Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH ILMU PENDIDIKAN ISLAM

PENDIDIK DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 4
1. Hary Purnama (520119013)
2. Heti Elsa (520119015)
3. Marwah (520119023)

DOSEN PEMBIMBING:
Dr. Muh. Rusdi Rasyid, M.Pd.I

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


JURUSAN TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SORONG
2019

I. PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Islam mengajarkan manusia agar selalu menuntut ilmu. Banyak ayat dalam Al-Qur’an
yang menjelaskan agar manusia terus menuntut ilmu sejak masih kecil, sampai
menghembuskan nafas terakhir dalam keadaan berilmu. Bahkan disebutkan “tuntutlah ilmu
sampai negeri China”. Pernyataan tersebut berarti bahwa kita harus menuntut ilmu sampai
sejauh apapun ilmu tersebut berada.
Ada banyak banyak hadis yang menunjukkan keutamaan orang berilmu, salah satunya
disebutkan bahwa orang berpengetahuan melebihi orang yang senang beribadah, yang
berpuasa, dan yang menghabiskan waktu malamnya untuk mengerjakan sholat, bahkan
melibihi orang yang berperang di jalan Allah. Sedangkan orang berpengetahuan yang mau
mengajarkan dan mengamalkan ilmu yang dimilikinya kepada orang lain itu lebih utama,
karena tugas yang diembannya hampir sama seperti tugas yang diemban seorang rasul.
Seseorang tersebut dapat disebut sebagai pendidik.
Pendidikan Islam mempunyai tujuan akhir yaitu agar terciptanya insan kamil, dan
untuk mengaktualisasikan tujuan tersebut dalam pendidikan Islam, seorang pendidik
mempunyai tanggung jawab dalam mengantarkan peserta didik ke arah yang dimaksud,
sehingga keberadaan pendidik dalam dunia pendidikan sangatlah penting, sebab
kewajibannya tidak hanya memberikan atau memasukkan ilmu pengetahuan tetapi juga
dituntut untuk menginternalisasikan nilai-nilai pada peserta didik, dan sebagai pendidik juga
bertanggung jawab terhadap perkembangan peserta didiknya dengan upaya mengembangkan
seluruh potensinya, baik potensi efektif, kognitif maupun psikomotorik, ataupun sering
disebut potensi rasa, cipta, dan karsa. Jadi, pembahasan yang terdapat dalam makalah ini,
akan memberikan informasi atau gambaran tentang pengertian dan tugas pendidik,
keutamaan mengajar, jenis-jenis dan syarat-syarat pendidik, sifat-sifat yang harus dimiliki
pendidik, dan pendidik dalam perspektif pendidikan Islam.
Makalah ini bertujuan agar setelah mengetahui bagaimana pendidik dalam perspektif
pendidikan Islam, akan membantu pembaca dalam mengaktualisasikan perannya terhadap
perkembangan generasi agar menjadi manusia yang bermanfaat bagi bangsa dan agama.
Khususnya mahasiswa dan mahasiswi Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Sorong
karena merupakan mahasiswa dan mahasiswi yang akan menjadi harapan bangsa kedepannya
terkhusus mahasiswa dan mahasiswi Jurusan Tarbiyah Program Studi Pendidikan Agama
Islam (PAI).
B. Rumusan masalah
Dari latar belakang yang kami tulis di atas kami dapat merumuskan masalah sebagai
berikut:
1. Apa pengertian pendidik dan tugas pendidik ?
2. Apa keutamaan dalam mengajar ?
3. Apa saja jenis-jenis dan syarat-syarat pendidik ?
4. Apa saja sifat-sifat yang harus dimiliki pendidik ?
5. Bagaimana pendidikan dalam perspektif pendidikan Islam ?

