Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

HADIST TENTANG RUANG LINGKUP DAN METODE


PENDIDDIKAN ISLAM

(Dosen Pembimbing Dr.H.Bahrum Saleh,MA)

OLEH:

1. MIA AUDINA HASIBUAN


2. FITRIA PARAMITA SIREGAR
3. JIHAN ARJHA MARBUN
4. DAYAT MARBUN

SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH MUHAMMADIYAH SIBOLGA

TAHUN AJARAN 2023-2024

i
KATA PENGANTAR

Pertama-tama marilah kita ucapakan rasa syukur kepada Allah swt.yang masih
memberikan kita kesempatan untuk beribadah kepadanya hingga hari ini.Shalawat dan salam
kepada nabi kita muhammad saw.yang telah mengubah zaman dari zaman jahiliyyah
kezaman yang penuh dengan iman islam dan ilmu pengetahuan seperti yang kita rasakan
sekarang ini.

Kepada dosen kritik dan masukan sangat diperlukan dalam makalah ini,karna
keterbatasan pemahaman dalam pembuatan makalah ini,dan kekhawatiran kami adanya
kekeliruan dalam pembahasan dimakalah yg kami susun ini.Dalam makalah ini kami
membahas tentang Hadist Tentang Metode dan Ruang Lingkup Pendidikan Islam.

Mungkin banyak sekali cacat dalam makalah yang kami susun ini.Maka dari itu saran
maupun kritik kami terima dari dosen pembimbing maupun teman teman demi tercapainya
keilmuan yang murni.

ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN

1. 1.Latar Belakang

Pendidikan Islam sebagai salah satu aspek dari ajaran Islam, dasarnya adalah
Al-Qur’an dan Hadis Nabi Muhammad saw. Dari kedua sumber tersebut, para
intelektual muslim kemudian mengembangkannya dan mengklasifikannya kedalam
dua bagian yaitu: Pertama, akidah untuk ajaran yang berkaitan dengan keimanan;
kedua, adalah syariah untuk ajaran yang berkaitan dengan amal nyata.Hal tersebut
menggariskan prinsip-prinsip dasar materi pendidikan Islam yang terdiri atas
masalah iman, ibadah, sosial, dan ilmu pengetahuan. Sebagai bantahan pendapat
yang meragukan terhadap adanya aspek pendidikan dalam Al-Qur’an, Abdul
Rahman Saleh Abdullah mengemukakan bahwa kata Tarbiyah yang berasal dari
kata “Rabb”(mendidik dan memelihara) banyak terdapat dalam Al-Qur’an;
demikian pula kata “Ilm” yang demikian banyak dalam Al-Qur’an menunjukkan
bahwa dalam Al-Qur’an tidak mengabaikan konsep-konsep yang menunjukkan
kepada pendidikan.Hadis juga banyak memberikan dasar-dasar bagi pendidikan
Islam. Hadis sebagai pernyataan, pengalaman, takrir dan hal ihwal Nabi
Muhammad saw., merupakan sumber ajaran Islam yang kedua sesudah Al-Qur’an.
Di samping Al-Qur’an dan hadis sebagai sumber atau dasar pendidikan Islam,
tentu saja masih memberikan penafsiran dan penjabaran lebih lanjut terhadap Al-
Qur’an dan hadis, berupa ijma’, qiyas, ijtihad, istihsan dan sebagainya yang sering
pula dianggap sebagai dasar pendidikan Islam. Akan tetapi, kita konsekuen bahwa
dasar adalah tempat berpijak yang paling mendasar, maka dasar pendidikan Islam
hanyalah Al-Qur’an dan hadis Nabi Muhammad saw.

1. 2 .Rumusan Masalah

Dari latar belakang diatas, kita bisa mengambil rumusan masalah :

1.Apa hadits tentang ruang lingkup pendidikan Islam?

iv
2.Bagaimana perspektif hadits tentang ruang lingkup Islam dalam konteks dunia
pendidikan?

1. 3.Tujuan Penulisan

Tujuan makalah ini disusun guna untuk :

1. Mengetahui hadits tentang ruang lingkup pendidikan Islam.

2. Mengetahui perspektif hadits tentang ruang lingkup Islam dalam konteks dunia
pendidikan

v
BAB II
PEMBAHASAN

2.1.Hadits Tentang Ruang Lingkup Pendidikan Islam

Ruang lingkup pendidikan Islam adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan
pendidikan Islam, yang merupakan unsur-unsur utama yang sangat penting sehingga
membuat proses pendidikan Islam dapat berjalan dengan lancar dan efektif untuk
mencapai tujuan Pendidikan Islam itu sendiri. Pendidikan Islam mempunyai ruang
lingkup yang sangat luas dan saling berhubungan satu dengan yang lainnya, di antaranya
adalah:

A. Pendidik dan Perbuatan Mendidik

a).Hadits

‫ ِلَألَش ِّج َأَش ِّج َع ْبِد اْلَقْيِس ِإَّن ِفيَك َخْص َلَتْيِن ُيِح ُّبُهَم ا‬-‫صلى هللا عليه وسلم‬- ‫وعن ابن عباس رضي هللا عنهما َو َقاَل َر ُسوُل ِهَّللا‬
‫ رواه مسلم‬. ‫ُهَّللا اْلِح ْلُم َو اَألَناُة‬

Artinya : Dan dari Ibnu Abbas RA berkata, Rasulallah Saw bersabda kepada ‘’Abdul
Qais yang terluka: “sesungguhnya didalam dirimu ada dua sifat yang disukai oleh Allah
yaitu: santun dan malu”. (HR Muslim)

b). Kandungan Hadits

Sifat santun dan malu hendaknya ada pada diri masing masing manusia.Dengan sifat
santun, diharapkan kita dapat berlaku sopan santun kepada siapa saja baik itu orang yang
lebih tua dari kita, orang yang lebih muda, dan orang yang sebaya dengan kita.
Sedangkan dengan sifat malu,merupakan sifat yang mesti ada dalam diri kaum muslimin
seperti malu datang datang terlambat,malu melakukan perbuatan buruk.

Para pendidik adalah ayah, ibu, guru, ustadz, ulama serta siapa saja yang
memfungsikan dirinya untuk mendidik. Sedangkan perbuatan mendidik artinya adalah
seluruh kegiatan, tindakan atau perbuatan serta sikap yang memberikan teladan,

vi
pemahaman yang dilakukan pendidik sewaktu menghadapi atau mengasuh anak didik
ke arah yang dijadikan tujuan dalam pendidikan Islam.

Santun, lembut, arif dan sabar adalah sifat yang harus ada didalam diri seorang
pendidik. Dari keempat sifat tersebut, apabila ada yang hilang salah satu maka tidak akan
seimbang. Contohnya kalau tidak ada sifat sabar dari seorang pendidik maka tidak akan
disukai oleh peserta didik dan akan hancur proses pendidikan tersebut. Apalagi kalau
guru PAUD atau SD harus mempunyai jiwa kesabaran yang baik dan Istiqamah.

Dalam dunia pendidikan tidak sepantasnya ada kesombongan baik guru maupun
peserta didik. Apalagi seorang guru yang menjadi faktor sentral dalam pendidikan.
Menjadi contoh bagi peserta didiknya dan bagaikan malaikat yang memberikan motivasi
ketika peserta didiknya mulai malas dan sebagai pembawa solusi ketika peserta didiknya
ada masalah.

Dalam istilah orang jawa “ digugu dan ditiru”. Kalau gurunya mempunyai Akhlak
yang jelek. Bagaimana dengan murdinya? Mungkin akan lebih parah. Masalah inilah
yang hendaknya kita waspadai.

B .Anak Didik

a). Hadits

[1] ‫ ُك ُّل َم ْو ُلْو ٍد ُيْو َلُد َع َلى اْلِفْطَر ِة َفَاَبَو اُه ُيَهِّو َداِنِه َاْو‬: ‫ َقاَل َر ُسْو ُل ِهللا َص َّلى ُهللا َع َلْيِه َو َس َّلَم‬: ‫َع ْن َاِبْى ُهَر ْيَر َة َرِض َي ُهللا َع ْنُه َقاَل‬
) ‫ُيَنِّص َرِنِه َا ُيَم ِّج َسِنِه (َر َو اُه اْلُبَخ اِر ى َوُم ْس ِلْم‬

Artinya: Dari Abu Hurairah R.A, Ia berkata: Rasulullah SAW bersabda : “Setiap anak
dilahirkan dalam keadaan suci, ayah dan ibunyalah yang menjadikan Yahudi, Nasrani, atau
Majusi.” (HR. Bukhori dan Muslim)

b).Kandungan Hadits

Setiap anak telah memiliki fitrah sejak ia dilahirkan atau suatu potensi yang telah ada
di dalam dirinya, orang tuanyalah yang memiliki tanggung tawab untuk mendidik dan
menjadikan anaknya seperti apa tergantung kepada kedua orang tuanya. Potensi anak itu
sangat bersih bagaikan suatu kertas putih yang belum tercorat-coret oleh tinta.

vii
Sebagaimana yang dikatakan Imam Ghazali dalam kitabnya, Ihya ‘Ulumuddin,
mengibaratkan anak sebagai permata indah (Jauhar) yang belum diukir, dibentuk dengan
ke dalam suatu rupa. Permata itu merupakan amanat Allah yang dititipkan kepada para
orangtua. Karena itu, menurut Al-Ghazali, orangtua harus memperhatikan fase-fase
perkembangan anaknya dan memberikan pendidikan yang memadai sesuai dengan fase
yang ada agar permata yang diamanatkan kepadanya dapat dibentuk rupa yang indah.

