Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

“PENGERTIAN TARBIYAH, TA’LIM, TA’DIM, DAN TAHZIB”


Tugas Mata Kuliah Ilmu Pendidikan Islam

KELOMPOK: IV

ANGGOTA : PUPUT OKTARIANI (0310203074)


KANA FURKONAH P (0310202029)
MHD.ARYA (0310202091)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS ILMU


TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SUMATERA UTARA
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah kami ucapkan atas kehadirat Allah Swt. Yang senantiasa
memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah
Pengembangan Kurikulum ini. Tidak lupa pula shalawat berangkaikan salam kita hadiahkan
kepada Rasulullah SAW, yang semoga kita semua mendapatkan syafaat beliau di hari akhir
kelak. Aamiin.

Kami ucapkan terimakasih kepada dosen pengampu yang telah membimbing dan
memberi arahan dalam pembuatan makalahkamiyang membahas materi mengenai “Pengertian
Tarbiyah, Ta’lim, Ta’dib, dan Tahdzib”. Penulisan makalah ini bertujuan untuk menambah
pengetahuan tentang beberapa hal yang berkaitan dengan cara mendidik anak bangsa sesuai
ajaran islam. Disini kami memohon maaf karena, makalah ini masih diperlukan adanya
pengembangan yang lebih lanjut agar lebih baik dan lengkap pembahasannya.Tetapi begitu
pun, kami berterima kasih kepada orang-orang yang telah mendorong kelancaran selesainya
makalah ini, tanpa bisa disebutkan satu persatu.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI i

BAB I PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Rumusan Masalah 1

1.3 Tujuan 1

BAB II PEMBAHASAN 2

2.1 Pengertian Tarbiyah 2

2.2 Pengertian Ta’lim 3

2.3 Pengertian Ta’dib 4

2.4 Pengertian Tahdzib 5

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan

3.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
2.1 Latar Belakang

Pendidikan merupakan hal yang sangat strategis dalam membangun sebuah


peradaban, khususnya peradaban yang islami, bahkan ayat pertama diturunkan oleh allah
sangat berhubungan dengan pendidikan. Proses dakwah Rasulullah Saw pun dalam
menyebarkan Islam dan membangun peradaban tidak lepas dari pendidikan Rasul terhadap
sahabat. Dimulai dari sebuah rumah kecil “Darul Arqam” sampai membentang ke sebaran
benua. Diawali beberapa sahabat sampai tersebar ke jutaan manusia di penjuru dunia. Sebuah
proses yang pernah menorehkan sejarah peradaban yang membanggakan bagi umat Islam,
Madinah Al Munawwarah.

A. Rumusan Masalah

1. Apakah pengertian dari Tarbiyah, Ta’lim, Ta’dib, dan Tahdzib?


2. Apakah pengertian ta’lim
3. Apakah pengertian ta’dim
4. Dan apakah pengertian tahzib

B. Tujuan

1. Untuk mengetahui apa pengertian dari Tarbiyah, Ta’lim, Ta’dib, dan Tahdzib
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Tarbiyah

Tarbiyah berasal dari bahasa Arab yang berarti pendidikan, sedangkan orang yang
mendidik dinamakan Murobi. Adapun jika ditinjau dalam bahasa Arab, kata al-tarbiyah
memiliki 3 akar kebahasaan, yaitu :
1. Rabaa, yarbuu, tarbiyah : yang memiliki makna “tambah‟ (zhad) dan
“berkembang‟ (nama).
2. Rabiya, yarba, tarbiyah : dalam hal ini memiliki makna tumbuh (nasya’a) dan
menjadi besar atau dewasa (tara’ra’a).
3. Rabba, yarubbu, tarbiyah: ditinjau dari segi tata bahasa Arab bentuk fi’il tsulasi
maziid maka dalam hal memiliki makna yakni memperbaiki (ashlaha), menguasai
urusan, memelihara, merawat, memperindah, memberi makan, mengasuh, memiliki,
mengatur dan menjaga kelestarian maupun eksistensinya yang dilakukan secara
kontinuitas. Hal ini menunjukan, pendidikan (tarbiyah) dapat diartikan sebagai
proses kegiatan dalam bentuk usaha sadar untuk memelihara, mengasuh, merawat,
memperbaiki dan mengatur kehidupan peserta didik secara berkelanjutan, agar ia
dapat menjadi manusia yang lebih baik dalam kehidupan.
Pendidikan (tarbiyah) juga merupakan proses kegiatan yang dilakukan untuk
menumbuhkan dan mendewasakan (ranah kognitif dan afektif) peserta didik, baik secara fisik,
psikis, sosial, maupun spiritual.
Menurut Abdurrahman Al-Nahlawi merumuskan definisi dari kata al- tarbiyah.
Dari segi bahasa berasal dari tiga kata, yaitu :
1. Rabaa-yarbuu yang memiliki makna “tambah‟ (zhad) dan “berkembang‟ (nama)
atau yang berarti bertambah, dan bertumbuh.
2. Rabiya-yarba yang berarti menjadi besar.

