Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

REFORMASI PENDIDIKAN

Dosen Pengampu : Dr. Ernawatie, S.Pd, M.M.Pd

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 4

Cleodora Crismasti Deavasti : 213010213002


Egidia Natalia : 213020213026
Fernanda Fajar Nadiantika : 213020213019

PRODI PG PAUD

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PALANGKA RAYA

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “
Reformasi Pendidikan " Ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
dosen pada mata kuliah (Profesi Pendidikan) selain itu, makalah ini juga bertujuan
untuk menambah wawasan tentang “ Reformasi Pendidikan ” bagi para pembaca
dan juga bagi penulis.

Tidak lupa kami ucapkan terimakasih kepada Ibu Dr. Ernawatie, S.Pd, M.M.Pd
Selaku dosen pengampu yang membimbing kami dalam mata kuliah ini, mungkin
dalam pembuatan makalah ini terdapat kesalahan yang belum kami ketahui.
Sebagai manusia biasa, kami terbuka dari saran dan kritikan teman teman maupun
dosen. Demi tercapainya makalah yang sempurna di masa mendatang.

Palangkaraya, 26 Oktober 2022

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................... i

DAFTAR ISI .................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1

A. Latar Belakang ................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah ............................................................................. 2
C. Tujuan ................................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN................................................................................. 3

A. Pengertian Pendidikan.......................................................................
B. Pengertian Reformasi.........................................................................
C. Pendidikan Nasional Indonesia.........................................................
D. Reformasi Kebijakan Pendidikan.....................................................
E. Pengertian Reformasi Pendidikan....................................................
F. Kondisi Reformasi Pendidikan di Indonesia....................................
G. Kelebihan dan Kelemahan Reformasi Pendidikan.........................
H. Tujuan Reformasi Pendidikan Nasional..........................................
a. Upaya Pembangunan Pendidikan Nasional.................................
b. Dasar dan Aspek Legal Pembangunan Pendidikan Nasional....

BAB III PENUTUP.........................................................................................

A. KESIMPULAN...................................................................................
B. Saran....................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan kata kunci untuk meningkatkan kesejahteraan dan
martabat bangsa, tetapi pendidikan tidak akan maju kalau tidak direformasikan.
Meskipun ada dalam beragai keadaan pemerintah tetap harus berusaha meskipun
terdapat kelemahannya tetapi terdapat pula kelebihannya dan kelebihan itu harus
bisa menutupi kekurangannya berdasarkan pada tujuannya. Upaya pembangunan
tidak bisa diwujudkan oleh pemerintah saja tetapi perlu bantuan dari masyarakat
dan anak-anak bangsa, jadi pemerintah menaungi masyarakatnya dengan
menetapkan aturan-aturan yang berlandaskan dengan falsafah Negara.

B. Rumusan Masalah
1) Pengertian Pendidikan
2) Pengertian Reformasi
3) Pendidikan Nasional Indonesia
4) Reformasi Kebijakan Pendidikan
5) Pengertian Reformasi Pendidikan
6) Kondisi Reformasi Pendidikan di Indonesia
7) Kelebihan dan Kelemahan Reformasi Pendidikan
8) Tujuan Reformasi Pendidikan Nasional
a. Upaya Pembangunan Pendidikan Nasional
b. Dasar dan Aspek Legal Pembangunan Pendidikan Nasional

C. Tujuan
1) Untuk mengetahui Pengertian Pendidikan
2) Untuk mengetahui Pengertian Reformasi

1
3) Untuk mengetahui Pendidikan Nasional Indonesia
4) Untuk mengetahui Reformasi Kebijakan Pendidikan
5) Untuk mengetahui Pengertian Reformasi Pendidikan
6) Untuk mengetahui Kondisi Reformasi Pendidikan di Indonesia
7) Untuk mengetahui Kelebihan dan Kelemahan Reformasi Pendidikan
8) Untuk mengetahui Tujuan Reformasi Pendidikan Nasional
a. Untuk mengetahui Upaya Pembangunan Pendidikan Nasional
b. Untuk mengetahui Dasar dan Aspek Legal Pembangunan
Pendidikan Nasional

