Disusun oleh:
Kelompok 3
Fachrezi
Segala puji bagi Allah, yang Maha Mengetahui dan Maha Melihat
hamba-hambanya. Alhamdulillah karena berkat rahmat dan karunia-Nya
kami dapat menyelesaikan tugas makalah ilmu pendidikan islam ini. Adapun
maksud dan tujuan kami disini yaitu menyajikan beberapa hal yang menjadi
materi dari makalah kami. Makalah ini menggunakan bahasa yang mudah
dimengerti untuk para pembacanya.
Penyusun
Kelompok 3
i
DAFTAR ISI
BAB I .............................................................................................................................1
BAB II ...........................................................................................................................3
A. Kesimpulan ............................................................................................ 11
B. Saran ...................................................................................................... 12
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
2
BAB II
PEMBAHASAN
Menurut bahasa dalam artian bahasa arab, kata “pendidikan” berasal dari
kata “tarbiyah”, dengan kata kerja yaitu “rabba”, sedangkan kata “pengajaran”
berasal dari kata “ta’lim” dengan kata kerjanya “’allama”. Ketikan digabung
antara kata pendidikan dan pengajaran artinya “tarbiyah wa ta’lim” sedangkan
“pendidikan Islam” artinya “tarbiyah Islamiyah”.
Kata “tarbiyah” yang kata kerjanya “rabba” artinya mendidik sudah
digunakan pada zaman Nabi Muhammad saw. seperti yang terlihat pada ayat al-
Quran sebagai berikut:
Terjemahannya:
“Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan
dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana
mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil.”
Menurut Abdurrahman an-Nahlawi. kata “al-tarbiyah” lebih tepat
digunakan dalam terminologi pendidikan Islam. Lafal “al-tarbiyah” berasal dari
tiga kata yaitu “Raba-yarbu” yang artinya bertambah dan bertumbuh, “Rabiya-
yarbu” dengan wazan “Khafiyah-yakhfa” atinya menjadi besar, dan “Rabba-
yarabbu” dengan wazan “madda yamuddu” artinya memperbaiki, menguasai
urusan, menuntun, menjaga, serta memelihara. Imam al-Baidhawi dan Al-
Raghib al-Asfahani mengatakan bahwa lafal “al-Rabb” adalah “al-Tarbiyah”.
Kata “Ta’lim” dengan kata kerjanya “’allama” juga sudah digunakan pada
zaman Nabi Muhammad saw. Menurut Abdul Fatah Jalal proses “Ta’lim” lebih
universal dari proses “tarbiyah”. Jalal memulai menjelaskan pendapatnya
dengan menjelaskan tingginya kedudukan ilmu pengetahuan dalam Islam.
3
Jalil mengutip al-Quran surah al-Baqarah ayat 30-34 serta pada ayat 151. Jalil
juga menyatakan bahwa “Ta’lim” mencakup aspek-aspek pengetahuan lainnya,
juga keterampilan yangt dibutuhkan dalam kehidupan pedoman berperilaku.
Sedangkan menurut istilah, pengertian pedidikan belum terdapat pada zaman
nabi. Tapi usaha dan kegiatan yang dicontohkan nabi Muhammad saw. sudah
menunjukkan kearah arti pendidikan saat ini.
Asas berarti prinsip, asas ialah kebenaran yang jadi pokok dasar orang yang
berpikir sekaligus bertindak dan sebagainya. Menurut Dagobert D. Runes
prinsip adalah suatu kebenaran yang bersifat universal serta menjadi sifat dari
sesuatu. Asas pendidikan Islam merupakan suatu kebenaran yang menjadi dasar
atau tumpuan berpikir, baik pada tahap perancangan maupun pelaksanaan
pendidikan.
