Anda di halaman 1dari 11

BAB 7

HADIST TARBIYATUL AULAD


Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Hadist

Dosen Pengampu: Abdulatif, LC., M.Ag.

Disusun oleh :

Al Ghifari (53020210044)

Risma Dewi Lestari ( 53020210047 )

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR


FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN HUMANIORA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA
TAHUN PELAJARAN 2021/2022
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Kami panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya kepada kami, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah dan inayah-Nya, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah tentang Tarbiyatul Aulad. Shalawat serta salam tak lupa
kita anjungkan kepada Nabi terakhir, penutup para Nabi sekaligus satu-satunya
uswatun hasanah kita, Nabi Muhammad SAW yang kita nantikan syafa’atnya di
yaumul qiyamah, aamiin allahhumma aamiin. Tidak lupa pula saya ucapkan terima
kasih kepada Bapak Abdulatif, LC., M.Ag. selaku dosen mata kuliah Hadist.

Makalah ini telah kami susun dengan semaksimal mungkin. Terlepas dari itu
kami juga menyadari bahwa masih banyak kekurangan baik dari segi susunan
kalimat dan tata bahasanya. Semoga dalam makalah ini dapat menambah wawasan
ilmu pengetahuan para pembaca dan dengan tangan terbuka kami menerima segala
kritik dan saran dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini dengan
baik.

Demikianlah yang dapat kami sampaikan. Atas perhatiannya kami mengucapkan


terimakasih.

Salatiga, 14 Oktober 2021

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Tarbiyatul Aulad


B. Peran orang tua dalam mendidik anak
C. Seni dalam mendidik anak
D. Sikap pendidik

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan
B. Saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Islam bukan sekedar akidah atau relegion yang menyusun hubungan
individu dan kelompok kepada Tuhannya namun juga mengenai cara hidup
yang menyeluruh dan sempurna. Islam muncul untuk mengatur segala aspek
kehidupan manusia baik spiritual maupun material.1 Dalam konteks
pendidikan, Islam mempunyai cara pandang bahwa pendidikan sangat
penting bagi setiap muslim dan muslimah, termasuk pendidikan anak. Entah
antara orang tua mendidik anaknya atau guru yang mendidik muridnya.
Setiap anak atau setiap murid, mereka membutuhkan pendidikan
bahkan sejak dini pun sudah harus mendapatkan pendidikan yang baik
sesuai dengan ajaran Islam. Mulai dari pendidikan tauhid, akhlaq, ibadah,
pergaulan, kebersihan, kesehatan, membaca, menulis dan lainnya.
Islam telah memberikan perhatian luar biasa terhadap segala aspek
pendidikan, sehingga akan ditemukan metode terperinci mulai dari hal yang
paling kecil hingga permasalahan yang paling besar. Bahkan, pendidikan
Islam bukan hanya mengajarkan metode dalam mendidik yang berpengaruh
pada peserta didik saja, tetapi adanya anjuran agar pendidik tersebut harus
terlebih dahulu mengaplikasikan apa yang akan diterapkan kepada anaknya
atau muridnya sehingga bisa dijadikan contoh dan teladan yang baik.
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu tarbiyatul aulad?
2. Apa pentingnya keberadaan orang tua dalam pendidikan anak?
3. Bagaimana mendidik dengan baik?
4. Bagaimana sebagai pendidik harus bersikap?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui tentang tarbiyatul aulad.
2. Untuk mengetahui peran orang tua dalam pendidikan anak.
3. Untuk mengetahui cara mendidik anak.
4. Untuk mengetahui sikap sebagai pendidik.