2
BAB II

PEMBAHASAN

1. Pengertian Pendidikan

Pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan oleh keluarga, masyarakat,


dan pemerintah, melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan atau latihan, yang
berlangsung di sekolah dan di luar sekolah sepanjang hayat, untuk mempersiapkan
peserta didik agar dapat memainkan peranan dalam berbagai lingkungan hidup
secara tepat di masa yang akan datang. Pendidikan adalah pengalaman-pengalaman
belajar terprogram dalam bentuk pendidikan formal, non formal, dan informal di
sekolah, dan di luar sekolah, yang berlangsung seumur hidup yang bertujuan
optimalisasi pertimbangan kemampuan-kemampuan individu, agar dikemudian
hari dapat memainkan peranan hidup secara sehat.(Redja Mudyahardjo, 2011)

Karakteristik dari pengertian tersebut, (1) masa pendidikan berlangsung


seumur hidup, yang kegiatan-kegiatannya tidak berlangsung sembarangan, tetapi
pada saat-saat tertentu; (2) lingkungan pendidikan berlangsung dalam sebagian
kehidupan. Pendidikan tidak berlangsung dalam lingkungan hidup yang tergelar
dengan sendirinya. Lingkungan alam sekitar yang alami tidak merupakan
lingkungan pendidikan. pendidikan hanya berlangsung dalam lingkungan hidup
yang kultural; (3) bentuk kegiatan. Pendidikan dapat berbentuk pendidikan formal,
pendidikan informal, dan pendidikan non formal. Kegiatan pendidikan berbentuk
bimbingan, pengajaran, dan atau latihan. Pendidikan selalu merupakan usaha yang
tercakup di dalamnya usaha pengelolaan pendidikan, baik dalam bentuk
pengelolaan pendidikan nasional, maupun satuan pendidikan, serta usaha
melaksanakan kegiatan pendidikan. Pendidikan berorientasi kepada komunikasi
pendidik dan peserta didik. Kegiatan pendidikan berbentuk kegiatan belajar
mengajar.(Redja Mudyahardjo, 2011)

3
Menurut Suparlan Suhartono pendidikan dalam arti alternatif, ditandai
bahwa pelaku pendidikan merupakan keluarga, masyarakat dan sekolah (di bawah
otoritas pemerintah) dalam suatu sistem integral yang disebut „tripartit‟
pendidikan. Fungsi dan peranan tripartit pendidikan adalah menjembatani
pendidikan keluarga, pendidikan sekolah, dan pendidikan masyarakat luas.
Tujuannya, agar aspirasi pendidikan yang tumbuh dari setiap keluarga dapat
dikembangkan di dalam kegiatan pendidikan sekolah, untuk kemudian dapat
diimplementasikan di dalam kehidupan masyarakat luas. Pendidikan diposisikan
dan diperankan secara sentral di dalam kehidupan bermasyarakat dengan suatu
sistem „linier‟ dan berproses secara berkesinambungan. Dalam arti kata,
pendidikan berlangsung sepanjang zaman dan mutlak dilakukan oleh setiap
individu. Proses itu diawali dari pertumbuhan potensi moral dan kultural di dalam
keluarga, diproses secara keilmuan di sekolah, untuk kemudian dikembangkan dan
ditanamkan dalam kelangsungan kehidupan masyarakat luas.(Suparlan Suhartono,
2007)

Dalam konteks itu, para pakar pun memberikan sejumlah pengertian tentang
pendidikan, di antaranya:

John Dewey

Pendidikan adalah proses pembentukan kecakapan-kecakapan fundamental secara


intelektual dan emosional ke arah alam dan sesama manusia. Lebih dari itu, Dewey
memandang bahwa pendidikan sebagai suatu proses pembentukan kemampuan
dasar yang fundamental, baik menyangkut daya pikir (mtelektual) maupun daya
perasaan (emosional), menuju ke arah tabiat manusia dan manusia biasa.(Arifin,
1993)

J.J. Rouseau

Pendidikan adalah memberi kita perbekalan yang tidak ada pada masa kanak-
kanak, akan tetapi kita membutuhkannya pada waktu dewasa.

