Anda di halaman 1dari 16

LANDASAN PENDIDIKAN ISLAM

Makalah ini disusun untuk melengkapi tugas mata kuliah


Ilmu Pendidikan Islam
Dosen Pengampu : Nisrokha,S.Pd.I.,M.Pd.

Disusun Oleh :
1. Aisah Amini (3180002)
2. Ervina Nur Maulidah (3180033)
3. Siti Anisah (8180003)
4. Anggun Mega Parawansa (8180005)
5. Hana Mumtazah (7180001)
6. Muawanah (3180035)

SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH (STIT) PEMALANG

Jl. DI Panjaitan KM 3, Paduraksa, Kec. Pemalang, Kabupaten Pemalang,


Jawa Tengah 52319
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pendidikan adalah suatu aktivitas untuk mengembangkan aspek
kehidupan manusia. Dengan kata lain pendidikan tidak hanya berlangsung
didalam kelas atau sekolah saja melainkan juga dilingkungan keluarga dan
lingkungan sekitar yang akan mempengaruhi karakter masa depan.
Oleh karena itu pendidikan umum saja tidak cukup untuk mengembangkan
akhlak dan kepribadian seseorang dengan baik, sebagai penunjangnya
pendidikan islam sangat diperlukan agar seimbang dengan ilmu pengetahuan
dan teknologi pada era sekarang.
Sumber atau dasar pendidikan islam merupakan landasan pokok agar
pendidikan islam tegak berdiri tidak mudah roboh karena pengaruh-
pengaruh ideologi yang muncul baik sekarang maupun yang akan datang.
Seperti halnya bangunan, dasar itu sendiri sebagai fondamen yang tegak dan
kokoh.
Agama islam adalah agama universal yang mengajarkan kepada umat
manusia mengenai berbagai aspek kehidupan. Dengan sumbernya yaitu Al-
Qur’an, As-Sunnah dan ijtihad. Sumber ini dalam pribadi manusia bertujuan
untuk kesejahteraan hidup didunia dan kebahagiaan di akhirat kelak. Serta
menguatkan iman dan takwa manusia.

B. Rumusan Masalah
Masalah merupakan inti persoalan yang hendak diteliti. Berdasarkan
latar belakang masalah yang diuraikan diatas, maka dapatlah dirumuskan
permasalahan sebagai berikut:

