Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

ILMU PENDIDIKAN ISLAM

“PENGERTIAN,DAN MACAM-MACAM PENDIDIKAN ISLAM”

Dosen Pengampu : Aan Arizandy M.A

Disusun Oleh: Kelompok

Ilham Ridho Saputra 2211040190

Hanum Fernanda 2211040046

Nursyafina 2211040209

Kelas : 1b

PRODI PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG


TAHUN 2022/2023
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Puji syukur kehadirat Allah SWT kami


panjatkan, karena atas hidayah, karunia serta limpahan rahmat-Nya sehingga makalah ini
dapat tersusun sebagai mana mestinya. Makalah yang berjudul “pengertian dan macam-
macam pendidikan islam ” ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah ilmu pendidikan
islam dengan dibimbing oleh dosen pengampu yaitu Bapak Aan Arizandy,M.A Penulis
Berharap Semoga Dengan Tersusunnya Makalah Ini Dapat Berguna Bagi Pembaca Dan
Semoga Segala Yang Tertuang Dalam Makalah Ini Dapat Bermanfaat Bagi Penulis
Maupun Bagi Para Pembaca Dalam Rangka Membangun Khasanah Keilmuan. Makalah ini
tersusun dengan segala keterbatasan ilmu pengetahuan, oleh karenanya kritik, saran serta
masukan yang sifatnya membangun sangat diharapkan sebagai bahan perbaikan makalah
ini, 

Bandar Lampung, 2022

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................................2
DAFTAR ISI.....................................................................................................................................3
BAB I................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.............................................................................................................................4
1.1 LATAR BELAKANG...........................................................................................................4
1.2. RUMUSAN MASALAH.....................................................................................................4
BAB II...............................................................................................................................................5
PEMBAHASAN...............................................................................................................................5
2.1. PENGERTIAN PENDIDIKAN ISLAM................................................................................5
A. Pengertian Pendidikan Islam dari Segi Bahasa......................................................................5
B.     Pengertian Pendidikan Islam dari Segi Istilah.....................................................................11
2.2 MACAM-MACAM PENDIDIKAN ISLAM...................................................................................12
BAB III...........................................................................................................................................14
PENUTUP.......................................................................................................................................14
3.1 KESIMPULAN.....................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................................15

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Lingkungan yang nyaman dan mendukung terselenggaranya suatu pendidikan amat


dibutuhkan dan turut berpengaruh terhadap pencapaian tujuan pendidikan yang diinginkan.
Demikian pula dalam sistem pendidikan Islam, lingkungan harus diciptakan sedemikian
rupa sesuai dengan karakteristik pendidikan Islam itu sendiri.

Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukkan pribadi manusia. Pendidikan


sangat berperan dalam membentuk baik atau buruknya pribadi manusia menurut ukuran
normatif. Disisi lain proses perkembangan dan pendidikan manusia tidak hanya terjadi dan
dipengaruhi oleh proses pendidikan yang ada dalam sistem pendidikan formal (sekolah)
saja. Manusia selama hidupnya selalu akan mendapat pengaruh dari keluarga, sekolah, dan
masyarakat luas. Ketiga lingkungan itu sering disebut sebagai tripusat pendidikan. Dengan
kata lain proses perkembangan pendidikan manusia untuk mancapai hasil yang maksimal
tidak hanya tergantung tentang bagaimana sistem pendidikan formal dijalankan. Namun
juga tergantung pada lingkungan pendidikan yang berada di luar lingkungan formal.

Dalam literatur pendidikan, lingkungan biasanya disamakan dengan institusi atau lembaga
pendidikan. Meskipun kajian ini tidak dijelaskan dalam al-Qur’an secara eksplisit, akan
tetapi terdapat beberapa isyarat yang menunjukkan adanya lingkungan pendidikan tersebut.
Oleh karenanya, dalam kajian pendidikan Islam pun, lingkungan pendidikan mendapat
perhatian.