II. PEMBAHASAN
A. Pengertian dan tugas pendidik
Siapakah yang dimaksud dengan guru? Jawabannya sebagai berikut. Di dalam
Undang-undang RI Nomor: 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen ditetapkan bahwa guru
adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing,
mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia
dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.1
Sedangkan pendidik dalam perspektif pendidikan Islam adalah orang-orang yang
bertanggung jawab terhadap perkembangan seluruh potensi peserta didik, baik potensi
afektif, kognitif, maupun psikomotorik sesuai dengan nilai-nilai ajaran Islam.2
Jadi, dari uraian singkat diatas maka dapat kami simpulkan bahwa pengertian dari
pendidik yaitu orang yang bertanggung jawab terhadap perkembangan seluruh potensi peserta
didiknya yaitu dengan cara mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih,
menilai, dan mengevaluasi peserta didik agar menjadi cerdas dan memiliki karakter yang
baik, sopan, dan santun.
Dalam Islam, orang yang paling bertanggung jawab terhadap pendidikan adalah orang
tua ( ayah dan ibu) anak didik. Tanggung jawab itu disebabkan oleh dua hal yaitu pertama,
karena kodrat orangtua di takdirkan menjadi orangtua anaknya, dan karena itu ia ditakdirkan
pula bertanggung jawab mendidik anaknya. Kedua, karena kepentingan kedua orangtua yaitu
berkepentingan terhadap kemajauan perkembangan anaknya.
Selain itu sukses tidaknya anak mereka juga sangat tergantung pada pola pengasuhan
dan pendidikan yang diberikan dilingkungan rumah tangga 3. Inilah yang tercermin dalam
QS. Al-tahrim : 6 yang berbunyi:

ُ‫َّاس َو ا حْلِ َج َار ة‬


ُ ‫ود َه ا الن‬ ُ ِ‫َأه ل‬
ُ ُ‫يك ْم نَ ًار ا َو ق‬ ُ ‫آم نُ وا قُوا َأن‬
ْ ‫ْف َس ُك ْم َو‬ ِ َّ
َ ‫يَا َأيُّ َه ا ال ذ‬
َ ‫ين‬

َ ُ‫ون اللَّ هَ َم ا ََأم َر ُه ْم َو َي ْف َع ل‬


‫ون َم ا‬ َ ‫ْص‬ ِ ِ ‫ِئ‬
ُ ‫َع لَ ْي َه ا َم اَل َك ةٌ غ اَل ٌظ ش َد ٌاد اَل َي ع‬
‫ون‬
َ ‫يُ ْؤ َم ُر‬

1
Departemen Pendidikan Nasional, Undang-undang RI. Nomor: 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional beserta Penjelasannya, (Bandung: Fokusmedia, 2003), h. 7.
2
Ramayulis, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, (Padang: Kalam Mulia, 1990), h. 19.
3
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1994), h. 74.
Bandingkan pula dengan Abdul Mujid dkk, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana, 2006), h. 88.
Terjemahan: Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka
yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras,
dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu
mengerjakan apa yang diperintahkan.

Kemudian pendidik berikutnya dalam pandangan Islam adalah guru/dosen.


