Disusun Oleh:
Almatu Daipah (22.01021)
Putri Rasta Regina (22.01008)
M. Akbar Nur Ichsan (22.01003)
Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Karena atas berkat rahmatnya kami
bisa menyelesaikan makalah ini. Makalah dengan judul “Institusi Pendidikan Dasar dan
menengah dalam Pendidikan islam“ ini kami susun memenuhi tugas matakuliah Sejarah
pendidilan islam. Dalam penyusunannya penulis mendapat banyak bantuan dari berbagai
pihak dan penulis mngucapkan banyak terimkasih.
Meskipun penulis berharap makalah ini bebas dari kekeliuran tapi penulis hanyalah
manusia yang tidak mungkin lepas dari kesalahan dan kekurangan. Oleh karenanya kritik dan
saran yang membangun sangat kami harapkan dari dosen dan teman-teman semua. Semoga
makalah ini bisa bermanfaat untuk penulis khususnya dan kepada seluruh pembaca pada
umumnya.
Penulis
II
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................................................
DAFTAR ISI................................................................................................................................
BAB I...............................................................................................................................................
PENDAHULUAN..........................................................................................................................
A. Latar Belakang.............................................................................................................................1
B. Rumusan masalah........................................................................................................................1
C. Tujuan..........................................................................................................................................1
BAB II.............................................................................................................................................
PEMBAHASAN.............................................................................................................................
PENUTUP......................................................................................................................................
A. Kesimpulan..................................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................
III
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan Islam merupakan salah satu aspek dari seluruh ajaran Islam, sebab
tujuan pendidikan Islam tidak terlepas dari tujuan kehidupan manusia, yaitu
menciptakan pribadi yang selalu bertakwa kepada Allah SWT, dan dapat
mencapai kehidupan bahagia dunia dan akhirat. Dalam konteks sosial
kemasyarakatan, bangsa dan negara, maka pribadi yang bertakwa ini menjadi
rahmatan lil alamin, baik dalam skala kecil maupun besar. Tujuan hidup manusia
dalam Islam inilah yang dapat disebut juga sebagai tujuan akhir pendidikan Islam.
B. Rumusan masalah
C. Tujuan
1
BAB II
PEMBAHASAN
1
Langgulung Hasan. Asas-asas Pendidikan islam. Jakarta: Pustaka Al- Husna, 1992 M, hlm 3.
2
1. Pendidikan dasar
2
Mahmud Yunus. 1996. Sejarah Pendidikan islam. Jakarta: Mutiara.
3
Ahmad Tafsir. Pendidikan agama dalam keluarga. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002.
3
masjid. Takkala ayahnya datang atau bepergian selalumengucapkan salam. Begitulah
yang dilakukan Nabi Muhammad Saw dan para sahabatnya dalam mendidik anak-
anak di keluarga. Hasilnya, keluarga Nabi Muhammad Saw dan keluarga para
sahabatnya menjadi orang-orang yang berimat kuat.
b). Masjid
Masjid dalam sejarah pendidikan Islam tidak hanya berfungsi sebagai tempat
ibadah tetapi juga berfungsi sebagai pusat pendidikan dan kebudayaan. Masjid dalam
fungsinya sebagai pusat pendidikan dan kebudayaan memainkan peranan yang
penting pada periodeperiode pertama. Sebagai lembaga pendidikan, ia merupakan
pusat tempat berlakunya proses pendidikan Islam.Sentralnya fungsi masjid sebagai
lembaga pendidikan pada periode pertama ini, maka ia tidak saja digunakan sebagai
tempat pendidikan orang dewasa (laki-laki), tetapi juga digunakan sebagai tempat
belajar bagi kaum wanita dan anak-anak. Bagi orang dewasa, masjid berfungsi
sebagai tempat belajar al-Qur’an, Hadits, fiqh, dasar-dasar agama, bahasa dan sastra
Arab. Pendidikan dan pengajaran bagi kaum wanita diberikan satu kali seminggu.
Mereka diajarkan al-Qur’an, hadits, dasar-dasar agama dan keterampilan menenun
atau memintal. Pendidikan anak-anak juga diberikan di masjid serta suffah dekat
masjid. Dalam pendidikan mereka disatukan tanpa adanya pembagian kelas. Anak-
anak orang Islam yang sudah berumur enam tahun diharuskan belajar al-Qur’an,
agama, bahasa 46Arab, dan berhitung dan untuk seterusnya diajarkan pula
menunggang kuda, berenang dan memanahPada masa nabi Muhammad Saw dan
khalifah Abu Bakar Shiddiq masjid masih berfungsi sebagai tempat ibadah dan
pendidikan Islam tanpa ada pemisahan yang jelas antara keduanya hingga masa
Amirul Mukminin, Umar ibn Khattab.