1. Apa yang dimaksud Pendidikan Islam?


2. Apa saja dasar-dasar Pendidikan Islam?
BAB II
PEMBAHASAN

LANDASAN PENDIDIKAN ISLAM AL-QUR’AN, AS-SUNNAH DAN IJTIHAD

A. Definisi Pendidikan Islam


Konsep pendidikan Islam itu mengacu pada makna dan asal kata yang
membentuk kata itu sendiri dalam hubungan dengan ajaran Islam (Jalaludin,
2001: 70). Definisi pendidikan dapat diartikan sebagai latihan mental, moral,
dan fiisk yang bisa menghasilkan manusia yang berbudaya tinggi, sebab
pendidikan menumbuhkan kepribadian dan menanamkan rasa tanggung
jawab (Arifin, 2006: 7).
Berdasarkan tujuan dan sasaran dari pendidikan, Arifin (2006: 7)
mengartikan bahwa pendidikan islam merupakan sistem pedidikan yang
memberikan kemampuan seseorang untuk memeimpin kehidupannya sesuai
dengan cita-cita dan nilai-niai Islam yang telah menjiwai dan mewarnai corak
kepribadiannya.
Sementara itu, Muhaimin (1993: 15) mengatakan dengan lugas bahwa
pendidikan Islam ialah pendidikan yang falsafah dasar, tujuan-tujuannya dan
prinsip-prinsip dalam melaksanakan pendidikan didasarkan atas nilai-nilai
dasar Islam yang terkandung dalam al-Quran dan as-Sunnah.
Dengan demikian, pendidikan Islam sebagai sistem pendidikan dapat
memberikan kemampuan seseorang untuk memimpin kehidupannya sesuai
dengan cita-cita dan nilai-nilai Islam yang telah menjiwai dan mewarnai
corak kepribadiannya (Arifin, 2006: 7).
B. Dasar-dasar Pendidikan Islam
Islam merupakan sistem kepercayaan yang melandaskan seluruh
altifitasnya bersumber pada al-Qur’an dan as Sunnah. Oleh karen aitu., sudah
menjadi keharusan ketika kita membicarakan hal-hal yang terkait dengan
pendidikan Islam tidak boleh lepas dari kedua hal tersebut, yakni al-Quran
dan as Sunnah.
1. Al Qur’an
Secara bahasa ( ‫قراءنا‬,‫قراءة‬,‫قراء‬,‫يقراء‬,‫ ) قراء‬yang berarti bacaan atau membaca
sedangkan secara istilah firman Allah berupa wahyu yang disampaikan oleh
jibril kepada nabi Muhammad SAW. Didalamnya terkandung ajaran pokok
yang dapat dikembangkan untuk keperluan seluruh aspek kehidupan melalui
ijtihad.1 Al-Quran merupakan kitab suci umat Islam dan sebagai pedoman
terlengkap, yang meliputi seluruh aspek kehidupan dan bersifat universal.
Tentunya, dasar pendidikan Islam harus bersumber kepada al-Quran
(Ramayulis,1998: 13-14). Alasan bahwa pendidikan islam bersumber pada
Al-qur’an dan hadits berdasarkan firman Allah
1. ‫انا اءنزلنا التوراة فيها هدى ونور يحكم بها النبيون الذين اءسلموا لل ذين ه ادوا والرب انيون واالءحب ار بم ا‬
‫استحفظوا من كتب هللا وكنو عليه شهداء فال تخشوا الن اس واخش ون وال تش تروا باي اتي ثمن ا قليال ومن لم‬
‫يحكم بما اءنزل هللا فاءولعك هم الكافرون‬.
Artinya : Barang siapa yang tidak memutuskan menurut apa yang diturunkan
Allah, maka mereka itu adalah orang-orang kafir (Q.S Al-maidah 44)
2.‫يصلح لكم اعمالكم ويغفر لكم ذنوبكم ومن يطعاهللا ورسوله فقد فاز فوزا عظيما‬
Artinya: niscaya Allah memperbaiki bagimu amalan-amalanmu dan
mengampuni bagimu dosa-dosamu. Dan barang siapa menaati Allah dan
Rasulnya, maka sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang besar.
(Q.S Al-Ahzab 71).2
Pada awal pertumbuhan Islam, Nabi Muhamad Saw sebagai penddik
pertama telah menjadikan al Quran sebagai sumber pokok pendidikan Islam.
Kedudukan al-Quran sebagai sumber pokok pendidikan Islam. Kedudukan al-
Quran sebagai sumber pokok pendidikan Islam dapat dipahami dari ayat al-
Quran itu sendiri, seperti kalam Allah Swt dalam surat Shaad, 29:
“ini adalah sebuah kitab yang kami turunkan kepadamu penuh dengan
berkah supaya mereka memperhtikan ayat-ayatNya da supaya mendapat
pelajaran orang-orang yang mempunyai pikiran” (Qs Shad: 29) (Departemen
Agama RI, 2005: 455).

