Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

DASAR DASAR FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM


Disusun Guna untuk memenuhi tugas Mata Kuliah: Filsafat Pendidikan
Dosen Pengampu: Faizun, M.Pd.I

Disusun oleh: kelompok5

Disusun Oleh :

1. Lilik Kholivatul Qoiriyah (12140011)

2. Hesti Nur Khoiriyah (12140013)

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM WALI SEMBILAN


SEMARANG
TAHUN AKADEMIK 2023/2024
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kehadirat Allah SWT, dimana atas segala rahmat dan izin-Nya, penulis
dapat menyelesaikan makalah tentang Dasar dasar dalam Filsafat Pendidikan Islam . Shalawat
serta salam tak lupa penulis haturkan kepada junjungan kita Nabi semesta alam Muhammad SAW,
keluarga, sahabat dan para pengikutnya hingga akhirzaman.

Alhamdulillah, kami dapat menyelesaikan makalah ini, walaupun kami menyadari bahwa
masih banyak kekurangan dan kesalahan di dalam makalah ini. Untuk itu kami berharap adanya
kritik dan saran yang membangun guna keberhasilan penulisan yang akan datang. Akhir kata, kami
mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu hingga selesainya
makalah ini semoga segala upaya yang telah dicurahkan mendapat berkah dari Allah SWT.
Aamiin.

Purwodadi, 02 Juni 2023

i
DAFTAR ISI

DASAR DASAR FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM....................................................................1


BAB I...............................................................................................................................................1

PENDAHULUAN............................................................................................................................1

BAB II..............................................................................................................................................2

PEMBAHASAN..............................................................................................................................2

A. HAKIKAT DASAR PENDIDIKAN ISLAM..............................................................................2

B. KONSEP DASAR FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM...........................................................5

BAB III..........................................................................................................................................11

KESIMPULAN..............................................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................................12

i
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Pendidikan Islam sebagai salah satu aspek dari ajaran Islam, dasarnya adalah
Al-Qur’an dan Hadis Nabi Muhammad saw. Dari kedua sumber tersebut, para
intelektual muslim kemudian mengembangkannya dan mengklasifikannya kedalam
dua bagian yaitu : Pertama, akidah untuk ajaran yang berkaitan dengan keimanan;
kedua, adalah syariah untuk ajaran yang berkaitan dengan amal nyata. Oleh karena
pendidikan termasuk amal nyata, maka pendidikan tercakup dalam bidang syariah.
Bila diklasifikasikan lebih lanjut, termasuk dalam sub bidang muamalah.

Hal tersebut menggariskan prinsip-prinsip dasar materi pendidikan Islam yang


terdiri atas masalah iman, ibadah, sosial, dan ilmu pengetahuan. Sebagai bantahan
pendapat yang meragukan terhadap adanya aspek pendidikan dalam Al-Qur’an, Abdul
Rahman Saleh Abdullah mengemukakan bahwa kata Tarbiyah yang berasal dari kata
“Rabb”(mendidik dan memelihara) banyak terdapat dalam Al-Qur’an; demikian pula
kata “Ilm” yang demikian banyak dalam Al-Qur’an menunjukkan bahwa dalam Al-
Qur’an tidak mengabaikan konsep-konsep yang menunjukkan kepada pendidikan.

Hadis juga banyak memberikan dasar-dasar bagi pendidikan Islam. Hadis


sebagai pernyataan, pengalaman, takrir dan hal ihwal Nabi Muhammad saw.,
merupakan sumber ajaran Islam yang kedua sesudah Al-Qur’an.

