseorang yang sangat berarti seperti sahabat, guru, kakak,
atau orang yang mereka kagumi.
4) Learning To Live Together
Pilar yang terakhir inilah yang akan mengantarkan siswa untuk memahami dan
manyadari bahwa dirinya merupakan bagian dari lingkungannya. Ketika siswa
telah menyadari bahwa dirinya adalah bagian dari masyarakat maka akan
menumbuhkan rasa toleransi dan tanggung jawab dalam menjalankan perannya.

I. Wadah Pendidikan Sepanjang Hayat


Pendidikan sepanjang hayat berwadahkan di semua lembaga pendidikan, sumber-
sumber informasi, sesuai dengan kepentingan perseorangan untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya. Oleh karena itu, lembaga dari pendidikan sepanjang hayat
adalah lembaga pendidikan yang selama ini kita kenal, yaitu meliputi :
1) Pendidikan Persekolahan
2) Pendidikan Luar Sekolah
3) Sumber informasi baik berupa terbitan buku, majalah atau media massa baik cetak
atau elektronik ataupun sajian dalam internet.

J. Tahap Proses Belajar Pendidikan Sepanjang Hayat


Tahapan belajar manusia pada dasarnya terdiri dari dua bagian. Bagian yang
pertama ialah proses belajar yang tidak dapat dilihat oleh pancaindra karena proses
belajar terjadi dalam pikiran seseorang yang sedang melakukan kegiatan belajar.
Proses ini sering disebut dengan proses intern. Bagian yang kedua disebut proses
belajar ekstern. Proses ini dapat menunjukkan apakah dalam diri seseorang telah
terjadi proses belajar yang ditandai dengan adanya perubahan ke arah yang lebih baik.
Menurut Suprijanto (2007, dalam Nurbaeti, 2011) bahwa proses belajar yang terjadi

xii
dalam diri seseorang yang sedang belajar berlangsung melalui enam tahapan, yaitu
sebagai berikut.
1) Motivasi
Motivasi dalam hal ini adalah keinginan untuk mencapai suatu hal. Apabila
dalam diri peserta didik tidak ada minat untuk belajar, maka tentu saja proses
belajar tidak akan berjalan dengan baik. Jika demikian halnya, pendidik harus
menumbuhkan minat belajar tersebut dengan berbagai cara, antara lain dengan
menjelaskan pentingnya pelajaran dan mengapa materi itu perlu dipelajari.
2) Perhatian pada Pelajaran
Peserta didik harus dapat memusatkan perhatiannya pada pelajaran. Apabila hal
itu tidak terjadi, maka proses belajar akan mengalami hambatan. Perhatian peserta
ini sangat tergantung pada pembimbing.
3) Menerima dan Mengingat
Setelah memerhatikan pelajaran, seorang peserta didik akan mengerti dan
menerima, serta menyimpan dalam pikirannya. Tahap menerima dan mengingat
ini harus terjadi pada diri orang yang sedang belajar. Ada beberapa faktor yang
dapat memengaruhi penerimaan dan pengingatan ini, seperti struktur, makna,
pengulangan pelajaran, dan interverensi.
4) Reproduksi
Seseorang dalam proses belajar tidak hanya harus menerima dan mengingat
informasi baru saja, tetapi ia juga harus dapat menemukan kembali apa-apa yang
pernah dia terima. Agar peserta didik mampu melakukan reproduksi, pendidik
perlu menyajikan pengajarannya dengan cara yang mengesankan.
5) Generalisasi
Pada tahap generalisasi ini, peserta didik harus mampu menerapkan hal yang telah
dipelajari di tempat lain dan dalam ruang lingkup yang lebih

K. Pentingnya Pendidikan Karakter


Seperti kita ketahui bahwa proses globalisasi secara terus-menerus akan
berdampak pada perubahan karakter masyarakat Indonesia. Kurangnya pendidikan
karakter akan menimbulkan krisis moral yang berakibat pada perilaku negatif di
masyarakat, misalnya pergaulan bebas, penyalahgunaan obat-obat terlarang,
pencurian, kekerasan terhadap anak, dan lain sebagainya.
Menurut Thomas Lickona, setidaknya ada tujuh alasan mengapa character
education harus diberikan kepada warga negara sejak dini, yaitu;
1) Ini merupakan cara paling baik untuk memastikan para murid memiliki
kepribadian dan karakter yang baik dalam hidupnya.
2) Pendidikan ini dapat membantu meningkatkan prestasi akademik anak didik.
3) Sebagian anak tidak bisa membentuk karakter yang kuat untuk dirinya di
tempat lain.
4) Dapat membentuk individu yang menghargai dan menghormati orang lain dan
dapat hidup di dalam masyarakat yang majemuk.
5) Sebagai upaya mengatasi akar masalah moral-sosial, seperti ketidakjujuran,
ketidaksopanan, kekerasan, etos kerja rendah, dan lain-lain.
6) Merupakan cara terbaik untuk membentuk perilaku individu sebelum masuk
ke dunia kerja/ usaha.
7) Sebagai cara untuk mengajarkan nilai-nilai budaya yang merupakan bagian
dari kerja suatu peradaban.

