Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH

DEFINISI PENDIDIKAN BESERTA KONSEP DAN


PERMASALAHANNYA
Makalah ini disusun untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Landasan
Pendidikan yang dibimbing oleh Dr. Cucu Sutianah, S. Pd., M.

Disusun oleh:
Kelompok VII
RAFIF HAKIM (192170051)
PUJYANTI NURIZATUL ISLAM (192170054)
DELIA LAILATUL AENI (192170043)
DIANA HATIFAH (192170057)

JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SILIWANGI
TASIKMALAYA
2019
KATA PENGANTAR

Allah berfirman dalam QS. Al-Mujadalah ayat 11: “Allah akan meninggikan
orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu
pengetahuan”. Terdapat hadist Nabi yang mengartikan ”Barang siapa
yang menginginkan dunia, hendaklah ia berilmu, Barang siapa yang
menginginkan akhirat hendaklah ia berilmu, Barang siapa yang
menginginkan kedua-duanya sekaligus, ia pun harus berilmu.”

Puji dan syukur kita panjatkan atas kehadirat Allah SWT, yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas makalah ini. Kami ucapkan terimakasih kepada
teman-teman yang sudah membantu dalam penyusunan makalah ini yang
berjudul “Definisi Pendidikan Beserta Konsep Dan Permasalahannya”.
Selain daripada itu, kami ucapkan terimakasih kepada Ibu Dr. Cucu
Sutianah, S. Pd., M. Pd. Yang telah membimbing kami sehingga makalah
ini dapat terselesaikan.

Makalah ini disusun dengan tujuan untuk mendalami dan memahami


mengenai pendidikan. Sebagai manusia, pendidikan merupakan kegiatan
wajib dari setiap manusia karena dengan adanya pendidikan dapat
mengolah cara berpikir dan berperilaku. Makalah ini mengkaji mengenai
definisi, konsep, unsur, komponen, prinsip, asas, permasalahan, dan
penyelesaian masalah pendidikan.

Tasikmalaya, 10 September 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................ i
DAFTAR ISI ........................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ..................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah ............................................................................... 1
1.3. Tujuan Penulisan ................................................................................. 1
1.4. Manfaat Penulisan ............................................................................... 2
1.5. Sistematika Penulisan ......................................................................... 2
BAB II LANDASAN TEORI ................................................................................. 3
2.1. Tinjauan Umum tentang Pendidikan .................................................. 3
BAB III PEMBAHASAN ...................................................................................... 4
3.1. Pengertian Pendidikan ........................................................................ 4
3.2. Unsur dan Komponen Pendidikan ..................................................... 4
3.2.1. Tujuan Pendidikan ........................................................................ 8
3.3. Prinsip-Prinsip Pendidikan ................................................................. 9
3.4. Asas Asas Pendidikan ...................................................................... 11
3.5. Konsep Pendidikan ........................................................................... 13
3.5.1 Perbedaan antara Pendidikan, Pembelajaran dan Pelatihan ... 14
Pendidikan ................................................................................................ 14
3.6. Permasalahan Pendidikan ................................................................ 15
3.7. Penyelesaian Permasalahan Pendidikan ......................................... 21
BAB IV KESIMPULAN ...................................................................................... 26
4.1. Kesimpulan ........................................................................................ 26
4.2. Saran .................................................................................................. 26
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 27

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pendidikan merupakan kebutuhan manusia. Pendidikan memiliki
sifat dinamis yang berarti mengalami perubahan, perkembangan,
dan perbaikan sesuai dengan perkembangan di segala bidang
kehidupan. Perubahan dan perbaikan dalam bidang pendidikan
tersebut meliputi berbagai komponen, unsur, prinsip, asas, dsb
yang terlibat di dalamnya baik itu pelaksana pendidikan di lapangan
(kompetensi guru dan kualitas tenaga pendidik), mutu pendidikan,
kurikulum, sarana dan prasarana pendidikan dan pemerataan
pendidikan termasuk perubahan dalam metode dan strategi
pembelajaran yang lebih inovatif. Upaya perubahan dan perbaikan
tersebut bertujuan membawa kualitas pendidikan Indonesia lebih
baik ke depannya agar dapat bersaing dengan negara lain.
Memasuki era modern atau globalisasi, banyak terjadinya
degradasi moral. Oleh karena itu, butuh upaya untuk merendahkan
atau meminimalisir perubahan manusia yang mengacu pada
tindakan yang negatif. Tindakan tersebut tidak mencerminkan
mengenai pendidikan yang baik dan benar.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, rumusan masalah dari
penelitian ini, antara lain:
1. Apa itu definisi Pendidikan?
2. Apa saja unsur-unsur dan komponen pendidikan?
3. Apa saja konsep pendidikan?
4. Apa saja prinsip pendidikan?
5. Apa saja permasalahan pendidikan?
6. Bagaimana upaya penyelesaian permasalahan pendidikan?
1.3. Tujuan Penulisan
Makalah ini bertujuan agar pembaca mengerti mengenai seluruh
pembentuk pendidikan.

1
1.4. Manfaat Penulisan
Makalah ini bermanfaat agar pembaca menerapkan apa yang telah
dicantumkan di dalam makalah agar menjadi manusia yang
berlandasan pendidikan, serta mengasah pembaca untuk lebih
berpikir kritis.
1.5. Sistematika Penulisan
1. Halaman Judul
2. Kata Pengantar
3. Daftar Isi
4. Latar Belakang
5. Rumusan masalah
6. Tujuan Penulisan
7. Manfaat Penulisan
8. Landasan Teori
9. Pembahasan
10. Simpulan
11. Saran
12. Daftar Pustaka

2
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1. Tinjauan Umum tentang Pendidikan


Pendidikan dapat diartikan sebagai suatu metode untuk
mengembangkan keterampilan, kebiasaan dan sikap-sikap yang
diharapkan dapat membuat seseorang menjadi lebih baik. Adapun
definisi pendidikan menurut para ahli.