John Stuart Mill

Pendidikan adalah segala sesuatu yang dikerjakan oleh seseorang untuk dirinya
atau yang dikerjakan oleh orang lain untuk dia, dengan tujuan mendekatkan dia

4
kepada tingkat kesempurnaan. Driyarkara Pendidikan ialah pemanusiaan manusia
muda atau pengangkatan manusia muda ke taraf insani.(Driyarkara, 1950)

M. Arifin

Pendidikan adalah bahwa proses kependidikan itu mengandung "pengarahan" ke


arah tujuan tertentu. Alih kata, pendidikan itu tidak hanya menumbuhkan,
melainkan mengembangkan ke arah tujuan akhir. Juga tidak hanya suatu proses
yang sedang berlangsung, melainkan suatu proses yang berlangsung ke arah
sasarannya.(Arifin, 1993)

Ahmad D. Marimba

Pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh si pendidik terhadap
perkembangan jasmani dan rohani si terdidik menuju terbentuknya kepribadian
yang utama. Unsur-unsur yang terdapat dalam pendidikan dalam hal ini adalah; (a)
usaha (kegiatan), usaha itu bersifat bimbingan (pimpinan atau pertolongan) dan
dilakukan secara sadar; (b) ada pendidik, pembimbing, atau penolong; (c) ada yang
dididik atau si terdidik; (d) bimbingan itu mempunyai dasar dan tujuan; e) dalam
usaha itu tentu ada alat-alat yang dipergunakan. (Ahmad D. Marimba, 1987)

Ki Hajar Dewantara

Pendidikan yaitu tuntunan di dalam hidup tumbuhnya anak-anak, adapun


maksudnya, pendidikan yaitu menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada
anak-anak itu, agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat
dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggitingginya.(Suwarno,
1985)

Menurut Kamus Bahasa Indonesia

Pendidikan berasal dari kata “didik”, kata ini mendapat awalan kata “me” sehingga
menjadi “mendidik” artinya memelihara dan memberi latihan. Dalam memelihara
dan memberi latihan diperlukan adanya ajaran, tuntutan dan pimpinan mengenai
akhklak dan kecerdasan pikiran.(KBBI, n.d.)

5
UU No. 20 tahun 2003

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar
dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara.(KBBI, 2003) Dengan demikian, pendidikan
hakikatnya adalah suatu proses memberitahu dan mendidik peserta didik.
Memberitahu artinya memasukkan suatu pengertian, pernyataan, dan penalaran ke
dalam otak warga didik agar mereka tahu tentang sesuatu. Mendidik artinya
mengubah perilaku warga didik sesuai dengan aturan sosial yang berlaku. Jadi
kalau kondisi alam dan sosial berubah, maka pendidikan harus berubah mengukuti
perubahan alam dan social. (Prawironegoro, 2010)

Pendidikan dalam arti luas adalah hidup. Pendidikan adalah segala pengalaman
belajar yang berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup.
Pendidikan adalah situasi hidup yang mempengaruhi pertumbuhan individu.

Pendidikan dalam arti sempit adalah sekolah. Pendidikan adalah pengajaran yang
diselenggarakan disekolah sebagai lembaga pendidikan formal. Pendidikan adalah
pengaruh yang di upayakan sekolah terhadap anak dan remaja yang diserahkan
kepadanya agar mempunyai kemampuan yang sempurna dan kesadaran penuh
terhadap hubungan-hubungan dan tugas-tugas sosial mereka.

