Anda di halaman 1dari 18

TUGAS MAKALAH

PENDIDIK DALAM PRESPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM


Dosen Pengampu: Mardhati M.Pd.I

Disusun Oleh:

Ahmad Wasit Aulawi (211310116)


Yusuf Firman Arafat (211310149)
Subhan Mahmud (211310233)
Fahmi Alfikri Kadmas (211310227)
Syahdan Alifaturrohman (211310143)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS


TARBIYAH
INSTITUT PERGURUAN TINGGI ILMU AL QUR’AN JAKARTA
TAHUN AJARAN 2022/ 2023
KATA PENGANTAR

Puji Syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena


atas limpahan Rahmat dan Hidayah-Nya semata, kami dapat menyelesaikan
Makalah dengan judul: “Pendidik Dalam Prespektif Pendidikan Islam. Salawat
dan salam semoga tetap tercurah limpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, para
keluarga, dan sahabat-sahabat nya, dengan harapan semoga kita mendapat syafaat
kelak di hari kiamat.

semoga dengan tersusunnya Makalah ini dapat berguna bagi kami semua
dalam memenuhi tugas dari mata kuliah Ilmu Pendidikan Islam dan semoga
segala yang tertuang dalam Makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis maupun
bagi para pembaca dalam rangka membangun khasanah keilmuan. Makalah ini
disajikan khusus dengan tujuan untuk memberi wawasan dan pengetahuan kepada
pembaca.

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan Makalah ini masih terdapat


banyak kekurangan dan belum sempurna. Untuk itu kami berharap akan kritik dan
saran yang bersifat membangun kepada para pembaca guna perbaikan langkah-
langkah selanjutnya.

Jakarta, 08 Oktober 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .............................................................................

KATA PENGANTAR ............................................................................ i

DAFTAR ISI .......................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................... 1

A. Latar Belakang Makalah ............................................................ 1

B. Rumusan Masalah ...................................................................... 1

C. Tujuan masalah .......................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ....................................................................... 3

A. Hakikat Pendidik Dalam Prespektif Islam.................................. 3

B. Pendidik Dalam Prespektif Islam................................................ 5

C. Peran Pendidik Dalam Pembinaan Akhlak................................. 8

D. Sifat Guru Dalam Pandangan Islam............................................ 9

E. Kedudukan dan Tugas Pendidik Dalam Pendidikan Islam……. 11

BAB III .. PENUTUP ............................................................................. 14

A. Kesimpulan ................................................................................. 14

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 15

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Islam mengajarkan manusia agar selalu menuntut ilmu. Banyak ayat dalam
Al-Quran yang menjelaskan agar manusia terus menuntut ilmu sejak ia dini, sampai
menghembuskan nafas terakhir dalam keadaan berilmu. Bahkan disebutkan “tuntutlah
ilmu sampai ke negeri Cina”. Pernyataan tersebut berartian bahwa kita harus
menuntut ilmu sampai sejauh apapun ilmu tersebut berada.
Ada banyak hadits yang menunjukkan keutamaan orang berilmu, salah
satunya disebutkan bahwa orang berpengetahuan melebihi orang yang senang
beribadah, yang berpuasa, dan yang menghabiskan waktu malamnya untuk
mengerjakan shalat, bahkan melebihi orang yang berperang di jalan Allah.
Sedangkan orang berpengetahuan yang mau mengajarkan dan mengamalkan ilmu
yang dimilikinya kepada orang lain itu lebih utama, karena tugas yang diembannya
hampir sama seperti tugas yang diemban seorang rasul. Seseorang tersebut dapat
disebut sebagai pendidik.
Dalam pandangan islam, seorang pendidik juga disebut sebagai murabi,
mu’allim, mu’addib, ataupun mursyid, dan terkadang diberi gelar sebagai seorang
ustadz, syekh, dan kiyai. Dalam konteksnya, seorang pendidik memiliki syarat sebagai
pendidik dan tugas-tugasnya yang telah diatur yang kemudian akan kita bahas dalam
makalah ini.

