Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

INSTITUSI PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH


DALAM SEJARAH PENDIDIKAN ISLAM
Dosen Pengampu: Imam Buchori M.Pd.I

Disusun Oleh:
Almatu Daipah (22.01021)
Putri Rasta Regina (22.01008)
M. Akbar Nur Ichsan (22.01003)

PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM PELABUHAN RATU


1445 H/2023
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Karena atas berkat rahmatnya kami
bisa menyelesaikan makalah ini. Makalah dengan judul “Institusi Pendidikan Dasar dan
menengah dalam Pendidikan islam“ ini kami susun memenuhi tugas matakuliah Sejarah
pendidilan islam. Dalam penyusunannya penulis mendapat banyak bantuan dari berbagai
pihak dan penulis mngucapkan banyak terimkasih.

Meskipun penulis berharap makalah ini bebas dari kekeliuran tapi penulis hanyalah
manusia yang tidak mungkin lepas dari kesalahan dan kekurangan. Oleh karenanya kritik dan
saran yang membangun sangat kami harapkan dari dosen dan teman-teman semua. Semoga
makalah ini bisa bermanfaat untuk penulis khususnya dan kepada seluruh pembaca pada
umumnya.

Pelabuhan Ratu, 11 Oktober 2023

Penulis

II
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................................

DAFTAR ISI................................................................................................................................

BAB I...............................................................................................................................................

PENDAHULUAN..........................................................................................................................

A. Latar Belakang.............................................................................................................................1
B. Rumusan masalah........................................................................................................................1
C. Tujuan..........................................................................................................................................1
BAB II.............................................................................................................................................

PEMBAHASAN.............................................................................................................................

PENUTUP......................................................................................................................................

A. Kesimpulan..................................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................

III
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan Islam merupakan salah satu aspek dari seluruh ajaran Islam, sebab
tujuan pendidikan Islam tidak terlepas dari tujuan kehidupan manusia, yaitu
menciptakan pribadi yang selalu bertakwa kepada Allah SWT, dan dapat
mencapai kehidupan bahagia dunia dan akhirat. Dalam konteks sosial
kemasyarakatan, bangsa dan negara, maka pribadi yang bertakwa ini menjadi
rahmatan lil alamin, baik dalam skala kecil maupun besar. Tujuan hidup manusia
dalam Islam inilah yang dapat disebut juga sebagai tujuan akhir pendidikan Islam.

B. Rumusan masalah

Dari latarbelakang yang didapatkan tersusunlah rumusan masalah sebagai berikut:

1. Apa pengertian pendidikan islam?


2. Apa saja institusi Pendidikan dasar dan menengah dalam Sejarah Pendidikan islam?
3. Apa saja materi dan pengajaran pada Pendidikan dasar dan menengah?

C. Tujuan

1. Mengetahui pengertian Pendidikan islam.


2. Mengaetahui apa saja institusi Pendidikan dasar dan menengah dalam Sejarah
Pendidikan islam.
3. Apa saja materi pengajaran pada Pendidikan dasar dan menengah.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Pendidikan Islam


