DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 4
1. Hary Purnama (520119013)
2. Heti Elsa (520119015)
3. Marwah (520119023)
DOSEN PEMBIMBING:
Dr. Muh. Rusdi Rasyid, M.Pd.I
I. PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Islam mengajarkan manusia agar selalu menuntut ilmu. Banyak ayat dalam Al-Qur’an
yang menjelaskan agar manusia terus menuntut ilmu sejak masih kecil, sampai
menghembuskan nafas terakhir dalam keadaan berilmu. Bahkan disebutkan “tuntutlah ilmu
sampai negeri China”. Pernyataan tersebut berarti bahwa kita harus menuntut ilmu sampai
sejauh apapun ilmu tersebut berada.
Ada banyak banyak hadis yang menunjukkan keutamaan orang berilmu, salah satunya
disebutkan bahwa orang berpengetahuan melebihi orang yang senang beribadah, yang
berpuasa, dan yang menghabiskan waktu malamnya untuk mengerjakan sholat, bahkan
melibihi orang yang berperang di jalan Allah. Sedangkan orang berpengetahuan yang mau
mengajarkan dan mengamalkan ilmu yang dimilikinya kepada orang lain itu lebih utama,
karena tugas yang diembannya hampir sama seperti tugas yang diemban seorang rasul.
Seseorang tersebut dapat disebut sebagai pendidik.
Pendidikan Islam mempunyai tujuan akhir yaitu agar terciptanya insan kamil, dan
untuk mengaktualisasikan tujuan tersebut dalam pendidikan Islam, seorang pendidik
mempunyai tanggung jawab dalam mengantarkan peserta didik ke arah yang dimaksud,
sehingga keberadaan pendidik dalam dunia pendidikan sangatlah penting, sebab
kewajibannya tidak hanya memberikan atau memasukkan ilmu pengetahuan tetapi juga
dituntut untuk menginternalisasikan nilai-nilai pada peserta didik, dan sebagai pendidik juga
bertanggung jawab terhadap perkembangan peserta didiknya dengan upaya mengembangkan
seluruh potensinya, baik potensi efektif, kognitif maupun psikomotorik, ataupun sering
disebut potensi rasa, cipta, dan karsa. Jadi, pembahasan yang terdapat dalam makalah ini,
akan memberikan informasi atau gambaran tentang pengertian dan tugas pendidik,
keutamaan mengajar, jenis-jenis dan syarat-syarat pendidik, sifat-sifat yang harus dimiliki
pendidik, dan pendidik dalam perspektif pendidikan Islam.
Makalah ini bertujuan agar setelah mengetahui bagaimana pendidik dalam perspektif
pendidikan Islam, akan membantu pembaca dalam mengaktualisasikan perannya terhadap
perkembangan generasi agar menjadi manusia yang bermanfaat bagi bangsa dan agama.
Khususnya mahasiswa dan mahasiswi Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Sorong
karena merupakan mahasiswa dan mahasiswi yang akan menjadi harapan bangsa kedepannya
terkhusus mahasiswa dan mahasiswi Jurusan Tarbiyah Program Studi Pendidikan Agama
Islam (PAI).
B. Rumusan masalah
Dari latar belakang yang kami tulis di atas kami dapat merumuskan masalah sebagai
berikut:
1. Apa pengertian pendidik dan tugas pendidik ?
2. Apa keutamaan dalam mengajar ?
3. Apa saja jenis-jenis dan syarat-syarat pendidik ?
4. Apa saja sifat-sifat yang harus dimiliki pendidik ?
5. Bagaimana pendidikan dalam perspektif pendidikan Islam ?
II. PEMBAHASAN
A. Pengertian dan tugas pendidik
Siapakah yang dimaksud dengan guru? Jawabannya sebagai berikut. Di dalam
Undang-undang RI Nomor: 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen ditetapkan bahwa guru
adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing,
mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia
dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.1
Sedangkan pendidik dalam perspektif pendidikan Islam adalah orang-orang yang
bertanggung jawab terhadap perkembangan seluruh potensi peserta didik, baik potensi
afektif, kognitif, maupun psikomotorik sesuai dengan nilai-nilai ajaran Islam.2
Jadi, dari uraian singkat diatas maka dapat kami simpulkan bahwa pengertian dari
pendidik yaitu orang yang bertanggung jawab terhadap perkembangan seluruh potensi peserta
didiknya yaitu dengan cara mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih,
menilai, dan mengevaluasi peserta didik agar menjadi cerdas dan memiliki karakter yang
baik, sopan, dan santun.
Dalam Islam, orang yang paling bertanggung jawab terhadap pendidikan adalah orang
tua ( ayah dan ibu) anak didik. Tanggung jawab itu disebabkan oleh dua hal yaitu pertama,
karena kodrat orangtua di takdirkan menjadi orangtua anaknya, dan karena itu ia ditakdirkan
pula bertanggung jawab mendidik anaknya. Kedua, karena kepentingan kedua orangtua yaitu
berkepentingan terhadap kemajauan perkembangan anaknya.
Selain itu sukses tidaknya anak mereka juga sangat tergantung pada pola pengasuhan
dan pendidikan yang diberikan dilingkungan rumah tangga 3. Inilah yang tercermin dalam
QS. Al-tahrim : 6 yang berbunyi:
1
Departemen Pendidikan Nasional, Undang-undang RI. Nomor: 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional beserta Penjelasannya, (Bandung: Fokusmedia, 2003), h. 7.
2
Ramayulis, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, (Padang: Kalam Mulia, 1990), h. 19.
3
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1994), h. 74.
Bandingkan pula dengan Abdul Mujid dkk, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana, 2006), h. 88.
Terjemahan: Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka
yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras,
dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu
mengerjakan apa yang diperintahkan.