1
Dr.Zakiah Daradjat,dkk,Ilmu Pendidikan Islam,(Bumi Aksara Jakarta,2011),hlm.19
2
Nasroel,”Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan Islam”, diakses dari
http://nasroel1147.blogspot.ca/2013/02/dasar-dasar-ilmu-pendidikan-islam.html?m=1, pada
tanggal 7 februari 2013
Kelebihan al-Quran terletak pada metode yang menakjubkan dan unik
sehingga dalam konsep pendidikan yang terkandung di dalamnya, al-Quran
mampu menciptakan individu yang beriman dan senantiasa bertauhid
kepada Allah Swt, serta mengimani akhirat. Al-Quran telah memberikan
kepuasan penalaran yang sesai dengan kesederhanaan dan fitrah manusia
tanpa unsur paksaan dan disisi lain disertai dengan pengutamaan afeksi dan
emosi manusiawi. Al-Quran mengawali konsep pendidikannya dari hal hal
yang bersifat konkrit, seperti hujan, angin, tumbuh-tumbuhan, guntur atau
kilat menuju hal yang abstrak seperti keberadaan, kebesaran, kekuasaan, dan
berbagai sifat kesempurnaan Allah Swt (An Nahlawi, 2004: 28-31). Oleh
karena itu al-Quran menjadi sumber dari seluruh jenis dan proses
pendidikan yang berlakau ditengah-tengah masyarakat.
Di dalam al-Quran banyak dijelaskan ajaran-ajara yang berkenaan
degan kegiatan atau usaha pendidikan ini. Sebagai cntoh dapat dibaca kiah
Luqman mengajari anaknya, dalam surah al Luqman ayat 12 sampai dengan
ayat 19. Dalam ayat tersebut terdapat 5 azas pendidikan yaitu yang
berkenaan dengan:
a. Azas pendidikan tauhid
b. Azas pendidikan akhlaq kepada orangtua dan masyarakat
c. Azas pendidikan amar ma’ruf nahi mungkar
d. Azas pendidikan kesabaran dan ketabahan
e. Azas pendidikan sosial kemasyarakatan (tidak boleh sombong)
Pendidikan, karena termasuk kedalam usaha atau tindakan untuk
membentuk manusia, termasuk kedalam ruang lingkup muamalah.
Pendidikan sangat penting karena ia ikut menentukan corak dan bentuk amal
dan kehidupan manusia, baik pribad maupun masyarakat. Didalam al-Quran
terdapat banyak ajaran yang berisi prinsip-prinsip berkenaan dengan
kegiatan atau usaha pendidikan itu sendiri.3
Sekedar contoh, misalnya mengenai proses pembentukan manusia
untuk Fakultas Kedokteran dari firmna Allah yang berbunyi, “Dialah (Allah)
yang menciptakan kamu dari tanah, kemudian dari mani yang menjadi
3
Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 2008, hlm. 20
segmpal darah. Kemudian Dialah yang mengeluarkan kamu (dari rahim
wanita) menjadi bayi sehingga kamu dewasa menjadi tua...” (QS. Al
Mukmin:67)
Untuk disiplin Fakultas Hukum, ada ayat yang merupakan benih atau
prinsip ilmu hukum sebagai berikut:
‫ْن وَ اأْل َ ْق رَ ِبينَ ۚ ِإنْ يَ ُكنْ َغ ِن ًيّ ا‬ َ َ
ِ ‫ش َهدَا َء ِللَّ ِه وَ لَوْ عَ لَىٰ أ ْنف ُِس ُك ْم أ ِو ا ْلوَ ا ِل َدي‬ ِ ‫يَا َأيُّ َها الَّذِينَ آ َمنُوا ُكونُوا َقوَّامِينَ ِبا ْل ِقس‬
ُ ‫ْط‬

َ‫ض وا َف ِإنَّ اللَّ َه َك انَ ِب َم ا تَعْ َملُ ون‬ ُ ‫َأوْ َفقِيرً ا َفاللَّ ُه َأوْ لَىٰ ِب ِهمَا ۖ َفاَل تَت َِّبعُوا ا ْل َه وَ ٰى َأنْ تَ ْع ِدلُوا ۚ وَ ِإنْ تَ ْل ُووا َأوْ تُع ِْر‬
‫خَ ِبيرً ا‬
“Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang yang benar-benar
penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah biarpun terhadap dirimu
sendiri atau ibu bapa dan kaum kerabatmu. Jika ia kaya ataupun miskin,
maka Allah lebih tahu kemaslahatannya. Maka janganlah kamu mengikuti
hawa nafsu karena ingin menyimpang dari kebenaran. Dan jika kamu
memutar balikkan (kata-kata) atau enggan menjadi saksi, maka
sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui segala apa yang kamu
kerjakan.” (QS. An Nisa/4:135).4
Dalam al-Quran banyak ditemukan dorongan untuk menguasai ilmu
pengetahuan dan teknologi demi kesejahteraan umat manusia. Bahkan, al-
Quran yang pertama turun pun mengisyaratkan pentingnya strategi dalam
mencari ilmu pengetahuan dan teknoogi dengan cara membaca alam ciptaan
Allah. Dorongan untuk menguasai IPTEK, antara lain disebutkan dalam ayat-
ayat berikut:
“Maka apakah orang yang mngetahui bahwa apa yang diturunkan Tuhan
kepadamu adalah kebenaran, sama dengan orang yang buta? Hanya orang
yang berakal yang dapat mengambil pelajaran. (QS. Ar Rad/13:19). Al-qur’an
sebagai pedoman hidup bagi umat islam secara jelas ajaran-ajaran yang
berkenaan dengan iman tidak banyak dibicarakan dalam al-qur’an, tidak
sebanyak ajaran yang berkenaan dengan amal perbuatan. Ini menunujukan
bahwa amal itulah yang paling banyak dilaksanakan, sebab semua amal
perbuatan manusia dalam hubungannya dengan Allah SWT, dengan dirinya
4
Referensi: https://tafsirweb.com/1667-surat-an-nisa-ayat-
135.html
sendiri, dengan manusia sesamanya (masyarakat), dengan alam dan
lingkungannya,dengan makhluk lainnya, termasuk dalam ruang lingkup amal
shaleh (syari’ah). Istilah-istilah yang biasa digunakan dalam membicarakan
ilmu tentang syari’ah ini adalah:
(a) Ibadah untuk perbuatan yang langsung berhubungan dengan Allah SWT.
(b) Mu’amalah untuk perbuatan yang berhubungan selain dengan Allah SWT.
(c) Akhlak untuk tindakan yang menyangkut etika dan budi pekerti dalam
pergaulan.5
2. As-Sunnah (Hadist)