2. Rumusan Masalah

1. Apa hakikat pendididkan Islam?

2. Apa saja saja Konsep Dasar Filsafat Pendidikan islam?

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. HAKIKAT DASAR PENDIDIKAN ISLAM

Pendidikan adalah suatu proses yang dilakukan secara sadar atau disengaja guna
untuk menambah pengetahuan, wawasan serta pengalaman untuk menentukan tujuan
hidup sehingga bisa memiliki pandangan yang luas untuk ke arah masa depan lebih
baik dan dengan pendidikan itu sendiri dapat menciptakan orang-orang berkualitas.1
Pendidikan Islam berarti sistem pendidikan yang memberikan kemampuan
seseorang untuk memimpin kehidupannya sesuai dengan cita-cita dan nilai-nilai Islam
yang telah menjiwai dan mewarnai corak kepribadiannya, dengan kata lain
pendidikan Islam adalah suatu sistem kependidikannya yang mencakup seluruh aspek
kehidupan yang dibutuhkan oleh hamba Allah sebagaimana Islam telah menjadi
pedoman bagi seluruh aspek kehidupan manusia baik duniawi maupun ukhrawi. 2
Istilah pendidikan dalam konteks Islam pada umumnya mengacu kepada termal-
tarbuyah, al-ta’dib, dan al-ta’lim. Dari keriga istilah tersebut term yang populer
digunakan dalam praktek pendidikan Islam adalah term al-tarbiyah. Sedangkan term
al-ta’dib dan al-ta’lim jarang sekali digunakan. Padalah kedua istilah tersebut telah
digunakan sejak awal pertumbuhan pendidikan Islam. 3
Kedatipun demikian, dalam hal-hal tertentu, ketiga terma tersebut memiliki
kesamaan makna. Namun secara esensial, setiap term memiliki perbedaan, baik secara
tekstual maupun kontekstual. Untuk itu, perlu dikemukakan uraian dan analisis
terhadap ketiga term pendidikan Islam tersebut dengan beberapa argumentasi
tersendiri dari beberapa pendapat para ahli pendidikan Islam.

1 https://aghoestmoemet.wordpress.com/2013/10/11/makalah-ilmu-pendidikan-islam/ , diakses pada tanggal 1


Juni 2023
2 https://aghoestmoemet.wordpress.com/2013/10/11/makalah-ilmu-pendidikan-islam/ , diakses pada tanggal 1
Juni 2023
3 Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam Pendekatan Historis, Teoritis, dan Praktis,(Jakarta: CIPUTAT
PERS, 2002). hlm. 25

2
1. Tarbiyah
Penggunaan istilah berakar dari tiga kata ,4 yaitu (1) raba yarbu)‫ (يربؤ ربآ‬artinya
bertambah dan tumbuh. (2) kata rabiya yarba )‫يربئ ربي‬،( artinya tumbuh dan berkembang,
(3) kata, rabba yarubbu )‫رب‬L L L‫ي‬،‫(رب‬yang berarti memperbaiki, menguasai,
memimpin, menjaga,dan memelihara.
Kata rabb. Sebagimana yang terdapat dalam Q.S. Al-Fatihah ayat 2 Yang
mempunyai kandungan makna berkonotasi dengan istilah al-tarbiyah. Sebab kata
rabb (tuhan) dan murabbi (pendidik) berasal dari kata yang sama. Berdasarkan hal ini,
maka Allah adalah pendidik yang maha agung bagi seluruh alam semesta.
Uraian di atas secara filosofi mengisyaratkan bahwa peroses pendidikan Islam
adalah bersumber pada pendidikan yang di berikan Allah sebagai “pendidik” seluruh
ciptaan-Nya, termasuk manusia. Dalam konteks yang luas, pengertian pendidikan Islam
yang terkandung dalam terma al-tarbiyah terdiri dari empat unsur pendekatan, yaitu (1)
memelihara dan menjaga fitrah peserta didik menjelang dewasa (baligh), (2)
mengembangkan seluruh potensi menuju kesempurnaan, (3) mengarahkan seluruh fitrah
menuju kesempurnaan,
(4) melaksanakan pendidikan secara bertahap.5
Penggunaan terma al-tarbiyah untuk menunjuk makna pendidikan islam dapat
difahami dengan menunjuk firman Allah, (lihat dalam Q.S. Al-Isra aya. 24).
2. Ta’lim
Istilah lain yang juga digunakan untuk menunjukkan kegiatan pendidikan Islam
adalah kata taklim.6 Dalam sejarah pendidikan islam, terma al-mu’allim telah digunakan
untuk istilah pendidik. Menurut konsep paedagogik islam. Kata taklim lebih luas
jangkaunnya dan lebih umum daripada kata tarbiyahhal ini dapat dilihat bahwa Rasulullah
SAW diutus untuk menjadi mu’allim (guru). Seperti ayat berikut ini sebagai penekanan
pentingnya taklim bagi seluruh ummat manusia, (lihat Q.S. al Baqrah ayat. 151)
Menurut jalal, peroses taklim lebih umum dengan peroses tarbiyah karena:
Pertama, ketika mengajarkan al-Quran kepada kaum muslimin Rasulullah SAW
tidak terbatas pada membuat mereka sekedar dapat membaca, melainkan membaca dengan
perenungan yang berisikan pemahaman, pengertian tanggung jawab, penanaman amanah
sehingga terjadi membersihkan diri (tazkiyah)dari segala kotoran. Menjadikan dirinya