Jelasnya, esensi pendidikan adalah sebuah proses pendewasaan. Pendewasaan


dari ketidakmatangan menuju kematangan. Kematangan dalam berfikir, bersikap,
berkreasi, dan berbudi pekerti. Hanya saja, kematangan yang dimaksud sangat
tentatif. Ia, senantiasa adaptif dengan perubahan. Jadi, kematangan seseorang
dalam menyelami pendidikan tanpa akhir. Alih kata, pendidikan dalam arti yang
sesungguhnya itu tidak mengenal kata selesai.

2. Pengertian Reformasi

Reformasi secara etimologi yang berasal dari kata formasi, yang berarti
susunan atau bentuk susunan instansi. Pendidikan yaitu pengetahuan tentang

6
mendidik. Nasional yaitu yang berkenaan dengan bangsa sendiri. Reformasi berarti
perubahan radikal untuk perbaikan dalam bidang sosial, politik atau agama di
dalam suatu masyarakat atau Negara. Orang-orang yang melakukan atau
memikirkan reformasi itu disebut reformis yang tak lain adalah orang yang
menganjurkan adanya usaha perbaikan tersebut tanpa kekerasan.

Menurut Banathy (1991) dalam buku menyemai benih teknologi pendidikan


Reformasi dikatakan sebagai usaha “doing more of the same”. Usaha ini kemudian
ditingkatkan dengan “doing more of the same but doing it better”, yang merupakan
usaha peningkatan efesiensi.

Reformasi berarti perubahan dengan melihat keprluan masa depan,


menekankan kembali pada bentuk asal, berbuat lebih baik dengan menghentikan
penyimpangan-penyimpangan dan praktek yang salah atau memperkenalkan
prosedur yang lebih baik, suatu perombakan menyeluruh dari suatu system
kehidupan dalam aspek politik, ekonomi, hokum, social dan tentu saja termasuk
bidang pendidikan. Reformasi juga berarti memperbaiki, membetulkan,
menyempurnakan dengan membuat sesuatu yang salah menjadi benar. Oleh karena
itu, reformasi berimplikasi pada merubah sesuatu untuk menghilangkan yang tidak
sempurna seperti melalui perubahan kebijakan institusional.

Reformasi pendidikan adalah upaya perbaikan pada bidang pendidikan.


Reformasi pendidikan memiliki dua karakteristik dasar yaitu terprogram dan
sistemik. Reformsi pendidikan yang terprogram menunjuk pada kurikulum atau
program suatu institusi pendidikan. Yang termasuk kedalam reformasi terprogram
ini adalah inovasi. Inovasi adalah memperkenalkan ide baru, metode baru atau
sarana baru untuk meningkatkan beberapa aspek dalam proses pendidikan agar
terjadi perubahan secara kontras dari sebelumnya dengan maksud-maksud tertentu
yang ditetapkan.

3. Pendidikan Nasional Indonesia

Proses pendidikan merupakan kegiatan memobilisasi segenap komponen


pendidikan oleh pendidik terarah kepada pencapaian tujuan pendidikan.
Bagaimana proses pendidikan itu dilaksanakan sangat menentukan kualitas hasil

7
pencapaian tujuan pendidikan. Kualitas proses pendidikan menggejala pada dua
segi, yaitu kualitas komponen dan kualitas pengelolaannya. Kedua segi tersebut
satu sama lain saling tergantung. Walaupun komponen-komponennya cukup baik,
seperti tersedianya prasarana dan sarana serta biaya yang cukup, juga ditunjang
dengan pengelolaan yang andal maka pencapaian tujuan tidak akan tercapai secara
optimal. Demikian pula bila pengelolaan baik tetapi di dalam kondisi serba
kekurangan, akan mengakibatkan hasil yang tidak optimal.

Berdasarkan UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,


bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara.