As Sunnah menurut pengertian bahasa betradisi yang bisa dilakukan,


atau jalan yang di lalui (at thariqah al maslukah)baik yang terpuji maupun
yang tercela. As Sunnah adalah “ segala sesuatu yang di nukilkan kepada Nabi
SAW. Berikut berupa perkataan , perbuatan, taqrirnya ataupun selain dari
itu”. Termaasuk” selain itu “ (perkataan,perbuatan,dan ketetapannya) adalah
sifat-sifat,keadaan dan cita-cita(himmah) Nabi SAW.,yang belum kesampaian
misalnya, sifat-sifat baik beliau,sisilah (nasab)nama nama dan tahun
kelahirannya yang di tetapkan oleh para ahli sejarah, dan cita-cita beliau.
Robert L Gullick dalam Muhammad the educator Menyatakan:
“Muhammad betul betul seorang pendidik yang membimbing manusia
menuju kemerdekaan dan kebahagiaan yang lebih besar serta melahirkan
ketertiban dan stabilitas yang mendorong perkemban.gan budaya islam,
serta revolusi sesuatu yang mempunyai tempo yang tak tertandingi dan
gairah yang menantang. Dari sudut pragmatis seseorang yang mengangkat
perilaku manusia adalah seorang pengeran di antara para pendidk. Kutipan
itu di ambil dari ensiklopedian yang melukiskan Nabi Muhammad SAW,
sebagai seorang Nabi, pemimpin, miter, negarawan, dan pendidik umat
manusia.
Subhi al Shaleh kata al Hadits juga merupakan bentuk isim dari tahdis
yang mengandung arti memberitahukan, mengabarkan. Berdasarkan
pengertian inilah selanjutnya setiapn perkataan, perbuatan, atau penetapan
(taqrir) yang di nsandarkan ke pada nabi SAW dinamai dengan al Hadits. 6
Al Hadits merupakan sumber ketentuan islam yang kedua setelah al
Qur’an.ia merupakan penguat dan penjelas dari bebagai per soalan baik yang
berada dalam al Qur’an maupun yang di hadapi dalam persoalan kehidupan
kaum muslim yang di sampaikan dan di praktekan nabi Muhammad SAW.
Yang dapat di jadikan landasan pendidikan islam.

5
Zakiyah Darajat,dkk,Op.cit.,hlm.20
6
Subhi al-shaleh, ulum al-hadits wa mushalahuhu,( bairut dar aql-ilmi li malayin,1973),h 3-4
Kedudukan al Hadits dalam kehidupan dan pemikiran islam sangat
penting, karna disamping memperkuat dan memoerjelas berbagai macam
persoalan dalam al Qur’an, juga memberikan dasar pemikiran yang lebih
konkrit mengenai penerapan berbagai aktivitas yang mesti di kembangkan
dalam kerangka hidup dan kehidupan umat islam. Banyak al hadits nabi
memiliki reevasi kearah dasar pemikiran dan implikasi langsung bagi
pengembangan dan penerapan dunia pendidikan.
Contoh yang di tunjukan nabi (al hadits ) merupakan sumber dan
acuan yang dapat di gunakan umat islam dalam seluruh aktivitas
kehidupannya. Meskipun secara umum bagian terbesar dari syariah islam
tesh terksndung dalam al Qur’an, namun muatan tersebut belum mengatur
berbagai dimensi kehidupan umat secara terperinci. Penjeasan syariah yang
di kandung al Qur’an sebagian ,masih bersifat gobal. Untuk itu di perlukan
keberadaan alhadits nabi sebagai penjelas dan penguat bagi hukum
Qur’aniah yang ada,7 sekaligus sebagai petunjuk (pedoman) bagi
kemaslahatan hidup manusia dalam semua aspeknya.3
Dari sini dapat di lihat bagaimana posisi dan fungsi al hadits nabi
sebagai sumber pendidikan islam yang utama seteah al Qur’an. Eksistensinya
merupakan sumber inspirasi ilmu pengetahuan yang berisikan keputusan
dan penjelasan nabi dari peasan pesan ilahiyah yang tidak terdapat dalam al
Qur’an maupin yang terdapat dalam al Qur’an tapi memerlukan penjelasan
lebih lanjut secara terperinci.
‫ من يطع الرسول فقد اطاع هللا‬............................................
Artinya : “ Barang siapa yang taat kepada Rasul, sesungguhnya diapaun taat
kepada Allah”(QS. Al-Nisa,4:80)
‫ وماءاتاكم الرسول فخدوه وما نهاكم عمه فانتهوا‬........................................
Artinya: apa yang diberikan Rasul kepadamu, ambilah. Dan apa yang dilarang
bagimu, tinggalkan lah …. “( QS. Al-hasr,59:7)
Dari ayat diatas , dapat dilihat dengan jelas , bahwa kedudukan al-hadits nabi
merupakan dasar utama yang dapat dipergunakan sebagai acuan bagi
pelaksanaan pendidikan islam. Lewat contoh dan peraturan-peraturan yang
diberikaan nabi, merupakan suatu bentuk pelaksanaan pendidikan islam
yang dapat ditiru dan di jadikan referensi teoritis maupun praktis. 4