4 Hery Noer Aly, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta : Logos Wacana Ilmu, 1999, Hlm.,
5 Mukodi, Pendidikan Islam Terpadu, reformasi pendidikan di era gelobal, Yogyakarta : Magnum
Pustaka, 2010, Hlm., 2-3
3
6 Maragustam Siregar, Fisafat Pendidikan Islam, Yogyakarta : 2010, Hlm., 30-32

4
dalam kondisi siap menerima hikma, dan mempelajari segala sesuatu yang belum
diketahuinya serta barguna bagi dirinya.Hikma tidak dapat dipelajari secara parsial atau
secara sederhana, melainkan mencakup keseluruhan ilmu secara negatif. Karena kata al-
hikmah itu barakar dari kata al-ihkam, yang berarti kesungguhan di dalam memperoleh
ilmu, amal, perkataan dan/atau di dalam semua itu. Sedangkan tarbiyah merupakan
peroses persiapan dan pengasuhan pada fase pertama pertumbuhan manusia, atau pada
fase bayi dan kanak-kanak. Untuk itu penggunaan kata tarbiyah pada. (lihat Q.S. Al-Isra
ayat 24).

Kedua, kata taklim tidak berhenti hanya kepada pencapaian pengetahuan


berdasarkan prasangka atau yang lahir dari takdik semata-mata, ataupun pengetahuan yang
lahir dari dongengan khayali dan syahwat atau cerita-cerita dusta, (lihat Q.S. Al-Baqarah
ayat 78)
Ketiga, kata taklim mencakup aspek-aspek pengetahuan dan keterampilan yang di
butuhkan seseorang dalam hisupnya serta pedoman perilaku yang baik. Hal tersebut (lihat
Q.S. Yunus ayat. 5).
3. Ta’dib
Menurut Naqulb Al-Attas, istilah yang paling tepat untuk menunjukkan pendidikan
islam adalah al-ta’dib konsep ini didasarkan pada hadits Nabi Muhammad SAW,

)‫اد بين رﰉ فا حسن آتدي (روه العسكري عن على‬


Artinya: “Tuhan telah mendidikku, maka ia sempurnakan pendidikanku (H.R. al-
Askary dari Ali r.a)
Secara terminologi istilah al-takdib berarti pengenalan dan pengakuan yang secara
berangsur-angsur yang ditemukan dalam diri manusia (peserta didik) tentang pelbagai
tempat yang tepat dari segala sesuatu di dalam tatanan penciptaan. Dengan pendekatan ini.
Pendidikan akan berfungsi sebagai pembimbing ke arah pengenalan dan pengakuan
tempat tuhan yang dalam tatanan wujud keperibadian.7
Dari definisi tiga term Tarbiyah, Taklim dan takdib dapat diambil sebuah analisis,
jika di tinjau dari segi penekanannya terdapat titik perbedaan antara satu dengan yang
lainnya, tetapi juga terdapat keterkaitan antara satu dengan yang lainnya.
Dalam term Tarbiyah, titik fokusnya pada pada bimbingan anak supaya
mengembangan potensi dan tumbuh serta dapat berkembang secara sempurna. Yaitu suatu
pengembangan ilmu dalam diri manusia dan penanaman akhlak yakni pengamalan ilmu
yang benar dalam mendidik dirnya sendiri.
5
7 Mukordi, Pendidikan Islam Terpadu.........Hlm., 4