A. RUMUSAN MASALAH

1. Hakikat Pendidik Dalam Persepektif Isalam


2. Siapa Saja Pendidik Dalam Perseptif Islam
3. Peran Pendidik Dalam Pembinaan Akhlak
4. Bagaimana Sifat Guru Dalam Pandangan Islam
5. Kedudukan Dan Tugas Pendidik Dalam Pendidikan Isalam

1
B. TUJUAN PENULISAN

1. Mengetahui Hakikat Pendidik Dalam Persepektif Isalam


2. Mengenal Siapa Saja Pendidik Dalam Perseptif Islam
3. Mengetahui Peran Pendidik Dalam Pembinaan Akhlak
4. Mengetahui Sifat Guru Dalam Pandangan Islam
5. Mengetahui Kedudukan Dan Tugas Pendidik Dalam Pendidikan Isalam

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Hakikat Pendidik Dalam Perspektif Islam

Dalam konteks pendidikan Islam, secara etimologi pendidik disebut dengan


murabbi, muallim, dan muaddib. Kata murabbi berasal dari kata rabba, yurabbi.
Misalnya, sering dijumpai dalam kalimat yang orientasinya lebih mengarah pada
pemeliharaan, baik yang bersifat jasmani atau rohani. Pemeliharaan seperti ini terlihat
dalam proses orang tua membesarkan anaknya. Mereka tentunya memberikan
pelayanan secara penuh agar anaknya tumbuh dengan fisik yang sehat dan
kepribadian serta akhlak yang terpuji. Sedangkan untuk istilah muallim pada
umumnya dipakai dalam membicarakan aktifitas yang lebih terfokus pada pemberian
atau pemindahan ilmu pengetahuan (baca: pengajaran), dari seorang yang tahu kepada
seseorang yang tidak tahu. Dan istilah muaddibi lebih luas dari istilah muallim dan
lebih relevan dengan konsep pendidikan Islam. Beragamnya penggunaan istilah
pendidikan dalam literatur pendidikan Islam telah memberikan pengaruh terhadap
penggunaan istilah untuk pendidik dan ini sesuai alasan masing-masing pemakai
istilah tersebut bagi mereka yang cenderung memakai istilah tarbiyah, tentu murabbi
adalah sebutan yang tepat untuk seorang pendidik. Dan bagi yang merasa bahwa
istilah ta’lim lebih cocok untuk pendidikan, sudah pasti ia menggunakan istilah
mu’allim untuk menyebut seorang pendidik. Begitu juga dengan mereka yang
cenderung menggunakan ta’dib untuk mengistilahkan pendidikan, tentunya muaddib
menjadi pilihannya. Secara terminologi, pendidikan Islam menggunakan tujuan
sebagai dasar untuk menentukan pengertian pendidik. Hal ini disebabkan karena
pendidikan merupakan kewajiban agama, dan kewajiban hanya dipikulkan kepada
orang yang telah dewasa.

Istilah pendidik didalam islam disebut dengan istilah seperti mu’addid,


murabbi, dan mu’allim. Walaupun ketiga istilah itu masih terbedakan, karena masing-
masing memiliki konotasi dan penekanan makna yang agak berbeda, namun dalam
sejarah pendidikan islam ketiganya selalu digunakan secara bergantian.

Memang betul, walaupun pendidik disebut dengan istilah yang berbeda,


namun menurut pemakalah bahwa ketiganya mempunyai tujuan yang sama yaitu

3
adalah menciptakan insan kamil ataupun membimbing peserta didik agar mampu
mengembangkan potensinya baik potensi afektif, kognitif, dan psikomotorik dan juga
mampu menyempurnakan akhlak yang baik, agar bahagia didunia dan akhirat.

Hakekat pendidik dalam islam adalah orang-orang yang bertanggung jawab


terhadap pekembangan peserta didik dengan mengupayakan seluruh potensi anak
didik baik potensi afektif, kognitif, maupun psikomotorik. Pendidik berarti juga orang
dewasa yang bertanggung jawab memberi pertolongan pada anak didik dalam
perkembangan jasmani dan rohaninya, agar mencapai tingkat kedewasaan, maupun
berdiri sendiri memenuhi tingkat kedewasaannya, mampu berdiri sendiri memenuhi
tugasnya sebagai hamba dan khalifah Allah SWT dan mampu sebagai makhluk sosial,
dan sebagai makhluk individu yang mandiri. Marimba mengartikan pendidik sebagai
orang yang memikul pertanggung jawaban sebagai pendidik, yaitu manusia dewasa
yang karena hak dan kewajibannya bertanggung jawab terhadap pendidikan peserta
didik. Pendidik juga diartikan sebagai orang yang betanggung jawab dalam
menginternalisasikan nilai -nilai religious dan berupaya menciptakan individu yang
memiliki pola pikir ilmiah dan pribadi yang sempurna.