Pada masanya, di samping atau di beberapa sudut masjid dibangun kuttab-
kuttab, untuk tempat belajar anak-anak sehingga tidak mengganggu aktivitas ibadah
masyarakat. Sejak masa inilah pengaturan pendidikan anak-anak dimulai. Hari Jum’at
adalah hari libur mingguan sebagai persiapan melaksanakan shalat Jum’at. Khalifah
Umar ibn Khattab mengusulkan agar para pelajar diliburkan pada waktu dzuhur hari
kamis, agar mereka bersiap-siap menghadapi hari Jum’at. Usul ini kemudian menjadi
tradisi hingga sekarang. Pendapatnya ini tersebar ke berbagai kota dan agaknya terus
meluas secara wajar tanpa diperintah atau diumumkan secara resmi, karena hal
tersebut merupakan cerminan dari corak kepribadian yang khas yang disenangi serta
4
keimanan yang kuat yang menjadikannya berwibawa. Selanjutnya lembaga
pendidikan yang berpusat di masjid dalam perkembangannya mendirikan yayasan.
Ada yayasan khusus yang dijalankan oleh para pengelola dengan usaha pribadi,
kadangkadang sebagian mereka terpaksa mengambil upah yang sedikit untuk
memenuhi kebutuhannya karena mereka disibukkan dengan kegiatan pendidikan dan
meninggalkan upaya pencarian rezeki4.
c). Kuttab
Kutab atau maktab, berasal dari kata-kata yang berarti menulis atau tempat
menulis titiknya jadi kutab adalah tempat belajar menulis. Sebelum datangnya Islam
ku tetap sudah ada di negeri Arab, walaupun belum banyak dikenal titik diantara
penduduk Mekah yang mula-mula belajar menulis huruf Arab ialah Sufyan bin
Umayyah bin Abdul syams. Dan abu quiz bin abdi mana bin zuhroh. Keduanya
mempelajarinya di negeri Sirah. Sewaktu agama Islam diturunkan Allah, sudah ada di
antara para sahabat yang pandai tulis baca. Kemudian tulis baca tersebut ternyata
mendapat tempat dan dorongan yang kuat dalam Islam, sehingga berkembang luas di
kalangan umat Islam titik ayat Alquran yang pertama diturunkan, telah
memerintahkan untuk membaca dan memberikan gambaran bahwa kepandaian
membaca dan menulis merupakan sarana utama dalam pengembangan ilmu
pengetahuan dalam pandangan Islam karena tulis baca semakin terasa perlu, maka
kuttab sebagai tempat belajar menulis dan membaca, terutama bagi anak-anak
berkembang dengan pesat titik pada mulanya, di awal perkembangan Islam kuttab
tersebut dilaksanakan di rumah guru-guru yang bersangkutan, dan yang diajarkan
adalah semata-mata menulis dan membaca titik sedangkan yang ditulis/dibaca adalah
syair-syair yang terkenal pada masanya.
Kemudian pada akhir abad pertama Hijriyah, mulai timbul jenis kuttab, yang di
samping memberikan pelajaran menulis dan membaca, juga mengajarkan membaca
Alquran dan pokok-pokok ajaran Islam pada mulanya, kuttab jenis ini merupakan
pemindahan dari pengajaran Alquran yang berlangsung di masjid, yang sifatnya
umum (bukan saja bagi anak-anak tapi terutama bagi orang-orang dewasa. Dalam hal
ini Ahmad salabi menjelaskan bahwa tatkala kuttab -kuttab telah didirikan dan orang-
orang yang hafal Alquran telah bekerja pada kuttab -kuttab itu, maka dijadikanlah
4
Armai Arif. Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Lembaga Pendidikan islam klasik. Bandung: Angkasa.
2004.
5
Alquran sebagai titik pusat pelajaran rendah ini, serta ditambah dengan beberapa mata
pelajaran yang lain sebagai contoh adalah Imam Al Ghazali beliau menganjurkan
supaya kuttab itu anak-anak mempelajari Alquran cerita orang-orang Saleh (orang-
orang pilihan), beberapa peraturan-peraturan agama, dan juga syair, tetapi anak-anak
itu haruslah dijaga dari syair tentang rindu dendam, dan asyik masyuk. Ibnu
maskawaih menambahkan pokok-pokok ilmu hitung dan sedikit dari tata bahasa 5.
Lama belajar di kuttab ini tidaklah sama, tergantung kecerdasan dan kemampuan
masing-masing anak didik karena sistem pengajaran pada masa itu belum
dilaksanakan secara klasikal sebagaimana umumnya sistem pengajaran sekarang ini.
Tetapi pada umumnya, anak-anak menyelesaikan pendidikan dasar ini selama kurang
lebih 5 tahun.
Rencana pembelajaran untuk pendidikan di istana pada garis besarnya sama saja
dengan rencana pembelajaran pada kuttab-kuttab, hanya ditambah atau dikurangi
menurut kehendak para pembesar yang bersangkutan, dan selaras dan keinginan untuk
5
A. Shalabi, Sejarah Pendidikan Islam, Terj. Muhtar Yahya, Jakarta: Bulan Bintang. 1973, hlm. 50
6
menyiapkan anak tersebut secara khusus untuk tujuan-tujuan dan tanggung jawab
yang akan dihadapinya dalam kehidupannya nanti6.