Istilah Pendidikan islam terdiri dari dua kata, yaitu Pendidikan dan dan islam.
Oleh sebab itu Untuk mengetahui makna istilah tersebut perlu diketahui lebih dahulu
definisi pendidikan menurut para pakar pendidikan Hasan langulung berpendapat
bahwa pendidikan dapat ditinjau dari dua segi, yaitu dari segi masyarakat dan segi
individu titik dari segi masyarakat, pendidikan berarti pewarisan kebudayaan dari
generasi tua kepada generasi muda agar hidup masyarakat tetap berkelanjutan.
Sementara dari segi individu, pendidikan berarti pengembangan potensi-
potensi yang terpendam dan tersembunyi titik dari situ, yang menarik kesimpulan
bahwa pendidikan dapat diartikan sebagai pewarisan kebudayaan sekaligus
pengembangan potensi-potens1i. Abdurrahman an nahlawi menyimpulkan bahwa
pendidikan Islam terdiri dari empat unsur yaitu (1) menjaga dan memelihara fitrah; 2
mengembangkan seluruh potensi; 3 mengarahkan seluruh fitrah dan potensi menuju
kesempurnaan; 4 dilaksanakan secara bertahap. selain beberapa definisi di atas masih
banyak definisi lain yang dikemukakan oleh pakar pendidikan Islam yang tentu tidak
perlu kita pertentangan satu sama lain kita lebih cenderung merangkum definisi
definisi itu menjadi satu definisi yang mencakup seluruh unsur yang terkandung
dalam diri manusia yaitu baik fisik psikis, dan rohani. Secara lebih selaras dengan
tujuan hidup manusia selain itu, perlu ditekankan hal paling mendasar yang terkait
dengan aspek rohani yaitu keimanan (tauhid) oleh karena itu, lebih tepat kita katakan
bahwa definisi pendidikan Islam adalah suatu usaha sadar untuk membimbing
manusia menjadi pribadi beriman yang kuat secara fisik, mental, dan spiritual, serta
cerdas, berakhlak mulia, dan memiliki keterampilan yang diperlukan bagi
kebermanfaatan dirinya, masyarakat, dan lingkungannya.

B. Institusi Pendidikan Dasar dan Menengah Dalam Sejarah Islam

1
Langgulung Hasan. Asas-asas Pendidikan islam. Jakarta: Pustaka Al- Husna, 1992 M, hlm 3.

2
1. Pendidikan dasar

a). Pendidikan keluarga

Pendidikan Keluarga Menurut Hasan Langgulung, lebih kurang tiga tahun


lamanya Rasulullah menjadikan keluarga sebagai lembaga pendidikan Islam guna
mengadakan dan menyalurkan perubahan dalam Masyarakat2. Dalam sejarah tercatat
bahwa rumah tangga yang dijadikan basis dan markas pendidikan Islam pertama
adalah rumah (dar) Arqam bin Arqam. Arqam bin Arqam yang masuk Islam berkat
dakwah yang dilakukan Abu Bakar As-Shiddiq, menyediakan rumahnya untuk
dipakai Nabi Muhammad Saw sebagai tempat pembinaan orang-orang yang telah
masuk Islam. Rumah Arqam ini terletak di Bukit Safa, persis depan pintu Ka’bah.
Arqam, jauh sebelum Islam, sudah dikenal sebagai seorang yang aktif dalam kegiatan
sosial hilful-fudul, semacam gerakan penolong bencana alam dan penyantun orang
yang tidak mampu. Di sanalah Nabi mengajarkan dasar-dasar/pokok-pokok agama
Islam kepada para sahabatnya untuk disampaikan ke keluarganya di rumah. Dari
rumah Arqamlah pendidikan Islam menyebar ke rumah-rumah para sahabat lainnya.
Pendidikan anak-anak dimulai di rumahnya masing-masing. Ketika si anak mulai bisa
bicara, si ayah wajib mengajarinya untuk mengucapkan kalimat tauhid: la ilaha illa
Allah. Dan ketika ia berumur enam tahun ia mesti diajari untuk melaksanakan sholat
wajib. Pada usia itu pulala dimulainya pendidikan formalnya.
Dalam pendidikan di keluarga anak mendapatkan penanaman keimanan
sebagai dasar dari agama. Nabi Muhammad Saw mengajarkan bahwa keberimanan itu
perlu ditanamkan dalam hati. Keimanan itu bukan di kepala, bukan berupa
pengetahuan. Karena iman itu di dalam hati, maka iman tidak cukup diajarkan sebagai
pengetahuan melainkan ditanamkan. Nabi mengajarkan bahwa pendidikan keimanan
itu pada dasarnya dilakukan oleh orang tuanya. Orang tua adalah orang yang menjadi
anutan anaknya. Setiap anak, mula-mula mengagumi kedua orang tuanya 3. Semua
tingkah orang tuana ditiru oleh anak itu. Karena itu, peneladanan sangat perlu. Ketika
akan makan, misalnya ayahnya membaca basmalah, anak-anak menirukan itu.
Takkala orang tuanya shalat, anak kecil itu diajak shalat, sekalipun mereka belum
mengetahui cara dan bacaannya. Takkala puasa ramadhan, orang tuanya mengajak
anak-anaknya makan sahur. Takkala idul fitri, anak-anak dibawa ke lapangan atau

2
Mahmud Yunus. 1996. Sejarah Pendidikan islam. Jakarta: Mutiara.
3
Ahmad Tafsir. Pendidikan agama dalam keluarga. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002.