Adapun asas-asas ilmu pendidikan Islam diantaranya ialah:
Asas Tut Wuri Handayani; asas yang kini semboyang kemendiknas, pada
awalnya merupakan salah satu dari “Asas 1922” yakni beberapa asas dari
perguruan Nasional Taman Siswa (didirikan 3 juli 1922). Sebagai asas pertama,
tut wuri handayani merupakan inti dari sistem among dari perguruan itu. Asas
ataupun semboyan tut wuri handayani yang dikumandangkan oleh Ki Hadjar
Dewantara dan dikembangkan oleh R.M.P. Sostrokartono dengan
menambahkan dua semboyan lagi, yaitu Ing Ngarso Sung Sung Tulodo dan Ing
Madyo Mangun Karso.
Kini ketiga semboyan tersebut telah menyatu menjadi satu kesatuan asas yaitu:
Pertama: Asas Ing Ngarso Sung Tulodo. Semboyan ini, saling mendukung antara
semboyan yang satu dengan yang lainnya, karena ketika kita lihat arti harfiah
dari semboyan ini adalah jika di depan memberi contoh terhadap yang di
belakang.
4
Kedua: Asas Ing Madyo Mangun Karso. Arti harfiah semboyan ini adalah jika
ditengah-tengah memberi dukungan dan semangat. Kalau kita lihat dari arti asas
ini, berarti asas ini selalu memberi semangat terhadap bangsa Indonesia ini.
Ketiga: Asas Tut Wuri Handayani. Semboyan yang ketiga ini merupakan inti
dari semua asas di atas, karena asas ini kalau kita lihat dari arti harfiahnya adalah
jika di belakang memberi dorongan. Menurut Dimas (2011:1) bahwa Asas Tut
Wuri Handayani, dalam pendidikan ini harus meliputi: Pertama: Pendidikan
dilaksanakan tidak menggunakan syarat paksaan. Peserta didik tidak harus
dipaksa dalam hal belajarnya dalam satu sisi, kemudian dalam sisi yang lain bisa
saja membutuhkan. Hanya saja, pendidik harus dan berkewajiban untuk
menyadarkan peserta didiknya, hal itu bertujuan peserta didiknya semangat
dalam thalabul ‘ilmi.
5
perbuatan, serta ketetapannya. Oleh karena itu as-Sunnah dijadikan batasan
pendidikan Islam yang kedua kemudian yang ketiga ialah ijtihad. Ijtihad adalah
kesepakatan ulama-ulama (ilmuan syari’at Islam) dalam menetukan hukum
syariat Islam yang ternyata belum ditegaskan hukumnya oleh al-Quran dan as-
Sunnah.
Metodologi studi Islam adalah prosedur yang ditempuh secara ilmiah, cepat
dan tepat dalam mempelajari Islam secara luas dalam berbagai aspeknya, baik
dari segi sumber ajaran, pemahaman terhadap sumber ajaran maupun
sejarahnya. Dalam metodologi Studi Islam terdapat prosedur ilmiah, sebagai ciri
pokoknya, yang membedakan dengan studi Islam lainnya yang tanpa
metodologi.
6
sama sekali, yang berarti menggantikan dengan yang baru, ataukah tidak
mengganti sama sekali dan membiarkannya tidak ada. Untuk “penelitian
keagamaan” yang sasarannya adalah agama sebagai gejala sosial, tidak perlu
membuat metodologi penelitian sosial yang telah ada. Memang kemungkinan
lahirnya suatu ilmu tidak pernah tertutup, tetapi tujuan peniadaannya adalah agar
suatu ilmu jangan dibuat secara artifisual karena semangat yang berlebihan. Bila
seseorang melakukan sebuah penelitian maka perlu untuk melihat dan
memahami metodologi mana yang akan digunakan dalam melakukan penelitian
tersebut, maka kejelian dan kehati-hatian seseorang peneliti sangat di butuhkan.
7
3. Pendekatan Normatif (keagamaan)
8
b.) Pendekatan Ilmu Sosial
9
mencoba mengelompokkan struktur dasar dari fenomena-fenomena agama
dengan melintasi batas-batas komunitas agama dan bahasa.
10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
11
B. Saran
12
DAFTAR PUSTAKA
13