Definisi di atas memberi penegasan bahwa: Pertama, usaha yang tidak


terencana, apalagi tidak disengaja, bukanlah pendidikan. Kedua, pencipta suasana
belajar dan upaya membelajarakan peserta didik merupakan key concept dari
aktivitas pendidikan. Ketiga, aktivitas yang disadari dan rencanakan tersebut harus
diarahkan untuk mengembangkan potensi peserta didik. Keempat, aspek-aspek
yang tercakup dalam potensi diri peserta didik meliputi dimensi: spiritual,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, keterampilan prakis.

Pendidikan nasional adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan


Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang berakar pada
nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap terhadap tuntutan
perubahan zaman. Sistem pendidikan nasional adalah keseluruhan komponen
pendidikan yang saling terkait secara terpadu untuk mencapai tujuan pendidikan
nasional. Pendidikan Nasional berorientasi pada perwujudan tatanan baru
kehidupan masyarakat dan bangsa Indonesia dalam mewujudkan masyarakat
madani Indonesia (civil society). Masyarakat baru yang bersifat pluralistik yang
berkepribadian Indonesia diharapkan mampu mendorong semangat kesatuan dan
persatuan bangsa dalam rangka mengejar cita-cita dan harapan masa depan yang
cerah.

8
Pendidikan di masa depan harus mampu mempercepat terbentuknya tatanan
masyarakat yang Pertama, menghargai perbedaan pendapat sebagai manifestasi
dari rasa tanggung jawab dan kepedulian terhadap kehidupan berbangsa dan
bernegara serta pemantapan kehidupan demokrasi di semua bidang kehidupan.
Kedua, tertib sadar hukum, memiliki budaya malu, dan mampu menciptakan
keteladanan. Ketiga, memiliki rasa percaya diri, mandiri dan kreatif, memiliki etos
kerja yang tinggi, serta berorientasi terhadap penguasaan ilmu pengetahuan dan
teknologi (iptek) dalam memacu keunggulan bangsa dalam kerangka persaingan
dunia.

Adanya tuntutan Undang-Undang Dasar 1945 pasal 31 ayat 3 yang berbunyi


“Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan
nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur dengan undang-undang”,
maka diberlakukan UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Pendidikan Nasional bertujuan untuk membentuk karakter bangsa, seperti


menambah ilmu pengetahuan, kreativitas, keterampilan, kepercayaan diri,
motivasi, serta ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Tujuan-tujuan tersebut
dapat dipantau sejak anak atau seseorang memulai pendidikan dari awal hingga
akhir, dengan adanya suatu penilaian selama menjalani masa pendidikan.
Mencermati pendidikan nasional yang ada di Indonesia menggunakan sistem
pendidikan yang diberikan dengan memberikan pembelajaran atau mengajarkan
materi tertentu, dan pada akhir materi akan diberikan suatu penilaian untuk
mengukur kemampuan siswa. Dengan adanya penilaian maka dapat dipantau
seberapa besar kemajuan, kemampuan dan tingkat pemahaman dari peserta didik.
Salah satunya yang selalu dijadikan penilaian dari pendidikan nasional Indonesia
adalah melalui Ujian Nasional (UN). Namun, sebenarnya dengan Ujian Nasional
belum dapat dijadilkan sebagai cara untuk mengukur tujuan pendidikan lainnya,
seperti membentuk akhlak, spiritual keagamaan, kepribadian, dan lain-lain.
Dengan ujian nasional di akhir pendidikan, yang dapat dinilai hanyalah yang
berhubungan dengan penyampaian materi selama masa pendidikan saja, bukan
karakter kepribadian.

9
Reformasi pendidikan adalah upaya perbaikan pada bidang pendidikan.
Reformasi pendidikan memiliki dua karakteristik dasar yaitu terprogram dan
sistemik. Reformsi pendidikan yang terprogram menunjuk pada kurikulum atau
program suatu institusi pendidikan. Yang termasuk kedalam reformasi terprogram
ini aadalah inovasi. Inovasi adalah memperkenalkan ide baru, metode baru atau
sarana baru untuk meningkatkan beberapa aspek dalam proses pendidikan agar
terjadi perubahan secara kontras dari sebelumnya dengan maksud-maksud
tertentu yang ditetapkan.