Sederhananya guru bisa disebut sebagai pengajar dan pendidik sekaligus. Dalam pendidikan
formal tingkat dasar dan menengah disebut pendidik, sedangkan pada perguruan tinggi
disebut dengan dosen.
Jadi, selain guru orang tua juga sangat berperan penting dalam kemajuan
perkembangan anak. Selain itu, dalam Qur’an surah Al-Imran telah dijelaskan bahwa orang-
orang beriman diperintahkan untuk “peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang
bahan bakarnya adalah manusia dan batu.
B. Keutamaan dalam mengajar
Mengajar adalah bagian penting dari proses pendidikan. Saking pentingnya mengajar
(menyebarkan ilmu), Rasulullah SAW bersabda: “Barang siapa yang ditanya tentang suatu
ilmu pengetahuan lalu ia menyembunyikannya, maka pada hari kiamat kelak Allah SWT
akan mengekangnya dengan kekang api neraka.” (HR. Abu Daud dan Tirmidzi).
Sebaliknya, beruntunglah bagi para guru yang gemar mengajarkan ilmu kepada para
muridnya. Rasulullah SAW bersabda: “Barang siapa mengajarkan suatu ilmu, maka dia
mendapatkan pahala dari orang-orang yang mengamalkannya dengan tidak mengurangi
sedikit pun pahala orang yang mengerjakan itu.” (HR. Ibnu Majah).
Ada juga keutamaan dalam mengajar yaitu mendapatkan pahala yang sangat banyak,
Rasulullah SAW bersabda: “Barangsiapa mempelajari satu bab dari ilmu untuk diajarkannya
kepada manusia, maka ia diberikan pahala tujuh puluh orang siddiq (orang yang selalu benar,
membenarkan Nabi, seumpama Abu Bakar As-Shiddiq”. (HR. Abu Manshur Ad-Dailami).
Rasulullah SAW bersabda: “Apabila mati seorang anak Adam, putuslah amal
perbuatannya selain tiga perkara, yaitu ilmu yang dimanfaatkan, sadakah jariyah (waqaf), dan
anak yang shaleh yang berdoa kepadanya. (HR. Muslim dan Abu Hurairah).
Jadi, menjadi seorang pengajar atau pendidik memiliki banyak keutamaan mulai dari
mendapatkan pahala yang banyak, posisi yang istimewa di hadapan Allah, dan bahkan
walaupun orang yang berilmu telah meninggal tapi selama masa hidupnya ia memanfaatkan
ilmunya untuk dibagikan kepada orang lain maka pahala akan terus mengalir untuknya
selama ilmunya itu masih bermanfaat bagi orang lain.
C. Jenis dan syarat pendidik
Terdapat dua jenis pendidik yaitu:
1. Pendidik menurut kodrati, yaitu orang tua pendidik yang bersifat kodrati sebagai orang tua,
wajib pertama kali memberikan didikan kepada anaknya. Selain asuhan, kasih sayang,
perhatian, dan sebagainya. Orang tua adalah pendidik pertama dan sangat penting dalam
kemajuan perkembangan anaknya.
2. Pendidik menurut jabatan, yaitu guru/dosen. Pendidikan menurut jabatan adalah guru yang
menerima tanggung jawab dari tiga pihak, yaitu orang tua, masyarakat, dan negara. Tanggung
jawab orang tua diterima guru atas kepercayaan yang mampu memberikan pendidikan dan
pengajaran serta diharapkan pula dari pribadi guru yang dapat memancarkan sikap-sikap
yang normatif, baik sebagai sebagai kelanjutan dari sifat orang tua sebelumnya.
Jadi, dengan melakukan kedua kegiatan diatas, maka tujuan pendidikan menjadikan
manusia yang berakhlak bisa diwujudkan. Guru sebagai pengontrol, pembimbing dan
pendidik bagi peserta didik. Sedangkan orang tua sebagai pendidik yang memberikan
perhatian, kasih sayang, dan juga asuhan sehingga anaknya dapat kemajuan dalam
perkembangan diri.
Syarat-syarat menjadi pendidik sebagai berikut:
1. Sehat Jasmani dan Rohani
2. Pandai bahasa sopan
3. Kepribadiaanya harus baik dan kuat
4. Emosinya harus stabil
5. Pandai menyesuaikan diri
6. Harus tenang, objektif, dan bijaksana
7. Harus jujur dan adil
8. Harus susila didalam tingkah lakunya
9. Sifat sosialnya harus besar
10. Tidak mengutamakan materi da mengajar semata-mata karena Allah
11. bersih lahir dan batin
12. ikhlas dalam pekerjaan
13. menguasai mata pelajaran
14. sabar
15. membekali diri dengan ilmu dan biasa mengkajinya, dan
16. tanggap terhadap berbagai kondisi dan perkembangan dunia yang mempengaruhi jiwa,
keyakinan, dan pola berpikir generasi muda.
Jadi, tampak jelas bahwa kalau seseorang ingin menjadi guru maka ia harus
memenuhi syarat-syarat untuk menjadi guru terutama dalam pendidikan formal. Dengan
melihat syarat-syarat diatas maka bisa dikatakan jika ingin menjadi guru itu tidaklah mudah.
Menjadi guru adalah pekerjaan terhormat. Saat ini, guru adalah pekerja profesinal yang bisa
disejajarkan dengan profesi-profesi lainnya seperti dokter, akuntan, dan sebagainya.
Intelektualitas merupakan modal bagi guru untuk menunaikan tugasnya. Hal ini
mencerminkan sisi kompetensi seorang guru yakni penguasaan seorang guru atas materi
pelajaran, metodologi pengajaran dan pemahamannya terhadap obyek pengabdian dan medan
perjuangan. Penguasaan atas materi pelajaran berarti seorang guru memahami betul ilmu
pengetahuan yang menjadi spesifikasinya dengan segala seluk beluknya.
D. Sifat-sifat pendidik
1. Kesabaran
Kesabaran berasal dari kata dasar sabar yang berarti tenang, dan kesabaran berarti
ketenangan hati dalam menghadapi cobaan atau sifat tenang. Rasulullah SAW dalam
berdakwah mengajak orang musyrik dan kafir untuk beriman kepada Allah SWT.sangat
mengedepankan sifat kesabaran. Kesabaran menurut Quraish Shihab dalam Tafsir Al-
Misbah, bahwa pada kalimat yang berbunyi. Wamayulaqqaha illallazina sabaru
menerangkan tentang kesabaran. Pada kata sabaru yang berarti bersabar, mengindikasikan
bahwa Allah menganjurkan atau menyuruh Nabi Muhammad SAW untuk bersabar dalam
menghadapi para kaum musyrikin dalam berdakwah.4
Jadi, sabar merupakan sifat yang sangat penting yang harus dimiliki para pendidik karena
dengan kesabaran maka para pendidik akan lebih mudah dalam mengatasi atau mengontrol
anak didiknya yang dalam keadaan tidak terkendali.
2. Berbuat baik
Dalam mengahadapin suatu perbuatan yhang buruk, Zuhaili dalam tafsirnya menafsirkan
bahwa perbuatan buruk ditolak dengan perbuatan yang lebih baik yang berarti berlawanan
dengan perbuatan yang dialami yaitu perbuatan buruk dibalas atau ditolak dengan perbujatan
yang baik.5
Jadi, jika seorang murid/siswa melakukan hal yang buruk kepada guru atau pendidiknya
maka sebagai pendidik harus menyikapi hal tersebut dengan berbuat baik yaitu membalas