1
Muhammad Al-Toumy Al-Syaibany, Falsafah Pendidikan Islam, terj Hasan Langgulung, (Jakarta: Bulan
Bintang)1979 hlm 165
BAB II
PEMBAHASAN
Dari Ali ra. ia berkata bahwa Rasulullah SAW. bersabda:

‫ حُبِّ نَبِيِّ ُك ْم َوحُبِّ اَ ْه ِل بَ ْيتِ ِه َو قِ َرَأةُ ْالقُرْ َأ ِن‬: ‫ال‬ ٍ ‫ص‬ َ ‫ث ِخ‬ ِ ‫اَ ِّدب ُْوا اَ ْواَل َد ُك ْم َعلَى ثَاَل‬
‫فَِإ َّن َح ْملَةَ ْالقُرْ َأ ُن فِ ْي ِظلِّ هللاِ يَ ْو َم اَل‬
‫ِظلٌّ ِظلَّهُ َم َع اَ ْنبِيَاِئ ِه َواَصْ فِيَاِئ ِه‬
Artinya: “Didiklah anak-anak kalian dengan tiga macam perkara yaitu
mencintai Nabi kalian dan keluarganya serta membaca Al-Qur’an, karena
sesungguhnya orang yang menjunjung tinggi Al-Qur’an akan berada di bawah
lindungan Allah, diwaktu tidak ada lindungan selain lindungan-Nya bersama
para Nabi dan kekasihnya”. (HR. Ad-Dailami)

Hadist tersebut bukan hanya tentang menjunjung tinggi Al-Qur'an,


melainkan mendidik anak agar mencintai Rasulullah beserta keluarganya dan
mengajari anak agar rajin dan pandai membaca Al-Qur'an.
Pendidikan bukan hanya soal menjadi pandai, anak juga harus didik agar
memiliki akhlaq yang baik sehingga ia bisa tahu bagaimana mencintai Allah,
Rasulullah SAW, orang tua dan segala makhluk-Nya.
Bagaimana seorang anak bisa mengetahui caranya shalat, cara berbakti kepada
kedua orang tua, cara menghargai dan memahami sesama jika ia tak
mendapatkan didikan?
Dalam firman Allah SWT QS . An-Nahl:78

Artinya: Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan
tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan
dan hati, agar kamu bersyukur. (Qs. An Nahl: 78).
A. Pengertian Tarbiyatul Aulad
Sebelum mengetahui arti dari tarbiyatul aulad, harus diketahui pengertian
dari pendidikan itu sendiri.

Menurut Poerwadarminta (1976:250), istilah pendidikan berasal dari kata


“didik” dengan memberinya awalan “pe” dan akhiran “kan” mengandung
arti “perbuatan” (hal, cara, dan sebagainya). Istilah pendidikan ini semula
berasal dari bahasa Yunani yaitu “paedagogie”, yang berarti bimbingan yang
diberikan kepada anak. Istilah ini kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa
Inggris dengan “education” yang berarti pengembangan atau bimbingan.
Dalam bahasa Arab istilah ini sering diterjemahkan dengan “Tarbiyah” yang
berarti pendidikan. Jadi, tarbiyatul aulad berasal dari bahasa Arab tarbiyah
yang artinya pendidikan dan aulad artinya anak, jadi tarbiyatul aulad berarti
pendidikan anak.

Pengertian dari pendidikan menurut beberapa ahli:

