Disusun Oleh:
semoga dengan tersusunnya Makalah ini dapat berguna bagi kami semua
dalam memenuhi tugas dari mata kuliah Ilmu Pendidikan Islam dan semoga
segala yang tertuang dalam Makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis maupun
bagi para pembaca dalam rangka membangun khasanah keilmuan. Makalah ini
disajikan khusus dengan tujuan untuk memberi wawasan dan pengetahuan kepada
pembaca.
Penulis
i
DAFTAR ISI
A. Kesimpulan ................................................................................. 14
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Islam mengajarkan manusia agar selalu menuntut ilmu. Banyak ayat dalam
Al-Quran yang menjelaskan agar manusia terus menuntut ilmu sejak ia dini, sampai
menghembuskan nafas terakhir dalam keadaan berilmu. Bahkan disebutkan “tuntutlah
ilmu sampai ke negeri Cina”. Pernyataan tersebut berartian bahwa kita harus
menuntut ilmu sampai sejauh apapun ilmu tersebut berada.
Ada banyak hadits yang menunjukkan keutamaan orang berilmu, salah
satunya disebutkan bahwa orang berpengetahuan melebihi orang yang senang
beribadah, yang berpuasa, dan yang menghabiskan waktu malamnya untuk
mengerjakan shalat, bahkan melebihi orang yang berperang di jalan Allah.
Sedangkan orang berpengetahuan yang mau mengajarkan dan mengamalkan ilmu
yang dimilikinya kepada orang lain itu lebih utama, karena tugas yang diembannya
hampir sama seperti tugas yang diemban seorang rasul. Seseorang tersebut dapat
disebut sebagai pendidik.
Dalam pandangan islam, seorang pendidik juga disebut sebagai murabi,
mu’allim, mu’addib, ataupun mursyid, dan terkadang diberi gelar sebagai seorang
ustadz, syekh, dan kiyai. Dalam konteksnya, seorang pendidik memiliki syarat sebagai
pendidik dan tugas-tugasnya yang telah diatur yang kemudian akan kita bahas dalam
makalah ini.
A. RUMUSAN MASALAH
1
B. TUJUAN PENULISAN
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
adalah menciptakan insan kamil ataupun membimbing peserta didik agar mampu
mengembangkan potensinya baik potensi afektif, kognitif, dan psikomotorik dan juga
mampu menyempurnakan akhlak yang baik, agar bahagia didunia dan akhirat.
Jika kita lihat dari hakikat pendidik diatas, jelas bahwa kehadiran seorang
pendidik itu sangat diharapkan untuk perkembangan peserta didik agar mencapai
tingkat kedewasaan yang diharapkan mampu untuk menjadi makhluk sosial mampu
untuk memenuhi berdiri sendiri memenuhi tingkat kedewasaan sehingga menjadi
hamba yang selalu bertaqwa kepada Allah SWT, dan memiliki akhlaktul karimah.
Pendidik dalam islam adalah siapa saja yang bertanggung jawab terhadap
perkembangan anak didik. Dalam islam, orang yang paling bertanggung jawab
tersebut adalah orang tua (ayah dan ibu) anak didik. Tanggung jawab itu disebabkan
sekurang-kurangnya oleh dua hal: pertama, karena kodrat, yaitu karena orang tua
ditakdirkan menjadi orang tua anaknya, dan kerena itu ia di takdirkan pula
bertanggung jawab mendidik anaknya; kedua, karena kepentingan kedua orang tua,
yaitu orang tua berkepentingan terhadap kemajuan perkembangan anaknya, sukses
anaknya adalah sukses orang tuanya juga. Pada awalnya tugas itu adalah murni tugas
kedua orang tua ; jadi tidak perlu orang tua mengirimkan anaknya ke sekolah. Akan
tetapi, karena perkembangan pengetahuan, keterampilan, sikap, serta kebutuhan hidup
sudah sedemikian luas, dalam, dan rumit. Maka orang tua tidak mampu lagi
4
melaksanakan sendiri tugas-tugas mendidik anaknya. Coba bayangkan, seandainya
orang tua mendidik anaknya sejak tingkat dasar sampai perguruan tinggi dirumah,
oleh dirinya sendiri, sekalipun katakanlah orang tua mampu menyelenggarakan itu,
apa yang terjadi ? tidak efisien, dan mungkin juga tidak akan efektif. Pada zaman
yang telah maju ini semakin banyak tugas orang tua sebagai pendidik yang diserahkan
kepada sekolah. Itu lebih efisien, dan juga lebih efektif.