7
NP. Aghnides, Muhammadan theorities of Financee: with an introduction to Muhammadan law
and a Bibliography,(new York:AMS Press,1969)h.35
3
Zakiah Daradjad,et al.,Op.Cit.,h.21
4Jalaludin dan Usman Said,
filsafat pendidikan islam:konsep dan perkembangan pemikirannya ,( Jakarta:Raja
GrafindoPersada,1994)h.37
5
Robert L, Gullick, dalam jalaludin Rahmat,Islam alternative, (Bandung:mizan,1991)h.115
Jalaluddin Rahmat,5 mengakui akan keberasdaan Nabi sebagai seorang
pendidik yang paling berhasil dalam membimbing manusia kearah
kebahagiaan kehidupan, baik didunia maupun di akhirat. Proses yang
ditunjukan Nabi ini dapat dijadikan acuan dasar dalam pelaksanaan
pendidikan islam.
Oleh karena itu, sunnah merupakan landasan kedua bagi cara
Pembina pribadi manusia muslim. Sunnah selalu membuka kemungkinan
pernafsiran berkembang. Itulah senbabnya, mengapa ijtihad perlu
ditingkatkan dalam memahaminya termasuk sunah yang berkaitan dengan
pendidikan.
Manfaat pertama, As-sunnah mampu menjelaskan konsep dan
kesempurnaan pendidikan islam sesuai dengan konsep Al-Qur’an, serta lebih
merinci penjelasan Al-Qur’an. Kedua, As-Sunnah dapat menjadi contoh yang
tepat dalam penentuan metode pendidikan.8
Telah kita ketahui bahwa diutusnya Nabi Muhammad saw salah
satunya untuk memeperbaiki moral atau akhlak manusia, sebagaimana
sabdanya :
)‫ (رواه مسلم‬.‫ت ُألََُ ْت ّم َم َم َكا ر َم األَ ْخالَ قا‬ ْ ‫ِا َّن َما ب‬
ُ ‫ُعث‬
Artinya :
“Sesungguhnya aku diutus tiada lain adalah untuk menyempurnakan
akhlak”. (HR. Muslim)
Makna hadist ini sudah jelas, tujuannya sudah dapat dimengerti oleh
umat muslim, yaitu menyempurnakan keutamaan akhlak. Rasulullah
Muhammad s.a.w. juga seorang pendidik, yang telah berhasil memebentuk
masyarakat rabbaniy, masyarakat yang terdidik secara Islami. Bahkan Robert
L. Gullick, Jr. dalam bukunya “Muhammad the educator” mengakui akan
keberhasilan Nabi Muhammad dalam melaksanakan pendidikan. 9
Sunnah juga berisi aqidah dan syari’ah.Sunnah berisi
petunjuk/pedoman untuk kemaslahatan hidup manusia dalam segala