1. Hasan Langgulung (1985:3) menyebutkan bahwa: ”pendidikan dalam arti


luas bermakna merubah dan memindahkan nilai kebudayaan kepada
setiap individu dalam masyarakat”.
2. Zuhairini, dkk (1992:149) menyebutkan “pendidikan adalah suatu
aktivitas untuk mengembangkan seluruh aspek kepribadian manusia yang
berjalan seumur hidup”.
3. H.M Arifin (1993:11) menyebutkan “pendidikan sebagai usaha membina
dan mengembangkan pribadi manusia dari aspek-aspek rohaniah dan
jasmaniyah juga berlangsung secara bertahap”.
Pendidikan anak dalam arti luas adalah semua perbuatan dalam usaha
manusia yang dilakukan secara sadar dari orang dewasa untuk memberikan
pengaruh pada anak didiknya agar dapat meningkatkan kedewasaan dan
bertanggung jawab atas segala tindakan atau perbuatannya secara moril.2
Pendidikan anak adalah sarana untuk menumbuhkan dan mengembangkan
seluruh potensi yang dimiliki oleh manusia, baik yang berkaitan dengan budi
pekerti (kekuatan batin), pikiran (intelek), maupun fisiknya (jasmani). Hal
ini sebagaimana diungkapkan oleh Fuad Ihsan bahwa: Pendidikan adalah
usaha manusia untuk menumbuhkan dan mengembangkan potensi-potensi
2
Soegarda Poerbakawadja, Ensiklopedi Pendidikan (Jakarta : Gunung Agung, 1982), h 257
pembawaan manusia, baik jasmani maupun rohani sesuai dengan nila-nilai
yang ada di dalam masyarakat dan kebudayaan.3

Pendidikan anak dalam Islam adalah usaha membina dan mengembangkan


pola pikir anak dari aspek ibadah,akhlaq, kecakapan fisik maupun non fisik
yang diberikan sejak anak usia dini.

B. Peran Orang Tua dalam Mendidik Anak


“Telah menceritakan kepada kami Abu al-Yaman, telah memberitakan
kepada kami Syu’aib bahwa ibn Syihab pernah mengatakan bahwa setiap
anak yang lahir itu wajib dishalatkan apabila dia meninggal walaupun dia
anak gayyah (zina). Karena setiap anak itu dilahirkan dalam keadaan fitrah
(Islam). Di mana kedua orangtuanya mengaku beragama Islam atau hanya
bapaknya saja, meskipun ibunya tidak beragama Islam. Jika anak itu ketika
dilahirkan mengeluarkan suara (menangis) wajib dishalatkan. Tidak
dishalatkan bila ketika dilahirkan anak itu tidak sempat mengeluarkan suara
(menangis) karena dianggap keguguran, berdasarkan perkataan Abu
Hurairah r.a., yang menceritakan bahwa Nabi SAW bersabda: Tidak
dilahirkan seorang anak kecuali dalam keadaan Islam, maka
orangtuanyalah yang membuatnya Yahudi, Nasrani dan Majusi,
sebagaimana binatang melahirkan dalam keadaan sempurna. Apakah kalian
melihat ada cacat padanya? Kemudian Abu Hurairah r.a., membacakan
ayat: Sebagai fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah
itu.”(HR. Bukhari)4