6
Adapun kata taklim, titik tekannya adalah pada penyampaian ilmu pengetahuan yang
benar, pemahaman, pengertian tanggung jawab, dan penanaman amanh kepada peserta
didik. Oleh karena itu, taklim disini mencakup aspek-aspek pengetahuan keterampilan
yang di butuhkan seseorang dalam hidupnya dan pedoman perilaku yang baik.
Sedangkan kata takdib, titik tekannya adalah pada pasangan ilmu yang benar dalam
diri sesorang agar menghasilkan kemantapan amal dan tingkah laku yang baik. Istilah ini
mencakup unsur-unsur pengetahuan (‘ilm), pengajaran (ta’lim) dan pengasuhan yang
baik (tarbiyah).

B. KONSEP DASAR FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM

Dalam filsafat pendidikan, terdapat 3 pakem yang mendasari ilmu ini.


Diantaranya Ontologi pendidikan, Epistimologi pendidikan, dan Aksiologi
pendidikan. Ketiga hal ini wajib ada dalam filsafat pendidikan, dan setiap calon
tenaga pendidik harus mengetahui maksud dari ketiga hal tersebut.8

1. Ontologi
Kata ontologi berdasarkatan perkataan Yunani, yaitu Ontos: being dan logos.
Logic jadi ontology adalah the theory of being (teori tentang keberadaan sebagai
keberadaan). Atau bisa juga ilmu yang ada. Secara istilah ontology adalah ilmu yang
membahas hakikat yang ada yang merupakan realita baik berbentuk jasmani atau
konkrit maupun rohani atau abstrak. Berasal dari bahasa Yunani: on/ontos= ada dan
logos= ilmu. Jadi ontology adalah ilmu tentang yang ada. Secara ringkas membahas
realitas atau suatu entitas dengan apa adanya.
Istilah ontology pertaman kali diperkenalkan oleh Rudolf Goclenius pada tahun
1936 M, untuk menamai hakikat yang ada bersifat metafisis. Dalam
perkembangannya Christian Wolf (1679-1754) membagi metafisika menjadi dua,
yaitu metafisika umum dan khusus. Metafisika umum adalah istilah lain dari
ontology. Dengan demikian, metafisika atau ontology adalah cabang filsafat yang
membahas tentang prinsip yang paling dasar atau paling dalam dari segala sesuatu
yang ada. Sedangkan metafisika khusus masih terbagi menjadi Kosmologi, Psikologi