Menurut Aristoteles, Pendidikan adalah salah satu fungsi dari suatu


negara, dan dilakukan, terutama setidaknya, untuk tujuan Negara
itu sendiri.

Menurut Socrates, Pendidikan adalah suatu sarana yang


digunakan untuk mencari kebenaran. Sedangkan metode-nya
adalah dialektika.

Menurut Edgar Dalle, Pendidikan merupakan usaha sadar yang


dilakukan oleh keluarga, masyarakat, dan pemerintah melalui
kegiatan bimbingan, pengajaran, dan latihan, yang berlangsung di
sekolah dan di luar sekolah sepanjang hayat untuk mempersiapkan
peserta didik agar dapat mempermainkan peranan dalam berbagai
lingkungan hidup secara tetap untuk masa yang akan datang.

Menurut Soekidjo Notoatmodjo, Pendidikan adalah segala upaya


yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain baik individu,
kelompok, atau masyarakat sehingga mereka melakukan apa yang
diharapkan oleh pelaku pendidikan.

Jadi, dapat disimpulkan pendidikan merupakan usaha sadar yang


dilakukan oleh manusia untuk mencari kebenaran dari sebuah
masalah serta untuk mengolah cara berpikir dan bersikap.

3
BAB III
PEMBAHASAN

3.1. Pengertian Pendidikan


Secara etimologis pendidikan atau mendidik berasal dari bahasa
Yunani yang bermula dari kata pedagogis yang berarti aku
membimbing anak . Seseorang yang bertugas membimbing anak
dalam bahasa yunani disebut pedagogis. Tugas utama pedagogis
adalah membantu atau membimbing anak agar menjadi dewasa
dan siap memasuki kehidupan bermasyarakat. Adapun pengertian
pendidikan dari para ahli, diantaranya;

Menurut Ki Hajar Dewantara, Pendidikan adalah pemberian


bantuan kepada manusia yang belum dewasa oleh orang yang
telah dewasa dalam pertumbuhannya sampai terciptanya
kedewasaan dalam arti dewasa jasmani rohani.

Menurut Plato, Pendidikan adalah sesuatu yang dapat membantu


perkembangan individu dari jasmani dan akal dengan sesuatu yang
dapat memungkinkan tercapainya sebuah kesempurnaan.

Menurut UU No. 20 Tahun 2003, Pengertian pendidikan adalah


usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar
dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,
bangsa, dan negara.

3.2. Unsur dan Komponen Pendidikan


Proses pendidikan yang melibatkan banyak hal, yaitu:

1. Subjek yang dibimbing (peserta didik).


2. Orang yang membimbing (pendidik).

4
3. Interaksi antara peserta didik dengan pendidik (interaksi
edukatif).
4. Ke arah mana bimbingan ditujukan (tujuan Pendidikan).
5. Pengaruh yang diberikan dalam bimbingan (materi
pendidikan)
6. Cara yang digunakan dalam bimbingan (alat dan metode)
7. Tempat di mana peristiwa bimbingan berlangsung
(lingkungan pendidikan).

Pada bagian ini akan diuraikan butir-butir diatas kecuali butir 4 yang
sudah diuraikan.

1. Peserta Didik
Peserta didik berstatus subjek didik yang ingin diakui
keberadaannya. Ia ingin mengembangkan diri (mendidik diri)
secara terus-menurus guna memecahkan masalah yang ada
dalam kehidupannya.
Ciri khas peserta didik yang perlu dipahami oleh pendidik ialah:
a) Individu yang memiliki potensi fisik dan psikis yang khas,
sehingga merupakan insan yang unik.
 Anak sejak lahir telah memiliki potensi-potensi yang
ingin dikembangkan dan diaktualisasikan. Untuk
mengaktualisasikan nya, membutuhkan bantuan dan
bimbingan.
b) Individu yang sedang berkembang
 Sejak manusia lahir bahkan sejak masih berada dalam
kandungan, ia berada dalam proses perkembangan.
Proses perkembangan ini melalui suatu rangkaian yang
bertingkat-tingkat. Tiap tingkat (fase) mempunyai sifat
khusus. Misalnya perbedaan minat, kebutuhan,
kegemaran, emosi, integrasi dan sebagainya. Atas
dasar itu, pendidikan dapat mengatur kondisi dan
strategi yang relevan dengan kebutuhan peserta didik.

5
c) Individu yang membutuhkan bimbingan individual dan
perlakuan manusiawi.
 Setiap anak dalam memenuhi kebutuhan
perkembangan hidupnya, ia masih menggantungkan
diri sepenuhnya kepada orang dewasa, sepanjang ia
belum dewasa. Baik dalam ketidakmampuan nya atau
dalam rangka mengembangkan potensi dalam dirinya.
d) Individu yang memiliki kemampuan untuk mandiri.
 Pada diri setiap anak, ada kecenderungan untuk
memerdekakan diri. Hal ini menimbulkan kewajiban
pendidik untuk memberikan kebebasan dan pada
akhirnya mengundurkan diri. Jadi, pendidik tidak boleh
memaksakan agar peserta didik berbuat menurut pola
yang dikehendaki pendidik. Karena pada fase ini si
anak harus mampu memilih dan
mempertanggungjawabkan secara mandiri apa yang
telah diputuskannya.
e) Individu yang membutuhkan bimbingan individual dan
perlakuan manusiawi.
f) Individu yang memiliki kemampuan untuk mandiri.
2. Pendidik
Pendidik adalah orang yang bertanggung jawab terhadap
pelaksanaan pendidikan dengan sasaran peserta didik. Yang
bertanggung jawab diisi meliputi orang tua, guru, dan tokoh
masyarakat karena proses pembelajaran dilakukan di 3
lingkungan, yaitu keluarga, sekolah dan lingkungan
masyarakat. Sehubungan dengan hal tersebut yang termasuk
kategori pendidik adalah sebagai berikut :
a. Orang Tua
Orang tua sebagai pendidik yang utama dan pertama yang
berlandaskan pada hubungan cinta kasih bagi keluarga
atau anak yang lahir di lingkungan keluarga mereka.