4
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, Jilid 12 (Jakarta: Lentera Hati, 2002), h. 56.
5
Al-‘Allaamah as-Sayyid Muhammad Husain ath-Thabathabai, Al-Miizaan fFii Tafsir Al-Qur’an, Jilid 17
(Beirut: Muassatu Al-A’lamiy Lilmathbu’at, 1991), h. 392.
yang dilakukan muridnya dengan hal yang baik bisa juga dengan menasehatinya agar murid
tersebut sadar bahwa apa yang telah dilakukannya merupakan hal yang buruk.
3. Lemah lembut
Secara bahasa lemah lembut berarti baik hati. Sifat ini melekat pada diri Rasulullah SAW
sekaligus menjadi salah satu cara dalam meraih keberhasilan dakwah beliau. Dengan sifat
tersebut Allah akan menundukkan musuh kepada orang rasul serta orang-orang yang mampu
mengedepankan sifat kelemahlembutannya dan penyantun. Musuh akan menjadi teman karib
karena ketulusan hatinya untuk selalu berbuat lemah lembutterhadap orang orang yang telah
berbuat jahat.
Jadi, seorang pendidik harus mencontoh sifat yang dimiliki Rasulullah SAW yaitu lemah
lembut. Melakukan sesuatu harus dengan lemah lembut tidak dengan kekerasan baik itu
perkataan maupun perbuatan dan juga selalu bersikap sopan dan santun. Agar peserta didik
kelak dapat mencontoh sifat dari pendidiknya yaitu melakukan sesuatu dengan lemah lembut
dan dalam bertutur kata harus sopan santun apalagi dengan orang yang lebih tua darinya.
4. Kasih sayang
Sifat kasih sayang tidak secara langsung dijelaskan dalam oleh masing-masing penafsir
dalam surat Fushshilat, akan tetapi sifat ini terkandung didalamnya. Dalam menghadapi suatu
kejahatan sifat kasih sayang Rasul selalu terlihat jelas. Rasul tidak menganggap orang yang
berbuat jahat adalah musuh yang sejati, karena musuh manusia yang sejati adalah setan.
Rasulullah SAW tetap menyayangi orang-orang yang berbuat jahat dan ingin mengagalkan
dakwahnya dan selalu berbuat baik sehingga tercipta suatu persahabatan yang erat.
Sifat kasih sayang tersebut harus tertanam dalam benak pendidik. Rasulullah SAW
menegaskan agar para pendidik memiliki sifat kasih sayang terhadap peserta didiknya.
Pendidim dalam lembaga pendidikan sebagai wakil dari pendidik pertama haruslah
menganggap serta menyayangi peserta didik seperti halnya anak sendiri, agar tercipta
keharmonisan dalam proses belajar mengajar.
Jadi, sebagai pendidik maka harus memiliki sifat kasih sayang terhadap peserta
didiknya. Agar dalam proses belajar mengajar terdapat keharmonisan yang terjalin antara
pendidik dan peserta didik. Sehingga membuat apa yang di sampaikan oleh pendidik dapat
dipahami oleh peserta didik dengan mudah.
5. Menahan amarah
Menahan amarah telah ditunjukkan oleh Rasulullah SAW ketika beliau menolak
kejahatan yang menimpanya dengan kebaikan. Rasulullah SAW merupakan orang yang
paling sabar dan selalu menahan amarahnya walaupun telah dicaci maki, hina, dianiaya
seperti dilempari batu dan kotoran hewan namun, beliau tetap sabar dan menahan amarahnya.
Sungguh sifat ini sangat harus dimiliki oleh pendidik .
Jadi, sifat menahan amarah ini sangat harus dimiliki oleh pendidik karena jikat dilihat
sekarang banyak peserta didik yag tidak menghormati gurunya. Bahkan ada yang mencaci
dan menghina gurunya sendiri, sebagai pendidik yang baik maka harus menahan amarah
yang terpancing akibat perbuatan yang dilakukan oleh peserta didiknya tersebut agar tidak
terjadi hal yang buruk, seperti guru memukul muridnya dan sebagainya.
6. Pemaaf
Dalam diri Rasulullah SAW tidak ada rasa balas dendam kepada yang telah
menyakitinya, bahkan Rasulullah SAW mendoakannya agar menyadari perbuatannya serta
tidak melakukannya kembali. Sifat pemaaf ini termasuk dalam perbuatan baik atau ahsan.
Para mufassir dalam penelit5ian ini sepakat bahwa sifat pemaaf yang ada pada diri Rasulullah
SAW merupakan wujud penolakan kejahatan yang ditimpanya, yaitu dengan memaafkan
orang yang berbuat jahat padanya.
Jadi, kami mengambil sifat-sifat pendidik ini melihat contoh dari sifat-sifat Rasulullah
SAW karena beliau merupakan suri tauladan bagi umat Islam salah satunya bagi pendidik.
Sifat-sifat pendidik selain menjadi acuan yang dicontoh dari kepribadian Rasulullah SAW ,
juga menjadi syarat yang harus dimiliki oleh setiap pendidik sebelum mendidik peserta
didiknya. Rasulullah merupakan contoh yang paling baik dan sempurna, Allah SWT
berfirman:
َ ُأس َو ةٌ َح َس نَ ةٌ لِ َم ْن َك
َان َي ْر ُج و اللَّ هَ َو ال َْي ْو م ْ ول اللَّ ِه
ِ ان لَ ُك ْم يِف ر س
َُ َ لَ َق ْد َك
6
Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan: Umum dan agama Islam, (Jakarta: Raja Wali Press, 2009), h. 9.
7
Achmadi, Ideologi Pendidikan Islam: Paradigma Humanisme Teosentris, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2008), h. 28-29
III. PENUTUP
A. Kesimpulan