3. Rabba-yarubbu yang berarti memperbaiki, menguasai urusan, menuntun,


menjaga, dan memelihara.

Berdasarkan definisi ketiga kata di atas, Abdurrahman Al-Bani menyimpulkan bahwa


pendidikan (tarbiyah) terdiri atas empat unsur, yaitu:
1. Menjaga dan memelihara fitrah anak menjelang dewasa (baligh)

2. Mengembangkan seluruh potensi

3. Mengarahkan seluruh fitrah dan potensi menuju kesempurnaan


4. Dilaksanakan secara bertahap.

Menurut Imam Al-Baidlawi, arti asal al-rabb adalah al-tarbiyah, yaitu menyampaikan
sesuatu sedikit demi sedikit sehingga sempurna. Ashfahani sependapat dengan AL-Baidlawi.
Muhammad Athiyah Al-Abrasyi, kata tarbiyah bermakna upaya yang mempersiapkan individu
untuk kehidupan yang lebih menyempurnakan etika, sistematika dalam berpikir, memiliki
ketajaman intuisi, giat dalam berkreasi, memiliki toleransi kepada yang lain, memiliki
kompetensi dalam mengungkapkan sesuatu melalui bahasa lisan dan tulisan, serta memiliki
beberapa keterampilan. Kemudian, Jika istilah tarbiyah diambil dari fi’il madhinya (rabbayani)
maka ia memiliki arti memproduksi, mengasuh, menanggung, memberi makan,
menumbuhkan, mengembangkan memelihara, membesarkan dan menjinakkan.

Berdasarkan beberapa pendapat terkait istilah tarbiyah, dapat disimpulkan bahwa


tarbiyah merupakan proses pendidikan secara bertahap sesuai dengan tingkat perkembangan
manusia dalam rangka menjaga dan mengembangkan fitrah yang ada dalam dirinya sampai
menuju kepada kesempurnaan.

2.2 Pengertian Ta’lim

Taklim berasal dari akar kata allama‘ allimu‘yu dan ta'lim Yu’allimu diartikan dengan
mengajarkan. M Thalib mengatakan bahwa ta’lim memiliki arti memberitahukan sesuatu
kepada seseorang yang belum tahu. Dan mu’allim atau pengajar yang berarti orang yang
melakukan pengajaran. Sebagaimana hadits nabi Muhammad SAW yang artinya: “Ajarkanlah
mereka untuk ta’at kepada Allah dan takut berbuat maksiat kepada Allah serta suruhlah anak-
anak kamu untuk menaati perintah- perintah dan menjauhi larangan- larangan. Karena yang
demikian itu akan memelihara mereka dan kamu dari api neraka”.

Juga terdapat dalam (H. R. al-Bukhari) Artinya: “Sebaik-baik kamu adalah orang

yang mempelajari al-Qur’an dan mengajarkannya”. (H.R. al-Bukhari) . Taklim secara umum
hanya terbatas pada pengajaran (proses transfer ilmu pengetahuan) dan pendidikan kognitif
semata-mata (proses dari tidak tahu menjadi tahu).