1.2. RUMUSAN MASALAH


Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah ;

1. Pengertian pendidikan islam


2. Apa saja macam-macam pendidikan islam

4
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. PENGERTIAN PENDIDIKAN ISLAM

A. Pengertian Pendidikan Islam dari Segi Bahasa


1. Al-Tarbiyah

Kata tarbiyah berasal berasal dari kata rabba, yarubbu, rabban 1 yang berarti mengasuh,
memimpin, mengasuh (anak). Penjelasan atas kata Al-Tarbiyah ini lebih lanjut dapat
dikemukakan sebagai berikut. rabba, yarubbu tarbiyatan yang mengandung arti
memperbaiki (ashlaha), menguasai urusan, memelihara dan merawat, memperindah,
memberi makna, mengasuh, memiliki, mengatur, dan menjaga kelestarian maupun
eksistensinya. Dengan menggunakan kata yang ketiga ini, meka terbiyah berarti usaha
memelihara, mengasuh, merawat, memperbaiki dan mengatur kehidupan peserta didik,
agar dapat survive lebih baik dalam kehidupannya.

Dengan demikian, pada kata Al-Tarbiyah tersebut mengandung cakupan tujuan


pendidikan, yaitu menumbuhkan dan mengembangkan potensi; dan proses pendidikan,
yaitu memelihara, mengasuh, merawat, memperbaiki dan mengaturnya.    Karena demikian
luasnya pengertian Al-Tarbiyah ini, maka ada sebagian pakar pendidikan, seperti Naquib
al-Attas yang tidak sependapat dengan pakar pendidikan lainnya yang menggunakan kata
Al-Tarbiyah dengan arti pendidikan. 

Menurutnya kata Al-Tarbiyah terlalu luas arti dan jangkauannya. Kata tersebut tidak
hanya menjangkau manusia melainkan juga menjaga alam jagat raya sebagaimana tersebut.
Benda-benda alam selain manusia, menurutnya tidak dapat dididik, karena benda-benda
alam selain manusia itu tidak memliki persyaratan potensional seperti akal, pancaindera,
hati nurani, insting, dan fitrah yang meungkinkan untuk dididik. Yang memiliki potensi-
potendi akal, pancaindera, hati nurani insting dan fitrah itu hanya manusia. Untuk itu

1
Mahmud Yunus, Kamus Arab Indonesia, Jakarta : PT Mahmud Yunus Wa Dzuriyyah, 2007, hal
136.

5
Naquib al-Attas lebih memiliki kata al-ta'dib (sebagaimana nanti akan dijelaskan) untuk
arti penidikan., dan bukan kata Al-Tarbiyah.2

2. Al-Ta’lim

Mahmud Yunus dengan singkat mengartikan al-Ta'lim adalah hal yang berkaitan
dengan mengajar dan melatih Sementara itu Muhammad Rasyid Ridha mengartiakn al-
Ta'lim sebagai proses transmisi berbagai ilmu pengetahuan pada jiwa individu tanpa
adanya batasan dan ketentuan tertentu.3Sedangkan H.M Quraisy Shihab, ketika
mengartikan kata yu’allimu sebagaimana terdapat pada surah al-Jumu'ah (62) ayat 2,
dengan arti mengajar yang intinya tidak lain kecuali mengisi benak anak didik dengan
pengetahuan yang berkaitan dengan alam metafisika serta fisika.