6
Kedudukan orang tua sebagai pendidik sudah berlangsung
lama, bahkan sebelum ada orang yang memikirkan tentang
pendidikan.
b. Guru/pendidik di sekolah
Guru sebagai pendidik di sekolah baik secara langsung
maupun tidak langsung, mendapat tugas dari orang tua
atau masyarakat untuk melaksanakan pendidikan.
c. Tokoh masyarakat/ tokoh keagamaan
Para pemimpin masyarakat menjadi pendidik di dasarkan
pada aktifitas dalam mengadakan pembinaan atau
bimbingan kepada anggota yang dipimpin. Sedangkan
tokoh keagamaan berperan penting dalam sifat kerohanian
manusia.

Sebagai seorang pendidik, tentunya sangat perlu mempunyai sifat


kewibawaan. Terdapat 3 sendi kewibawaan yang menurut M. J
Langeveld yang harus dibina (Langeveld, 1955: 42-44), yaitu;

1. Kepercayaan
Pendidik harus percaya bahwa dirinya bisa mendidik dan juga
harus percaya bahwa peserta didik dapat dididik.
2. Kasih Sayang
Kasih sayang mengandung dua arti tentang menyerahkan diri
kepada yang disayangi dan mengendalikan terhadap yang
disayangi. Dengan adanya sifat penyerahan diri maka pada
pendidik timbul kesediaan untuk berkorban yang dalam bentuk
konkret nya membentuk pengabdian dalam kerja.
Pengendalian terhadap yang disayangi agar peserta didik tidak
dilakukan.
3. Kemampuan
kemampuan mendidik dapat dikembangkan melalui beberapa
cara, antara lain pengkajian terhadap ilmu pengetahuan

7
kependidikan, mengambil manfaat dari pengalaman kerja, dan
sebagainya.
3.2.1. Tujuan Pendidikan
kemampuan mendidik dapat dikembangkan melalui beberapa cara,
antara lain pengkajian terhadap ilmu pengetahuan kependidikan,
mengambil manfaat dari pengalaman kerja, dan sebagainya.
a. Materi/isi Pendidikan
Dalam sistem pendidikan persekolahan, materi telah diramu
dalam kurikulum yang akan disajikan sebagai sarana
pencapaian tujuan. Materi ini berupa materi inti dan muatan
lokal. Materi inti bersifat nasional sedangkan muatan lokal
misinya mengembangkan kebhinnekaan kekayaan budaya
sesuai dengan kondisi lingkungan.
b. Metode Pendidikan
Metode pendidikan dibagi menjadi 3, yaitu;
1) Metode diktatoral
Metode ini menimbulkan sikap otoriter, dengan ditandai
pendidik lah yang menentukan segalanya. Tak jarang
pendidik bersikap keras dan arogan dalam satu waktu.
2) Metode demokratis
Pada metode ini, pendidik bersifat membimbing
perkembangan peserta didik nya. Disini tampak bahwa
pendidik dan peserta didik sama-sama penting dalam
proses pendidikan untuk mencapai tujuan.
3) Metode Liberal
Bersumber dari pendirian Naturalisme yang berpendapat
bahwa perkembangan manusia itu sebagian besar
ditentukan oleh kekuatan dari dalam yang secara wajar
ada pada diri manusia. Pandangan ini menimbulkan
sikap bahwa pendidik jangan terlalu banyak ikut campur
terhadap perkembangan anak. Membiarkan anak
berkembang sesuai dengan kodratnya secara bebas.

8
c. Lingkungan Pendidikan
Lingkungan pendidikan meliputi segala segi kehidupan atau
kebudayaan. Hal ini didasarkan pada pendapat bahwa
pendidikan sebagai gejala kebudayaan, yang tidak membatasi
pendidikan pada sekolah saja. Dalam artian yang sederhana
lingkungan pendidikan adalah segala sesuatu yang ada di
sekeliling anak didik dan komponen-komponen pendidikan
yang lain.
d. Alat dan Fasilitas Pendidikan
Alat dan fasilitas pendidikan sangat dibutuhkan dalam proses
pendidikan. Dengan adanya fasilitas pendidikan maka proses
pendidikan akan berjalan lancer sehingga tujuan pendidikan
akan mudah dicapai. Misalnya ruang kelas, lapang bola,
laboratorium, internet, dan sebagainya. Tentu penggunaannya
pun harus disesuaikan dengan pendidik, peserta didik dan
dengan kondisi lingkungan.
3.3. Prinsip-Prinsip Pendidikan
Pendidikan sejatinya merupakan usaha yang dilakukan secara
terus menerus untuk memperoleh hasil yang optimal dari
pendidikan itu sendiri. Hasil yang optimal tentunya dapat diperoleh
dengan aplikasi pendidikan yang tepat sesuai dengan berpegang
pada prinsip-prinsip pendidikan. Menurut Prof. Dr. N. Driyarkara
(dalam Abu Ahmad,. 2003: 71) terdapat empat prinsip di dalam
pendidikan yaitu:
1. Humanisme
Humanisme adalah sebuah pemikiran filsafat yang
mengedepankan nilai dan kedudukan manusia serta
menjadikannya sebagai kriteria dalam segala hal. Humanisme
merupakan filsafat pendidikan, pandangan awal yang
mendasari kegiatan kependidikan. Pendidikan oleh humanisme
dilihat sebagai penyempurnaan diri manusia.