Anak didik adalah objek para pendidik dalam melaksanakan tindakan yang bersifat
mendidik.Dari hadits di atas ada dua hal yang dapat dipahami, yaitu pertama: setiap
manusia yang lahir memiliki potensi menjadi orang baik, orang jahat dan potensi yang
lainnya. Kedua: potensi tersebut dapat dipengaruhi oleh lingkungannya terutama orang
tua karena merekalah yang pertama kali yang sangat berperan dalam menjadikan
anaknya menjadi yahudi, nasrani, dan majusi. Konsep hadits tersebut sesuai dengan teori
konvergensi pada perkembangannya dipengaruhi oleh keturunan dan lingkungan. Yaitu
setiap anak yang lahir akan dipengaruhi oleh faktor keturunannya, contoh anak yang
terlahir dari keluarga yang baik-baik tentunya dia akan menjadi anak yang baik serta
dipengaruhi oleh lingkungannya.

Apalagi untuk zaman sekarang orangtua sangat berperan penting dalam mendidik
anaknya, sebelum anaknya itu dimasukan ke sekolah atau anak itu melihat dunia luar
yang sangat bebas. Karena dasar tempat pendidikan utama adalah rumah dan
pendidiknya adalah semua orang-orang yang ada dalam rumah anak tersebut terutama
orang tua (Ibu Bapaknya).

C. Dasar dan Tujuan Pendidikan Islam

a). Hadits

‫ َم ْن ُيِرِد ُهللا ِبِه َخْيًرا ُيَفِّقْهُه ِفْي الِّدْيِن َو ِاَّنَم ا اْلِع ْلُم‬: ‫ َقاَل َر ُسْو ُل ِهللا َص َّلى ُهللا َع َلْيِه َو َس َّلَم‬: ‫َع ْن ِاْبُن َعَّباِس َرِض َي ُهللا َع ْنُه َقاَل‬
) ‫ (َر َو اُه اْلُبَخ اِر ْى‬...... ‫ِباالَّتَع ُّلِم‬

Artinya: Dari Ibnu Abbas R.A Ia berkata : Rasulullah SAW bersabda : “Barang siapa
yang dikehendaki Allah menjadi baik, maka dia akan difahamkan dalam hal agama. Dan
sesungguhnya ilmu itu dengan belajar” (HR. Bukhori)

viii
b). Kandungan Hadits

Sumber kebahagiaan ada dihati, yakni ketenangan dalam berdzikir kepada Allah
SWT. Dengan demikian, kebahagiaan menjadi tujuan dalam pendidikan, namun tujuan
tersebut tidak hanya didunia tetapi juga kebahagiaan di akhirat. Untuk memperoleh
kebahagiaan ini kuncinya adalah ilmu yang dapat dicapai melalui proses belajar.

Tujuan pendidikan hendaknya hanya untuk menjadi orang yang berilmu, pembelajar,
pendengar, dan pecinta ilmu. Jangan pernah mencapai tujuan yang sifatnya hanya
sementara , jabatan, pangkat, dan kekayaan. Hal ini diisyaratkan dalam hadis Rasulullah
SAW yang artinya: ”Jadilah engkau orang yang berilmu (pandai) atau orang yang
belajar, atau orang yang mendengarkan ilmu atau yang mencintai ilmu. Dan janganlah
engkau menjadi orang yang kelima maka kamu akan celaka. (HR.Baihaqi)

Hadist tersebut mengajak kita untuk menjadi orang yang berilmu, atau orang yang
mencari ilmu, atau pendengar ilmu, atau pecinta ilmu. Itulah hakikat tujuan dari
pendidikan, yakni memiliki ilmu, bukan tujuan lain, maksudnya jangan jadi selain dari
yang empat tersebut seperti pemalas, pembenci ilmu, perusak ilmu, dan lain sebagainya.
Terlebih jika tujuan pendidikan diorientasikan untuk memperoleh kekayaan duniawi.