3
masjid. Takkala ayahnya datang atau bepergian selalumengucapkan salam. Begitulah
yang dilakukan Nabi Muhammad Saw dan para sahabatnya dalam mendidik anak-
anak di keluarga. Hasilnya, keluarga Nabi Muhammad Saw dan keluarga para
sahabatnya menjadi orang-orang yang berimat kuat.

b). Masjid
Masjid dalam sejarah pendidikan Islam tidak hanya berfungsi sebagai tempat
ibadah tetapi juga berfungsi sebagai pusat pendidikan dan kebudayaan. Masjid dalam
fungsinya sebagai pusat pendidikan dan kebudayaan memainkan peranan yang
penting pada periodeperiode pertama. Sebagai lembaga pendidikan, ia merupakan
pusat tempat berlakunya proses pendidikan Islam.Sentralnya fungsi masjid sebagai
lembaga pendidikan pada periode pertama ini, maka ia tidak saja digunakan sebagai
tempat pendidikan orang dewasa (laki-laki), tetapi juga digunakan sebagai tempat
belajar bagi kaum wanita dan anak-anak. Bagi orang dewasa, masjid berfungsi
sebagai tempat belajar al-Qur’an, Hadits, fiqh, dasar-dasar agama, bahasa dan sastra
Arab. Pendidikan dan pengajaran bagi kaum wanita diberikan satu kali seminggu.
Mereka diajarkan al-Qur’an, hadits, dasar-dasar agama dan keterampilan menenun
atau memintal. Pendidikan anak-anak juga diberikan di masjid serta suffah dekat
masjid. Dalam pendidikan mereka disatukan tanpa adanya pembagian kelas. Anak-
anak orang Islam yang sudah berumur enam tahun diharuskan belajar al-Qur’an,
agama, bahasa 46Arab, dan berhitung dan untuk seterusnya diajarkan pula
menunggang kuda, berenang dan memanahPada masa nabi Muhammad Saw dan
khalifah Abu Bakar Shiddiq masjid masih berfungsi sebagai tempat ibadah dan
pendidikan Islam tanpa ada pemisahan yang jelas antara keduanya hingga masa
Amirul Mukminin, Umar ibn Khattab.
Pada masanya, di samping atau di beberapa sudut masjid dibangun kuttab-
kuttab, untuk tempat belajar anak-anak sehingga tidak mengganggu aktivitas ibadah
masyarakat. Sejak masa inilah pengaturan pendidikan anak-anak dimulai. Hari Jum’at
adalah hari libur mingguan sebagai persiapan melaksanakan shalat Jum’at. Khalifah
Umar ibn Khattab mengusulkan agar para pelajar diliburkan pada waktu dzuhur hari
kamis, agar mereka bersiap-siap menghadapi hari Jum’at. Usul ini kemudian menjadi
tradisi hingga sekarang. Pendapatnya ini tersebar ke berbagai kota dan agaknya terus
meluas secara wajar tanpa diperintah atau diumumkan secara resmi, karena hal
tersebut merupakan cerminan dari corak kepribadian yang khas yang disenangi serta

4
keimanan yang kuat yang menjadikannya berwibawa. Selanjutnya lembaga
pendidikan yang berpusat di masjid dalam perkembangannya mendirikan yayasan.
Ada yayasan khusus yang dijalankan oleh para pengelola dengan usaha pribadi,
kadangkadang sebagian mereka terpaksa mengambil upah yang sedikit untuk
memenuhi kebutuhannya karena mereka disibukkan dengan kegiatan pendidikan dan
meninggalkan upaya pencarian rezeki4.