9
2. Humanisasi
Humanisasi pendidikan adalah proses pendidikan yang
ditujukan untuk pengembangan potensi-potensi peserta didik
sebagai manusia yang dengan sendirinya mengimplikasikan
humanisasi. “Manusia tidak hanya harus menjadi homo
(manusia): dia juga harus menjadi homo yang human, artinya
berkebudayaan lebih tinggi.”
3. Humaniora
Humaniora sebagai sarana memanusiakan pengajaran atau
tentang cara membuat atau mengangkat manusia menjadi lebih
manusiawi dan berbudaya. Humaniora disini dimaksudkan
dalam dua arti; yaitu pertama, sekumpulan ilmu-ilmu
kemanusiaan seperti filsafat, sejarah, ilmu-ilmu bahasa kedua,
cara pengajaran yang mencoba mengangkat unsur-unsur
pemanusiaan dalam pengajaran.
4. Humanitas
Humanitas dikatakan sebagai tujuan akhir pendidikan yang
pada akhirnya bermuara pada kemanusiaan integral atau utuh
yang terus menerus harus disempurnakan bercirikan:
a. Memiliki kepekaan budaya (cultural sensibility) yang
diwujudkan dalam menghargai pluralisme dan
multikulturalisme. Memperhatikan tantangan sejarah
(historically attentive) yang terus berubah.
b. Mampu memprakarsai berbagai terobosan dan inovasi
serta menemukan makna baru dalam berbagai
dimensi kehidupan (philosophically creative).
c. Memiliki keunggulan akademik dan sekaligus memiliki
kepedulian kepada keadilan dan ketidakadilan.

Prinsip-prinsip pendidikan yang dikemukakan Driyarkara tersebut


senada dengan teori tabularasa yang dikemukakan oleh John
Locke dan Francis Bacon yang mengatakan bahwa segala
kecakapan dan pengetahuan manusia itu timbul dari pengalaman

10
yang diperolehnya (Purwanto, 2009:15-16). Artinya, dalam
kependidikan seorang individu merupakan bagian dari lingkungan
sosial yang berpengaruh dalam pembentukan perilakunya, seperti
yang diungkapkan oleh Emile Durkheim (Schaeffer dalam Aziz
Wahab & Sapriya, 2011:267) mengenai teori sosial. Dalam teori
sosial tersebut dikatakan bahwa “Behavior cannot be fully
understood in individualistic term, that is must be understood within
a larger social context”.

3.4. Asas Asas Pendidikan


a. Asas Tut Wuri Handayani
merupakan gagasan yang mulanya di kemukakan oleh Ki Hajar
Dewantara yang memiliki arti pendidik dengan kewibawaan
yang dimiliki mengikuti dari belakang dan memberi pengaruh,
membiarkan anak mencari jalan sendiri, dan bila anak
melakukan kesalahan baru pendidik membantunya. Tujuan
asas tersebut adalah pendidikan dilaksanakan tidak
menggunakan syarat paksaan tetapi, pendidikan adalah
penggulowenthah, pendidikan menciptakan tertib dan damai,
pendidikan tidak memanjakan peserta didik, pendidikan
menciptakan iklim, tidak terperintah, memerintah diri sendiri dan
berdiri diatas kaki sendiri.
Asas Tut Wuri Handayani lalu dikembangkan lagi oleh Drs.
R.M.P. Sostrokartono menjadi tiga bagian, yaitu:
1. Ing Ngarso Sung Tulodo (jika di depan memberikan
contoh)
Dalam hal ini guru diharapkan dapat menuntun siswa
menjadi peserta didik yang teladan dan berfikiran luas.
2. Ing Madya Mangun Karsa (di tengah membangkitkan
kehendak)
Situasi ini dilakukan ketika anak didik kurang bergairah
atau ragu ragu dalam mengambil tindakan ataupun
bertindak, jadi guru hadir untuk memberikan motivasi

11
dan dukungan di tengah tengah (pemikiran) para
muridnya.
3. Tut Wuri Handayani (Jika di belakang memberi
dorongan)
Hal ini memberikan peserta didik untuk melakukan usaha
sendiri dan memungkinkan melakukan kesalahan, yang
dimana hal itu tidak untuk dihukum. Karna dengan
adanya kesalahan itu dating untuk menjadi tauladan dan
mendidik dan proses untuk mencapai suatu tujuan
pendidikan.
b. Asas Belajar sepanjang hayat
Pendidikan sepanjang hayat atau seumur hidup, dalam proses
belajar mengajar di sekolah menyangkut dua hal pokok, yaitu;
membelajarkan peserta didik dengan efisien dan meningkatkan
kemauan belajar mandiri sebagai basis belajar sepanjang
hayat.
1. Pendidikan sepanjang hayat memungkinkan tiap warga
negara:
2. Dapat meningkatkan kualitas diri dan kemandirian
sepanjang hidupnya
3. Mendapat kesempatan memanfaatkan lembaga-lembaga
pendidikan yang ada di masyarakat. Lembaga yang ada
di masyarakat bersifat formal, non-formal, dan informal.
4. Mendapat kesempatan untuk mengikuti program-
program pendidikan sesuai bakat, minat, dan
kemampuan untuk pengembangan pribadi menjadi
Manusia Indonesia Seutuhnya (MIS).
c. Asas Kemandirian dalam belajar
Kemandirian dalam belajar diartikan sebagai aktifitas belajar
yang lebih mendorong oleh kemauan sendiri, pilihan sendiri dan
tanggung jawab sendiri dari pembelajaran. Menurut Haris Mujima
dalam Joni Raka, T, belajar mandiri diartikan kegiatan belajar

12
aktif yang didorong oleh niat atau motif diri sendiri untuk
menguasai suatu kompetensi guna mengatasi suatu masalah.
Dapat diartikan, belajar mandiri disini adalah sebagai usaha
individu untuk melakukan kegiatan belajar sendirian maupun
dengan bantuan orang lain berdasarkan motivasi sendiri untuk
menguasai suatu materi pembelajaran.
Ada beberapa pandangan tentang belajar mandiri yang
diutarakan oleh para ahli seperti:
1. Belajar mandiri memandang siswa sebagai para manajer
dan pemilik tanggung jawab dari proses pelajaran mereka
sendiri.
2. Peran kemauan dan motivasi dalam belajar mandiri sangat
penting di dalam memulai dan memelihara usaha wanita.
3. Di dalam belajar mandiri, kendali secara berangsur angsur
bergeser dari para guru ke siswa.
3.5. Konsep Pendidikan
Menurut Kamus Besar bahasa Indonesia (KBBI), Pendidikan
adalah proses mengubah sikap dan tata laku seseorang atau
sekelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui
upaya pengajaran dan latihan proses perbuatan cara mendidik.
Lalu apakah itu pembelajaran? Menurut UU No.20 tahun 2003,
pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan
pendidikan dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar
Kemudian apa bedanya dengan pelatihan? Pelatihan adalah
keseluruhan kegiatan untuk member, memperoleh, meningkatkan
serta mengembangkan kompetisi kerja, produktivitas, disiplin,
sikap, dan etos kerja pada tingkat keterampilan dan keahlian
tertentu sesuai dengan jenjang kualifikasi atau pekerjaan. (UU No.
13 tahun 2003).
Intinya, pendidikan bertujuan untuk perubahan perilaku yang
memerlukan proses cukup lama dan hasilnya adalah manusia yang
berilmu dan berprilaku positif meliputi; akhlak, moral, etika, adab,