Beberapa ahli Pendidikan mendefinisikan taklim, sebagai berikut:

1. Abdul Fatah Jalal, mendefinisi-kan taklim sebagai proses pemberi pengetahuan,


pemahaman, pengertian, tanggung jawab, dan penanaman amanah, taklim menyangkut
aspek pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan seseorang dalam hidup serta
pedoman perilaku yang baik. Taklim merupakan proses yang terus menerus diusahakan
semenjak dilahirkan, sebab manusia dilahirkan tidak mengetahui apa-apa, tetapi dia
dibekali dengan berbagai potensi yang mempersiapkannya untuk meraih dan memahami
ilmu pengetahuan serta memanfaatkannya dalam kehidupan. H.R. Thurmudzi dan
Darimi dari Abu Umamah al-Bahily ra. Dari perkataan Sa’ad bin waqash, “memberi
makna anak-anak yang tidak tahu tentang riwayat Rasulullah, diajarkan sehingga
menjadi tahu”.

2. Menurut Rasyid Ridho, taklim adalah proses transmisi berbagai ilmu pengetahuan pada
jiwa individu tanpa adanya batasan ketentuan tertentu. Definisi ini berpijak pada
Firman Allah yang berbunyi: Artinya: “ Dan dia mengajarkan kepada Adam nama-
nama (benda-benda seluruhnya), kemudian mengemukakannya kepada para malaikat.
Kemudian Allah berfirman: “Sebutkanlah kepada-Ku nama-nama itu jka kamu
memang orang-orang yang benar. (Q.S. Al-Baqarah: 31).

Jadi kesimpulannya taklim secara filosofis dalam Al-Qur’an digunakan khusus untuk
menunjukkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang dapat diulang dan dikembangkan,
sehingga menghasilkan pengaruh ke arah ketinggian spiritual pada diri muta’allim. Ilmu
pengetahuan dan teknologi dapat digali melalui budaya baca dan budaya tulis bukan sekedar
budaya lisan dan menghapal dan dapat dikembangkan dengan semangat kritis.
2.3 Pengertian Ta’dib

Istilah Ta’dib berasal dari akar kata addaba, yuaddibu, ta’dibun yang memiliki

disebut juga muaddib, yang merupakan sebutan orang yang mendidik dan mengajar anak
yang sedang dalam proses tumbuh dan berkembang.

Menurut Muhammad Naquib Al-Attas penempatan istilah Al-Ta’dib lebih cocok


digunakan dalam kursus pendidikan islam. Menurut beliau kata ta’dib adalah pengenalan dan
pengakuan yang secara kontinu ditanamkan kepada manusia tentang tempat yang tepat dari
segala sesuatu tatanan penciptaan, sehingga lebih membimbing kearah pengenalan dan
pengakuan kekuasaan dan keagungan Tuhan.

Muncul term Ta’dib dalam Mu’jam Al-Wasith dalam kalimat addaba Al-Qauma
artinya mengajak kaum tersebut kepada sebuah jamuan makan. Kata ta’dib juga digunakan
sinonim dengan praktek tarbiyah. Adab adalah kumpulan aturan atau kode etik yang harus
dipedomani dalam suatu profesi atau disiplin ilmu dan dipegang teguh. Seperti adab seorang
hakim, adab seorang penulis.

Makna ini hampir sama dengan definisi yang diberikan Al-Jurjani, yakni ta’dib adalah
proses memperoleh ilmu pengetahuan (ma’rifah) yang dipelajari untuk mencegah pelajar dari
bentuk kesalahan. Kata ta’dib sebenarnya masdar dari kata addaba yang sebenarnya secara
konsisten bermakna mendidik.

Dengan demikian, ta’dib adalah pendidikan yang bertujuan menghasilkan individu


beradab, yang mampu melihat segala persoalan dengan terpotong woldview Islam.