D.Kurikulum Pendidikan Islam

a). Hadits

‫ ُحِّب َنِبِّيُك ْم َو ُحِّب‬: ‫ َاِّد ُبْو ا َاْو اَل َد ُك ْم َع َلى َثاَل ِث ِخَص اٍل‬: ‫ َقاَل َر ُسْو ُل ِهللا َص َّلى ُهللا َع َلْيِه َو َس َّلَم‬: ‫َع ْن َع ِلٍّي َرِض َي ُهللا َع ْنُه َقاَل‬
) ‫َاْهِل َبْيِتِه َو ِقَر َأُة اْلُقْر َأِن َفِإَّن َحْم َلَة اْلُقْر َأُن ِفْي ِظ ِّل ِهللا َيْو َم اَل ِظ ٌّل ِظ َّلُه َم َع َاْنِبَياِئِه َو َاْص ِفَياِئِه (َر َو اُه الَّدْيَلِم‬

Artinya: Dari Ali R.A ia berkata : Rasulullah SAW bersabda : “Didiklah anak-anak
kalian dengan tiga macam perkara yaitu mencintai Nabi kalian dan keluarganya serta
membaca Al-Qur’an, karena sesungguhnya orang yang menjunjung tinggi Al-Qur’an
akan berada di bawah lindungan Allah, diwaktu tidak ada lindungan selain lindungan-
Nya bersama para Nabi dan kekasihnya” (H.R Ad-Dailami)

b).Kandungan Hadits

ix
Dalam hadis diatas dijelaskan bahwasannya orang tua wajib memberikan ilmu yang
baik kepada anak, hal itu dilakukan untuk mengembangkan keterampilan serta
menambah kecerdasan anak, salah satunya adalah dengan mengajari anak membaca Al-
Qur’an yang merupakan kitab suci umat Islam, dan juga sebagai pedoman hidup bagi
seluruh umat manusia. Dengan memahami kandungan isi dari Al-Qur’an tentunya akan
menjadikan akhlak anak menjadi baik, anak akan menjadi tahu mana yang baik dan
buruk bagi dirinya. Hadis tersebut menjelaskan tugas pendidik yaitu orang tua dalam
mendidik anaknya dengan mencintai Nabi yaitu sebagai pendidik orang tua memiliki
kewajiban meyakinkan anaknya untuk mempercayai Nabi dan juga menjalankan
sunnahnya. Kita diajarkan oleh Nabi supaya mencintai keluarga Nabi seperti kita
mencintai Nabi.Selain itu sebagai orangtua juga harus mengajari etika yang baik seperti
mengucap salam kepada sesama muslim jika bertemu.

Proses pendidikan seorang anak menggunakan berbagai cara dan perencanaan dari
start hingga finish yang kemudian dalam dunia pendidikan disebut kurikulum
pendidikan.Dalam Pendidikan Islam, pendidikan sebagai aktivitas berarti upaya sadar
yang dirancang untuk membantu seseorang, sekelompok orang dalam mengembangkan
pandangan hidup, sikap hidup dan keterampilan hidup, baik yang bersifat manual
maupun mental dan sosial. Dalam pandangan Islam berarti pandangan hidup, sikap dan
keterampilan hidup tersebut harus dijiwai oleh ajaran Islam dan nilai Islam yang
bersumber dari Al Qur’an dan As Sunah/ Al Hadis. Kurikulum Pendidikan Islam yang
berarti rancangan pendidikan dan pembelajaran pendidikan islam yang diberikan kepada
peserta didik agar dapat menjadi pribadi yang beriman, bertaqwa dan memiliki
keterampilan dalam hidup harus dijiwai oleh ajaran islam dan nilai islam yang bersumber
dari Al Qur’an dan As Sunnah sehingga menjadi pribadi yang sempurna.

Pada prinsipnya landasan pengembangan kurikulum Islam tidak boleh senantiasa


menjadikan Al Qur’an dan hadis sebagai landasan normatif pengembangan kurikulum
Pendidikan Islam.Sehingga dalam Landasannya baik filosofis, psikologis, sosio- kultural,
ilmu pengetahuan dan teknologi serta organisator tidak boleh menyimpang dari Ajaran
Agama Islam.

Ciri- ciri umum kurikulum pendidikan Islam adalah agama dan akhlak merupakan
tujuan utama. Segala yang diajarkan dan diamalkan harus berdasarkan dengan Al Qur’an

x
dan As- Sunah serta ijtihad para ulama Dalam hadis tersebut juga ditegaskan
bahwasannya dalam pengembangan kurikulum hendaknya berdasarkan pada prinsip Al
Qur’an dan As- Sunah agar selamat hidupnya didunia dan akhirat.