Jika kita lihat dari hakikat pendidik diatas, jelas bahwa kehadiran seorang
pendidik itu sangat diharapkan untuk perkembangan peserta didik agar mencapai
tingkat kedewasaan yang diharapkan mampu untuk menjadi makhluk sosial mampu
untuk memenuhi berdiri sendiri memenuhi tingkat kedewasaan sehingga menjadi
hamba yang selalu bertaqwa kepada Allah SWT, dan memiliki akhlaktul karimah.

Pendidik dalam islam adalah siapa saja yang bertanggung jawab terhadap
perkembangan anak didik. Dalam islam, orang yang paling bertanggung jawab
tersebut adalah orang tua (ayah dan ibu) anak didik. Tanggung jawab itu disebabkan
sekurang-kurangnya oleh dua hal: pertama, karena kodrat, yaitu karena orang tua
ditakdirkan menjadi orang tua anaknya, dan kerena itu ia di takdirkan pula
bertanggung jawab mendidik anaknya; kedua, karena kepentingan kedua orang tua,
yaitu orang tua berkepentingan terhadap kemajuan perkembangan anaknya, sukses
anaknya adalah sukses orang tuanya juga. Pada awalnya tugas itu adalah murni tugas
kedua orang tua ; jadi tidak perlu orang tua mengirimkan anaknya ke sekolah. Akan
tetapi, karena perkembangan pengetahuan, keterampilan, sikap, serta kebutuhan hidup
sudah sedemikian luas, dalam, dan rumit. Maka orang tua tidak mampu lagi

4
melaksanakan sendiri tugas-tugas mendidik anaknya. Coba bayangkan, seandainya
orang tua mendidik anaknya sejak tingkat dasar sampai perguruan tinggi dirumah,
oleh dirinya sendiri, sekalipun katakanlah orang tua mampu menyelenggarakan itu,
apa yang terjadi ? tidak efisien, dan mungkin juga tidak akan efektif. Pada zaman
yang telah maju ini semakin banyak tugas orang tua sebagai pendidik yang diserahkan
kepada sekolah. Itu lebih efisien, dan juga lebih efektif.

Jika kita lihat dari konteks pendidik diatas yang menyatakan bahwa memang
orang tua sangat berperan penting dalam perkembangan anak, bisa juga dibilang
orang tua adalah yang paling berperan. Terdapat dua alasan mengapa orang tua sangat
berperan penting dalam pendidikan anak, yang pertama karena kodrat, dan kedua
adalah kepentingan orang tua terhadap anak. Walaupun demikian tidak bisa
sepenuhnya pendidikan anak itu dibebankan kepada orang tua, karena jika hal
pendidikan anak itu hanya dibebankan kepada orang tua maka tidak efisien dan tidak
efektif. Pada zaman sekarang ini banyak tugas mendidik dari orang tua itu diserahkan
kepada sekolah. Maka itu akan lebih efisien dan efektif.

B. Siapa Saja Pendidik Dalam Pandangan Islam

Terdapat empat pembagian pendidik dalam pandangan Islam, seperti berikut:

1. Allah
Dari berbagai ayat al-Qur’an yang membicarakan tentang kedudukan Allah
sebagai pendidik dapat dipahami dalam firman-firman yang diturunkannya kepada
Nabi Muhammad SAW. Allah memiliki pengetahuan yang amat luas. Ia adalah
Maha pencipta. Firman Allah SWT. yang artinya:
“Dan (Allah) ‘allama (mengajarkan) segala macam nama kepada Adam.” (QS.
al-Baqarah).
Berdasarkan ayat di atas dapat dipahami bahwa Allah SWT. sebagai pendidik
bagi manusia. Menurut Al-Razi, yang membuat perbandingan antara Allah
sebagai pendidik dengan manusia sebagai pendidik sangatlah berbeda. Allah
sebagai pendidik mengetahui segala kebutuhan orang yang dididiknya. Sebab Dia
adalah Zat Pencipta. Perhatian Allah tidak terbatas hanya terhadap sekelompok
manusia saja, tetapi memperhatikan dan mendidik seluruh alam.