2.4 Pengertian Tahdzib


Tahdzib adalah pembinaan akhlak yang dilakukan seorang muhadzib (guru) terhadap
mutahadzib (murid) untuk membersihkan, memperbaiki perilaku dan hati nurani dengan
sesegera mungkin karna adanya suatu penyimpangan atau kekhawatiran akan adanya
penyimpangan, sehingga tahdzib itu dapat mewujudkan insan yang berakhlak dan untuk
menciptakan manusia yang berkarakter sesuai ajaran Islam. Dari sejumlah pengertian tersebut,
tampak bahwa secara keseluruhan kata al-tahdzib berhubungan dengan perbaikan mental,
spiritual, akhlak yaitu memperbaiki mental sesorang yang tidak sejalan dengan ajaran atau
norma kehidupan menjadi sejalan dengan ajaran norma.
Beragam aktivitas tersebut termasuk bidang kegiatan pendidikan. Di dalam Al- Qur’an
maupun hadis, kata al-tahdzib secara eksplisit tidak ditemukan. Namun, dari aspek semangat,
inti, dan substansinya, berbagai aktivitas yang terkandung di dalam.
Makna al-tahdzib sesungguhnya sejalan dengan semangat ajaran Al-Qur’an dan As-
Sunnah yang sangat menekankan perbaikan mental, moral, akhlak dan spiritual. Fazlur
Rachman, misalnya mengatakan bahwa inti ajaran Al-Qur’an adalah akhlak mulia yang
bertumpu pada hubungan yang harmonis dan seimbang antara manusia dan tuhan, dan antara
manusia dengan manusia. Begitu pula dengan ajaran yang dibawa oleh Rasulullah Saw. pada
intinya juga untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.
Kata tahdzib tidak muncul di Al-Qur'an alkarim ia diserap dari kalimat hazaba as syar'i
artinya memurnikan nya dan menjernihkan atau membenahi nya. Kata tahdzib mengandung
makna salah satu makna dari kata tarbiyah khususnya aspek akhlak. Jika tarbiyah bermakna
menanam kan nilai akhlak dalam diri peserta didik maka sebelum itu harus dicabut dan
dibersihkan segala kotoran dan penyimpangan yang ada pada kepribadian nya.
BAB III

PENUTUPAN

3.1 Kesimpulan
Penggunaan istilah dalam pendidikan berdasarkan Al-Qur’an dan As-Sunnah yang tepat
akan menjadi sangat penting, karena akan memengaruhi konsep pendidikan khususnya
pendidikan dalam pengertian Islam. Pengertian pendidikan akan mendasari tujuan, metode
sampai pada kurikulum pendidikan itu sendiri
Tarbiyah, ta’lim, ta’dib dan tahdzib memiliki erat langsung dengan pendidikan itu
sendiri. Proses pengembangan diri dan pengajaran adalah bagian penting dalam pendidikan
untuk mencapai tujuan manusia sebagai hamba ALLAH.
Ke-empat istilah (term) pendidikan tersebut jika ditinjau dari segi penekanannya
terdapat titik perbedaan antara satu dengn yang lainnya, namun apabila dilihat dari unsur
kandungannya, terdapat keterkaitan yang saling mengikat satu sama lain, yakni dalam hal
memelihara dan mendidik anak. Dengan demikian, pendidikan beserta seluruh totalitasnya
dalam konteks Islam inheren dalam konotasi tarbiyah, ta’lim, ta’dib dan tahdzib yang harus
diketahui secara bersama-sama. Ke-empat istilah itu mengandung makna yang amat dalam yang
menyangkut manusia, masyarakat, dan lingkungan yang berhubungan dengan Tuhan saling
berkaitan satu sama lain.

3.2 Saran
Dalam suatu pendidikan islam peserta didik harus mampu mengembangkan
kemampuannya dalam ranah kognitif, efektif, dan psikomotorik dan harus adanya
keseimbangan antara ke-empat ranah tersebut, agar terwujudnya sosok pribadi yang bertaqwa
dan berakal shaleh agar menjadi insan kamil.
Daftar pustaka

Arifin, M. Ilmu Pendidikan Islam, 1991, Jakarta, Bumi Aksara.

Al-Syaibani, Muhammad al-Toumi, Falsafah Pendidikan Islam(terjemah) Hasan Langgulung, 1979, Jakarta, Bulan
Bintang.

Achmadi Abu, Islam Sebagai Paradigma Ilmu Pendidikan, 1950, Yogyakarta, Aditya Media.

Mahmud,Ali Abdul , Halim Pendidikan Ruhani, 2000, Jakarta, Gema Insani.

Nata, Abuddin , Filsafat Pendidikan Islam, 2001, Ciputat, PT.Logos Wacana Ilmu, ,Cetakan ke-4.

Samsul Nizar, Ramayulis, Filsafat Pendidikan Islam, 2011, jakarta, Kalam Mulia, Cetakan ke- 3.

Ulwan, Abdullah Nashih, Prof. 2002. Tarbiyatul Aulad fil Islam. Terj. Drs. Jamaludin Miri, Lc. Jakarta: Pustaka
Amani.

Anda mungkin juga menyukai