E. Materi Pendidikan Islam

a).Hadits

‫ إِّني أعّلُم َك َك ِلَم اٍت‬، ‫ َيا ُغ الُم‬: ‫ َفَقاَل‬، ‫ يومًا‬- ‫ صلى هللا عليه وسلم‬- ‫ كنت خلف الَّنبّي‬: ‫ َقاَل‬، ‫عن ابِن عباٍس رضي هللا عنهما‬
‫ أَّن اُألَّم َة َلْو اْج َتَم َع ْت‬: ‫ َو اْعَلْم‬، ‫ وِإَذ ا اْسَتَع ْنَت َفاْسَتِع ْن باِهلل‬، ‫ ِإَذ ا َس أْلَت َفاسَأِل هللا‬، ‫ اْح َفِظ َهللا َتِج ْد ُه ُتَج اَهَك‬، ‫ اْح َفِظ َهللا َيْح َفْظَك‬:
‫ َوِإن اجَتَم ُعوا َع َلى أْن َيُضُّر وَك ِبَش يٍء َلْم َيُضُّر وَك إَّال ِبَش يٍء َقْد‬، ‫َع َلى أْن َيْنَفُعوَك ِبَش يٍء َلْم َيْنَفُعوَك إَّال ِبَش يٍء َقْد َك َتبُه ُهللا َلَك‬
‫ ُر ِفَعِت اَألْقَالُم َو َج َّفِت الُّص حُف‬، ‫َكَتَبُه ُهللا َع َلْيَك‬

(‫)رواه الترمذي‬

Artinya: Dari Ibnu Abbas ra, ia berkata: “Kali tertentu saya berada dibelakang Nabi
SAW, kemudian beliau bersabda “Hai anak kecil, aku akan mengajarkan kepadamu
beberapa kalimat, yaitu: “ Jagalah (perintah) Allah niscaya kamu dapati Allah selalu di
hadapanmu. Jika engkau minta, mintalah kepada Allah, dan jika engkau meminta
pertolongan, maka mintalah pertolongan kepada Allah. Dan ketahuilah, jika umat
manusia bersatu untuk memberikan manfaat (kebaikan) kepadamu niscaya mereka tidak
akan dapat melakukan hal itu kepadamu kecuali dengan sesuatu hal yang telah
ditentukan Allah padamu. Dan jika mereka bersatu hendak mencelakakan dirimu niscaya
mereka tidak akan dapat mencelakakanmu kecuali dengan sesuatu yang telah ditentukan
Allah padamu. Telah diangkat pena dan telah keringlah (tinta) lembaran-lembaran itu”
(HR. Imam Tirmidzi).

b).Kandungan Hadits

Hadits ini mengandung penjelasan tentang 'Aqidah Islam. Rasul menyampaikan


pelajaran ini kepada Abdullah ibn 'Abbas pada usia mudanya. Ini menunjukkan bahwa
pendidikan Aqidah sudah ditanamkan kepada seseorang sejak ia kecil. Karena usia
inilah yang paling tepat untuk menanamkan nilai. Bila nilai itu sudah tertanam, maka

xi
kehidupan setelah dewasa dan masa tua banyak dipengaruhi oleh masa muda itu.
Sehingga kalaupun seseorang hidup di lingkungan yang sangat jauh dari ajaran Islam,
tetapi ideologinya tidak terpengaruh, keyakinannya tidak goyah. Adapun jika penanaman
nilai itu terlambat, apalagi setelah kepalanya terisi oleh teori-teori dan doktrin di luar
Islam, maka manusia seperti inilah susah untuk disadarkan dan dibimbing ke jalan Islam.

Rasul SAW juga mengajarkan kepada Ibnu 'Abbas, agar senantiasa memelihara
aturan-aturan yang sudah ditetapkan oleh Allah SWT, tidak melanggar batasan-
batasanNya. Kalau ini dilakukan, niscaya Allah akan memeliharanya juga. Dan jika
Allah dijaga dalam arti hukum-hukumNya ditaati, maka pada saat manusia
membutuhkan bantuan Allah, maka Allah senantiasa di hadapanNya, menolong
kesusahannya, meringankan bebannya.

Untuk bisa melahirkan peserta didik yang menjadi teladan dalam bertindak, berucap
maka dalam setiap lembaga pendidikan khususnya pendidikan agama Islam, materi
pendidikan Islam dapat ditanamkan dalam pembelajaran Aqidah, , Fikih, Alquran Hadits,
dan sebagainya. Contoh seperti yang dijelaskan dalam hadits diatas mengenai
pembelajaran Aqidah. Yang diharapkan darinya ialah, doktrin tersebut tertanam dalam
benaknya hingga ia tua. Pada waktu ia dewasa ia tetap teringat bahwa apabila seseorang
ingin senantiasa mendapat penjagaan dari Allah maka ia harus juga menjaga Allah Swt
dalam kesehariannya.

Rasulullah SAW mengajarkan di dalam hadits ini dasar-dasar 'aqidah, yaitu tempat
meminta hanya kepada Allah Swt. Tempat mengadu hanya Allah Swt. Manusia tidak
pantas mengadukan masalahnya kepada manusia apalagi kepada Jin, sementara ia tidak
mengadu kepada Zat Yang Menciptakannya. Manusia tak layak meminta bantuan kepada
makhluk Allah, apalagi kepada musuh Allah seperti syaitan, padahal kepada Allah ia
tidak meminta bantuan. Inilah pelajaran penting dalam Aqidah.Pelajaran inilah yang
perlu ditanamkan kepada setiap manusia, khususnya anak didik yang masih muda agar ia
siap menghadapi kehidupan yang penuh dengan ujian kesabaran dan keadaan yang serba
sulit.