13
dsb. Sedangkan pelatihan bertujuan meningkatkan keterampilan,
prosesnya sebentar, dan hasilnya adalah peningkatan keterampilan
dalam bidang tertentu. Pendidikan dan Pelatihan dapat mencapai
tujuan melalui suatu proses yang disebut dengan pengajaran.
3.5.1 Perbedaan antara Pendidikan, Pembelajaran dan Pelatihan
Pendidikan
a. Pendidikan
Proses dan kegiatan yang bertujuan untuk memungkinkan
seseorang untuk mengasimilasi dan mengembangkan
pengetahuan, keterampilan, nilai-nilai, dan pemahaman yang
tidak hanya terkait dengan bidang atau aktivitas yang sempit
tetapi memungkinkan berbagai hal yang harus didefinisikan,
dianalisis, dan dipecahkan (Islahulben,2013). Proses dan
metode pendidikan lebih bersifat terstruktur, sistematis, memiliki
pola tertentu, dilakukannya analisis, dan mengarah pada hasil
yang terukur (dapat diukur). Pendidikan lebih kepada
penanaman konsep, penambahan pengetahuan secara
keseluruhan, mempunyai kurikulum ter standarisasi, jelas, dan
lebih bersifat formal, dibandingkan dengan pelatihan
b. Pembelajaran
Proses perubahan yang relatif permanen dan berlangsung
seumur hidup dimana perubahan dalam sikap, perilaku,
pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan terjadi sebagai
akibat dari pengalaman sebelumnya. Atau sebuah proses yang
memungkinkan individu memperoleh sikap, pengetahuan, dan
keterampilan yang baru. Pada dasarnya semua bentuk
pelatihan, pengembangan, dan pendidikan merupakan proses
pembelajaran.
c. Pelatihan
Pelatihan merupakan proses membantu tenaga kerja untuk
memperoleh efektifitas dalam pekerjaan mereka yang sekarang
atau yang akan datang melalui pengembangan kebiasaan

14
tentang pikiran, tindakan, kecakapan, pengetahuan dan sikap
yang layak. Secara umum pelatihan sering digunakan untuk
merujuk pada satu atau lebih kegiatan pemberian materi,
diskusi, praktik, monitoring, dan evaluasi tentang aktivitas
spesifik dan partisipan tertentu untuk meningkatkan
pengetahuan, wawasan, keterampilan, kemampuan, sikap dan
perilaku peserta.
3.6. Permasalahan Pendidikan
Terdapat permasalahan pendidikan masa kini, masalah yang
sangat rumit dalam dunia pendidikan adalah sebagai berikut.
1. Pemerataan Pendidikan
2. Mutu dan relevansi
3. Efisiensi dan Efektivitas
Dan setiap masalah yang dihadapi disebabkan oleh faktor
pendukungnya , adapun faktor berkembangnya masalah tersebut
adalah sebagai berikut.
1. Ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK).
2. Laju pertumbuhan penduduk.
3. Kelemahan guru/dosen (tenaga pengajar) dalam menangani
tugas yang dihadapinya, dan tidak konsentrasinya peserta
didik dalam menjalani proses pendidikan(permasalahan
pembelajaran).
4. Aspirasi Masyarakat.
5. Keterbelakangan Budaya dan sarana kehidupan.

Masalah pendidikan tersebut harus diatasi, berikut dibawah ini


terdapat rincian mengenai masalah-masalah diatas.

A. Permasalahan Pokok Pendidikan


1. Permasalahan Pemerataan Pendidikan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata
pemerataan berasal dari kata dasar rata, yang berarti:
1) meliputi seluruh bagian,

15
2) tersebar ke segala penjuru, dan
3) sama-sama memperoleh jumlah yang sama.
Sedangkan kata pemerataan berarti proses, cara, dan
perbuatan melakukan pemerataan. Jadi dapat disimpulkan
bahwa pemerataan pendidikan adalah suatu proses, cara
dan perbuatan melakukan pemerataan terhadap
pelaksanaan pendidikan, sehingga seluruh lapisan
masyarakat dapat merasakan pelaksanaan pendidikan.
Pelaksanaan pendidikan yang merata adalah pelaksanaan
program pendidikan yang dapat menyediakan kesempatan
yang seluas-luasnya bagi seluruh warga negara Indonesia
untuk dapat memperoleh pendidikan.
Dalam propernas tahun 2000-2004 yang mengacu
kepada GBHN 1999-2004 mengenai kebijakan
pembangunan pendidikan pada poin pertama
menyebutkan:
“Mengupayakan perluasan dan pemerataan memperoleh
pendidikan yang bermutu tinggi bagi seluruh rakyat
Indonesia menuju terciptanya Manusia Indonesia
berkualitas tinggi dengan peningkatan anggaran pendidikan
secara berarti“.
Dan pada salah satu tujuan pelaksanaan pendidikan
Indonesia adalah untuk pemerataan kesempatan mengikuti
pendidikan bagi setiap warga negara. Permasalahan
Pemerataan dapat terjadi karena kurang terorganisir nya
koordinasi antara pemerintah pusat dengan pemerintah
daerah, bahkan hingga daerah terpencil sekalipun. Hal ini
menyebabkan terputusnya komunikasi antara pemerintah
pusat dengan daerah.
Selain itu masalah pemerataan pendidikan juga
terjadi karena kurang berdaya nya suatu lembaga
pendidikan untuk melakukan proses pendidikan, hal ini bisa