Setiap anak itu dilahirkan dalam keadaan Islam dan orangtuanya-lah yang
membuat seorang anak itu menjadi Yahudi, Nasrani, Majusi, dan musyrik.
Orangtua merupakan penanggung jawab terhadap seluruh kebutuhan anak
mulai dari sandang, pangan, papan, pendidikan sampai kepada akidahnya
Jadi, dapat diketahui bahwa keberadaan orang tua sangat penting bagi anak
terutama dalam hal pendidikannya, bahkan sejak anak itu dilahirkan.
Apalagi seorang ibu yang paling dekat sekaligus menjadi pendidik pertama
bagi anaknya. Oleh karena itu, ditegaskan dalam hadist :
“Telah menceritakan kepada kami Qutaibah ibn Sa’id telah menceritakan
kepada kami Jarir dan ‘Umarah ibn al-Qa’qa’ ibn Syubrumah dari Abu
3
Fuad Ihsan, Dasar-dasar Kependidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 1997), h. 2.
4
Al-Bukhari, Op. cit., Juz I, hlm. 456, Juz IV, hlm. 1792.
Zur’ah dari Abu Hurairah r.a., ia mengatakan seorang laki-laki bertanya
kepada Rasulullah SAW: ya Rasulullah siapa yang paling berhak saya
berbuat baik kepadanya? Rasul menjawab ibumu, kemudian siapa? Rasul
menjawab: ibumu, kemudian siapa? Rasul menjawab: ibumu, kemudian
siapa? Rasul menjawab: ayahmu.”(HR. Bukhari)
Pertama, ibu yang mengandung, melahirkan dan menyusui. Sudah
pasti seorang anak akan mendapat pendidikan pertama dari ibunya. Kedua,
surga berada dibawah telapak kaki ibu. Ketiga, ibu adalah pemimpin atas
rumah suami dan anak-anaknya. Barulah keempat, ayah sebagai penanggung
jawab untuk memenuhi kebutuhan keluarga, namun diluar itu, seorang ayah
harus menyempatkan diri untuk mendidik anak, memperhatikan anak
sekaligus mengevaluasi perkembangan dan pendidikan anak-anak.
C. Seni dalam Mendidik Anak
1. Memberi teladan.
2. Bercerita.
3. Berdialog.
4. Menyediakan permainan yang halal.
5. Menyertai bermain.
6. Menciptakan kondisi untuk berbuat kebaikan.
7. Menanamkan kebiasaan baik.
8. Mencontohkan figur yang benar.
9. Santun.
10.Memberi latihan praktis.
11.Menumbuhkan rasa percaya diri.
12.Memberi pujian.
13.Memberi hadiah.
14.Melatih bersaing sehat.
15.Memberi dorongan dan peringatan.
D. Sikap Pendidik
1. Berjiwa ikhlas.
2. Selalu optimistis.
3. Mandiri dan bertanggung jawab.
4. Menjunjung tinggi kejujuran.
5. Menerima kebenaran dari siapa saja.
6. Tidak memihak (moderat).
7. Kritis.
8. Terbuka terhadap kritik.
9. Mengakui kesalahan.
10.Mengakui kelebihan orang lain.
11.Menghargai prestasi.
12.Menerima keragaman.
13.Berlaku adil.
14.Menunjukkan raut wajah menyenangkan.
15.Berbicara perlahan-lahan.
16.Santun dalam berbicara.
17.Memanggil dengan panggilan yang bersahabat.
18.Tenggang rasa kepada yang lemah.
19.Tidak mencemooh agama lain (toleransi).
20.Memberi keleluasaan.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pendidikan adalah hal yang penting bagi semua orang. Pendidikan
yang didapat sejak usia dini hingga dewasa, membentuk akhlaq dan
mengajarkan tanggung jawab. Tanpa pendidikan, anak tidak akan
berkembang dan menjadi orang yang tak akan mengerti bagaimana bersikap
yang benar dan bagaimana membedakan antara kebenaran dan kesalahan.
Sebagai pendidik harus memberikan contoh yang baik dan
mengajarkan sesuatu yang baik pula. Seperti perilaku yang telah dipaparkan
diatas, seorang pendidik adalah teladan bagi yang dididik.
Jadi, pendidikan penting bagi anak agar tumbuh dan berkembang secara fisik
dan non fisik.
B. Saran
Banyak kekurangan yang penulis cantumkan kami mohon kritik dan
sarannya agar lebih baik untuk kedepannya. Semoga ilmu pada materi ini
bisa kita ambil dan tentunya dapat bermanfaat bagi para pembaca.

DAFTAR PUSTAKA
Drs. Muhammad Thalib. Seni dan Sikap Islami Mendidik Anak.(Bandung:
29 Mei 2001)
Muhammad Al-Toumy Al-Syaibany, Falsafah Pendidikan Islam, terj Hasan
Langgulung, (Jakarta: Bulan Bintang)1979 hlm 165
Al-Qur’an dan Terjemahannya
Soegarda Poerbakawadja, Ensiklopedi Pendidikan (Jakarta : Gunung Agung,
1982), h 257

Fuad Ihsan, Dasar-dasar Kependidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 1997), h. 2.

Al-Bukhari, Op. cit., Juz I, hlm. 456, Juz IV, hlm. 1792.

Anda mungkin juga menyukai