Kata al-Ta'lim dalam al-Quran menunjukan sebuah proses pengajaran, yaitu


menyampaikan sesuatu berupa ilmu pengetahuan, hikmah, kandungan kitab suci, wahyu,
sesuatu yang belum diketahui manusia, keterampilan membuat alat pelindung, ilmu laduni
(yang langsung dari tuhan), nama-nama atau simbol-simbol dan rumus-rumus yang
berkaitan dengan alam jagat raya, dan bahkan ilmu yang terlarang seperti sihir. Ilmu-ilmu
baik yang disampaikan melalui proses at-Talim tersebut diklakukan oleh Allah Ta'ala,
malaikat, dan para Nabi. Sedangkan ilmu pengethuan yang berbahya diajarkan oleh setan.
Kataal-Ta’lim dalam arti pendidikan sesungguhnya merupakan kata yang paling lebih
dahulu digunakan dari pada kata al-Tarbiyah. Kegiatan pendidikan dan pengjaran yang
pertama kali dilakukan oleh Nabi Muhammad n dirumah al-Arqom (daar al Arqom) di
Mekah, dapat disebut sebagai majlis al-Ta'lim. Demikain pula kegiatan pendidikan Islam
di Indonesia yang dilaksanakan oleh para dai dirumah, mushala, masjid, surau, langgar,
atau tempat tertentu. pada mulanya merupakan kegiatan al-Ta’lim.

Dengan memberikan data dan informasi tersebut, maka dengan jelas, kata Al-Ta’lim
termasuk kata yang paling tua dan banyak digunakan dalam kegiatan nonformal dengan
tekanan utama pada pemberian wawasan, pengetahuan atau informasi yang bersifat
kognitif. Atas dasar ini, maka arti Al-Ta’lim lebih pas diartikanpengajaran daripada
diartikan pendidikan. Namun, karena pengajaran merupakan bagian dari kegiatan
pendidikan, maka pengajaran juga termasuk pendidikan.

2
Abudddin Nata, Ilmu Pendidikan Islam,Jakarta: Kencana Prenada Media,2012, hal 11
3
Abdul Mujib dan  Jusuf Mudzakkir,Ilmu Pendidikan Islam, hal 19

6
3. At-Ta’dib

Kata At-Ta’dib berasal dari kata addaba, yuaddibu, ta'diban yang berarti pendidikan.
Kata At-Ta’dib berasal dari kata adab yang berarti beradab. Bersopan santun, tata krama,
adab, budi pekerti, akhlak, moral, dan etika.4 Kata At-Ta’dib dalam arti pendidikan,
sebagimana disinggung diatas, ialah kata yang dipilih oleh Naquib al Attas. Dalam
hubungan ini, ia mengartikan At-Ta’dib sebagai pengenalan dan pengakuan yang secara
berangsur-angsur ditanamkan kepada manusia tentang tempat-tempat yang tepat dari
segala sesuatu didalam tatanan penciptaan, sehingga membimbing kearah pengenalan dan
pengakuan kekuatan dan keagungan Tuhan. Melalui kata At-Ta’dib ini, al Ataas ingin
menjadikan pendidikan sebagai sarana transformasi nilai-nilai akhlak mulia yang
bersumber dalam ajaran Agama yang bersumber padadiri manusia, sehingga menjadi dasar
bagi terjadinya proses Islamisasi ilmu pengetahuan. Islamisasi ilmu pengetahuan ini
menurutnya perlu dilakukan dalam rangka membendung pengaruh materialisme,
sekularisme, dan dikotomisme ilmu pengetahuan yang dikembangkan oleh barat.

4. At-Tahdzib

Kata At-Tahdzib secara harfiah berarti pendidikan akhlak, atau menyucikan diri dari
perbuatan akhlak yang buruk, dan berarti pula terdidik atau terpelihara dengan baik, dan
berarti pula yang beradab sopan.5 Dari pengertian tersebut, tampak bahwa
secarakeseluruhan kata At-Tahdzib terkait dengan perbaikan mental spiritual, moral dan
akhlak, yaitu memperbaiki mental seseorang yang tidak sejalan dengan ajaran atau norma
kehidupan menjadi sejalan dengan ajaran atau norma; memeperbaiki perilakunya agar
menjadi baik dan terhormat, serta memperbaiki akhlak dan budi pekertinyaagar menjadi
berakhlak mulia. Berbagai kegiatan tersebut termasuk bidang kegiatan pendidikan. Itulah
sebabnya, kata At-Tahdzib juga berarti pendidikan.