16
saja terjadi jika kontrol pendidikan yang dilakukan
pemerintah pusat dan daerah tidak menjangkau daerah-
daerah terpencil. Jadi hal ini akan mengakibatkan mayoritas
penduduk Indonesia yang dalam usia sekolah, tidak dapat
mengenyam pelaksanaan pendidikan sebagaimana yang
diharapkan.
2. Mutu dan relevansi
Rendahnya mutu dan relevansi pendidikan dipengaruhi
oleh beberapa faktor. Faktor terpenting yang
mempengaruhi adalah mutu proses pembelajaran yang
belum mampu menciptakan proses pembelajaran yang
berkualitas. Hasil-hasil pendidikan juga belum didukung
oleh sistem pengujian dan penilaian yang melembaga dan
independen, sehingga mutu pendidikan tidak dapat
dimonitor secara objektif dan teratur. Uji banding antara
mutu pendidikan suatu daerah dengan daerah lain belum
dapat dilakukan sesuai dengan yang diharapkan. Sehingga
hasil-hasil penilaian pendidikan belum berfungsi untuk
penyempurnaan proses dan hasil pendidikan.
Rendahnya mutu dan relevansi pendidikan juga
disebabkan oleh rendahnya kualitas tenaga pengajar.
Penilaian dapat dilihat dari kualifikasi belajar yang dapat
dicapai oleh guru dan dosen tersebut. Dibanding negara
berkembang lainnya, maka kualitas tenaga pengajar
pendidikan tinggi di Indonesia memiliki masalah yang
sangat mendasar.
Melihat permasalahan tersebut, maka dibutuhkan lah
kerja sama antara lembaga pendidikan dengan berbagai
organisasi masyarakat. Pelaksanaan kerja sama ini dapat
meningkatkan mutu pendidikan. Dapat dilihat jika suatu
lembaga tinggi melakukan kerja sama dengan lembaga
penelitian atau industri, maka kualitas dan mutu dari

17
peserta didik dapat ditingkatkan, khususnya dalam bidang
akademik seperti teknologi industri.
3. Efisiensi dan efektivitas
satu masalah lain yang dianggap penting dalam
pelaksanaan pendidikan, yaitu efisiensi dan efektifitas
pendidikan. Permasalahan efisiensi pendidikan dipandang
dari segi internal pendidikan. Maksud efisiensi adalah
apabila sasaran dalam bidang pendidikan dapat dicapai
secara efisien atau berdaya guna. Artinya pendidikan akan
dapat memberikan hasil yang baik dengan tidak
menghamburkan sumberdaya yang ada, seperti uang,
waktu, tenaga dan sebagainya. Pelaksanaan proses
pendidikan yang efisien adalah apabila pendayagunaan
sumber daya seperti waktu, tenaga dan biaya tepat
sasaran, dengan lulusan dan produktifitas pendidikan yang
optimal.
Pada saat sekarang ini, pelaksanaan pendidikan di
Indonesia jauh dari efisien, dimana pemanfaatan segala
sumberdaya yang ada tidak menghasilkan lulusan yang
diharapkan. Banyaknya pengangguran di Indonesia lebih
dikarenakan oleh kualitas pendidikan yang telah mereka
peroleh. Pendidikan yang mereka peroleh tidak menjamin
mereka untuk mendapat pekerjaan sesuai dengan jenjang
pendidikan yang mereka jalani.
Pendidikan yang efektif adalah pelaksanaan pendidikan
dimana hasil yang dicapai sesuai dengan rencana /
program yang telah ditetapkan sebelumnya. Jika rencana
belajar yang telah dibuat oleh dosen dan guru tidak
terlaksana dengan sempurna, maka pelaksanaan
pendidikan tersebut tidak efektif.
Penanggulangan masalah pendidikan ini dapat dilakukan
dengan peningkatan kualitas tenaga pengajar. Jika kualitas

18
tenaga pengajar baik, bukan tidak mungkin akan
menghasilkan lulusan atau produk pendidikan yang siap
untuk mengahdapi dunia kerja. Selain itu, pemantauan
penggunaan dana pendidikan dapat mendukung
pelaksanaan pendidikan yang efektif dan efisien.
B. Faktor pendukung masalah pendidikan
a. Permasalahan IPTEK dan Seni
Sebagai negara berkembang Indonesia dihadapkan kepada
tantangan dunia global. Dimana segala sesuatu dapat saja
berjalan dengan bebas. Keadaan seperti ini akan sangat
mempengaruhi keadaan pendidikan di Indonesia.
Penemuan teknologi baru di dalam dunia pendidikan,
menuntut Indonesia melakukan reformasi dalam bidang
pendidikan. Pelaksanaan reformasi tidaklah mudah, hal ini
sangat menuntut kesiapan SDM Indonesia untuk
menjalankannya. Ketidaksiapan bangsa menerima
perubahan Zaman membawa perubahan terhadap mental
dan keadaan negara ini. Berkembangnya ilmu pengetahuan
telah membentuk teknologi baru dalam segala bidang, baik
bidang social, ekonomi, hokum, pertanian dan lain
sebagainya.
b. Permasalahan Laju Pertumbuhan Penduduk
Sebagai negara yang berbentuk kepulauan, Indonesia
dihadapkan kepada masalah penyebaran penduduk yang
tidak merata. Tidak heran jika perencanaan, sarana dan
prasarana pendidikan di suatu daerah terpencil tidak
terkoordinir dengan baik. Hal ini diakibatkan karena
lemahnya kontrol pemerintah pusat terhadap daerah
tersebut. Keadaan seperti ini adalah masalah lainnya dalam
bidang pendidikan. Keterkaitan antar masalah ini akan
berdampak kepada keadaan pendidikan Indonesia.