8
https://lms.untad.ac.id/mod/page/view.php?id=11632#:~:text=Secara%20istilah%20ontologi%20adalah%2
0ilmu,konkrit%20maupun%20rohani%20atau%20abstrak, diakses pada tanggal 1 Juni 2023
7
dan Teologi.
Ontology membahas tentang yang ada, yang tidak terikat oleh satu perwujudan
tertentu. Dalam kaitan dengan ilmu, aspek ontologismempertahankan tentang objek
yang ditelaah oleh ilmu. Secara ontologid ilmu membatasi lingkup penelaahan
keilmuannya hanya pada daerah yang berada dalam jangkauan pengalaman manusia
dan terbatas pada hal yang sesuai dengan akal manusia. Ontology membahas tentang
ada yang universal, menampilkan pemikiran semesta universal. Ontology berupaya
mencari inti yang termuat dalam setiap kenyataan. Dalam rumusan Lorens bagus;
ontology adalah hakikat yang ada yang merupakan asumsi dasar bagi apa yang
dimaksud sebagai kenyataan dan kebenaran. Ontology menurut Anton Bakker (1992)
merupakan ilmu pengetahuan yang paling universal dan paling menyeluruh. Ontology
adalah bidang pokok filsafat yang mempersoalkan hakikat kebenaran segala sesuatu
yang ada. Menurut tata hubungan sistematis berdasarkan hokum sebab-akibat. Yaitu,
ada manusia, ada alam, da nada causa prima dalam suatu hubungan menyeluruh,
teratur dan tertib dalam keharmonisan. Jadi, dari aspek ontology, segala sesuatu yang
ada ini berada dalam tatanan hubungan estetis yang diliputi dengan warna nilai
keindahan.
Ontology merupakan salah satu kajian kefilsafatan yang paling kuno dan berasal
dari Yunani. Studi tersebut membahas keberadaan sesuatu yang bersifat konkrit.
Tokoh Yunani yang memiliki pandangan yang bersifat ontologis dikenal seperi
Thales, Plato, dan Aristoteles. Pada masanya, kebnyakan orang belum membedakan
antara penampakan dengan kenyataan. Thales terkenal sebagai filsuf yang pernah
sampai pada kesimpulan bahwa air merupakan substansi terdalam yang merupakan
asal mula segala sesuatu.
Filsafat pendidikan dijabarkan dari filsafat, artinya filsafat pendidikan tidak boleh
bertentangan dengan filsafat. Secara ontologis, filsafat pendidikan berusaha mengkaji
secara mendalam hakikat pendidikan dan semua unsur yang berhungan dengan
pendidikan.
Contoh dari ontologi pendidikan yaitu visi misi lembaga pendidikan atau
sekolah. Didalam lembaga pendidikan atau sekolah visi misi merupakan komponen
yang harus ada. Karena visi misi merupakan perjalanan yang harus di tempuh untuk
mencapai suatu tujuan atau hasil.
Maka dalam ilmu filsafat pendidikan visi misi yang merupakan identitas dari
suatu lembaga pendidikan atau sekolah yang harus dapat membuktikan dan
8
mengeksistensikannya. Jadi visi misi tidak hanya terpampang dan hanya bacaan saja
tetapi juga harus ada pembuktiannya. Ada eksistensi dan menunjukkan bahwa
lembaga pendidikan ini ada dan tujuan di ciptakannya suatu lembaga itu sendiri.