5. Al- Wa'dz atau al-Mau'idzoh

Al- Wa'dz berasal dari kata wa'adza yang berarti mengajar, kata hati, suara hati nurani,
memperingatkan atau mengingatkan, mendesak dan memperingatkan.Inti Al- Wa'dz atau

4
Mahmud Yunus, Kamus Arab Indonesia, hal 37.
5
Mahmud Yunus, Kamus Arab Indonesia, hal 480.

7
al-Mau'idzoh adalah pendidikan dengan cara memberikan penyadaran dan pencerahan
batin, agar timbul kesadaran untuk menjadi orang yang baik.

6. Ar-Riyadhah

Ar-Riyadhah berasal dari kata raudha, yang mengandung arti penjinakan, latihan,
melatih. Dalam pendidikan, kata Ar-Riyadhah diartikan mendidik jiwa anak dan akhlak
mulia.Kata Ar-Riyadhah selanjutnya banyak digunakan dikalangan para ahli tasawuf dan
diartikan agak berbeda dengan arti yang digunakan para ahli pendidikan dikalangan para
ahli tasawuf Ar-Riyadhah diartikan latihan spiritual rohaniah dengan cara khalwat dan
uzlah (menyepi dan menyendiri) disertai perasaan batin yang takwa.

7. Al-Tazkiyah

Al-Tazkiyah berasal dari kata zakka, yuzakki, tazkiyyatan yang berarti pemurnian atau
pensucian.6 Kata Al-Tazkiyah atau yuzakki telah digunakan oleh para ahli dalam
hubunganya dengan mensucikan atau pembersihan jiwa seseorang dari sifat-sifat yang
buruk (al-Takhali), dan mengisinya dengan akhlak yang baik (al-Tahali), sehingga
melahirkan manusia yang memiliki keahlian dan akhlak yang terpuji. Dalam hubungan ini,
Ibnu Sina dan al Ghazali menggunakan istilah Al-TazkiyahAlannafs (menyucikan diri)
dalam arti membersihkan rohani dari sifat-sifat yang tercela.Dari penjelasan tersebut
terlihat bahwa kata Al-Tazkiyah ternyata juga digunakan untuk arti pendidikan yang
bersifat pembinaan mental spiritual dan akhlak mulia.

8. Al-Talqin   

Kata al-Talqin berasal dari laqqana yulaqqinu talqinan yang dapat berarti pengajaran
atau mengajarkan perkataan.  Abuddin Nata menyebutkanbahwa kata tersebut dijumpai
dalam hadits sebagai berikut: "ajarilah (orang yang hampir neminggal dunia) kalimat laa
ila haillallah (tiada tuhan selain Allah )."Perintah mengajarkan kalimat tauhid ( lailaha
illallah ) sebagaimana tersebut selalu dipraktikkan umat Islam pada setiap kali
menyaksikan keluarga, teman, tetangga atau lainya yang sesama muslim, pada saat mereka
menjelang datangnya ajal atau sakaratul maut.Dari penjelasan tersebut terlihat, bahwa kata
al-Talqin digunakan pula untuk arti pendidikan dan pengajaran.

9. Al-Tadris   
6
Ibidhal 149.

8
Kata al-Tadris berasal dari kata darrasa yudarrisu tadrisan, yang dapat berarti
pengajaran atau mengajarkan.Selain itu, kata al-Tadris berarti Baqa' atsaruha wa baqa' al
Atsar yaqtadli inmihauhu fi nafsihi, yang artinya: sesuatu yang pengaruhnya membekas,
menghendaki adanya perubahan pada diri seseorang. Intinya, kata al-Tadris berarti
pengajaran, yaknimenyampaikan ilmu pengetahuan kepada peserta didik yang selanjutnya
memberi pengaruh dan menimbulkan perubahan pada dirinya. Kata al-Tadris, termasuk
yang sudah banyak digunakan para ahli pendidikan, bahkan pada perguruan tinggi Islam.
kata al-Tadris digunakan untuk nomenklatur jurusan atau program studi yang mempelajari
ilmu-ilmu umum, seperti matematika, biologi, ilmu pengetahuan sosial, ilmu budaya dan
dasar, dan fisika.