c). Kuttab

Kutab atau maktab, berasal dari kata-kata yang berarti menulis atau tempat
menulis titiknya jadi kutab adalah tempat belajar menulis. Sebelum datangnya Islam
ku tetap sudah ada di negeri Arab, walaupun belum banyak dikenal titik diantara
penduduk Mekah yang mula-mula belajar menulis huruf Arab ialah Sufyan bin
Umayyah bin Abdul syams. Dan abu quiz bin abdi mana bin zuhroh. Keduanya
mempelajarinya di negeri Sirah. Sewaktu agama Islam diturunkan Allah, sudah ada di
antara para sahabat yang pandai tulis baca. Kemudian tulis baca tersebut ternyata
mendapat tempat dan dorongan yang kuat dalam Islam, sehingga berkembang luas di
kalangan umat Islam titik ayat Alquran yang pertama diturunkan, telah
memerintahkan untuk membaca dan memberikan gambaran bahwa kepandaian
membaca dan menulis merupakan sarana utama dalam pengembangan ilmu
pengetahuan dalam pandangan Islam karena tulis baca semakin terasa perlu, maka
kuttab sebagai tempat belajar menulis dan membaca, terutama bagi anak-anak
berkembang dengan pesat titik pada mulanya, di awal perkembangan Islam kuttab
tersebut dilaksanakan di rumah guru-guru yang bersangkutan, dan yang diajarkan
adalah semata-mata menulis dan membaca titik sedangkan yang ditulis/dibaca adalah
syair-syair yang terkenal pada masanya.

Kemudian pada akhir abad pertama Hijriyah, mulai timbul jenis kuttab, yang di
samping memberikan pelajaran menulis dan membaca, juga mengajarkan membaca
Alquran dan pokok-pokok ajaran Islam pada mulanya, kuttab jenis ini merupakan
pemindahan dari pengajaran Alquran yang berlangsung di masjid, yang sifatnya
umum (bukan saja bagi anak-anak tapi terutama bagi orang-orang dewasa. Dalam hal
ini Ahmad salabi menjelaskan bahwa tatkala kuttab -kuttab telah didirikan dan orang-
orang yang hafal Alquran telah bekerja pada kuttab -kuttab itu, maka dijadikanlah

4
Armai Arif. Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Lembaga Pendidikan islam klasik. Bandung: Angkasa.
2004.

5
Alquran sebagai titik pusat pelajaran rendah ini, serta ditambah dengan beberapa mata
pelajaran yang lain sebagai contoh adalah Imam Al Ghazali beliau menganjurkan
supaya kuttab itu anak-anak mempelajari Alquran cerita orang-orang Saleh (orang-
orang pilihan), beberapa peraturan-peraturan agama, dan juga syair, tetapi anak-anak
itu haruslah dijaga dari syair tentang rindu dendam, dan asyik masyuk. Ibnu
maskawaih menambahkan pokok-pokok ilmu hitung dan sedikit dari tata bahasa 5.
Lama belajar di kuttab ini tidaklah sama, tergantung kecerdasan dan kemampuan
masing-masing anak didik karena sistem pengajaran pada masa itu belum
dilaksanakan secara klasikal sebagaimana umumnya sistem pengajaran sekarang ini.
Tetapi pada umumnya, anak-anak menyelesaikan pendidikan dasar ini selama kurang
lebih 5 tahun.

d). Pendidikan Rendah di Istana

Timbulnya pendidikan rendah di istana untuk anak-anak para pejabat, adalah


berdasarkan pemikiran bahwa pendidikan itu harus bersifat menyiapkan anak didik
agar mampu melaksanakan tugas-tugasnya kelak setelah ia dewasa. Pada dasar
pemikiran tersebut khalifah dan keluarganya serta para pembesar istana lainnya
berusaha menyiapkan agar anak-anaknya sejak kecil sudah dikenalkan dengan
lingkungan dan tugas-tugas yang akan diembannya nanti titik oleh karena itu mereka
memanggil guru-guru khusus untuk memberikan pendidikan kepada anak-anak
mereka.