2. Epistimologi
Epistimologi Secara etimologi, epistemologi merupakan kata gabungan yang
diangkat dari dua kata dalam bahasa Yunani, yaitu episteme dan logos. Episteme
berarti pengetahuan atau kebenaran dan logos berarti pikiran, kata atau teori. Dengan
demikian epistimologi dapat diartikan sebagai pengetahuan sistematik mengenahi
pengetahuan. Epistimologi dapat juga diartikan sebagai teori pengetahuan yang benar
(teori of knowledges). Epistimologi adalah cabang filsafat yang membicarakan tentang
asal muasal, sumber, metode, struktur dan validitas atau kebenaran pengetahuan.
Secara historis, istilah epistemologi digunakan pertama kali oleh J.F. Ferrier, untuk
membedakan dua cabang filsafat, epistemologi dan ontologi. Sebagai sub sistem
filsafat, epistemologi ternyata menyimpan “misteri” pemaknaan atau pengertian yang
tidak mudah dipahami. Pengertian epistemologi ini cukup menjadi perhatian para ahli,
tetapi mereka memiliki sudut pandang yang berbeda ketika mengungkapkannya,
sehingga didapatkan pengertian yang berbeda-beda, buka saja pada redaksinya,
melainkan juga pada substansi persoalannya.
Istilah epistimologi dipakai pertama kali oleh J. F. Feriere untuk membedakannya
dengan cabang filsafat lain yaitu ontologi (metafisika umum). Filsafat pengetahuan
(Epistimologi) merupakan salah satu cabang filsafat yang mempersoalkan masalah
hakikat pengetahuan. Epistomogi merupakan bagian dari filsafat yang membicarakan
tentang terjadinya pengetahuan, sumber pengetahuan asal mula pengetahuan, batas –
batas, sifat sifat dan kesahihan pengetahuan. Objeck material epistimologi adalah
pengetahuan . Objek formal epistemologi adalah hakekat pengetahuan. Aspek
estimologi merupakan aspek yang membahas tentang pengetahuan filsafat. Aspek ini
membahas bagaimana cara kita mencari pengetahuan dan seperti apa pengetahuan
tersebut. Dalam aspek epistemologi ini terdapat beberapa logika, yaitu: analogi,
silogisme, premis mayor, dan premis minor.
Istilah epistemologi berasal dari bahasa Inggris yaitu ‘epistemology’ yang
memiliki arti yakni gabungan dari dua kata dari bahasa Yunani yakni ‘episteme’ yang
artinya pengetahuan dan juga dari kata ‘logos’ yang artinya adalah ilmu, sains, teori,
kajian, dan juga pembahasan.Epistemologi merupakan salah satu cabang filsafat yang
9
membahas tentang suatu hakikat, makna, kandungan, sumber dan proses ilmu. Jadi
dapat dikatakan bahwa epistemologi itu berarti “pembahasan tentang ilmu
pengetahuan”. Istilah epistemologi juga dikaitkan dengan konsep ilmu yaitu suatu
pengetahuan yang membawa kepada pemahaman kebenaran.Oleh karena itu
pembahasan epistemologi merupakan salah satu cabang filsafat yang membahas asal-
usul, struktur, metode dan keabsahan ilmu. Epistemologi merupakan salah satu
daripada cabang utama pembahasan filsafat yang membicarakan tentang teori ilmu.
Adapun dari segi sejarah pula,pembahasan filsafat merupakan induk utama ilmu
pengetahuan.

Berdasarkan kepada disiplin filsafat ini, lahirlah cabang-cabang ilmu lain seperti
matematika, ilmu logika atau mantik, ilmu kedokteran dan sebagainya. Dalam aspek
epistemologi, terdapat beberapa aliran yang membahas mengenai ilmu menurut
pendapat dan juga ide dari masing-masing, yang mana di setiap aliran dilihat saling
bertentangan antara yang satu dengan yang lain. Aliran tersebut terdiri dari
rasionalisme, positivisme, empirisme, realisme, dan idealisme. Dengan demikian, tak
heran jika ilmu epistemologi bisa bergabung dan juga bergandengan berjalan
bersamaan dengan ontologi dan aksiologi.
Epistemologi juga dapat diartikan sebagai bagian yang mengkaji dengan
penciptaan pengetahuan yang memiliki fokus pada bagaimana pengetahuan tersebut
diperoleh dan bagaimana caranya mampu menyelidiki suatu hal yang valid. Dalam
ilmu filsafat, epistemologi ini menjadi sebuah studi filosofis tentang hakikat, asal-usul,
dan juga batasan pengetahuan manusia. Sehingga akhirnya, epistemologi ini menjadi
salah satu cabang ilmu filsafat yang di dalamnya berkaitan dengan pengetahuan yang
seringkali disebut dengan teori pengetahuan. Dan dari situ sudah jelas bahwa ahli
epistemologi mempelajari hakikat mengenai pengetahuan, pembenaran epistemik,
keyakinan, dan berbagai masalah yang berkaitan dengan disiplin ilmu filsafat.
contoh epistemologi dalam kehidupan sehari-hari yang kerap ditemui. Misalnya
dalam kehidupan sehari-hari, kita pasti dekat dengan cara mencari makan atau
mendapatkan makanan. Pertanyaannya adalah, bagaimana Anda tahu bahwa benda itu
merupakan makanan dan bisa dimakan? Berdasarkan hal tersebut, maka apa yang Anda
pikirkan dan anggap sebagai makanan merupakan makanan. Anda pasti memiliki
pengetahuan dan sudah bisa menangkap melalui panca indera bahwa hal tersebut
merupakan makanan, sehingga ilmu yang Anda peroleh merupakan ilmu yang tepat
1
untuk mengetahui bahwa itu merupakan makanan.
3. Aksiologi
Aksiologi adalah istilah kata yang berasal dari bahasa Yunani axios “nilai” logos
“ilmu”, yang dalam teoritis nilai adalah studi filosofis tentang kebaikan, atau nilai,
dalam arti terluas dari istilah-istilah ini. Gerakan aksiologis muncul dari metode
fenomenologi.
Aksiologi adalah studi tentang arti nilai, yang sejatinya tujuan mempelajarinya
adalah untuk menjawab pertanyaan yang berkaitan dengan dua aspek utama, yaitu etika
dan estetika. Dalam hal ini misalnya, pertanyaan tentang apa yang pada akhirnya baik,
buruk, benar, dan salah berkaitan dengan berbagai jenis etika, sedangkan pertanyaan
tentang apa yang harus dianggap seni, apa yang indah, dan isu-isu terkait yang
berkaitan dengan estetika.
Aspek aksiologis dari filsafat mengkaji tentang hal-hal yang berkaitan dengan nilai
dan moral dalam kehidupan manusia. Aksiologis memunculkan dua cabang filsafat
yang membahas tentang aspek kualitas hidup manusia, yakni etika dan stetika.