10. al-Tafaqquh

Kata al-Tafaqquh berasal dari kata tafaqqoha yatafaqqohu tafaqquhan, yang


berartimengerti dan memahami Kata al-Tafaqquh selanjutnya lebih digunakan untuk
menunjukan pada kegiatan pendidikan dan pengajaran ilmu agama Islam. masyarakat yang
mendalami ilmu agama di pesantren-pesatren di Indonesia misalnya, sering menyebut
sedang melakukan al-Tafaqquhfi al ddin, yakni mendalami ilmu agama, sehingga ahli ilmu
agama yang mumpuni yang selanjutnya disebut ulama, kiai, ajengan, buya, syaikh, dan
sebagianya.

11. al-Tabyin

Kata al-Tabyin berasal dari kata bayyana yubayyinu tabyinan, yang mengandung arti
mengemukakan, mempertunjukan,berarti pula menyatakan atau menerangkan.Di kalangan
para ahli, belum ada yang menggunakan Al-Tabyin sebagai salah satu arti pendidikan.
Namun dengan alasan tersebut Abuddin Nata memberanikan dirinya untuk memasukkan
kata Al-Tabyin sebagai salah satu arti pendidikan. Di dalam dalam al Quran, kosakata at-
Tabyin  dengan derifasinya disebutkan sebanyak 75 kali, diantaranya:

“Demikianlah Alloh menerangkan ayat-ayatnya kepada manusia supaya mereka


bertakwa”(QS. al Baqarah [2] : 187) major-bidi;"

Dari penjelasan ayat tersebut terlihat, bahwapada umumnya, kata al-Tabyin diartikan
menerangkan atau menjelaskan tentang ayat-ayat Allah Ta'ala sebagaimana terdapat di
dalam al Quran dan kitab-kitab lainnya yang diwahyukan Tuhan. Penerangan dan

9
penjelasan tersebut dilakukan oleh para nabi atas perintah Tuhan. Dengan demikian para
nabi bertugas sebagai al Mubayyin, yaitu orang yang menjelaskan atau orang yang
menerangkan.

12. al-Tadzkirah   

Kata al-Tadzkirah berasal dari kata dzakkaraa yudzakkiru tadzkirotan, yang berarti
peringatan, mengingatkan kembali.7Selain itu, juga berarti sesuatu yang perlu
diperingatkan yang sifatnya lebih umum dari pada indikasi (addilalah) atau tanda-tanda ( al
imarah ). Dari beberapa arti kata altadzkirah tersebut ternyata ada arti yang berhubungan
dengan kegiatan pendidikan dan pengajaran, yaitu mengingatkan kembali atau memberikan
peringatan, karenadidalam kegiatan pendidikan dan pengajaran terdapat kegiatan yang
bertujuan mengingatkan peserta didik agar memahami sesuatu atau mengingatkan agar
tidak terjerumus kedalam perbuatan yang keji.

13. al-Irsyad

Kata al-Irsyad dapat mengandung arti menunjukan, bimbingan, melakukan sesuatu,


menunjukan jalan.Dari pengertian al-Irsyad ini, terdapat pengertian yang berhubungan
dengan pengajaran dan pendidikan, yaitu bimbingan, pengarahan, pemberian informasi,
pemberitahuan, nasihat, dan bimbingan spiritual. Dengan demikian kata al-Irsyad layak
dipertimbangkan untuk dimasukkan kedalam arti kata pendidikan dan pengajaran.