8
H. Ahmad, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta : Lembaga Pendidikan Umat, 2005,
hlm. 17
9
Ibid. hlm 18
aspeknya, untuk membina umat menjadi manusia seutuhnya atau muslim
yang bertakwa, sehingga rasul menjadi guru dan pendidik utama. 10
Suatu hal yang sudah kita ketahui bersama bahwa Rasulullah Muhammad
SAW. Diutus ke bumi ini, salah satunya adalah untuk memperbaiki moral
atau akhlak umat manusia.
Rasulullah Muhammad SAW. Juga seorang pendidik, yang telah berhasil
membentuk masyarakat rabbani, masyarakat yang terdidik secara islami.
Robert L. Gullick,Jr. Dalam bukunya Muhammad the educator, sebagaimana
dikutip oleh Jalaluddin Rahmat, menulis:
“Muhammad betul-betul seorang pendidik yang membimbing manusia
menuju kemerdekaan dan kebahagiaan yang lebih besar serta melahirkan
ketertiban dan kesetabilan yang mendorong perkembangan budaya islam,
suatu revolusi sejati yang memiliki tempo tidak tertandingi, dan gairah yang
menantang. Hanya konsep pendidikan yang paling dangkalah yang berani
menolak keabsahan meletakan Muhammad diantara pendidik-pendidik besar
sepanjang masa, karena dari sudut pragmatis, seorang yang mengangkat
perilaku manusia adalah seorang pangeran diantara seorang pendidik.”
Jadi jelas, bahwa perkataan, perbuatan, ketetapan dan sifat Rasulullah SAW.
Sarat dengan pendidikan.
As-sunnah dapat dijadikan sebagai dasar pendidikan islam karena:
a. Allah memerintahkan kepada hambanya untuk menaati Rasulullah dan wajib
berpegang teguh atau menerima yang akan datang dari Rasulullah.
b. Pribadi Rasulullah dan segala aktivitasnya merupakan teladan bagi umat
islam.11
Sunnah merupakan sumber ajaran kedua Al-qur’an, sunnah berisi
pedoman petunjuk untuk kemaslahatan hidup dalam segala aspeknya untuk
membina ummat menjadi manusia seutuhnya atau muslim yang bertaqwa
oleh karena itu, sunnah merupakan landasan kedua bagi cara pembinmaan
pribadi manusia muslim. Sunnah selalu membuka kemungkinan penafsiranm
berkembang. Itulah sebabnya, mengapa ijtihad perlu ditingkatkan dalam

10
Nik Haryanti,Op.cit.Hlm.20
11
Cholil Umam, Ikhtisar Ilmu pendidikan Islam,(Surabaya: duta Aksara,1998),hlm.9
memahaminya termasuk sunnah yang berkaitan dengan pendidikan. Dasar-
dasar kependidikan islam semenjak beliau diangkat sebagai utusan Allah,
beliau mengajarkan tentang bagaimana cara wudhu, sholat, dzikir dan
berdo’a.
3. Ijtihad
Ijtihad adalah istilah para fuqaha, yaitu berfikir dengan menggunakan
seluruh ilmu yang dimiliki oleh ilmuan syariat islam untuk menetapkan/
menentukan sesuatu hukum syariat islam dalam hal-hal yang ternyata belum
ditegaskan hukumnya oleh alquran dan Sunnah. Ijtihad dalam hal ini dapat
saja meliputi seluruh aspek kehidupan termasuk aspek pendidikan, tetapi
tetap perpedoman pada Al-quran dan Sunnah. Namun demikian ijtihad
Harus mengikuti kaidah-kaidah yang diatur oleh para mujtahid tidak boleh
bertentangan dengan isi al-quran dan sunnah tersebut. Karna itu ijtihad
dipandang sebagai salah satu sumber hukum islam yang sangat dibutuhkan
sepanjang masa setelah Rosulullah wafat. Sasaran ijtihad ialah segala
sesuatu yang diperlukan dalam kehidupan, yang senantiasa berkembang.
Ijtihad bidang pendidikan sejalan dengan perkembangan zaman yang
semakin maju terasa semakin urgen dan mendesak, tidak saja dibidang
materi atau isi, melainkan juga dibidang sistem dalam artian yang luas.
Ijtihad dalam pendidikan harus tetap bersumber dari Al-quran dan
Sunnah yang diolah oleh akal yang sehat dari para ahli pendidikan islam,
ijtihad tersebut haruslah dalam hal-hal yang berhubungan langsung dengan
kebutuhan hidup disuatu tempat pada kondisi dan situasi tertentu. Teori-
teori pendidikan baru hasil ijtihad harus dikaitkan dengan ajaran islam dan
kebutuhan hidup.
Ijtihad dibidang pendidikan ternyata semakin perlu sebab ajaran
islam yang terdapat dalam Al-quran dan Sunnah adalah bersiat pokok-
pokok dan prinsip-prinsipnya saja. Bila ternyata ada yang ada terperinci,
maka perincian itu adalah sekedar contoh dalam menerapkan yang prinsip
itu. Sejak diturunkan sampai Nabi Muhammad SAW wafat, ajaran islam telah
tumbuh, dan berkembang melalui ijtihad yang dituntut oleh perubahan
situasi dan kondisi sosial yang tumbuh dan berkembang pula. Sebaliknya
ajaran islam sendiri telah berperan mengubah kehidupan manusia menjadi
kehidupan muslim.
Pergantian dan perbedaan zaman terutama karena kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi, yang bermuara kepada perubahan kehidupan
sosial telah menuntut ijtihad dalam bentuk penelitian dan pengkajian
kembali prinsip-prinsip ajaran islam, apakah ia boleh ditasirkan dengan yang
lebih serasi dengan lingkungan dan kehidupan sosial sekarang? Kalau ajaran
itu memang prinsip, yang tak boleh diubah, maka lingkungan dan kehidupan
sosial lah yang perlu diciptakan dan disesuaikan dengan prinsip itu.
Sebaliknya jika dapat ditasir maka ajara-ajaran itulah yg menjadi lapangan
ijtihad.