5
Allah sebagai pendidik adalah suatu hal yang tidak bisa dipungkiri lagi,
mengapa? Karena menurut pemakalah dan mungkin menurut kita semua sebagai
umat muslim setuju jika menyatakan Allah adalah pendidik yang mengetahui
segala kebutuhan yang dibutuhkan oleh hambanya selaku peserta didik, dan Allah
sebagai pendidik tidak hanya kepada manusia saja, namun kepada seluruh alam
ini.

2. Nabi Muhammad SAW.

Nabi sendiri mengidentifikasikan dirinya sebagai muallim (pendidik). Nabi


sebagai penerima wahyu Al-Qur’an bertugas menyampaikan petunjuk-petunjuk
kepada seluruh umat Islam kemudian dilanjutkan dengan mengajarkan kepada
manusia ajaran-ajaran tersebut. Hal ini pada intinya menegaskan bahwa
kedudukan Nabi sebagai pendidik ditunjuk langsung oleh Allah SWT. Untuk
mewujudkan pendidik yang profesional, kita dapat mengacu pada tuntunan Nabi
SAW, karena beliau satu-satunya pendidik yang paling berhasil dalam rentang
waktu yang begitu singkat, sehingga diharapkan dapat mendekatkan realitas
(pendidik) dengan yang ideal (Nabi SAW). Keberhasilan Nabi SAW. sebagai
pendidik didahului oleh bekal kepribadian (personality) yang berkualitas unggul,
kepeduliannya terhadap masalah-masalah sosial, serta ketajamannya dalam Iqra’
bismirabbik (membaca, menganalisis, meneliti dan mengeksperimentasi terhadap
berbagai fenomena kehidupan dengan menyebut nama Tuhan), kemudian beliau
mampu mempertahankan iman, amal shaleh, berjuang dan menegakkan agama
Allah.
Jika kita lihat sejarah perjuangan Nabi Muhammad SAW dalam menyiarkan
Agama Islam, perjuangan dengan niat yang konsisten yaitu menyempurnakan
akhlak memang sangat patut kita banggakan. Seorang yang buta huruf mampu
menjadi pendidik yang sangat luar biasa, Nabi Muhammad juga merupakan tokoh
yang menduduki nomor satu dalam 100 tokoh yang paling berpengaruh didunia.

3. Orang tua

Pendidik dalam lingkungan keluarga adalah orang tua. Hal ini disebabkan
karena secara alami anak-anak pada masa awal kehidupannya berada di tengah-

6
tengah ayah dan ibunya. Dari merekalah anak mulai mengenal pendidikannya,
dasar pandangan hidup, sikap hidup, dan keterampilan hidup banyak tertanam
sejak anak berada di tengah orang tuanya. Al-Qur’an menyebutkan sifat-sifat
yang dimiliki orang tua sebagai guru, yaitu memiliki kesadaran tentang kebenaran
yang diperoleh melalui ilmu dan rasio, dapat bersyukur kepada Allah, suka
menasehati anaknya agar tidak menyekutukan Tuhan, memerintahkan anaknya
agar menjalankan perintah shalat, sabar dalam menghadapi penderitaan (QS.
Luqman: 104).
Itulah sebabnya orang tua disebut “pendidik kodrati” yaitu pendidik yang telah
diciptakan oleh Allah qodratnya menjadi pendidik. Pendidik pertama dan utama
orang tua sendiri. mereka berdua yang bertanggung jawab penuh atas kemajuan
perkembangan anak kandungnya, karena sukses tidaknya anak sangat tergantung
pengasuhan, perhatian, dan pendidikannya. Kesuksesan anak merupakan
cerminan atas kesuksesan orang tua juga. Firman Allah SWT.:

‫يَاَأيُّهَا الَّ ِذ ْينَ آ َمنُوْ ا قُوْ ا َأ ْنفُ َس ُك ْم َوَأ ْهلِ ْي ُك ْم نَارًا‬

“Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka.” (QS. at-Tahrim: 6)


Sebagai pendidik pertama dan utama terhadap anak-anaknya, orang tua tidak
selamanya memiliki waktu yang leluasa dalam mendidik anak-anaknya, sehingga
anak lazimnya dimasukkan ke lembaga sekolah.