Jika kita lihat dari konteks pendidik diatas yang menyatakan bahwa memang
orang tua sangat berperan penting dalam perkembangan anak, bisa juga dibilang
orang tua adalah yang paling berperan. Terdapat dua alasan mengapa orang tua sangat
berperan penting dalam pendidikan anak, yang pertama karena kodrat, dan kedua
adalah kepentingan orang tua terhadap anak. Walaupun demikian tidak bisa
sepenuhnya pendidikan anak itu dibebankan kepada orang tua, karena jika hal
pendidikan anak itu hanya dibebankan kepada orang tua maka tidak efisien dan tidak
efektif. Pada zaman sekarang ini banyak tugas mendidik dari orang tua itu diserahkan
kepada sekolah. Maka itu akan lebih efisien dan efektif.
1. Allah
Dari berbagai ayat al-Qur’an yang membicarakan tentang kedudukan Allah
sebagai pendidik dapat dipahami dalam firman-firman yang diturunkannya kepada
Nabi Muhammad SAW. Allah memiliki pengetahuan yang amat luas. Ia adalah
Maha pencipta. Firman Allah SWT. yang artinya:
“Dan (Allah) ‘allama (mengajarkan) segala macam nama kepada Adam.” (QS.
al-Baqarah).
Berdasarkan ayat di atas dapat dipahami bahwa Allah SWT. sebagai pendidik
bagi manusia. Menurut Al-Razi, yang membuat perbandingan antara Allah
sebagai pendidik dengan manusia sebagai pendidik sangatlah berbeda. Allah
sebagai pendidik mengetahui segala kebutuhan orang yang dididiknya. Sebab Dia
adalah Zat Pencipta. Perhatian Allah tidak terbatas hanya terhadap sekelompok
manusia saja, tetapi memperhatikan dan mendidik seluruh alam.
5
Allah sebagai pendidik adalah suatu hal yang tidak bisa dipungkiri lagi,
mengapa? Karena menurut pemakalah dan mungkin menurut kita semua sebagai
umat muslim setuju jika menyatakan Allah adalah pendidik yang mengetahui
segala kebutuhan yang dibutuhkan oleh hambanya selaku peserta didik, dan Allah
sebagai pendidik tidak hanya kepada manusia saja, namun kepada seluruh alam
ini.
3. Orang tua
Pendidik dalam lingkungan keluarga adalah orang tua. Hal ini disebabkan
karena secara alami anak-anak pada masa awal kehidupannya berada di tengah-
6
tengah ayah dan ibunya. Dari merekalah anak mulai mengenal pendidikannya,
dasar pandangan hidup, sikap hidup, dan keterampilan hidup banyak tertanam
sejak anak berada di tengah orang tuanya. Al-Qur’an menyebutkan sifat-sifat
yang dimiliki orang tua sebagai guru, yaitu memiliki kesadaran tentang kebenaran
yang diperoleh melalui ilmu dan rasio, dapat bersyukur kepada Allah, suka
menasehati anaknya agar tidak menyekutukan Tuhan, memerintahkan anaknya
agar menjalankan perintah shalat, sabar dalam menghadapi penderitaan (QS.
Luqman: 104).
Itulah sebabnya orang tua disebut “pendidik kodrati” yaitu pendidik yang telah
diciptakan oleh Allah qodratnya menjadi pendidik. Pendidik pertama dan utama
orang tua sendiri. mereka berdua yang bertanggung jawab penuh atas kemajuan
perkembangan anak kandungnya, karena sukses tidaknya anak sangat tergantung
pengasuhan, perhatian, dan pendidikannya. Kesuksesan anak merupakan
cerminan atas kesuksesan orang tua juga. Firman Allah SWT.:
4. Guru
7
bantuan dari lembaga pendidikan, dan dalam lembaga pendidikan pendidik itu
biasa disebut guru ataupun dosen. Selaku pemegang amanat dari orang tua dalam
hal pendidikan sang anak, maka guru atau dosen harus bertanggung jawab atas
amanat yang dipegangnya.
C. Peran Pendidik dalam pembinaan Akhlak
Jujun Suryasumantri berkata, “ kalau kita kaji lebih dalam maka sesungguhnya
pendidikan keilmuan juga merupakan sumber pendidikan etika”. Pendidikan di
Negara kita belum memanfaatkan pendidikan keilmuan sebagai salah satu wahana
pendidikan moral. Seperti sudah di singgung kedepan bahwa pendidikan akhlak atau
moral hanya bisa dilakukan sungguh-sungguh bila dilakukan secara formal melalui
pembelajaran budi pekerti atau pendidikan agama. Sikap-sikap ilmiah yang mengarah
pada terbentuknya pribadi yang berakhlak mulia antara lain:
1. Sikap cinta akan kebenaran yang akan memberikan dorongan untuk terus-menerus
dengan segala ketelitian, ketekunan, keterbukaan, kerendahan hati, dan kejujuran mau
mencari jawaban yang lebih memuaskan dan sesuai dengan kenyataan.