xiii
8) Dari penjelasan tersebut kita menyadari bahwa pendidikan karakter sangat
penting bagi setiap orang. Dengan begitu, maka para guru, dosen, dan orang
tua, sudah seharusnya senantiasa menanamkan nilai-nilai karakter yang baik
kepada anak didiknya.
Kementerian Pendidikan Nasional Indonesia telah merumuskan 18 nilai-nilai
yang ditanamkan dalam diri warga Indonesia, khususnya siswa, dalam upaya
membangun dan menguatkan karakter bangsa. 18 nilai-nilai dalam pendidikan
karakter tersebut, diantaranya yaitu:
1) Religius. Sifat religius dapat dilakukan dengan menjadi individu yang patuh
dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap
pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain.
Contoh sehari hari yang dapat diterapkan adalah dengan melaksanakan sholat
dhuha dan membaca alquran sebelum memulai pelajaran atau ibadah lain
sesuai agama yang dianut peserta didik.
2) Jujur, Dengan menjadi pribadi yang jujur, akan membuat diri kita sebagai
seseorang yang selalu dapat dipercaya dalam hal apapun. Perilaku jujur dalam
kehidupan sehari hari dapat diterapkan dimana saja. Seperti tidak menyontek
tugas atau dalam tes, serta selalu terbuka kepada kedua orang tua.
3) Toleransi. Kita hidup di negara “Bhineka Tunggal Ika”, sehingga sangatlah
penting adanya sifat toleransi kepada sesama masyarakat Indonnesia. Contoh
dalam perilaku sehari-hari adalah tidak memaksakan pendapat sendiri di atas
kepentingan golongan,dan lain sebagainya.
4) Disiplin. Dengan adanya sifat disiplin masyarakat dapat menunjukkan perilaku
tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan. Contoh sehari-hari
yang bisa kita lakukan adalah dengan menaati peraturan cara berpakaian yang
sopan di sekolah.
5) Kerja Keras. Masyarakat Indonesia memiliki semangat dan kerja keras yang
tinggi dalam hal apapun yang mereka lakukan. Sifat kerja keras dapat
ditunjukan dengan selalu serius dan sungguh-sungguh dalam mengatasi
berbagai hambatan serta menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya.
6) Kreatif. Pada era globalisasi seperti ini, pemikiran kreatif sangatlah
dibutuhkan.. Karena itu kita harus bisa berfikir outside of the box sehingga
kita mampu menghasilkan karya yang inovatif dan berguna bagi banyak
orang.
7) Mandiri. Manusia harus mampu melakukan apa apa sendiri sehingga kita tidak
mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas. Contoh
dalam perilaku sehari-hari adalah mampu melaksanakan tugas sendiri bila
masih dapat dilakukan sendiri,
8) Demokratis. Masyarakat indonesia haruslah memiliki kepribadian yang
demokratis.Contoh sederhana yang bisa kita lakukan adalah dengan
menyeimbangkan hak dan kewajiban, baik itu untuk diri sendiri maupun orang
lain.
9) Rasa Ingin Tahu. Dengan timbulnya rasa ingin tahu yang dalam, kita selalu
ingin mengetahui lebih mendalam tentang segala sesuatu yang telah dan dapat
kita pelajari. Contoh yang bisa kita lakukan adalah dengan terus menerus
belajar dan rajin menimba ilmu ilmu yang baik.
10) Semangat Kebangsaan. Sikap semangat kebangsaan dapat ditunjukkan dengan
selalu menempatkan kepentingan bangsa dan negara Indonesia diatas