4. Guru

Pendidik di lembaga pendidikan persekolahan disebut dengan guru, yang


meliputi guru madrasah atau sekolah sejak dari taman kanak-kanak, sekolah
menengah, dan sampai dosen-dosen di perguruan tinggi, kiai di pondok
pesantren, dan lain sebagainya. Namun guru buka hanya menerima amanat dari
orang tua untuk mendidik, melainkan juga dari setiap orang yang memerlukan
bantuan untuk mendidiknya. Sebagai pemegang amanat, guru bertanggungjawab
atas amanat yang diserahkan kepadanya. Allah menjelaskan:
“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat.” (QS. an-Nisa’:
58)[7]
Walaupun kewajiban mendidik adalah milik orang tua, namun tidak
sepenuhnya orang tua mampu untuk mendidik, maka dari itu orangtua perlu

7
bantuan dari lembaga pendidikan, dan dalam lembaga pendidikan pendidik itu
biasa disebut guru ataupun dosen. Selaku pemegang amanat dari orang tua dalam
hal pendidikan sang anak, maka guru atau dosen harus bertanggung jawab atas
amanat yang dipegangnya.
C. Peran Pendidik dalam pembinaan Akhlak

Jujun Suryasumantri berkata, “ kalau kita kaji lebih dalam maka sesungguhnya
pendidikan keilmuan juga merupakan sumber pendidikan etika”. Pendidikan di
Negara kita belum memanfaatkan pendidikan keilmuan sebagai salah satu wahana
pendidikan moral. Seperti sudah di singgung kedepan bahwa pendidikan akhlak atau
moral hanya bisa dilakukan sungguh-sungguh bila dilakukan secara formal melalui
pembelajaran budi pekerti atau pendidikan agama. Sikap-sikap ilmiah yang mengarah
pada terbentuknya pribadi yang berakhlak mulia antara lain:

1. Sikap cinta akan kebenaran yang akan memberikan dorongan untuk terus-menerus
dengan segala ketelitian, ketekunan, keterbukaan, kerendahan hati, dan kejujuran mau
mencari jawaban yang lebih memuaskan dan sesuai dengan kenyataan.
2. Sikap objektif yang berusaha menghindarkan diri dari pamrih, sikap apriori, dan
kecondongn-kecondongan subjektif (bisa) yang mengakibatkan distorsi atas hasil
penelitian.
3. Sikap bertanggung jawab atas ilmunya baik pada komunitas ilmuwan maupun pada
masyarakat luas yang langsung atau tidak langsung cepat atau lambat, akan terkena
oleh buah pemikiran dan penelitiannya.
4. Sikap logis dan kritis yang tidak begitu saja menerima anggapan yang berlaku dalam
masyarakat, melainkan berusaha untuk mencari dan menemukan dasar penalaran di
balik anggapan tersebut, yang secara keseluruhan merupakan sikap-sikap yang
relevan bagi pembentukan pribadi yang beakhlak mulia.

Didalam pembinaan terhadap akhlak, seorang pendidik harus memiliki sikap


ilmiah yang mengarah pada terbentuknya pribadi yang berakhlak mulia, seperti sikap
cinta, objektif, bertanggung jawab, logis dan kritis. Keempat sifat ini sangat penting
dimiliki. Karena sudah jelas jika membuat peserta didik senang dengan pendidik
harus dengan sikap cinta, seorang pendidik harus memiliki sikap objektif dalam arti
harus mendidik dengan menghilangkan rasa keinginan mendapat imbalan atau
pamrih, sikap bertanggung jawab juga harus dimiliki seorang pendidik baik itu kepada

8
ilmu yang dimiliki, kepada sesama ilmuan, kepada masyarakat dan kepada peserta
didiknya, sikap kritis dan logis juga sangat berperan penting bagaimana seorang
pendidik tidak boleh begitu saja menerima anggapan dari masyarakat, namun harus
melalui pikirian yang kritis dan logis.