2. Sikap objektif yang berusaha menghindarkan diri dari pamrih, sikap apriori, dan
kecondongn-kecondongan subjektif (bisa) yang mengakibatkan distorsi atas hasil
penelitian.
3. Sikap bertanggung jawab atas ilmunya baik pada komunitas ilmuwan maupun pada
masyarakat luas yang langsung atau tidak langsung cepat atau lambat, akan terkena
oleh buah pemikiran dan penelitiannya.
4. Sikap logis dan kritis yang tidak begitu saja menerima anggapan yang berlaku dalam
masyarakat, melainkan berusaha untuk mencari dan menemukan dasar penalaran di
balik anggapan tersebut, yang secara keseluruhan merupakan sikap-sikap yang
relevan bagi pembentukan pribadi yang beakhlak mulia.
8
ilmu yang dimiliki, kepada sesama ilmuan, kepada masyarakat dan kepada peserta
didiknya, sikap kritis dan logis juga sangat berperan penting bagaimana seorang
pendidik tidak boleh begitu saja menerima anggapan dari masyarakat, namun harus
melalui pikirian yang kritis dan logis.
Memang harus diakui sulit membedakan dengan tegas antara tugas, syarat, dan sifat.
Dalam karangan ini “syarat” diartikan sebagai sifat guru yang pokok, yang dapat
dibuktikan secara empiris tatkala menerima tenaga guru. Jadi syarat guru yang dimaksud
ini adalah syarat yang harus dipenuhi untuk menjadi guru. Adapun “sifat” guru yang
dimaksud dalam karangan ini adalah pelengkap syarat tersebut; dapat juga dikatakan
syarat adalah sifat minimal yang harus dipenuhi guru; sedangkan sifat adalah pelengkap
syarat sehingga guru tersebut dikatakan memenuhi syarat maksimal. Al-abrasy
menyebutkan bahwa guru dalam islam sebaiknya memiliki sifat – sifat sebagai berikut
ini:
9
18. Bersifat kebapakan (mampu mencintai murid seperti mencintai anak sendiri)
Mengetahui karakter murid, emncakup pembawaan, kebiasaan, perasaan, dan
pemikiran.
Begitu banyak sifat yang harus di miliki seorang pendidik, itu memang tidak bisa
dipungkiri lagi karena salah satu sifat saja tidak lengkap maka akan mengurangi
keprofesionalan seorang pendidik tersebut.
Tadi diatas ada dibahas tentang syarat guru. Maka syarat tersebut adalah sebagai
berikut:
Syarat ini amat penting dimiliki untuk melaksanakan tugas-tugas mendidik selain
mengajar. bagaimana guru akan memberikan contoh-contoh kebaikan bila ia sendiri
tidak baik perangainya.
Menurut pemakalah keempat syarat diatas sudah cukup untuk menjadi pedoman
dalam penyeleksian seorang calon guru atau pendidik. Dimana keempat syarat ini
harus sangat diperhatikan oleh lembaga pendidikan dalam penerimaan guru. Calon
guru itu harus sudah dewasa dalam arti tanggung jawabnya lebih konsisten, calon
guru harus sehat jasmani dan rohani kalau keduanya tidak sehat maka akan
menggurangi keoptimalan dalam mendidik, calon guru harus memiliki keahlian dalam
mendidik dengan pengalaman yang telah didapatkan, calon guru harus berdedikasi
10
dan kesusilaan yang tinggi karena seorang guru harus bisa menjadi teladan terhadap
peserta didik dan masyarakat.