4
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, Jilid 12 (Jakarta: Lentera Hati, 2002), h. 56.
5
Al-‘Allaamah as-Sayyid Muhammad Husain ath-Thabathabai, Al-Miizaan fFii Tafsir Al-Qur’an, Jilid 17
(Beirut: Muassatu Al-A’lamiy Lilmathbu’at, 1991), h. 392.
yang dilakukan muridnya dengan hal yang baik bisa juga dengan menasehatinya agar murid
tersebut sadar bahwa apa yang telah dilakukannya merupakan hal yang buruk.
3. Lemah lembut
Secara bahasa lemah lembut berarti baik hati. Sifat ini melekat pada diri Rasulullah SAW
sekaligus menjadi salah satu cara dalam meraih keberhasilan dakwah beliau. Dengan sifat
tersebut Allah akan menundukkan musuh kepada orang rasul serta orang-orang yang mampu
mengedepankan sifat kelemahlembutannya dan penyantun. Musuh akan menjadi teman karib
karena ketulusan hatinya untuk selalu berbuat lemah lembutterhadap orang orang yang telah
berbuat jahat.
Jadi, seorang pendidik harus mencontoh sifat yang dimiliki Rasulullah SAW yaitu lemah
lembut. Melakukan sesuatu harus dengan lemah lembut tidak dengan kekerasan baik itu
perkataan maupun perbuatan dan juga selalu bersikap sopan dan santun. Agar peserta didik
kelak dapat mencontoh sifat dari pendidiknya yaitu melakukan sesuatu dengan lemah lembut
dan dalam bertutur kata harus sopan santun apalagi dengan orang yang lebih tua darinya.
4. Kasih sayang
Sifat kasih sayang tidak secara langsung dijelaskan dalam oleh masing-masing penafsir
dalam surat Fushshilat, akan tetapi sifat ini terkandung didalamnya. Dalam menghadapi suatu
kejahatan sifat kasih sayang Rasul selalu terlihat jelas. Rasul tidak menganggap orang yang
berbuat jahat adalah musuh yang sejati, karena musuh manusia yang sejati adalah setan.
Rasulullah SAW tetap menyayangi orang-orang yang berbuat jahat dan ingin mengagalkan
dakwahnya dan selalu berbuat baik sehingga tercipta suatu persahabatan yang erat.
Sifat kasih sayang tersebut harus tertanam dalam benak pendidik. Rasulullah SAW
menegaskan agar para pendidik memiliki sifat kasih sayang terhadap peserta didiknya.
Pendidim dalam lembaga pendidikan sebagai wakil dari pendidik pertama haruslah
menganggap serta menyayangi peserta didik seperti halnya anak sendiri, agar tercipta
keharmonisan dalam proses belajar mengajar.
Jadi, sebagai pendidik maka harus memiliki sifat kasih sayang terhadap peserta
didiknya. Agar dalam proses belajar mengajar terdapat keharmonisan yang terjalin antara
pendidik dan peserta didik. Sehingga membuat apa yang di sampaikan oleh pendidik dapat
dipahami oleh peserta didik dengan mudah.
5. Menahan amarah
Menahan amarah telah ditunjukkan oleh Rasulullah SAW ketika beliau menolak
kejahatan yang menimpanya dengan kebaikan. Rasulullah SAW merupakan orang yang
paling sabar dan selalu menahan amarahnya walaupun telah dicaci maki, hina, dianiaya
seperti dilempari batu dan kotoran hewan namun, beliau tetap sabar dan menahan amarahnya.
Sungguh sifat ini sangat harus dimiliki oleh pendidik .
Jadi, sifat menahan amarah ini sangat harus dimiliki oleh pendidik karena jikat dilihat
sekarang banyak peserta didik yag tidak menghormati gurunya. Bahkan ada yang mencaci
dan menghina gurunya sendiri, sebagai pendidik yang baik maka harus menahan amarah
yang terpancing akibat perbuatan yang dilakukan oleh peserta didiknya tersebut agar tidak
terjadi hal yang buruk, seperti guru memukul muridnya dan sebagainya.
6. Pemaaf
Dalam diri Rasulullah SAW tidak ada rasa balas dendam kepada yang telah
menyakitinya, bahkan Rasulullah SAW mendoakannya agar menyadari perbuatannya serta
tidak melakukannya kembali. Sifat pemaaf ini termasuk dalam perbuatan baik atau ahsan.
Para mufassir dalam penelit5ian ini sepakat bahwa sifat pemaaf yang ada pada diri Rasulullah
SAW merupakan wujud penolakan kejahatan yang ditimpanya, yaitu dengan memaafkan
orang yang berbuat jahat padanya.
Jadi, kami mengambil sifat-sifat pendidik ini melihat contoh dari sifat-sifat Rasulullah
SAW karena beliau merupakan suri tauladan bagi umat Islam salah satunya bagi pendidik.
Sifat-sifat pendidik selain menjadi acuan yang dicontoh dari kepribadian Rasulullah SAW ,
juga menjadi syarat yang harus dimiliki oleh setiap pendidik sebelum mendidik peserta
didiknya. Rasulullah merupakan contoh yang paling baik dan sempurna, Allah SWT
berfirman:

َ ‫ُأس َو ةٌ َح َس نَ ةٌ لِ َم ْن َك‬
َ‫ان َي ْر ُج و اللَّ هَ َو ال َْي ْو م‬ ْ ‫ول اللَّ ِه‬
ِ ‫ان لَ ُك ْم يِف ر س‬
َُ َ ‫لَ َق ْد َك‬

‫ري‬ ِ‫ا آْل ِخ ر و ذَ َك ر اللَّ ه َك ث‬


ً َ َ َ َ
Terjemah: Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu
(yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak
menyebut Allah.

E. Pendidikan dalam perspektif pendidikan Islam


Pada dasarnya pendidikan laksana eksperimen yang tidak pernah selesai sampai
kapanpun, sepanjang ada kehidupan manusia didunia ini. Dikatakan demikian, karena
pendidikan merupakan bagian dari kebudayaan dan peradaban manusia yang terus
berkembang. Hal ini sejalan dengan pembawaan manusia yang memiliki potensi kreatif dan
inovatif dalam segala bidang kehidupan.6 Pendidikan selalu melekat dalam kehidupan
manusia yangb tidak terbatas oleh waktu kecuali datangnya kematian yang akan memutuskan
seluruh perkara yang berhububngan dengan manusia didunia. Pendidikan merupakan suatu
kegiatan yang sentral dan kegiatan yang disengaja dan terenncana untuk membantu
mengembangkan seluruh potensi anak agar dapat bermanfaat bagi kepentingan hidupnya
sebagai individu, masyarakat, dan warga negara yang berilmu atau berintelektual tinggi,
sertra berwawasan yang luas dan mampu untuk berfikir bebas.
Pengertian pendidikan ini tidak jauh beda dengan pendidikan islam, namun dalam
pendidikan Islam lebih ditekankan lagipada nilain-nilai Islam. Menurut Achmadi, pendidikan
Islam ialah segala usaha untuk memelihara dan mengembangkan fitrah manusia serta sumber
daya manusia yang ada padanya menuju terbentuknya manusia seutuhnya (insan kamil)
sesuai dengan norma Islam.7 Dalam pandangan Islam insan kamil diformulasikan secara garis
besar sebagai pribadi muslim, yakni manusia yang beriman dan bertakwa serta memiliki
berbagai kemampuan yang teraktualisai dalam hubungannya dengan Tuhan, dengan sesama
manusia, dan dengan alam sekitarnya secar baik, positif dan konstruktif.
Bangsa indonesia menyebutkan bahwa tujuan pendidikan adalah mencerdaskan
kehidupan bangsa dan membentuk manusia seutuhnya. Sebagaimana yang tercantum dalam
UU No. 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 4 berbunyi: Pendidikan
Nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia
seutuhnya, yakni manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan
berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan, dan keterampilan, kesehatan jasmani, dan
rohani,
kepribadian yang mantap dan mandiri, serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan
kebangsaan.