Kita hidup dizaman dan lingkungan yang jauh berbeda dengan


zaman dan lingkungan ketika ajaran islam itu diterapkan untuk pertama kali.
Disamping itu kita yakin pula bahwa ajaran itu berlaku di segala zaman dan
tepat, disegala situasi dan kondisi lingkungan sosial kenyataan yang
dihadirkan oleh peralihan zaman dan perkembangan ilmu pengetahuan
menyebabkan kebutuhan manusia semakin banyak. Kebutuhan itu ada yang
primer dan ada yang sekunder. Kebutuhan primer ialah kebutuhan pokok
yang mendasar yang bila tidak dipenuhi kehidupan akan rusak. Kebutuhan
skunder ialah kebutuhan pelengkap yang kalau tidak terpenuhi, tidak sampai
merusak kehidupan secara total. Sebagai makhluk individu dan sekaligus
makhluk sosial, manusia tentu saja mempunyai kebutuhan individu dan
kebutuhan sosial menurut tingkatan-tingkatannya. Dalam kehidupan
bersama, mereka mempunyai kebutuhan bersama untuk kelanjutan hidup
kelompoknya. Kebutuhan-kebutuhan ini meliputi berbagai aspek kehidupan
individu dan sosial, seperti sistem politik, ekonomi, sosial dan pendidikan
yang tersebut terakhir adalah kebutuhan yang terpenting karena ia
menyangkut pembinaan generasi mendatang dalam rangka memenuhi
kebutuhan-kebutuhan yang tersebut sebelumnya.

Sistem pembinaan, di satu pihak di tuntut agar senantiasa sesuia


dengan perkembangan zaman, ilmu dan teknologi yang berkembang cepat. Di
pihak lain di tuntut agar tetap bertahan dalam hal kesesuiannya dengan
ajaran islam. Hal ini merupakan masalah yang senantiasa menuntut mujtahid
muslim di bidang pendidikan untuk selalu berijtihad sehingga teori
pendidikan islam senantiasa relevan dengan tuntutan zaman, ilmu dan
teknologi tersebut. Sedang di Indonesia ijtihad di bidang pendidikan itu
harus pula di jaga agar sejalan dengan falsafah hidup bangsa.

Bangsa Indonesia sebagai suatu bangsa yang terdiri dari berbagai suku
mempunyai filsafat dan pandangan hidup yang beragam. Sebagai suatu
bangsa mereka harus menganut satu falsafah dan pandangan hidup bangsa.
Falsafah dan pandangan hidup itu diramu dari nilai-nilai yang dianut oleh
masing-masing suku bangsa yang bergabung menjadi bangsa Indonesia itu.
Falsafah dan pandangan hidup itu harus mengandung pikiran-pikiran yang
terdalam dari gagasan bangsa untuk mewujudkan kehidupan bangsa yang
baik. Dari falsafah dan pandangan hidup bangsa inilah berhulu semua idea
dan gagasan pembangunan bangsa.

Kegiatan pendidikan dan pengajaran yang merupakan tugas setiap


warga negara dan pemerintah, harus berlandaskan filsafat dan pandangan
hidup bangsa ini, dan harus dapat membina warga negara yang berfilsafat
dan berpandangan hidup yang sama. Oleh karena itu landasan
pendidikannya harus sesuai dengan filsafat dan pandangan hidup itu. Dan
sebagai penganut suatu agama yang taat, seluruh aspek kehidupannya harus
disesuaikan dengan ajaran agamanya. Maka warga negara yang setia pada
bangsa dan taat kepada agama, harus dapat menyesuaikan filsafat dan
pandangan hidup pribadinya dengan ajaran agama serta filsafat dan
pandangan hidup bangsanya. Bila ternyata ada ketidaksesuaian atau
pertentangan, maka para mujtahid di bidang pendidikan harus berusaha
mencari jalan keluarnya dengan menggunakan ijtihad yang digariskan oleh
agama, dengan ketentuan bahwa ajaran agama yang prinsip tidak boleh
dilanggar atau ditinggalkan.