2.2 Metode Pendidikan Islam

xii
Metode adalah suatu ilmu tentang cara atau langkah-langkah yang ditempuh dalam
suatu disiplin tertentu untuk mencapai tujuan tertentu. Metode berarti ilmu cara
menyampaikan sesuatu kepada orang lain. Diantaranya:

A. Metode Tamsil(Perumpamaan)

a). Hadits

‫عن ابي هريرة رضي هللا عنه قال قال رسول هللا صلى هللا عليه وسلم َك ا ِفُل اْلَيِتْيِم َلُه َاْو ِلَغْيِر ِه َاَنا َو ُهَو َك َهاَتْيِن ِفي ْالَج َّنِة‬
‫ ( اخرجه مسلم‬.‫َو َاَش اَر َم ا ِلٌك ِبالَّسَبا َبِة‬

Artinya: Dari Abi Hurairah ra. Ia berkata, Rasulullah SAW bersabda, “Orang yang
mencukupi anak yatim miliknya atau milik orang lain, Aku dan orang yang menanggung
(mengurusi) anak yatim berada di Surga adalah seperti ini (Mengisyaratkan dengan jari
telunjuk dan jari tengahnya) (HR.Muslim)

b).Kandungan Hadits

Dalam hal ini Nabi menggambarkan kedudukan seorang yang menanggung


kehidupan Anak yatim akan berada dalam surga seperti di isyaratkan menggunakan
kedua jari beliau.Adakalanya Nabi yang mulia menyampaikan pelajaran dan
pengajarannya pada para sahabatnya melalui perumpamaan atau tamsil.

Adapun tujuan di buatnya perumpamaan sebagaimana di jelaskan dalam hadits di


atas ialah untuk memahamkan sesuatu yang bersifat abstrak ( kepada orang yang diajak
berbicara) dengan cara menyerupakan kepada sesuatu yang bersifat konkret. Atau,
menyerupakan sesuatu yang bersifat konkret dengan sesuatu yang bersifat konkret yang
lebih jelas.

B. Metode Cerita (Kisah)

a).Hadits

xiii
‫َع ْن َاِبْي ُهَر ْيَر َة َرِض ي هللا َع ْنه َاَّن َر ُسْو َل ِهللا َص َّلى ُهللا َع َلْيِه َو َس َّلَم َقاَل َبْيَنا َر ُجٌل َيْمِش ي َفاْش َتَّد َع َلْيِه الَع َطُش َفَنَز َل ِبْئًرا َفَش ِر َب‬
‫ِم ْنَها ُثَّم َخ َر َج َفِاَذ ا ُهَو ِبَك ْلٍب َيْلَهُث َيْأُك ُل الَّثَر ى ِم َن الَع َطِش َفَقاَل َلَقْد َبَلَغ َهَذ ا ِم ْثُل اَّلِذ ي َبَلَغ ِبي َفَم َال ُخ َّفُه ُثَّم َأْمَس َك ُه ِبِفْيِه ُثَّم َرِقَي‬
‫َفَس َقى الَك ْلَب َفَشَك َر ُهللا َلُه َفَغ َفَر َلُه َقاُلوا َياَر ُسْو َل ِهللا َوِإَّن َلَنا ِفي الَبَها ِئِم َأْج ًرا َقاَل ِفي ُك ِّل َك ِبٍدَر ْطَبٍة َأْج ٌر (اخرجه البخاري‬

Artinya: Dari Abu Hurairah r.a. sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda: ”Ketika
seorang laki-laki sedang berjalan-jalan, tiba-tiba ia merasakan sangat haus sekali.
Kemudian ia menemukan sumur lalu ia masuk kedalamnya dan minum, kemudian ia
keluar (dari sumur) kemudian datang seekor anjing yang menjulur-julurkan lidahnya ia
menjilati tanah karena sangat haus, lelaki itu berkata: anjing sangat haus sebagaimana
aku, kemudian ia masuk kedalam sumur lagi dan ia memenuhi sepatunya (dengan air)
kemudian (ia naik lagi) sambil menggigit sepatunya dan ia memberi minum anjing itu
kemudian Allah bersyukur kepadanya dan mengampuninya. Sahabat bertanya: ”Wahai
Rasulullah, adakah kita mendapat pahala karena menolong hewan?”, Nabi menjawab:
”Disetiap yang mempunyai limpa hidup ada pahalanya.”(HR.Bukhori)