B.     Pengertian Pendidikan Islam dari Segi Istilah


Istilah atau terminologi pada dasarnya merupakan kesepakatan yang dibuat para ahli
dalam bidangnya masing-masing terhadap pengertian tentang sesuatu. Dengan demikian
dalam istilah tersebut terdapat visi, misi, tujuan yang diinginkan oleh yang
merumuskannya, sesuai dengan latar belakang pendidikan, keahlian, kecenderungan,
kepentingan, kesenangan dan sebagainya. Berikut pengertian menurut para ahli; Menurut
Ahmad Fuad al Ahwaniy : “Pendidikan adalah pranata yang bersifat sosial yang tumbuh
dari pandangan hidup tiap masyarakat. Pendidikan senantiasa sejalan dengan pandangan
7
Ibid, hal 134.

10
falsafah hidup masyarakat tersebut, atau pendidikan itu pada hakikatnya
mengaktualisasikan falsafah dalam kehidupan nyata.”

Menurut Ali Khalil Abul Ainain : “Pendidikan adalah program yang bersifat
kemasyarakatan, oleh karena itu, setiap falsafah yang dianut oleh suatu masyarakat
berbeda dengan falsafah yang dianut masyarakat lain sesuai dengan karakternya, serta
kekuatan peradaban yang memengaruhinya yang dihubungkan dengan upaya menegakkan
spiritual dan falsafah yang dipilih dan disetujui untuk memperoleh kenyamanan hidupnya.
Makna dari ungkapan tersebut ialah bahwa tujuan pendidikan diambil dari tujuan
masyarakat, dan perumusan operasionalnya ditujukan untuk mencapai tujuan tersebut, dan
disekitar tujuan pendidikan tersebut terdapat atmosfer falsafah hidupnya. Dari keadaan
yang demikian itu, maka falsafah pendidikan yang terdapat dalam suatu masyarakat
lainnya, yang disebabkan perbedaan sudut pandang masyarakat, serta pandangan hidup
yang berhubungan dengan sudut pandang tersebut.             

   Menurut Muhammad Athiyah al Abrasyi : “Pendidikan Islam tidak seluruhnya


bersifat keagamaan, akhlak, dan spiritual, namun tujuan ini merupakan landasan bagi
tercapainya tujuan yang bermanfaat. Dalam asas pendidikan Islam tidak terdapat
pandangan yang bersifat materialistis, namun pendidikan Islam memandang materi, atau
usaha mencari rezeki sebagai masalah temporer dalam kehidupan, dan bukan ditujukan
untuk mendapatkan materi semata-mata, melainkan untuk mendapatkan manfaat yang
seimbang. Di dalam pemikiraan al Farabi, Ibnu Sina, Ikhwanul as Shafa terdapat
pemikiran, bahwa kesempurnaan seseorang tidak akan tercapai, kecuali dengan
mensinergikan antara agama dan ilmu.”

Menurut rumusan Konferensi Pendidikan Islam sedunia yang ke-2, pada tahun 1980 di
Islamabad: “Pendidikan harus ditujukan untuk mencapai keseimbangan pertumbuhan
personalitas manusia secara menyeluruh, dengan cara melatih jiwa, akal, perasaan, dan
fisik manusia. Dengan demikain pendidikan diarahkan untuk mengembangkan manusia
pada seluruh aspeknya ; spiritual, intelektual, daya imajinasi, fisik, keilmuan dan bahasa,
baik secara individual maupun kelompok serta dorongan seluruh aspek tersebut untuk
mencapai kebaikan dan kesempurnaan. tujuan akhir pendidikan diarahkan pada upaya

11
merealisasikan pengabdian manusi kepada Allah ta’ala, baik pada tingkat individual,
maupun masyarakat dan kemanusiaan secara luas.”