Filsafat dan pandangan hidup bangsa Indonesia adalah pancasila yang


digali dan diramu dari berbagai filsafat dan pendangan hidup yang terdapat
dalam kelompok-kelompok masyarakat yang bergabung dalam masyarakat
besra bangsa Indonesia. Pancasila adalah rumusan manusia, hasil kombinasi
dan godokan yang diserasikan dari berbagai unsur tradisi dan kebudayaan
daerah. Pekerjaan ini merupakan ijtihad manusia, ijtihad para pemimpin
bangsa dalam menciptakan prinsip idea kesatuan seluruh rakyat Indonesia.
Semua ajaran yang terdapat dalam negara Indonesia tidak boleh
bertentangan dengan pancasila sebagai filsafat dan pandangan hidup bangsa
dalam bernegaradengan cara yang tidak dipertentangkan dengan pancasila.

Sejalan dengan itu maka pendidikan agama (Islam) sebagai suatu tugas
dan kewajiban pemerintah dalam mengemban aspirasi rakyat, harus
mencerminkan dan menuju ke arah tercapainya masyarakat pancasila
dengan warna agama. Dalam kegiatan pendidikan, agama dan pancasila
harus dapat isi mengisi dan saling menunjang. Pancasila harus dapat
meningkatkan dan mengembangkan kehidupan beragama, termasuk
pendidikan agama. Ini berarti bahwa pendidikan islam itu, selain
berlandaskan Al-Qur’an dan sunnah, juga berlandaskan ijtihad dalam
menyesuaikan kebutuhan bangsa yang selalu berubah dan berkembang.
Dengan ijtihad itu ditemukan persesuaian antara pancasila dengan ajaran
agama yang secara bersamaan dijadikan landasan pendidikan, termasuk
pendidikan agama.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bermula dari suatu landasan yang benar maka suatu tujuan yang
dikehendaki akan sangat besar perwujudannya. Begitupun dalam ranah
disiplin ilmu, terlebih untuk ilmu pendidikan islam yang mana tujuannya
untuk kesempurnaan manusia. Seperti halnya dikatakan imam ghazali
bahwasannya tujuan dari pendidikan islam adalah ksempurnaan manusia
yang berujung taqarrub (mendekatkan diri kepada Allah) menggali,
mengembangkan potensi atau fitrah manusia, mewujudkan profesionalisasi
manusia untuk mengemban tugas keduniaan dengan sebaik-baiknya.
Membentuk manusia yang berakhlak mulia, suci jiwanya dari
kerendahan budi dan sifat tercela, mengembangkan sifat manusia yang
utama sehingga menjadi manusia yang berujung kepada kebahagiaan dunia
dan kesentosaan akhirat. Oleh karena itulah tentunya tujuan pendidikan
islam ini tidak dapat lepas dari landasan dasar ilmu pendidikan islam yakni
pilar landasan Al-Qur’an, as-sunnah, Ijtihad serta kemudian
perkataan,perbuatan dan sikap. Sahabat-sahabat nabi yang akan menuntun
untuk mencapai tujuan-tujuan yang sesuai.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu dan Nur Uhbadi.2007. Ilmu Pendidikan, Jakarta: PT
Rineka Cipta.
Debag RI.1995. Al-qur’an dan Terjemahannya. Semarang: PT Toha Putra.
Darajat,Zakiyah,dkk. 2000. Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara.
Umam,Choli.1998. Ikhtisar Ilmu Pendidikan Islam. Surabaya: duta Aksara.
Achmadi.2005. Ideologi Pendidikan Islam. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Al-Ghazali. Al Ihya Ulumuddin. Juz III
Arifin, H. Muzayyin. 2003. Filsafat pendidikan islam. Jakarta: PT.Bumi Aksara
Zuhraini,dkk. 2008. Filsafat pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara.
Haryanti, Nik. 2014. ilmu pendidikan islam, Malang: Gunung Samudra
http://berbagi-makalah.blogspot.com/landasan-landasan-pendidikan-
dalam-islam.html
Nasroel, dasar-dasar ilmu pendidikan islam, diakses dari
http://nasroel1147.blogspot.ca/2013/02/dasar-dasar -ilmu-pendidikan-
islam.html?m=1, pada tanggal 7 februari 2013

Anda mungkin juga menyukai