Pendidikan anak di istana berbeda dengan pendidikan anak di kuttab pada


umumnya. Di istana orang tua murid (para pembesar istana) adalah yang membuat
rencana pembelajaran tersebut selaras dengan anaknya dan tujuan yang dikehendaki
oleh orang tuanya. Guru yang mengajar di istana disebut muaddib, muaddib berasal
dari kata adab yang berarti budi pekerti. Guru pendidik anak di istana disebut
muaddib karena berfungsi mendidik budi pekerti dan mewariskan kecerdasan dan
pengetahuan-pengetahuan orang-orang terdahulu kepada anak-anak pejabat.

Rencana pembelajaran untuk pendidikan di istana pada garis besarnya sama saja
dengan rencana pembelajaran pada kuttab-kuttab, hanya ditambah atau dikurangi
menurut kehendak para pembesar yang bersangkutan, dan selaras dan keinginan untuk

5
A. Shalabi, Sejarah Pendidikan Islam, Terj. Muhtar Yahya, Jakarta: Bulan Bintang. 1973, hlm. 50

6
menyiapkan anak tersebut secara khusus untuk tujuan-tujuan dan tanggung jawab
yang akan dihadapinya dalam kehidupannya nanti6.

2. Pendidikan Menengah
Untuk melanjutkan jenjang pendidikan setelah menyelesaikan pendidikan
dasar di kuttab, maka dibangunlah beberapa lembaga pendidikan menengah yang
bersifat formal dan terletak di luar masjid titik-titik diantara faktor-faktor yang
menyebabkan berdirinya sekolah menengah di luar masjid adalah bahwa :
a). Halaqah halaqah (lingkaran majelis ilmu) untuk mengajarkan berbagai ilmu
pengetahuan, yang di dalamnya juga terjadi diskusi dan perdebatan yang ramai
sering satu sama lain saling mengganggu komam di samping sering pula
mengganggu orang-orang yang beribadah dalam masjid, keadaan demikian,
mendorong untuk dipindahkannya khalaqah-holaqah tersebut keluar lingkungan
masjid, dan didirikanlah bangunan-bangunan sebagai kelas-kelas tersendiri
dengan demikian kegiatan pengajaran dari halaqah -halaqah tersebut tidak saling
mengganggu satu sama lain.
b). Dengan berkembang luasnya ilmu pengetahuan, baik mengenai agama maupun
umum maka diperlukan sebagai banyak olah-olah kelompok lingkaran-lingkaran
pengajaran yang tidak mungkin kesalahannya tertampung dalam masjid.

C. Metode Pengajaran Pada Pendidikan Dasar dan menengah


1. Metode Pengajaran pada Pendidikan Dasar
Adapun metode yang digunakan pada pendidikan dasar adalahmembaca dan
menghafal al-Qur’an dan puisi-puisi kuno. Pada awalnya, siswa menuliskan
Pelajaran mereka dengan jari di atas pasir. Kemudian lembaran yang terbuat dari
tanah liat menjadi popular; dan dengan masuknya kertas dari Timur pada abad ke
delapan, pelajar dapat menyimpan catatan mereka dalam bentuk manuskrip. Oleh
itu latarbelakang tradisi oral yang panjang, maka pendidikan mendorong siswa
untuk menghafal al-Qur’an dan sebanyak mungkin materi pelajaran lainnya 7.. Hal
ini sesuai dengan prinsip pada saat itu yang menyatakan “ilmu itu dalam dada
bukan dalam tulisan, ilmu itu bukan yang disimpan dalam lemari, melainkan yang
di simpan dalam dada”. Oleh karena itu, murid harus menghafal semua materi
pelajaran yang dipelajarinya, sehingga jika tulisannya hilang atau terkoyak, ia
6
Dra. Zuhairi, Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara, 2008, hlm. 92
7
Syafiq A. Mughni. “Masyarakat Arab Pra Islam “. Jakarta: PT. Ichtiar Baru Van Hoeve. 2002 hal 66.