Dapat dijelaskan bahwa pendidikan metode kisah atau cerita ini dapat menimbulkan
kesan mendalam pada jiwa seorang anak didik, sehingga dapat membuka hati nuraninya
dan berupaya melakukan hal-hal yang baik dan menjauhkan dari perbuatan yang buruk
sebagai dampak dari kisah itu, apalagi penyampaikan kisah-kisah tersebut dilakukan
dengan cara menyentuh hati dan perasaan. Al-Qur’an mempergunakan meode cerita
untuk seluruh pendidikan dan bimbingan yang mencakup seluruh metodologi
pendidikannya, yaitu untuk pendidikan mental, akal dan jasmani serta menaruh jaringan-
jaringan yang berlawanan yang terdapat didalam jiwanya itu, pendidikan melalui teladan
dan pendidikan melalui nasehatc.

b).Kandungan Hadits

Dari hadist di atas menerangkan bahwa apabila kita berbuat baik kepada sesama
makhluk Allah SWT walaupun perbuatan tersebut hanya sebesar biji jagung, maka
perbuatan kita akan mendapat pahala dan ridho Allah SWT. Misalnya memberi minum
pada hewan sekalipun itu hewan yang najis.

C. Metode Tanya Jawab

a). Hadits

xiv
‫َع ْن َاِبْي ُهَر ْيَر َة َقاَل َقاَل َر ُجٌل َيا َر ُسْو َل ِهللا َم ْن َأَح ُّق الَّناِس ِبُحْس ِن الُّص ْح َبِة ؟ َقاَل ُأُّم َك ُثَّم ُأُّم َك ُثَّم ُأُّم َك ُثَّم َأُبْو َك ُثَّم َأْدَناَك َأْدَناَك‬
‫أخرجه مسلم‬

Artinya: Dari Abi Hurairah, ia berkata: ada seorang laki-laki datang pada Rasulullah
SAW kemudian ia bertanya: ”Wahai Rasulullah, siapakah orang yang paling berhak aku
hormati?”. Beliau menjawab Ibumu, ia berkata kemudian siapa?” Beliau menjawab
kemudian ibumu, ia berkata kemudian siapa? Beliau menjawab kemudian ibumu, ia
berkata kemudian siapa? Beliau menjawab kemudian Bapakmu dan saudara-saudara
dekatmu.(HR. Muslim)

b).Kandungan Hadits

Hadist di atas menerangkan bahwa suatu ketika ada seseorang laki-laki datang kepada
Rasulullah, kemudian bertanya tentang orang-orang yang paling berhak untuk
dihormatinya. Kemudian terjadilah dialog antara Rasulullah dan laki-laki tersebut dan
Rasulullanpun mengajarinya tentang akhlak terhadap orang tuanya terutama ibunya,
maka terjadilah tanya jawab antar keduanya.

Metode tanya jawab merupakan metode yang paling tua digunakan disamping metode
yang lain, karena metode ini banyak sekali digunakan para Nabi terdahulu. Dan dalam
penggunaan metode ini, pengertian dan pemahaman akan terasa lebih mantap. Sehingga
segala bentuk kesalahpahaman dan kelemahan daya tangkap terhadap pelajaran dapat
dihindari semaksimal mungkin.

D. Metode Diskusi

a).Hadits

‫َع ْن َأَنٍس َرِض ي هللا َع ْنه َقاَل َقاَل َر ُسْو ُل ِهللا َص َّلى هللا َع َلْيِه َو َس َّلَم اْنُصْر َأَخ اَك َظاِلًم اَأْو َم ْظُلْو ًم ا َقاُلوا َياَر ُسْو َل ِهللا َهَذ ا َنْنُصُر ُه‬
‫َظاِلًم ا َقاَل َتْأُخ ُذ َفْو َق َيَد ْيِه (أخرجه البخاري‬

Artinya: Dari Anas bin Malik ra, ia berkata: Rasulullah telah bersabda: tolonglah
saudaramu yang dzalim maupun yang didhalimi. Mereka bertanya: wahai Rasulullah,
bagaimana menolong orang dzalim?, Rasulullah menjawab tahanlah (hentikan) dia dan

xv
kembalikan dari kedzaliman, karena sesungguhnya itu merupakan pertolongan
kepadanya.(HR. Bukhori)

b).Kandungan Hadits

Hadist ini menjelaskan bahwa Rasulullah SAW menganjurkan kepada kita untuk
menolong orang yang dzalim dan yang didzalimi. Anas berkata ia telah menolong orang
yang didzalimi, kemudian ia berkata kepada Rasulullah bagaimana cara menolong orang
yang dzalim? Rasul pun menjawab untuk menghentikannya dan mengembalikannya dari
kedzaliman. Diskusi terdapat pada permasalahan bagaimana cara menghentikan orang
dzalim tersebut dan mengembalikan dia dari kedzalimannya.