xiv
kepentingan pribadi. Contohnya menciptakan prestasi apapun,dan lain
sebagainya.
11) Cinta Tanah Air. Sikap cinta tanah air bisa kita tunjukan dengan bersikap, dan
berperilaku yang menunjukkan rasa kesetiaan, kepedulian penghargaan yang
tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik
bangsa, seperti dengan mengamalkan nilai nilai pancasila dan UUD 1945
dalam kehidupan sehari hari, serta selalu menaati peraturan yang ada.
12) Menghargai Prestasi. Sikap menghargai prestasi haruslah ditunjukkan baik itu
untuk prestasi pribadi maupun orang lain. Contoh sederhana yang bisa kita
lakukan adalah dengan memberi pujian kepada orang lain atas kemenangan
atau prestasi yang telah ia raih.
13) Bersahabat/Komunikatif. Kita pasti akan membutuhkan orang lain dalam
segala urusan kita, sehingga sangat penting bagi masyarakat untuk selalu
bersahabat dalam pertemanan serta komunikatif kepada siapapun. Contoh
yang bisaa kita lakukan adalah dengan senantiasa bersikap ramah dan sopan
kepada orang tua, teman dan tetangga.
14) Cinta Damai. Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk
menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta
menghormati keberhasilan orang lain. Contoh dalam perilaku sehari-hari tidak
membuat ujaran kebencian, tidak melakukan perundungan dan sebagainya.
15) Gemar Membaca. Sikap suka membaca akan menciptakan masyarakat dengan
pemikiran pintar dan selalu terbuka akan ilmu pengetahuan.
16) Peduli Lingkungan. Sikap peduli lingkungan tersebut dapat ditunjukkan
dengan senantiasa menjaga lingkungan yang kita tinggali dan senantiasa
memperbaiki kerusakan lingkungaan yang ada di masyarakat. Contoh sehari
hari yang dapat kita lakukan adalah membuang sampah pada tempatnya, dan
selalu membersihkan lingkungan sekolah dan sekitar
17) Peduli Sosial. Sikap pedulu sosial sangatlah penting bagi masyarakat
Indonesia. Hal tersebut bisa ditunjukkan dalam tindakan yang selalu ingin
memberi bantuan pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan.
18) Tanggung Jawab. Bertanggung jawab dalam segala perbuatan dan pekerjaan
yang kita lakukan merupakan kewajiban pada diri sendiri, masyarakat,
lingkungan, negara dan Tuhan Yang Maha Esa. Contoh yang bisa kita
terapkan adalah dengan selalu amanah dalam hal yang kita lakukan dengan
sebaik baiknya,dll.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pendidikan sepanjang hayat (Life Long Education) adalah bahwa
pendidikan tidak berhenti hingga individu menjadi dewasa, tetapi tetap
berlanjut sepanjang hidupnya.Dasar pikiran mengenai pendidikan sepanjang

xv
hayat antara lain yaitu, tinjauan idiologis, ekonomis, sosiologis, politis,
teknologis, psikologis, dan paedagogis.Asas pendidikan seumur hidup itu
merumuskan suatu asas bahwa proses pendidikan merupakan suatu proses
kontinu, yang bermula sejak seseorang dilahirkan hingga meninggal
dunia.Tujuan dari pendidikan sepanjang hayat yaitu Mengembangkan
potensi kepribadian manusia sesuai dengan kodrat dan hakikatnya, yakni
seluruh aspek pembawaannya seoptimal mungkin.

Adapun Pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai


karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan,
kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai
tersebut. Pendidikan karakter dapat dimaknai sebagai “the deliberate use of
all dimensions of school life to foster optimal character development”.
Dalam pendidikan karakter di sekolah, semua komponen (pemangku
pendidikan) harus dilibatkan, termasuk komponen-komponen pendidikan
itu sendiri, yaitu isi kurikulum, proses pembelajaran dan penilaian,
penanganan atau pengelolaan mata pelajaran, pengelolaan sekolah,
pelaksanaan aktivitas atau kegiatan ko-kurikuler, pemberdayaan sarana
prasarana, pembiayaan, dan ethos kerja seluruh warga sekolah/lingkungan.

B. Saran
Konsep tentang Pendidikan sepanjang hayat dan Pendidikan karakter
diharapkan akan mengubah pandangan masyarakat bahwa Pendidikan bukan
hanya belajar di sekolah formal saja,melaikan dapat dilakukan dimana saja,dan
kapan saja misalnya di lingkungan keluarga dan masyarakat. Untuk
mendukung konsep tentang pembelajaran sepanjang hayat dan Pendidikan
karakter, dibutuhkan peran aktif dari masyarakat dan pemerintah. Sehingga
konsep Pendidikan sepanjang hayat dan Pendidikan karakter dapat terealisikan
dengan baik

DAFTAR PUSTAKA

xvi

Anda mungkin juga menyukai