7
dapat membacakannya dengan tidak berubah sedikitpun juga dari aslinya,
terutama kitab hadits. Sistem ini masih dituruti hingga sekarang di beberapa
pendidikan Islam.
2. Metode pengajaran pada Pendidikan menengah
Mahmud Yunus menerangkan bahwa pada umumnya rencana pelajaran pada
tingkat menengah sebagai berikut:
1. Alquran
2. Bahasa Arab dan kesusastraannya
3. Fiqih
4. Tafsir
5. Hadits
6. Nahwu shorof balaghah
7. Ilmu-ilmu pasti
8. Mantiq
9. Ilmu Falak
10. Tarif (sejarah)
11. Ilmu-ilmu alam
12. Kedokteran
Di samping itu ada mata pelajaran yang bersifat kejuruan, misalnya untuk
menjadi juru tulis di kantor-kantor. Selain dari belajar bahasa, murid di sini harus
belajar surat-menyurat atau, diskusi, berdebat, serta tulisan indah (khat)8.

8
Dra. Zuhairi, Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara, 2008, hlm 103.

8
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Lembaga pendidikan dasar dalam sejarah Islam klasik baik dalam bentuk
informal dan formal merupakan adaptasi dari lembaga pendidikan keluarga dan
kuttab pada masa pra Islam. Lembaga ini kemudian mengalami proses islamisasi
pada aspek pengajar, metode dan isi kurikulumnya yang disesuaikan dengan nilai-
nilai keislaman. Kesemuanya ini dilakukan dalam rangka anak-anaknya agar
mampu menerima warisan Islam dan bertanggung jawab untuk mengemban tugas
pengembangan dan dakwahnya, Keberadaan lembaga keluarga, masjid, kuttab,
sekolah istana sebagai lembaga pendidikan dasar dalam periode klasik
menunjukkan bahwa masyarakat muslim telah mengembangkan sistem pendidikan
yang berjenjang sesuai dengan perkembangan jiwa anak yang disesuaikan dengan
materi yang ada. Pola pembelajaran dengan menggunakan sistem hafalan sebagai
metode utama yang ada pada masa itu tidak lepas dari tradisi oral dan
paradigmayang ada masa itu bahwa pendidikan merupakan proses pewarisan
nilainilai luhur ke generasi muda. Meskipun demikian, pada kenyataannya metode
diskusi antara siswa dengan pengajar sudah lazim ditemukan dalam pendidikan
Islam pada periode klasik.

B. Saran
Setelah melihat definisi Pendidikan dan institusi Pendidikan dasar dan
menengah serta apa saja metode pengajaran yang ada di setiap jenjang Pendidikan
diharapkan kita bisa memetik Pelajaran sehingga dapat mengembangkan institusi
Pendidikan menjadi lebih baik lagi hingga terciptanya generasi islam yang
berilmu dan berbudi pekerti yang baik. Karena penulis sadar makalah ini jauh dari
kata sempurna, karena kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT. Untuk itu kami
merima saran dan kritik yang membangun dari para pembaca. Akhir kata kami
ucapkan terima kasih.

9
DAFTAR PUSTAKA

Langgulung Hasan. Asas-asas Pendidikan islam. Jakarta: Pustaka Al- Husna, 1992 M

Armai Arif. Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Lembaga Pendidikan islam klasik.

Bandung: Angkasa. 2004.

Mahmud Yunus. 1996. Sejarah Pendidikan islam. Jakarta: Mutiara.

Ahmad Tafsir. Pendidikan agama dalam keluarga. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002.

Shalabi, Sejarah Pendidikan Islam, Terj. Muhtar Yahya, Jakarta: Bulan Bintang. 1973.

Dra. Zuhairi, Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara, 2008.

Syafiq A. Mughni. “Masyarakat Arab Pra Islam “. Jakarta: PT. Ichtiar Baru Van Hoeve.

2002.

10

Anda mungkin juga menyukai