Pendidik adalah bapak rohani (spritual father) bagi peserta didik, yang
memberikan santapan jiwa dengan ilmu, pembinaan dalam akhlak mulia, dan
meluruskan prilakunya yang buruk. Oleh karena itu pendidik mempunyai kedudukan
yang tinggi dalam islam. Dalam beberapa hadist di sebutkan : “ jadilah engkau
sebagai guru, atau pelajar, atau pendengar, atau pecinta dan janganlah kamu menjadi
orang yang kelima, sehingga engkau menjadi rusak”. Al-ghazali menukil beberapa
hadis nabi tentang keutamaan seorang pendidik. Ia berkesimpulan bahwa pendidik
disebut sebagai orang-orang besar yang aktifitasnya lebih baik dari pada ibadah yang
setahun (Qs, taubah : 122). Selanjutnya Al-Ghazali menukil dari perkataan para ulama
yang menyatakan bahwa pendidik merupakan pelita (siraj) segala zaman, orang yang
hidup semasa dengannya akan memperoleh pelancaran cahaya keilmiahannya. Andai
kata dunia tidak ada pendidik , niscaya manusia akan seperti binatang, sebab :
“pendidilk adalah upaya mengeluarkan manusia dari sifat kebinatangan (baik binatang
buas ataupun binatang jinak ) kepada sifat insaniah dan ilahiyah.
Islam sangat menempatkan pendidik dalam tingkatan yang sangat tinggi, karena
tidak akan ada Ustadz, presiden, profesor, dokter, polisi, dan lain sebagainya, jika
tidak diawali dari bantuan seorang pendidik yang dengan tujuannya untuk
menajadikan insan kamil yang bahagia di dunia dan akhirat. Maka dari itu ada
pepatah mengatakan “Jadilah Guru, bukan Guru jadilah”. Kita semua bisa menjadi
pendidik, jika kita mampu menjadi orang yang dewasa, dalam arti bisa bertanggung
jawab terhadap amanat yang di berikan Allah SWT kepada kita sebagai khalifah
dimuka bumi.
Ada juga tugas yang harus di emban oleh seorang pendidik, seperti yang dibahas
berikut:
11
Menurut Al-Ghazali, tugas pendidik yang utama adalah menyempurnakan,
membersihkan, menyucikan serta membawakan hati manusia untuk mendekatkan diri
(taqarrub) kepada allah swt. Hal tersebut karena pendidikan islam yang utama adalah
upaya untuk mendekatkan diri kepada-Nya. Jika pendidik belum mampu
membiasakan diri dalam peribadatan pada peserta didiknya , maka ia akan mengalami
kegagalan dan tugasnya, sekalipun peseta didiknya memiliki prestasi akademis yang
luar biasa. Hal itu akan mengandung arti akan keterkaitan antara ilmu dan amal
shaleh. Kadang kala seseorang terjebak dengan sebutan pendidik, misalnya ada
sebagian orang yang mampu memberikan dan memindahkan ilmu pengetahuan
(transfer of knowledge) kepada orang lain sudah di katakan sebagai pendidik.
sesungguhya seorang pendidik bukanlah seorang bertugas itu saja, tetapi juga
bertanggung jawab atas pengelolaan, pengarah, fasilitator, dan perencana. Oleh
karena itu, fungsi dan tugas pendidik dalam pendidikan dapat disimpulkan menjadi
tiga bagian, yaitu :
12
Dalam tugas itu, seorang pendidik dituntut untuk mempunyai seperangkat prinsip
keguruan. Prinsip keguruan itu dapat berupa :
Prinsip diatas harus dipedomi oleh seorang guru dalam aktualisasinya dalam
mendidik. Karena prinsip-psinsip diatas akan menjadikan seorang pendidik paham
bagaimana menjadi pendidik yang professional.
13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam Islam, pendidikan sangatlah dihargai baik itu pendidik, peserta didik,
dan orang-orang yang berkecimpung di dalam dunia pendidikan. Istilah pendidik
didalam islam disebut dengan istilah seperti mu’addid, murabbi, dan mu’allim.
Walaupun ketiga istilah itu masih terbedakan, karena masing-masing memiliki
konotasi dan penekanan makna yang agak berbeda, namun dalam sejarah
pendidikan islam ketiganya selalu digunakan secara bergantian. Pendidik dalam
islam adalah orang-orang yang bertanggung jawab terhadap pekembangan peserta
didik dengan mengupayakan seluruh potensi anak didik baik potensi afektif,
kognitif, maupun psikomotorik. Yang paling ditekankan dalam Islam terhadap
pendidik adalah bagaimana seorang pendidik dalam mengarahkan peserta didik
munuju kepada akhlatul karimah.
14
harus memiliki sifat-sifat yang mendukung keprofesionalannya dalam mendidik,
karena kedudukan pendidik dalam Islam sangat penting dan tugas yang harus
diemban sebagai seorang pendidik adalah sebagai pengajar, pendidik, dan
pemimpin, pendidikan akan lebih berkembang jika dilakukan dalam instansi atau
lembaga pendidikan seperti sekolah dan perguruan tinggi.
DAFTAR PUSTAKA
Batusangkar. 2000
2011. Bandung
Bandung
15