2.2 MACAM-MACAM PENDIDIKAN ISLAM


Macam-macam Dasar Pendidikan Islam Menurut Hasan Langgulung, bahwa dasar
pendidikan Islam terdapat enam macam, yaitu historis, sosiologis, ekonomi, politik,
administrasi, psikologi dan filosofis. Pendapat Hasan Langgulung ini, menurut Abdui
Mujib dan Yusuf Mudzakir dinilai agar sekuler, karena selain tidak memasukkan dasar
religious, juga menjadi filsafat sebagai induk dari segala dasar. Menurut Abdul Mujib dan
Jusuf Mudzakir, bahwa dalam Islam, dasar operasional segala sesuatu yaitu agama, sebab
agama menjadi frame bagi setiap aktivitas yang bernuansa keislaman. Dengan  agama,
maka semua aktivitas kependidikan menjadi bermakna, mewarnai dasar lain, dan bernilai
ubudiyah. Oleh karena itu, dasar operasional pendidikan yang enam di atas perlu
ditambahkan dasar yang ketujuh, yaitu agama.

Namun demikian, karena antara ilmu pengetahuan, agama dan filsafat memiliki
landasan ontologis, epistemologis dan aksiologis yang berbeda, maka dalam buku ini
dasar-dasar pendidikan Islam tersebut perlu dibedakan. Secara ontologis dan
epistemologis, ilmu pengetahuan merupakan rasionalisasi dan sistematisasi terhadap
berbagai fenomena atau gejala yang dilihat, diamati, dan dicacat manusia. Jika yang
dilihat, diamati, dan dicatat itu fenomena social, maka ia menjadi rumpun ilmu-ilmu social.
Jika yang dilihat, diamati, dicatat fenomena alam fisik, maka ia menjadi rumpun ilmu-ilmu
alam (natural sciences atau sains). Selanjutnya, filsafat adalah konsep-konsep tentang
hakikat atau inti segala sesuatu yang dihasilkan melalui berpikir secara spekulatif,
sistematis, mendalam, radikal dan universal.

Adapun agama dilihat dari segi sumbernya  berasal dari Tuhan. Namun dilihat adari
yang dipahami dan dipraktikkan oleh manusia, termasuk ilmu agama, yaitu ilmu yang
dihasilkan melalui ijtihad manusia yang berdasarkan pada agama. Selanjutnya secara
aksiologis, baik ilmu pengetahuan, filsafat dan agama tergantung kepada yang
menggunakannya. Jika ketiga hal tersebut digunakan untuk kebaikan, maka akan menjadi
baik, dan jika digunakan untuk keburukan, maka akan menjadi buruk. Berdasarkan pada
analisis tersebut, maka dalam tulisan ini, dasar pendidikan Islam, dibagi menjadi tiga
bagian, yaitu dasar religious, dasar filsafat, dan dasar ilmu pengetahuan. Uraian tentang
ketiga macam dasar ini, dapat dikemukakan sebagai berikut. Dasar Religius Dasar religius

12
sebagaimana dikemukakan Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakir adalah dasar yang diturunkan
dari ajaran agama. Adapun tujuan dari agama yaitu untuk memelihara jiwa manusia (hifdz
an-nafs), memelihara agama (hifdz al-din), memelihara akal pikiran (hifdz al-‘aql),
memelihara keturunan (hifdz an-nasl), memelihara harta benda (hifdz al-maal).