Diskusi pada dasarnya ialah tukar menukar informasi, pendapat dan unsur-unsur
pengalaman, secara teratur dengan maksud untuk mendapat pengertian bersama yang
lebih jelas dan lebih teliti tentang sesuatu, atau untuk mempersiapkan dan
merampungkan keputusan bersama. Oleh karena itu diskusi bukan debat atau perang
mulut. Dalam diskusi tiap orang diharapkan memberikan smbangan sehingga seluruh
kelompok kembali dengan paham yang dibina bersama.

2.3 Evaluasi Pendidikan Islam

a). Hadits

‫ِد َثاٍر َع ْن َع ْبِد ِهَّللا ْبِن ُبَر ْيَد َة َع ْن َأِبيِه َقاَل َقاَل َر ُسوُل ِهَّللا‬ ‫َأْخ َبَرِني ُمَحَّم ُد ْبُن آَد َم َع ْن اْبِن ُفَض ْيٍل َع ْن َأِبي ِس َناٍن َع ْن ُمَح اِر ِب ْبِن‬
‫ُلُحوِم اَأْلَض اِح ِّي َفْو َق َثاَل َثِة َأَّياٍم َفاْمِس ُك وا َم ا َبَدا َلُك ْم‬ ‫َص َّلى ُهَّللا َع َلْيِه َو َس َّلَم َنَهْيُتُك ْم َع ْن ِز َياَر ِة اْلُقُبوِر َفُز وُروَها َو َنَهْيُتُك ْم َع ْن‬
‫َو َنَهْيُتُك ْم َع ْن الَّنِبيِذ ِإاَّل ِفي ِس َقاٍء َفاْش َر ُبوا ِفي اَأْلْس ِقَيِة ُك ِّلَها َو اَل َتْش َر ُبوا ُم ْس ِكًرا‬

Artinya :Telah mengabarkan kepada kami Muhammad bin Adam dari Ibnu Fudlail
dari Abu Sinan dari Muharib bin Ditsar dari ‘Abdullah bin Buraidah dari bapaknya dia
berkata; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Aku telah melarang kalian
berziarah kubur, maka sekarang ziarahlah kubur, dan aku pernah melarang kalian
memakan daging kurban lebih dari tiga hari, maka simpanlah apa yang kalian kehendaki
dari daging-daging tersebut dan aku pernah melarang kalian dari nabidz (minuman yang
terbuat dari anggur) kecuali yang terdapat dalam tempat minum, maka minumlah yang

xvi
ada dalam semua tempat minum dan janganlah kalian minum sesuatu yang
memabukkan.” (HR. Muslim)

b). Kandungan Hadits

Dalam hadist ini beliau mengevaluasi suatu perbuatan yang dilakukan oleh para
sahabat, dari asalnya dilarang oleh Nabi, tapi setelah itu dibolehkan karena melihat
banyak manfaatnya dari pada madharatnya, dan begitu juga dari asalnya dibolehkan oleh
Nabi SAW. tapi setelah itu dilarang oleh Nabi SAW karena melihat banyak madharatnya
dari pada manfaatnya.

Dalam suatu pendidikan pasti dibutuhkan suatu evaluasi, karena dengan evaluasi
inilah untuk meningkatkan kualitas seorang pendidik dan melihat bagaimana
perkembangan pengetahuannya.

Berdasarkan hadist di atas dalam melaksanakan sesuatu itu kita perlu melakukan
evaluasi, tidak hanya dalam hal pendidikan tetapi juga tentang perbuatan-perbuatan kita
serta ibadah kita kepada Allah SWT.. Oleh karena itu, cerita merupakan kumpulan
bimbingan yang sangat baik.

xvii
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Pendidikan Islam berarti proses transiternalisasi pengetahuan dan nilai islam kepada
peserta didik melalui upaya pengajaran pembiasaan, bimbingan, pengasuhan, pengawasan,
dan pengembangan potensi guna mencapai keselarasan dan kesempurnaan hidup di dunia dan
akhirat.

2. Ruang lingkup pendidikan Islam terdiri dari : Pendidik dan perbuatan mendidik, anak
didik, dasar dan tujuan pendidikan Islam, kurikulum pendidikan Islam, materi pendidikan
Islam, metode pendidikan Islam, dan evaluasi pendidikan.

B. Saran

Demikian hanya sebagian dari hadits nabi yang kami kaji, sementara masih banyak
lagi hadits-hadits nabi yang menjelaskan tentang pendidikan. Kritik dan saran sangat
kami perlukan untuk pembenahan yang lebih baik di waktu mendatang.

xviii
xix

Anda mungkin juga menyukai