6
Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan: Umum dan agama Islam, (Jakarta: Raja Wali Press, 2009), h. 9.
7
Achmadi, Ideologi Pendidikan Islam: Paradigma Humanisme Teosentris, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2008), h. 28-29
III. PENUTUP

A. Kesimpulan

Di dalam Undang-undang RI Nomor: 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen


ditetapkan bahwa guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada
pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan
menengah.
Menjadi seorang pengajar atau pendidik memiliki banyak keutamaan mulai dari
mendapatkan pahala yang banyak, posisi yang istimewa di hadapan Allah, dan bahkan
walaupun orang yang berilmu telah meninggal tapi selama masa hidupnya ia memanfaatkan
ilmunya untuk dibagikan kepada orang lain maka pahala akan terus mengalir untuknya
selama ilmunya itu masih bermanfaat bagi orang lain.
Orang tua pendidik yang bersifat kodrati sebagai orang tua, wajib pertama kali
memberikan didikan kepada anaknya. Guru yang menerima tanggung jawab dari tiga pihak,
yaitu orang tua , masyarakat, dan negara. Syarat-syarat menjadi pendidik yaitu, Sehat Jasmani
dan Rohani, Pandai bahasa sopan, Kepribadiaanya harus baik dan kuat, Emosinya harus
stabil, Pandai menyesuaikan diri, Harus tenang, objektif, dan bijaksana, Harus jujur dan adil,
Harus susila didalam tingkah lakunya, Sifat sosialnya harus besar, Tidak mengutamakan
materi dan mengajar semata-mata karena Allah, bersih lahir dan batin, ikhlas dalam
pekerjaan, menguasai mata pelajaran, sabar, membekali diri dengan ilmu dan biasa
mengkajinya, tanggap terhadap berbagai kondisi dan perkembangan dunia yang
mempengaruhi jiwa, keyakinan, dan pola berpikir generasi muda.
Menjadi pendidik tentunya harus mempunya sifat-sifat sebagai seorang pendidik
profesional yaitu, memiliki kesabaran dalam mengahadapi peserta didik, berbuat baik, lemah
lembut, mengajar dengan kasih sayang, menahan amarah, dan pemaaf.
Menurut Achmadi, pendidikan Islam ialah segala usaha untuk memelihara dan
mengembangkan fitrah manusia serta sumber daya manusia yang ada padanya menuju
terbentuknya manusia seutuhnya (insan kamil) sesuai dengan norma Islam. Dalam pandangan
Islam insan kamil diformulasikan secara garis besar sebagai pribadi muslim, yakni manusia
yang beriman dan bertakwa serta memiliki berbagai kemampuan yang teraktualisai dalam
hubungannya dengan Tuhan, dengan sesama manusia, dan dengan alam sekitarnya secar baik,
positif dan konstruktif.
B. Saran
Sebaiknya jika ingin menjadi seorang pendidik yang baik dalam pandangan Islam
maupun negara. Maka harus memenuhi syarat-syarat dan sifat-sifat yang harus dimiliki oleh
seorang pendidik. Serta tidak lupa untuk selalu mengasah kemampuan sebagai seorang
pendidik yang berwawasan luas, karena bukan hanya peserta didik saja yang harus diasah
kemampuannya. Namun pendidik juga harus selalu mengasah kemampuannya dan selalu
mempunyai solusi untuk mengatasi permasalahan peserta didiknya.
DAFTAR PUSTAKA
Achmadi. 2008. Ideologi Pendidikan Islam: Paradigma Humanisme Teosentris. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar
Ath-Tabathabai, Al-Allamah Husain As-Sayyid Muhammad. 1991. Al-Miizaan Fii Tafsir Al-
Qur’an. Beirut: Muassatu Al-A’lamiy Lilmathbu’at.
Departemen Pendidikan Nasional. 2003. Undang-undang RI. Nomor: 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional beserta penjelasannya. Bandung: Fokusmedia.
Hasbullah. 2009. Dasar-dasar Ilmu Pendidikan: Umum dan Agama Islam. Jakarta: Raja Wali
Pres.
Ramayulis. 1990. Metodologi Pembelajaran Agama Islam. Padang: Kalam Mulia.
Shihab, M., Quraish. 2002. Tafsir Al-Misbah. Jakarta: Lentera Hati.
Tafsir, Ahmad. 1994. Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam. Bandung: Remaja
Rosdakarya.

Anda mungkin juga menyukai