19
c. Permasalahan pembelajaran
Sebagai negara yang berbentuk kepulauan, Indonesia
dihadapkan kepada masalah penyebaran penduduk yang
tidak merata. Tidak heran jika perencanaan, sarana dan
prasarana pendidikan di suatu daerah terpencil tidak
terkoordinir dengan baik. Hal ini diakibatkan karena
lemahnya kontrol pemerintah pusat terhadap daerah
tersebut. Keadaan seperti ini adalah masalah lainnya dalam
bidang pendidikan. Keterkaitan antar masalah ini akan
berdampak kepada keadaan pendidikan Indonesia. Dalam
hal penilaian, Pendidik menempatkan dirinya sebagai
penguasa nilai. Pendidik bisa saja menjatuhkan, menaikan,
mengurangi dan mempermainkan nilai perolehan murni
seorang peserta didik.
d. Aspirasi Masyarakat
Dalam dua wasa warsa terakhir ini aspirasi masyarakat
dalam banyak hal meningkat, khususnya aspirasi terhadap
pendidikan hidup yang sehat, aspirasi terhadap pekerjaan,
kesemuanya ini mempengaruhi peningkatan aspirasi
terhadap pekerjaan.
e. Keterbelakangan Budaya dan Sarana Kehidupan
Sehubungan dengan faktor penyebab terjadinya
keterbelakangan Budaya umumnya dialami oleh :
1. Masyarakat daerah terpencil
2. Masyarakat yang tidak mampu secara ekonomis
3. Masyarakat yang kurang terdidik

20
3.7. Penyelesaian Permasalahan Pendidikan
Di dalam pendidikan terdapat empat masalah pokok yang telah
menjadi kesepakatan nasional yang perlu diprioritaskan
penanggulangannya. Masalah yang dimaksud yaitu:
1. Masalah pemerataan pendidikan.
2. Masalah mutu pendidikan.
3. Masalah efisiensi pendidikan.
4. Masalah relevansi pendidikan.

Dan setiap masalah yang dihadapi disebabkan oleh faktor-faktor


pendukungnya , adapun faktor berkembangnya masalah tersebut
adalah sebagai berikut.

1. Ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK).


2. Laju pertumbuhan penduduk.
3. Kelemahan guru/dosen (tenaga pengajar) dalam menangani
tugas yang dihadapinya, dan ke tidak konsentrasian peserta
didik dalam menjalani proses pendidikan (permasalahan
pembelajaran).
4. Aspirasi Masyarakat.
5. Keterbelakangan Budaya dan sarana kehidupan.

Terdapat upaya untuk menanggulangi atau menyelesaikan


permasalahan pendidikan tersebut.

A. Pemecahan Masalah Pemerataan Pendidikan

Pemecahan Masalah Pemerataan Pendidikan Banyak macam


pemecahan masalah yang telah dan sedang dilakukan oleh
pemerintah untuk meningkatkan pemerataan pendidikan dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, langkah-langkah
ditempuh melalui cara konvensional dan cara inovatif.

21
Penyelesaian permasalahan pendidikan Cara konvensional
antara lain:

a. Membangun gedung sekolah seperti SD Inpres dan atau


ruangan belajar.
b. Menggunakan gedung sekolah untuk double shift (sistem
bergantian pagi dan sore).

Sehubungan dengan itu yang perlu digalakkan, utamanya untuk


pendidikan dasar ialah membangkitkan kemauan belajar bagi
masyarakat keluarga yang kurang mampu agar mau
menyekolahkan anaknya.

Cara inovatif antara lain:

a. Sistem Pamong (pendidikan oleh masyarakat, orang tua,


dan guru) atau Inpacts System (Instructional
Management by Parent, Community and, Teacher).
Sistem tersebut dirintis di Solo dan dideseminasikan ke
beberapa provinsi.
b. SD kecil pada daerah terpencil.
c. Sistem Guru Kunjung.
d. SMP Terbuka (ISOSA - In School Out off School
Approach ).
e. Kejar Paket A dan B.
f. Belajar jarak jauh, seperti Universitas Terbuka
B. Pemecahan Masalah Mutu Pendidikan
Meskipun untuk tiap-tiap jenis dan jenjang pendidikan masing-
masing memiliki kekhususan, namun pada dasarnya
pemecahan masalah mutu pendidikan bersasaran pada
perbaikan kualitas komponen pendidikan (utamanya komponen
masukan mentah untuk jenjang pendidikan menengah dan
tinggi, dan komponen masukan instrumental) serta mobilitas
komponen-komponen tersebut. Upaya tersebut pada gilirannya

22
diharapkan dapat meningkatkan kualitas proses pendidikan dan
pengalaman belajar peserta didik, yang akhirnya dapat
meningkatkan hasil pendidikan.
Upaya pemecahan masalah mutu pendidikan dalam garis
besarnya meliputi hal-hal yang bersifat fisik dan perangkat
lunak, personalia, dan manajemen sebagai berikut:
a. Seleksi yang lebih rasional terhadap masukan mentah,
khususnya untuk SLTA dan PT.
b. Pengembangan kemampuan tenaga kependidikan
melalui studi lanjut, misalnya berupa pelatihan,
penataran, seminar, kegiatan-kegiatan kelompok studi
seperti PKG dan lain-lain.
c. Penyempurnaan kurikulum, misalnya dengan memberi
materi yang lebih esensial dan mengandung muatan
lokal, metode yang menantang dan menggairahkan
belajar, dan melaksanakan evaluasi yang ber acuan
PAP.
d. Pengembangan prasarana yang menciptakan lingkungan
yang tenteram untuk belajar.
e. Penyempurnaan sarana belajar seperti buku paket,
media pembelajaran dan peralatan laboratorium.
f. Peningkatan administrasi manajemen khususnya yang
mengenai anggaran.
g. Kegiatan pengendalian mutu yang berupa kegiatan-
kegiatan:
1) Laporan penyelenggaraan pendidikan oleh semua
lembaga pendidikan.
2) Supervisi dan monitoring pendidikan oleh penilik
dan pengawas.
3) Sistem ujian nasional/negara seperti Ebtanas,
Sipenmaru/UMPTN