4. Reformasi Kebijakan Pendidikan


Reformasi secara etimologi yang berasal dari kata formasi, yang berarti
susunan atau bentuk susunan instansi. Pendidikan yaitu pengetahuan tentang
mendidik. Nasional yaitu yang berkenaan dengan bangsa sendiri. Reformasi
berarti perubahan radikal untuk perbaikan dalam bidang sosial, politik atau
agama di dalam suatu masyarakat atau Negara. Orang-orang yang
melakukan atau memikirkan reformasi itu disebut reformis yang tak lain
adalah orang yang menganjurkan adanya usaha perbaikan tersebut tanpa
kekerasan.
Menurut Banathy (1991) dalam buku menyemai benih teknologi pendidikan
Reformasi dikatakan sebagai usaha “doing more of the same”. Usaha ini
kemudian ditingkatkan dengan “doing more of the same but doing it better”,
yang merupakan usaha peningkatan efesiensi.4
Reformasi berarti perubahan dengan melihat keprluan masa depan,
menekankan kembali pada bentuk asal, berbuat lebih baik dengan
menghentikan penyimpangan-penyimpangan dan praktek yang salah atau
memperkenalkan prosedur yang lebih baik, suatu perombakan menyeluruh
dari suatu system kehidupan dalam aspek politik, ekonomi, hokum, social
dan tentu saja termasuk bidang pendidikan. Reformasi juga berarti
memperbaiki, membetulkan, menyempurnakan dengan membuat sesuatu
yang salah menjadi benar. Oleh karena itu,reformasi berimplikasi pada
merubah sesuatu untuk menghilangkan yang tidak sempurna seperti melalui
perubahan kebijakan institusional.5

10
Reformasi pendidikan adalah upaya perbaikan pada bidang pendidikan.
Reformasi pendidikan memiliki dua karakteristik dasar yaitu terprogram dan
sistemik. Reformsi pendidikan yang terprogram menunjuk pada kurikulum
atau program suatu institusi pendidikan. Yang termasuk kedalam reformasi
terprogram ini adalah inovasi. Inovasi adalah memperkenalkan ide baru,
metode baru atau sarana baru untuk meningkatkan beberapa aspek dalam
proses pendidikan agar terjadi perubahan secara kontras dari sebelumnya
dengan maksud- maksud tertentu yang ditetapkan.

5. Pengertian Reformasi Pendidikan


Reformasi memiliki arti memperbaiki, membetulkan, menyempurnakan dengan
membuat sesuatu yang salah menjadi benar. Reformasi berimplikasi pada
merubah sesuatu, menghilangkan yang tidak sempurna menjadi lebih sempurna
seperti melalui perubahan kebijakan institusional. Sedangkan pendidikan adalah
pengetahuan tentang mendidik. ehingga reformasi pendidikan merupakan upaya
perubahan dalam lingkup pendidikan. Reformasi pendidikan dapat diibaratkan
sebagai pohon yang terdiri dari empat bagian yaitu akar, batang, cabang, dan
daunnya. Akar reformasi yang merupakan landasan filosofi yang tidak bersumber
dari cara hidup masyarakat. Sebagai akarnya reformasi pendidikan adalah masalah
setralisasi, disentralisasi, masalah pemerataan mutu dan siklus politik
pemerintahan setempat. Sebagai batangnya adalah berupa mandat dari pemerintah
dan standar standarnya tentang struktur dan tujuannya. Cabang-cabang refomasi
pendidikan adalah managemen lokal, pemberdayaan guru, perhatian pada daerah
setempat. Sedangkan daun daun informasi pendidikan adalah keterlibatan orang
tua peserta didik dan keterlibatan masyarakat untuk menenetukan misi sekolah
yang dapat di terima dan berniali bagi masyarakat setempat. Berdasarkan
perumpamaan tersebut dapat diketahui bahwa dalam menjalankan reformasi
pendidikan di indonesia harus dilaksanakan secara bersama dengan melibatkan
semua aspek dimulai dari pihak keluarga, masyarakat, sekolah, serta pemerintahan
yang saling berkesinambungan menjalankan reformasi pendidikan yang ada sesuai
dengan tujuan awal dibentuknya reformasi Pendidikan di indonesia.