D. Sifat Guru Dalam Pandangan Islam

Memang harus diakui sulit membedakan dengan tegas antara tugas, syarat, dan sifat.
Dalam karangan ini “syarat” diartikan sebagai sifat guru yang pokok, yang dapat
dibuktikan secara empiris tatkala menerima tenaga guru. Jadi syarat guru yang dimaksud
ini adalah syarat yang harus dipenuhi untuk menjadi guru. Adapun “sifat” guru yang
dimaksud dalam karangan ini adalah pelengkap syarat tersebut; dapat juga dikatakan
syarat adalah sifat minimal yang harus dipenuhi guru; sedangkan sifat adalah pelengkap
syarat sehingga guru tersebut dikatakan memenuhi syarat maksimal. Al-abrasy
menyebutkan bahwa guru dalam islam sebaiknya memiliki sifat – sifat sebagai berikut
ini:

1. Juhud, tidak mengutamakan materi, mengajar dilakukan mencari keridhoan Allah.


2. Bersih tubuhnya. jadi, penampilan lahiriah menyenangkan.
3. Bersih jiwanya, tidak mempunyai dosa besar.
4. Tidak riya, karena riya akan menghilangkan keihklasan.
5. Tidak memendam rasa dengki dan iri hati
6. Ikhlas dalam melaksanakan tugas
7. Sesuai perbuatan dengan perkataan.
8. Tidak malu mengakui ketidaktauan
9. Tidak menyenangi permusuhan
10. Bijaksana
11. Tegas dalam perkataan dan perbuatan tetapi tidak kasar
12. Rendah hati (tidak sombong)
13. Lemah lembut
14. Pemaaf
15. Sabar , tidak marah karena hal-hal kecil
16. Berkepribadian
17. Tidak merasa rendah diri

9
18. Bersifat kebapakan (mampu mencintai murid seperti mencintai anak sendiri)
Mengetahui karakter murid, emncakup pembawaan, kebiasaan, perasaan, dan
pemikiran.

Begitu banyak sifat yang harus di miliki seorang pendidik, itu memang tidak bisa
dipungkiri lagi karena salah satu sifat saja tidak lengkap maka akan mengurangi
keprofesionalan seorang pendidik tersebut.

Tadi diatas ada dibahas tentang syarat guru. Maka syarat tersebut adalah sebagai
berikut:

1. Tentang umur harus sudah dewasa


Tugas mendidik adalah tugas yang amat paling penting karena menyangkut
perkembangan seseorang, jadi menyangkut nasib seseorang. Oleh karena itu, tugas
itu harus dilakukan secara tanggung jawab.
2. Tentang kesehatan, harus sehat jasmani dan rohani
Jasmaniah tidak sehat akan mengahambat pelaksana pendidikan, bahkan dapat
membahayakan anak didik bila mempunyai penyakit menular, dari segi rohani,
orang gila berbahaya juga bila ia mendidik.
3. Tentang kemampuan mengajar ia harus ahli
Ini penting sekali bagi pendidik, termasuk guru. Orang tua dirumah
seharusnya perlu sekali mempelajari teori- teori pendidikan. Dengan pegetahuan
nya diharapkan ia akan lebih berkemampuan menyelenggarakan pendidikan bagi
anak-anak nya dirumah.
4. Harus berkesusilaan dan berdedikasi tinggi.

Syarat ini amat penting dimiliki untuk melaksanakan tugas-tugas mendidik selain
mengajar. bagaimana guru akan memberikan contoh-contoh kebaikan bila ia sendiri
tidak baik perangainya.

Menurut pemakalah keempat syarat diatas sudah cukup untuk menjadi pedoman
dalam penyeleksian seorang calon guru atau pendidik. Dimana keempat syarat ini
harus sangat diperhatikan oleh lembaga pendidikan dalam penerimaan guru. Calon
guru itu harus sudah dewasa dalam arti tanggung jawabnya lebih konsisten, calon
guru harus sehat jasmani dan rohani kalau keduanya tidak sehat maka akan
menggurangi keoptimalan dalam mendidik, calon guru harus memiliki keahlian dalam
mendidik dengan pengalaman yang telah didapatkan, calon guru harus berdedikasi

10
dan kesusilaan yang tinggi karena seorang guru harus bisa menjadi teladan terhadap
peserta didik dan masyarakat.