Pendapat ini mengatakan, bahwa inti ajaran agama ialah terbentuknya akhlak mulia
yang bertumpu pada hubungan yang harmonis antara manusia dengan Tuhan, dan antara
manusia dengan manusia. Di dalam al-Qur’an, manusia diperkenalkan dengan sifat-sifat
dan kekuasaan Allah  dengan tujuan agar manusia menyadari bahwa dirinya sangat
berutang budi pada-Nya, dan sekaligus agar manusia meniru sifat-sifat Allah. Selain di
dalam al-Qur’an terdapat kisah para nabi dan tokoh-tokoh umat islam masa lalu,
maksudnya agar diikuti sifatnya yang baik, dan dijauhi sifatnya yang buruk. Demikian pula
di dalam al-Qur’an, terdapat perintah mengerjakan ibadah seperti shalat, puasa, zakat, dan
haji. Semua perintah ibadah ini agar terbentuk akhlak yang mulia. Selanjutnya di dalam al-
Qur’an

BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Dasar pendidikan Islam adalah segala sesuatu yang bersifat konsep, pemikiran dan
gagasan yang mendasari, melandasi dan mengasasi pendidkan Islam. Asas pendididkan
islam adalah prinsip pendidikan islam yaitu kebenaran yang dijadikan pokok dasar dalam
merumuskan dan melaksanakan pendidikan islam. Perbedaaan antara asas dan dasar

13
pendidikan islam dan dasar pendidikan islam adalah kata dasar digunakan sebagai tempat
yang dijadikan Sandaran atau pijakan dalam membangun sesuatu atau sebagai landasan
yang digunakan untuk mengembangkan konsep atau teori. Adapun kata prinsip sama
artimya dengan asas, yaitu kebenaran yang dijadikan pokok dasar dalam berfikir dan
bertindak. Kata prinsip atau asas merupakan landasan operasional atau landasan bertindak
Macam-macam asas  pendidikan islam antara lain: prinsip wajib belajar dan mengajar;
prinsip pendididkan untuk semua (education for all); prinsip pendidikan sepanjang hayat
(long life education); prinsip pendidikan berwawasan global dan terbuka; prinsip
pendidikan integralistik dan seimbang; prinsip pendidikan yang sesuai dengan bakat
manusia prinsip pendidikan yang menyenangkan dan menggembirakan; prinsip pendidikan
yang berbasisi padariset dan rencana; prinsip pendidikan yang berbasis pada riset dan
rencana; prinsip pendidikan yang unggul dan profesional; prinsip pendidikan yang rasional
dan objektif; prinsip pendidikan yang berbasis masyarakat; prinsip pendidikan yang sesuai
dengan perkembangan zaman; prinsip pendidikan sejak usia dini; prinsip pendidikan yang
terbuka. Berdasarkan pada analisisilmu pengetahuan, agama dan filsafat yang memiliki
landasan ontologis, epistemologis dan aksiologis yang berbeda,dasar pendidikan Islam
dibagi menjadi tiga bagian, yaitu dasar religious, dasar filsafat Islam, dan dasar ilmu
pengetahuan. Dasar ilmu pengetahuan memcakup: Ilmu Psikologi, Ilmu sejarah, Ilmu
Sosial dan Budaya, Ilmu Ekonomi, Ilmu Politik, Ilmu Administrasi

DAFTAR PUSTAKA

Mahmud Yunus, Kamus Arab Indonesia, Jakarta : PT Mahmud Yunus Wa Dzuriyyah,


2007, hal 136.

Abdul Mujib dan  Jusuf Mudzakkir,Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana Prenada
Media,2010, hal 11.
Abudddin Nata, Ilmu Pendidikan Islam,Jakarta: Kencana Prenada Media,2012, hal 11

14
Mahmud Yunus, Kamus Arab Indonesia, hal 278.
Abdul Mujib dan  Jusuf Mudzakkir,Ilmu Pendidikan Islam, hal 19
Abudddin Nata, Ilmu Pendidikan Islam, hal 11
Mahmud Yunus, Kamus Arab Indonesia, hal 37.
Abudddin Nata, Ilmu Pendidikan Islam,hal 14
Mahmud Yunus, Kamus Arab Indonesia, hal 480
Ibidhal 502.
Ibidhal 149.
Abudddin Nata, Ilmu Pendidikan Islam,hal 21
Ibid, hal 134.
Ibid, hal.90-99

15

Anda mungkin juga menyukai