2. Pendidikan Menengah
Untuk melanjutkan jenjang pendidikan setelah menyelesaikan pendidikan
dasar di kuttab, maka dibangunlah beberapa lembaga pendidikan menengah yang
bersifat formal dan terletak di luar masjid titik-titik diantara faktor-faktor yang
menyebabkan berdirinya sekolah menengah di luar masjid adalah bahwa :
a). Halaqah halaqah (lingkaran majelis ilmu) untuk mengajarkan berbagai ilmu
pengetahuan, yang di dalamnya juga terjadi diskusi dan perdebatan yang ramai
sering satu sama lain saling mengganggu komam di samping sering pula
mengganggu orang-orang yang beribadah dalam masjid, keadaan demikian,
mendorong untuk dipindahkannya khalaqah-holaqah tersebut keluar lingkungan
masjid, dan didirikanlah bangunan-bangunan sebagai kelas-kelas tersendiri
dengan demikian kegiatan pengajaran dari halaqah -halaqah tersebut tidak saling
mengganggu satu sama lain.
b). Dengan berkembang luasnya ilmu pengetahuan, baik mengenai agama maupun
umum maka diperlukan sebagai banyak olah-olah kelompok lingkaran-lingkaran
pengajaran yang tidak mungkin kesalahannya tertampung dalam masjid.
7
dapat membacakannya dengan tidak berubah sedikitpun juga dari aslinya,
terutama kitab hadits. Sistem ini masih dituruti hingga sekarang di beberapa
pendidikan Islam.
2. Metode pengajaran pada Pendidikan menengah
Mahmud Yunus menerangkan bahwa pada umumnya rencana pelajaran pada
tingkat menengah sebagai berikut:
1. Alquran
2. Bahasa Arab dan kesusastraannya
3. Fiqih
4. Tafsir
5. Hadits
6. Nahwu shorof balaghah
7. Ilmu-ilmu pasti
8. Mantiq
9. Ilmu Falak
10. Tarif (sejarah)
11. Ilmu-ilmu alam
12. Kedokteran
Di samping itu ada mata pelajaran yang bersifat kejuruan, misalnya untuk
menjadi juru tulis di kantor-kantor. Selain dari belajar bahasa, murid di sini harus
belajar surat-menyurat atau, diskusi, berdebat, serta tulisan indah (khat)8.
8
Dra. Zuhairi, Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara, 2008, hlm 103.
8
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Lembaga pendidikan dasar dalam sejarah Islam klasik baik dalam bentuk
informal dan formal merupakan adaptasi dari lembaga pendidikan keluarga dan
kuttab pada masa pra Islam. Lembaga ini kemudian mengalami proses islamisasi
pada aspek pengajar, metode dan isi kurikulumnya yang disesuaikan dengan nilai-
nilai keislaman. Kesemuanya ini dilakukan dalam rangka anak-anaknya agar
mampu menerima warisan Islam dan bertanggung jawab untuk mengemban tugas
pengembangan dan dakwahnya, Keberadaan lembaga keluarga, masjid, kuttab,
sekolah istana sebagai lembaga pendidikan dasar dalam periode klasik
menunjukkan bahwa masyarakat muslim telah mengembangkan sistem pendidikan
yang berjenjang sesuai dengan perkembangan jiwa anak yang disesuaikan dengan
materi yang ada. Pola pembelajaran dengan menggunakan sistem hafalan sebagai
metode utama yang ada pada masa itu tidak lepas dari tradisi oral dan
paradigmayang ada masa itu bahwa pendidikan merupakan proses pewarisan
nilainilai luhur ke generasi muda. Meskipun demikian, pada kenyataannya metode
diskusi antara siswa dengan pengajar sudah lazim ditemukan dalam pendidikan
Islam pada periode klasik.
B. Saran
Setelah melihat definisi Pendidikan dan institusi Pendidikan dasar dan
menengah serta apa saja metode pengajaran yang ada di setiap jenjang Pendidikan
diharapkan kita bisa memetik Pelajaran sehingga dapat mengembangkan institusi
Pendidikan menjadi lebih baik lagi hingga terciptanya generasi islam yang
berilmu dan berbudi pekerti yang baik. Karena penulis sadar makalah ini jauh dari
kata sempurna, karena kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT. Untuk itu kami
merima saran dan kritik yang membangun dari para pembaca. Akhir kata kami
ucapkan terima kasih.
9
DAFTAR PUSTAKA
Langgulung Hasan. Asas-asas Pendidikan islam. Jakarta: Pustaka Al- Husna, 1992 M
Armai Arif. Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Lembaga Pendidikan islam klasik.
Ahmad Tafsir. Pendidikan agama dalam keluarga. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002.
Shalabi, Sejarah Pendidikan Islam, Terj. Muhtar Yahya, Jakarta: Bulan Bintang. 1973.
Syafiq A. Mughni. “Masyarakat Arab Pra Islam “. Jakarta: PT. Ichtiar Baru Van Hoeve.
2002.
10