11
6.Kondisi Reformasi Pendidikan di Indonesia

Terinspirasi dari model reformasi pendidikan di Amerika Serikat yang


diawali dengan kajian mendalam tentang kenyataan pencapaian
pendidikan yang mereka selenggarakan, nampaknya pendidikan di
Indonesia perlu mengadaptasi penglaman baik (the best practice) yang
dilakukan oleh negara-negara lain di dunia termasuk negara-negara di
Amerika dan Eropa. Jika reformasi pendidikan di Amerika dipicu oleh
adanya hasil temuan yang berkaitan dengan (1) konten seperti kurikulum;
(2) ekspektasi negara tentang tingkat pengetahuan, kemampuan, dan
keterampilan yang seharusnya dimiliki oleh pendidikan dasar, menengah,
dan pendidikan tinggi; (3) waktu yang dihabiskan oleh peserta didik di
rumah dan di sekolah; dan (4) temuan yang berhubungan pembelajaran,
dalam hal ini tentang prefesionalisme guru dalam perencanaan dan
pelaksanaan pembelajaran, maka Indonesia perlu merumuskan berbagai
hasil temuan sehingga permasalahan yang membelenggu sistem
pendidikan selama ini betul-betul dapat teridentifikasi dengan baik secara
menyeluruh.
Begitu pula, pengalaman baik sebagian besar negera-negara Eropa yang
mengkaji secara bersama-sama kecenderungan perubahan global yang
membawa dampak pada pelaksanaan restrukturisasi pendidikan pada
masing-masing negara di Eropa. Restrukturisasi sistem pendidikan tinggi
distimulasi oleh empat fenamena, yakni (1) transformasi aktivitas industri,
(2) proses neoliberalisasi telah meningkatkan arus mobilitas tenaga kerja
yang berkualitas, (3) bersatunya kekuatan ekonomi dan politik di Eropa
meningkatkan arus kerja sama antarnegara dalam berbagai bidang, (4)
proses neoliberalisasi berdampak pada memudarnya nation- state.9
Berdasarkan model reformasi pendidikan sebagaimana dilakukan oleh
negara- negara besar tersebut di atas, maka dapat dipahami bahwa terdapat
dua aspek yang menstimulasi lahirnya reformasi pendidikan, yakni (1)
aspek internal seperti kualitas pendidikan yang diselenggarakan dan (2)
aspek eksternal, yakni tuntutan perubahan global yang memerlukan

12
penyesuaian sistem pendidikan sehingga sesuai dengan perkembangan
zaman.
Secara internal, berbagai kendala yang dihadapi oleh sektor pendidikan
Indonesia menjadi alasan kuat tentang perlunya melakukan reformasi
sistem pendidikan nasional. Adapun kendala-kendala yang dimaksud
antara lain adalah:
1. Rendahnyamutupendidikandantingginyaangkaputussekolah
2. Rendahnya kesadaran dan penguasaan teknologi para pelaku pendidikan
sehingga belum dimanfaatkannya secara maksimal ilmu dan teknologi
bagi
kemajuan pendidikan
3. Belumterciptanyabudayabelajardikalanganmasyarakat
4. Profesionalisme dan tingkat kesejahteraan guru dan tenaga
kependidikan
lainnya yang masih belum sesuai dengan tantangan peningkatan mutu.
5. Menurunnya status kesehatan dan gizi sebagian peserta didik sebagai
dampak krisis ekonomi yang mempengaruhi kesiapan mereka untuk
belajar
6. Terjadinya gejala umum menurunnya moral, budi pekerti, dan rasa
toleransi
di kalangan peserta didik dan generasi muda.10
Di samping itu, berbagai permasalahan seperti telah dijabarkan pada
bagian problematika sistem pendidikan nasional seperti di atas juga
menjadi dasar pijakan yang perlu dikaji bersama untuk melakukan
reformasi pendidikan. Selanjutnya, ditinjau dari aspek global di mana
kemajuan di bidang sains dan teknologi informasi telah membawa
perubahan pada hampir seluruh aspek kehidupan manusia. Aksesibilitas
informasi yang begitu cepat seolah meniadakan sekat-sekat konfigurasi
geografis berdasarkan zona dan kawasan teritorial. Berbagai peristiwa
yang terjadi di belahan benua mana saja mengalir begitu deras memasuki
kawasan hingga ke seluruh pelosok desa sekalipun, yang oleh Herbert
Marshall McLuhan dalam bukunya Understanding Media: The Extensions