23
4) Akreditasi terhadap lembaga pendidikan untuk
menetapkan status suatu lembaga.
Dari empat macam masalah pendidikan tersebut masing-
masing disampaikan teratasi jika pendidikan:
a. Dapat menyediakan kesempatan memeriksa belajar,
artinya: Semua swarga negara yang membutuhkan
pendidikan dapat ditampung di suatu negara pendidikan.
b. Dapat mencapai hasil yang bermutu, berarti:
Perencanaan, pendidikan dapat mencapai hasil yang
sesuai dengan tujuan yang telah dirumuskan Dapat
terlaksana secara efisien, artinya: Pemrograman
pendidikan yang sesuai dengan rancangan dan tujuan
yang dibuat dalam rancangan.
c. Produknya yang bermutu tersebut relevan, artinya: Hasil
pendidikan sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan
pembangunan.
Beberapa pertanyaan yang perlu dilakukan untuk
menanggulangi masalah mengenai pendidikan yang aktual,
antara lain sebagai berikut:
a. Pendidikan afektif perlu dikembangkan terprogram tidak
dapat dilakukan hanya secara insidental. Proses
bimbingan yang sudah disebarluaskan konsepnya perlu
ditindaklanjuti dengan percakapan buku panduan nya
kepada sekolah- sekolah. Dalam hubungan ini,
pendidikan harus diberi perhatian khusus agar tidak
menjadi pelajaran yang dikesampingkan.
b. Pelaksanaan ko dan ekstrakurikuler dikerjakan dengan
penuh kesungguhan dan perlu diperhitungkan sesuai
dengan nilai akhir atau pe lulusan. Untuk itu perlu
bantuan dengan pemberian intensif bagi guru.
c. Pemilihan siswa atas kelompok yang akan melanjutkan
pembelajaran ke perguruan tinggi dengan yang akan

24
terjun ke masyarakat merupakan prinsip karena pada
dasarnya tidak semua siswa berpotensi belajar di
perguruan tinggi.
d. karena itu perlu dirancang yang mantap untuk itu.
Misalnya di antara sekolah menengah di tingkat atas
yang diperbanyak dengan berbagai jenisnya. Di
samping lain didirikan perguruan tinggi swasta
berkumpul dan akreditasi terhadap PTS yang diperketat
Pendidikan tenaga kependidikan (pra jabatan dan dalam
jabatan) perlu mendapat perhatian khusus, oleh karena
tenaga kependidikan khusus guru mengarah pada
proyek yang dihasilkan sumber daya manusia yang
berkualitas untuk pembangunan. PKG (Pusat Kegiatan
Guru), MGBS (Musyawarah Guru Bidang Studi) dan
MGMP (Musyawarah Guru Mata Pelajaran) perlu di
tumbuh kembangkan terus sebagai model
pengembangan kemampuan guru (kompetensi mandiri).
Sumber belajar yang beraneka ragam perlu ditingkatkan.
Upaya ini menjadi tanggung jawab kepala sekolah,
sumber belajar.
e. Untuk melaksanakan pendidikan dasar 9 tahun,
dilakukan jika diperlukan dengan gerakan wajib belajar,
perlu diadakan penelitian untuk masyarakat untuk
menemukan faktor penunjang dan menyediakan faktor
penghambat nya.
Kepada masyarakat luas perlu diberikan informasi yang
sifatnya memperjelas dan persuasif tentang makna dari
pendidikan dasar. Realisasi dari pelaksanaan pendidikan dasar
ini dilakukan secara bertahap.

25
BAB IV
KESIMPULAN
4.1. Kesimpulan
Pendidikan merupakan kebutuhan manusia. Pendidikan memiliki
sifat dinamis yang berarti mengalami perubahan, perkembangan,
dan perbaikan sesuai dengan perkembangan di segala bidang
kehidupan.
Unsur dan komponen pendidikan itu terdapat 7, diantaranya:
peserta didik, pendidik, interaksi edukatif, tujuan Pendidikan,
materi pendidikan, alat dan metode, lingkungan pendidikan
Asas dalam pendidikan itu meliputi 3 bagian, yaitu Tut Wuri
Handayani (Ing Ngarso Sung Tulodo, 2. Ing Madya Mangun Karsa,
Tut Wuri Handayani ), asas belajar sepanjang hayat, dan asas
kemandirian dalam belajar.
Konsep pendidikan yang terdiri atas pendidikan, pembelajaran, dan
pelatihan keduanya memiliki perbedaan dari banyak hal seperti
waktu, kehidupan, dsb.
Permasalahan pendidikan yang memiliki pokok masalah yaitu
masalah pemerataan pendidikan, Masalah mutu pendidikan,
masalah efisiensi dan efektivitas.
4.2. Saran
Dari kesimpulan diatas kami mengajukan saran, bahwa pendidikan
sangat penting dalam kehidupan manusia dan pendidikan sebagai
pengukur tingkat kecerdasan kalian agar dapat menciptakan
lingkungan yang damai dengan disertai pemaknaan pendidikan.
Oleh karena itu, Pendidik harus menerapkan sistem yang membuat
nyaman peserta didik agar dapat menghasilkan peserta didik yang
berkualitas mengenai pendidikan ataupun nilai religius yang
tertanam.

26
DAFTAR PUSTAKA
gurupendidikan. (2019, agustus 8). GuruPendidikan.com. Dipetik
September 10, 2019, dari Guru Pendidikan:
https://www.gurupendidikan.co.id/pengertian-pendidikan/

Sjafei, M. (1979). Dasar-Dasar Pendidikan. Jakarta: Yayasan Proklamasi


CSIS.

Umar Tirtarahardja, L. S. (2010). Pengantar Pendidikan. Jakarta: PT.


RINEKA CIPTA.

27

Anda mungkin juga menyukai