 Etika
Etika sosial atau filsafat moral adalah cabang filsafat yang “melibatkan
sistematisasi, mempertahankan, dan merekomendasikan konsep perilaku benar dan
salah”. Bidang etika, bersama dengan estetika, menyangkut masalah nilai, dan
karenanya terdiri dari cabang filsafat yang disebut aksiologi.Etika berusaha
menyelesaikan pertanyaan tentang moralitas manusia dengan mendefinisikan konsep-
konsep seperti baik dan jahat, benar dan salah, kebajikan dan keburukan, keadilan dan
kejahatan. Sebagai bidang kajian intelektual, filsafat moral berkaitan dengan bidang
psikologi moral, etika deskriptif, dan teori nilai.
bidang studi utama dalam etika yang adalah:

1. Meta-etika, tentang makna teoritis dan acuan proposisi moral, dan bagaimana nilai
kebenarannya (jika ada) dapat ditentukan

2. Etika normatif, tentang cara praktis untuk menentukan suatu tindakan moral

3. Etika terapan, tentang apa yang wajib dilakukan seseorang dalam situasi tertentu
atau wilayah tindakan tertentu

4. Estetika
Nilai estetika adalah cabang filsafat yang berhubungan dengan sifat keindahan
1
dan rasa, serta filsafat seni (wilayah filsafatnya sendiri yang keluar dari estetika). Ini
menguji nilai-nilai subjektif dan sensori-emosional, atau kadang-kadang disebut
penilaian sentimen dan rasa.
Estetika meliputi sumber alami dan buatan yang berasal dari pengalaman dan
penilaian estetika. Mempertimbangkan apa yang terjadi dalam pikiran kita ketika
kita terlibat dengan objek atau lingkungan estetika seperti dalam melihat seni visual,
mendengarkan musik, membaca puisi, mengalami permainan, menjelajahi alam, dan
sebagainya.
Penerapan aksiologi pendidikan misalnya pada etika yaitu ketika guru mengajar
kepada siswa yang sangat keras kepala tetapi tetap mengajarkannya dengan sikap
lemah lembut. Atau dengan contoh lain yaitu dengan adanya mata pelajaran
kewarganegaraan yang mengajarkan tentang bagaimana bersikap yang baik.9