13
of Man pada tahun 1964 menyebutnya sebagai global village yang
menandai terbangunnya era globalisasi. Globalisasi adalah suatu proses
interaksi dan integrasi antara orang, perusahaan, dan pemerintah dari
negara- negara yang berbeda dengan menggunakan alat bantu teknologi
informasi. Hal ini berarti bahwa globalisasi dipahami sebagai suatu proses
yang melahirkan transformasi nilai-nilai yang dianut, budaya dan tradisi,
pola dan gaya hidup sebagai dampak dari hubungan dan interaksi sosial.
Dampak arus globalisasi yang membawa kehidupan menjadi semakin
komplek merupakan tantangan baru bagi negara-negara berkembang
seperti Indonesia memasuki milenium ketiga sekarang ini. Persinggungan
budaya lokal, nasional, dan budaya-budaya asing adalah bagian yang tak
terpisahkan dengan kehidupan kita sehari-hari. Tumbuh kembangnya
budaya lokal dan nasional akan menghadapi dilema yang amat besar jika
pengaruh budaya asing tidak segera dikelola secara bersama.
Oleh karena itu penanaman nilai-nilai keindonesiaan harus tetap ditumbuhkan
dengan tetap memperhatikan arah perubahan secara global sehingga dapat
menyesuaikan diri dengan perubahan lingkungan. Untuk dapat menyesuaikan diri
dengan perubahan lingkungan, perlu diawali dengan perubahan mendasar dalam
pola pikir dan tindakan11 yang bukan hanya mengandalkan kekayaan khasanah
budaya bangsa, sumber daya alam yang melimpah, dan ketersediaan sumber daya
manusia saja melainkan harus dibarengi dengan upaya membangun pencintraan
terhadap harkat dan martabat bangsa yang merupakan landasan moral yang
tertanam dalam setiap diri warga bangsa sehingga tercipta sumber daya manusia
yang mampu mengelola sumber daya alam yang melimpah. Hal ini dapat
diwujudkan melalui pemberdayaan terhadap institusi-institusi pendidikan dan
penguatan organisasi-organisasi belajar untuk menerapkan sistem belajar secara
terus menerus yang secara aktif mengelola perubahan dengan belajar dari hasil
inovasi negara lain seperti melakukan imitasi dan modifikasi serta difusi dan
integrasi yang menjadi dasar untuk mengembangkan kreativitas.

14
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

15
DAFTAR PUSTAKA

Mukodi, M. (2018). Tela’ah Filosofis Arti Pendidikan dan Faktor-Faktor Pendidikan


dalam Ilmu Pendidikan. Jurnal Penelitian Pendidikan, 10(01).

Muis, A., & Minhaji, M. (2018). OTONOMI DAN REFORMASI


PENDIDIKAN. Edupedia: Jurnal Studi Pendidikan dan Pedagogi Islam, 3(1),
23-32.

Ilham, D. (2019). Menggagas pendidikan nilai dalam sistem pendidikan


nasional. Didaktika: Jurnal Kependidikan, 8(3), 109-122.

https://unsri.academia.edu/BangEgon

16

Anda mungkin juga menyukai