E. Kedudukan dan Tugas Pendidik Dalam Pendidikan Islam

Pendidik adalah bapak rohani (spritual father) bagi peserta didik, yang
memberikan santapan jiwa dengan ilmu, pembinaan dalam akhlak mulia, dan
meluruskan prilakunya yang buruk. Oleh karena itu pendidik mempunyai kedudukan
yang tinggi dalam islam. Dalam beberapa hadist di sebutkan : “ jadilah engkau
sebagai guru, atau pelajar, atau pendengar, atau pecinta dan janganlah kamu menjadi
orang yang kelima, sehingga engkau menjadi rusak”. Al-ghazali menukil beberapa
hadis nabi tentang keutamaan seorang pendidik. Ia berkesimpulan bahwa pendidik
disebut sebagai orang-orang besar yang aktifitasnya lebih baik dari pada ibadah yang
setahun (Qs, taubah : 122). Selanjutnya Al-Ghazali menukil dari perkataan para ulama
yang menyatakan bahwa pendidik merupakan pelita (siraj) segala zaman, orang yang
hidup semasa dengannya akan memperoleh pelancaran cahaya keilmiahannya. Andai
kata dunia tidak ada pendidik , niscaya manusia akan seperti binatang, sebab :
“pendidilk adalah upaya mengeluarkan manusia dari sifat kebinatangan (baik binatang
buas ataupun binatang jinak ) kepada sifat insaniah dan ilahiyah.

Islam sangat menempatkan pendidik dalam tingkatan yang sangat tinggi, karena
tidak akan ada Ustadz, presiden, profesor, dokter, polisi, dan lain sebagainya, jika
tidak diawali dari bantuan seorang pendidik yang dengan tujuannya untuk
menajadikan insan kamil yang bahagia di dunia dan akhirat. Maka dari itu ada
pepatah mengatakan “Jadilah Guru, bukan Guru jadilah”. Kita semua bisa menjadi
pendidik, jika kita mampu menjadi orang yang dewasa, dalam arti bisa bertanggung
jawab terhadap amanat yang di berikan Allah SWT kepada kita sebagai khalifah
dimuka bumi.

Ada juga tugas yang harus di emban oleh seorang pendidik, seperti yang dibahas
berikut:

11
Menurut Al-Ghazali, tugas pendidik yang utama adalah menyempurnakan,
membersihkan, menyucikan serta membawakan hati manusia untuk mendekatkan diri
(taqarrub) kepada allah swt. Hal tersebut karena pendidikan islam yang utama adalah
upaya untuk mendekatkan diri kepada-Nya. Jika pendidik belum mampu
membiasakan diri dalam peribadatan pada peserta didiknya , maka ia akan mengalami
kegagalan dan tugasnya, sekalipun peseta didiknya memiliki prestasi akademis yang
luar biasa. Hal itu akan mengandung arti akan keterkaitan antara ilmu dan amal
shaleh. Kadang kala seseorang terjebak dengan sebutan pendidik, misalnya ada
sebagian orang yang mampu memberikan dan memindahkan ilmu pengetahuan
(transfer of knowledge) kepada orang lain sudah di katakan sebagai pendidik.
sesungguhya seorang pendidik bukanlah seorang bertugas itu saja, tetapi juga
bertanggung jawab atas pengelolaan, pengarah, fasilitator, dan perencana. Oleh
karena itu, fungsi dan tugas pendidik dalam pendidikan dapat disimpulkan menjadi
tiga bagian, yaitu :

1. Sebagai pengajar (instruksional), yang bertugas merencanakan program


pengajaran dan melaksanakan program yang telah disusun serta mengakhiri
dengan pelaksanaan penilaian setelah program dilakukan.
2. Sebagai pendidik (educator), yang mengarahkan peserta didik pada tingkat
kedewasaan dan berkepribadian kamil seiring dengan tujuan Allah SWT.
menciptakannya.
3. Sebagai pemimpin, yang memimpin, mengendalikan kepada diri sendiri. Peserta
didik dan masyarakat yang terkait, terhadap berbagai masalah yang menyangkut
upaya pengarahan, pengawasan, pengorganisasian, pengontrolan, dan partisipasi
atas program pendidikan yang dilakukan.

Dari tiga tugas pendidik diatas pemakalah mengambil kesimpulan dikatakan


sebagai pengajar dapat kita lihat dalam kehidupan di lembaga pendidikan seperti kita
sekarang ini selaku peserta didik. Dikatakan sebagai pendidik karena memang jelas
bahwa itu adalah tugas dari seorang pendidik yaitu mengarahkan peserta didik pada
tingkat kedewasaan dan berkepribadian teladan. Dikatakan sebagai pemimpin karena
seorang pendidik memiliki kewajiban untuk mengendalikan kepada diri sendiri,
kepada peserta didik dan masyarakat yang terkait, dan juga dalam mengarahkan
terhadap masalah yang dihadapi orang lain, dan lain sebagainya.