9 https://www.kompasiana.com/ernanurvitasari/5e67803e097f3603457c04b2/keterkaitan-pendidikan-
dengan-ontologi-epistimologi-dan-aksiologi- pendidikan#:~:text=Penerapan%20aksiologi%20pendidikan
%20misalnya%20pada,tentang%20bagaimana% 20bersikap%20yang%20baik, diakses pada tanggal 2 Juni
2023
1
BAB III
KESIMPULAN

Untuk mengungkapkan hakikat pendidikan Islam, kata tarbiyah dipilih untuk


menunjuk pendidikan Islam karena beberapa pertimbangan.
1. Terma tarbiyah dapat diperluas makna semantiknya.
2. Terma tarbiyah lebih umum dapat diterima oleh masyarakat muslim di Indonesia
3. Istilah tarbiyah lebih umum diterima dalam situasi lokal tertentu dari pada terma
taklim dan takdib.
Daasar filsafat Pendidikan islam meliputi, pntologi, Epistimologi, dan Aksiologi .
Contoh penerapan Ontologi,Epistimologi dan Aksiologi adalah sebagai berikut:

 Ontologi
visi misi lembaga pendidikan atau sekolah. Didalam lembaga pendidikan atau
sekolah visi misi merupakan komponen yang harus ada. Karena visi misi merupakan
perjalanan yang harus di tempuh untuk mencapai suatu tujuan atau hasil.

 Epistimologi
contoh epistemologi dalam kehidupan sehari-hari yang kerap ditemui.
Misalnya dalam kehidupan sehari-hari, kita pasti dekat dengan cara mencari makan
atau mendapatkan makanan. Pertanyaannya adalah, bagaimana Anda tahu bahwa
benda itu merupakan makanan dan bisa dimakan? Berdasarkan hal tersebut, maka
apa yang Anda pikirkan dan anggap sebagai makanan merupakan makanan. Anda
pasti memiliki pengetahuan dan sudah bisa menangkap melalui panca indera bahwa
hal tersebut merupakan makanan, sehingga ilmu yang Anda peroleh merupakan ilmu
yang tepat untuk mengetahui bahwa itu merupakan makanan

 Aksiologi
Penerapan aksiologi pendidikan misalnya pada etika yaitu ketika guru
mengajar kepada siswa yang sangat keras kepala tetapi tetap mengajarkannya
dengan sikap lemah lembut. Atau dengan contoh lain yaitu dengan adanya mata
pelajaran kewarganegaraan yang mengajarkan tentang bagaimana bersikap yang
baik.

1
DAFTAR PUSTAKA

Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam (Edisi Baru), Jakarta: GAYA MEDIA
PRATAMA, 2005
Hamdani Ihsan dan Fuad Ihsan, Filsafat Pendidikan Islam, cetakan III (Bandung:
CV.Pustaka Setia, 2007), hlm. 68
Mangun Budiyanto, Ilmu Pendidikan Islam, Yogyakarta: Griya Santri, 2010.
Maragustam, Mencetak Pembelajar Menjadi Insan Paripurna (Falafah Pendidikan
Islam), Yogyakarta: Nuha Litera, 2010.
Muzayyin Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 2003.
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, cet. Ke-5 (Jakarta: Kalam Mulia, 2006), hlm. 133.
Samsul nizar, Filsafat Pendidikan Islam Pendekatan, Historis, Teoritis, dan
Praktis,Jakarta: CIPUTAT PERS, 2002.
https://lms.untad.ac.id/mod/page/view.php?id=11632#:~:text=Secara%20istilah%20ontolo
gi%20adalah%20ilmu,konkrit%20maupun%20rohani%20atau%20abstrak
https://www.kompasiana.com/ernanurvitasari/5e67803e097f3603457c04b2/keterkaitan-
pendidikan-dengan-ontologi-epistimologi-dan-aksiologi- pendidikan#:~:text=Penerapan
%20aksiologi%20pendidikan%20misalnya%20pada,tentang%20 bagaimana%20bersikap
%20yang%20baik

Anda mungkin juga menyukai