12
Dalam tugas itu, seorang pendidik dituntut untuk mempunyai seperangkat prinsip
keguruan. Prinsip keguruan itu dapat berupa :

1. Kegairahan dan kesediaan untuk mengajar seperti memerhatikan, kesediaan,


kemampuan, pertumbuhan, dan perbedaan peserta didik.
2. Membangkitkan gairah peserta didik.
3. Menumbuhkan bakat dan sikap peserta didik yang baik.
4. Mengatur proses belajar mengajar yang baik.
5. Memerhatikan perubahan-perubahan kecenderungan yang memengaruhi proses
belajar.
6. Adanya hubungan manusiawi dalam peroses belajar –mengajar.

Prinsip diatas harus dipedomi oleh seorang guru dalam aktualisasinya dalam
mendidik. Karena prinsip-psinsip diatas akan menjadikan seorang pendidik paham
bagaimana menjadi pendidik yang professional.

13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Dalam Islam, pendidikan sangatlah dihargai baik itu pendidik, peserta didik,
dan orang-orang yang berkecimpung di dalam dunia pendidikan. Istilah pendidik
didalam islam disebut dengan istilah seperti mu’addid, murabbi, dan mu’allim.
Walaupun ketiga istilah itu masih terbedakan, karena masing-masing memiliki
konotasi dan penekanan makna yang agak berbeda, namun dalam sejarah
pendidikan islam ketiganya selalu digunakan secara bergantian. Pendidik dalam
islam adalah orang-orang yang bertanggung jawab terhadap pekembangan peserta
didik dengan mengupayakan seluruh potensi anak didik baik potensi afektif,
kognitif, maupun psikomotorik. Yang paling ditekankan dalam Islam terhadap
pendidik adalah bagaimana seorang pendidik dalam mengarahkan peserta didik
munuju kepada akhlatul karimah.

Menurut pendidikan Islam, macam-macam pendidik yaitu diawali oleh sang


pencipta yang Maha mengetahui yaitu Allah SWT, kemudian Nabi Muhammad
SAW selaku utusan Allah dengan mukjizat terbesarnya yaitu Al-Qur’an sebagai
pedoman seluruh manusia untuk menjalani kehidupan agar bahagia di dunia dan
akhirat. Kemudian pendidik dalam lingkungan keluarga yaitu orang tua, karena
orang tua adalah orang yang sangat berpengaruh terhadap perkembangan
pendidikan anaknya dan itu memang sudah kewajiban bagi orang tua yang
diberikan oleh Allah. Pendidik berikutnya adalah Guru, orang yang mengarahkan,
mendidik, mengajar, dan memimpin peserta didik di lembaga pendidikan seperti
sekolah.

Didalam pembinaan terhadap akhlak, seorang pendidik harus memiliki sikap


ilmiah yang mengarah pada terbentuknya pribadi yang berakhlak mulia, seperti
sikap cinta, objektif, bertanggung jawab, logis dan kritis. Seorang pendidik juga

14
harus memiliki sifat-sifat yang mendukung keprofesionalannya dalam mendidik,
karena kedudukan pendidik dalam Islam sangat penting dan tugas yang harus
diemban sebagai seorang pendidik adalah sebagai pengajar, pendidik, dan
pemimpin, pendidikan akan lebih berkembang jika dilakukan dalam instansi atau
lembaga pendidikan seperti sekolah dan perguruan tinggi.

DAFTAR PUSTAKA

Mujib Abdul. Ilmu Pendidikan Islam.Kencana Predana Media. 2006. Jakarta

Syafaruddin dkk. Ilmu Pendidikan Islam. Hijri Pustaka Utama. 2009. Jakarta

Ramayulis. Hakikat Peserta didik Dalam Pendidikan Islam. Makalah. STAIN

Batusangkar. 2000

Siddik Dja’far. Konsep Dasar  Ilmu Pendidikan Islam. Cita Pustaka Media Perintis.

2011. Bandung

Tafsir Ahmad. Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam. Remaja Rosdakarya. 2000.

Bandung

15

Anda mungkin juga menyukai